Perkembangan Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta
aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi, dimensi-dimensi kemiskian tersebut termanifestasi dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yag kurang baik dan tingkat pendidikan yang rendah Sukirno, 2006.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya dan sebagai kota pelajar yang
memiliki ciri khas tersendiri baik dari kawasan wisata, perdagangan, maupun sumber daya, sehingga berpotensi menghasilkan PDRB yang cukup besar, maupun
jumlah penduduk dan tingakat pendidikan tidaklah sama pada masing-masing daerah Kabupaten Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, perbedaan
kondisi ini ikut menentukan dalam rencana pengambangan daerah, akan tetapi di balik pesonanya yang luar biasa diam-diam menyimpan masalah kependudukan
yang parah. Di Yogyakarta sendiri termasuk wilayah dengan tingkat kemiskinan yang
cukup tinggi bahkan menempati posisi pertama daerah yang tingkat kemiskinanya tinggi se-Jawa dimana persentase rata-rata penduduk miskin kota dan desa di
Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 19,90 dari data keseluruhan tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 BPS,2014. Tingginya angka kemiskinan di
Daerah Istimewa Yogyakarta disebabkan karena pertumbuhan sektor perekonomian yang cenderung padat modal dan dikuasai investor tertentu,
sehingga menjadikan para pelaku ekonomi daerah kalah bersaing.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Miskin Menurut KabupatenKota di Daerah Istimewa Yogyakarta ribu jiwaTahun 2006-2014
Tahun K.progo
Bantul G.Kidul
Sleman Yogya
DIY
2006 106.120
178.160 194.440
128.090 45.180
651.990 2007
103.820 169.320
192.070 125.350
42.930 633.490
2008 97.920
164.330 173.520
125.050 48.110
608.930 2009
89.910 158.520
163.670 117.530
45.290 574.920
2010 90.000
146.900 148.700
117.000 37.800
540.400 2011
92.800 159.400
157.100 117.300
37.700 564.300
2012 92.400
158.800 156.500
116.800 37.600
562.100 2013
86.500 156.600
152.400 110.800
35.600 541.900
2014 84.670
153.490 148.390
110.440 35.600
532.590
Rata- rata
93.793 160.613
165.199 118.707
40.646 578.958
Sumber : Badan Pusat Statistik, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel di atas menunjukkan tingkat kemiskinan menurut KabupatenKota di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2006-2014 yang menunjukkan bahwa pada
tahun 2006 tingkat kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 651.990 ribu jiwa dimana mengalami penurunan menjadi 531.590 ribu jiwa pada
tahun 2014 dimana tingkat keparahan kemiskinan terjadi di kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2006 sebesar 194.440 ribu jiwa sedangkan tingkat kemiskinan terendah
yaitu di kota Yogyakarta sebesar 35.600 ribu jiwa pada tahun 2014. Pada tabel di atas juga dapat dilihat angka kemiskinan di kabupaten Kulon Progo dimana jumlah
kemiskinan pada tahun 2006 adalah sebesar 106.120 ribu jiwa terus mengalami penurunan sebesar 84.670 pada tahun 2014 dengan rata-rata tingkat kemiskinan
sebesar 93.793 ribu jiwa.
Sedangkan di kabupaten Bantul jumlah kemiskinanya sebesar 178.160 ribu jiwa pada tahun 2006 dan terus mengalami penurunan sebesar 153.490 ribu jiwa pada
tahun 2014 dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 160.613 ribu jiwa. Selain itu di Kabupaten Sleman jumlah kemiskinanya sebesar 128.090 ribu jiwa pada tahun
2006 mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 110.440 ribu jiwa dengan rata- rata jumlah kemiskinan sebesar 118.707. Dan di Kota Yogyakarta pada tahun 2006
jumlah kemiskinanya sebesar 45.180 mengalami penurunan pada tahun2014 sebesar 35.600 ribu jiwa dengan rata-rata jumlah kemiskianan sebesar 40.646 ribu jiwa.
Walapun Daerah Kabupaten Gunung Kidul mengalami penurunan kemiskinan akan tetapi Daerah Kabupaten Gunung Kidul menjadi Kabupaten
tertinggal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hendra 2013, tingginya angka kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta karena dipicu oleh beberapa aspek
seperti aspek kehidupan masyakarat yang menyebabkan tingginya kemiskinan di
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, ketiadaan usaha produktif meliputi keterampilan dan daerah yang kurang produktif
serta ketiadaan modal
Tingginya tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta membuat pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap upaya pengentasan kemiskinan.
Untuk menurunkan tingkat kemiskinan terlebih dahulu perlu diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat kemiskinan, sehingga dapat dirumuskan kebijakan
yang efektif untuk menurunkan angka kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa
Yogyakarta antara lain 1 PDRB ; 2 Jumlah Penduduk, dan 3 investasi.