Perumusan masalah Tujuan penelitian
1989 menyatakan bahwa sitokinin dikenal dapat memperlambat senesen daun. Caranya dengan jalan menghambat penguraian protein. Penuaan terjadi
karena penguraian protein menjadi asam amino oleh enzim-enzim protease, RNA-ase, DNA-ase. Dengan adanya sitokinin, maka kerja enzim-enzim
tersebut dihambat, sehingga umur protein lebih panjang Santoso dan Nursandi, 2002. Diharapkan dengan pemberian sitokinin, tingkat
pengguguran daun pule pandak dapat dikurangi. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa pemberian sitokinin pada konsentrasi berbeda mampu
meningkatkan pertumbuhan. Hasil penelitian Hayata et al. 1995 terhadap tanaman semangka, menyebutkan bahwa penggunaan sitokinin sintetis : 1-2-
chloro-4-pyridil-3-phenylurea CPPU dengan konsentrasi 20 ppm dan 200 ppm dibantu polinasi buatan ternyata mampu meningkatkan bunga jadi buah
masing-masing sebesar 90 dan 95,2. Untuk konsentrasi 10 ppm meningkatkan jumlah buah sebesar 66,68.
Selain karena zat pengatur pertumbuhan, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi unsur hara. Namun seringkali keberadaan unsur hara dalam tanah
belum memenuhi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diadakan pemupukan. Dengan pemberian pupuk maka ketersediaan unsur hara bagi tanaman akan
bertambah, sehingga pertumbuhan bisa dioptimalkan. Salah satu pupuk yang bisa diberikan yaitu pupuk organik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik dengan takaran berbeda mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil beberapa tanaman. Sebagaimana hasil penelitian
Suntoro, 2001, menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dengan dosis 9,5 tonha mampu meningkatkan hasil biji kacang tanah 38,72 dengan hasil
2,13 tonha. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Budiyono 2005 pada kacang hijau yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang 5 tonha
mampu meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, berat biji per petak, berat 100 biji, jumlah polong per tanaman, dan jumlah bunga per tanaman.