pakan pada ternak ruminansia sangat kompleks dan banyak faktor yang terlibat di dalamnya Wodzicka-Tomaszewska, et all., 1993.
Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh ukuran partikel pakan. Ukuran partikel yang kecil dapat menaikkan konsumsi pakan Arora, 1995.
Kamal 1994, berpendapat bahwa tinggi rendahnya kandungan energi dalam ransum berpengaruh terhadap banyak sedikitnya konsumsi pakan.
Jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi Wodzicka-
Tomaszewska, et all., 1993. Ternak yang diberi pakan dengan kualitas rendah, tingkat konsumsi pakannya lebih besar daripada yang
diberi pakan dengan kualitas tinggi. Bertambahnya nilai cerna menyebabkan bertambahnya konsumsi pakan yang selanjutnya akan mempercepat pertumbuhan Tillman, et all., 1991.
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor ternak itu sendiri berat badan, status fisiologik, potensi genetik, tingkat produksi, dan kesehatan ternak. Kedua, faktor pakan yang diberikan bentuk dan
sifat, komposisi nutrien, frekuensi pemberian, keseimbangan nutrien, dan antinutrisi. Ketiga, faktor lain suhu dan kelembaban, curah hujan, lama siang dan malam Siregar, 1994.
H. Kecernaan
Secara definisi daya cerna digesbility adalah bagian nutrien pakan yang tidak dieskresikan dalam feses. Daya cerna didasarkan atas suatu asumsi
bahwa nutrien yang tidak terdapat di dalam feses adalah habis dicerna dan diabsorpsi. Biasanya daya cerna dinyatakan dalam bahan kering dan apabila
dinyatakan dalam persentase disebut koefisien cerna. Suatu percobaan kecernaan dikerjakan dengan mencatat jumlah pakan yang dikonsumi dan
feses yang dikeluarkan dalam suatu hari Tillman, et all., 1991. Untuk penentuan kecernaan suatu pakan maka harus diketahui jumlah
nutrien yang terdapat di dalam pakan dan jumlah nutrien yang dicerna. Jumlah nutrien yang terdapat di dalam pakan dapat dicari dengan analisis kimia,
sedang jumlah nutrien yang dicerna dapat dicari bila pakan telah mengalami proses pencernaan. Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu dilakukan analisis
secara biologis yang kemudian diikuti dengan analisis kimia untuk mengetahui nutrien yang terdapat di dalam feses. Dengan diketahuinya jumlah
nutrien di dalam pakan dan jumlah nutrien di dalam feses maka dapat diketahui jumlah nutrien tercerna dari pakan tersebut Kamal, 1994.
Kesanggupan ternak ruminansia untuk menggunakan serat kasar dalam ransumnya tergantung pada pencernaan bakteri. Hal ini merupakan suatu
kejadian yang penting dalam pakan sapi dan domba serta merupakan alasan utama mengapa hewan-hewan tersebut dapat hidup terutama dari jerami.
Dinding sel yang berserat tidak hanya digunakan sebagai pakan, akan tetapi dengan pencernaan tadi nutrien yang terdapat di dalam menjadi bebas dan
dengan demikian nutrien yang telah bebas dapat lebih mudah dicerna oleh getah pencernaan di dalam lambung dan di dalam usus. Lignin dalam bahan
makanan hanya dapat dicerna dalam jumlah sedikit Anggorodi, 1990. Bahan yang defisiensi akan nutrien esensial, kecernaannya akan lebih
rendah dibanding dengan bahan makanan yang mengandung nutrien esensial yang seimbang. Kondisi yang demikian ini pada umumnya dan terutama
berlaku untuk bahan makanan yang mengandung karbohidrat pembangun yang kecernaannya tergantung pada mikroorganisme rumen. Contoh
penambahan urea pada bahan makanan yang kurang mengandung N misal: jerami padi akan merangsang pertumbuhan bakteri rumen dan selanjutnya
kecernaan dari bahan makanan itu menjadi meningkat Parakkasi, 1999. Selisih antara nutrien yang terkandung dalam bahan pakan yang
dimakan dan nutrien dalam feses adalah jumlah yang tinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari nutrien yang dicerna dapat pula disebut koefisien
cerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan pakan adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi
ransum dan pengaruh perbandingan dengan zat lainnya Anggorodi, 1990, komposisi kimia bahan, daya cerna semu protein kasar, penyiapan pakan
pemotongan, penggilingan, pemasakan, dan lain-lain, jenis ternak, umur ternak, dan jumlah ransum Tillman, et all., 1991.
Menurut Kamal 1994 peningkatan jumlah mikroba rumen akan meningkatkan mikroba tersebut untuk bekerja lebih efektif dalam
mendegradasi secara fermentatif komponen serat kasar pakan sehingga meningkatkan kecernaan bahan kering pakan yang dikonsumsi. Dengan
diketahuinya jumlah nutrien didalam pakan dan jumlah nutrien didalam feses maka dapat diketahui pula jumlah nutrien tercerna dari pakan tersebut. Protein
murni yang terdegradasi didalam ruminoretikulum dirombak oleh enzim
peptidase dan proteinase yang dihasilkan bakteri proteolitik dan protozoa ordo oligothrica menjadi asam-asam amino yang akan dipakai untuk sintesa
protein mikroba dan dideaminasi untuk membentuk asam-asam organik, amonia dan CO
2
Arora, 1995.
HIPOTHESIS
Hipothesis dalam penelitian ini adalah penggunaan ampas ganyong Canna edulis kerr fermentasi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap
konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik domba lokal jantan.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian