ANALISIS KONVERGENSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANTAR KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KONVERGENSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANTAR KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO

Oleh Dian Wahyuni

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur konvergensi sigma pendapatan dan mengukur konvergensi beta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konvergensi pendapatan antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro yang terdiri dari konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Metode penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data panel, digunakan alat analisis konvergensi sigma dan konvergensi beta yang terdiri dari konvergensi absolut dan konvergensi kondisional.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi konvergensi absolut, hal ini di buktikan tingkat pendapatan kota yang berpenghasilan rendah tidak tumbuh lebih cepat di bandingkan kota yang berpenghasilan tinggi. Hasil konvergensi kondisional menunjukkan bahwa variabel initial income, human capital, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan (PDRB) yang berarti sesuai dengan hipotesis. Sedangkan variabel populasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan (PDRB) dan sesuai dengan hipotesis. Variabel initial income dan populasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, sedangkan variabel human capital dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan. Kecepatan konvergensi absolut adalah 4,20% per tahun dan konvergensi kondisional sebesar 28,94% per tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk menutup setengah dari kesenjangan awal antara Kota Metro terhadap Kota Bandar Lampung adalah 16 tahun.


(2)

ABSTRACT

CONVERGENCE ANALYSIS OF REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT BETWEEN BANDAR LAMPUNG AND METRO

By Dian Wahyuni

The purpose of this study was to measure the income sigma convergence and beta convergence measure to determine the factors that affect the convergence of income among the city of Bandar Lampung and Metro City consisting of absolute convergence and conditional convergence. This research method using secondary data in the form of panel data, used analysis tools sigma convergence and beta convergence consisting of absolute convergence and conditional convergence.

The results showed that there was no absolute convergence, it is proved that the level of income of low-income town does not grow faster in high-income city compare. Conditional convergence results indicate that the initial variable income, human capital, labor, positive effect on income (GDP), which means consistent with the hypothesis. While the population variable negative effect on income (GDP) and in accordance with the hypothesis. Initial income and

population variables significant effect on earnings, whereas the variable of human capital and labor has no significant effect. Absolute convergence speed is 4.20% per year and conditional convergence of 28.94% per year. The time required to close half of the initial gap between the city of Bandar Lampung City Metro for 16 years.


(3)

ANALISIS KONVERGENSI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANTAR KOTA BANDAR LAMPUNG DAN

KOTA METRO

Oleh Dian Wahyuni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Unutk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 24 Desember 1993 dan merupakan anak tunggal dari pasangan Bastari dan Sopiah. Pendidikan pertama penulis adalah bersekolah di Madrasah Ibtidayah Mangku Negara, lulus pada tahun 2005. Lalu melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 6 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 8 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri, yaitu di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2015 selama 40 hari di Desa Tengor, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus.


(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada ibunda tersayang, seluruh keluarga besarku, sahabat-sahabatku, teman-temanku dan almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(9)

MOTO

“...But perhaps you hate a thing and it is good for you. And perhaps you love a thing and it is bad for you. And Allah knows, while you know not.”

( Qs. Al-Baqarah:216 )

“Tidak bertindak karena menunggu hilangnya rasa malas, adalah bentuk kemalasan

yang lebih parah”


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya skripsiini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis

Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto Antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro”ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.

Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung beserta jajarannya.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku sekertaris Jurusan Ekonomi


(11)

4. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga bagi Penulis.

5. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis. 6. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.sc selaku dosen Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut

ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

9. Ibu Hudaiyah, Bang Ferry, Bang Ma’rufdan Mas Nanang yang telah banyak membantu.

10. Kedua orang tuaku, Bapak Bastari dan Ibu Sopiah yang telah memberikan segalanya demi kebaikanku.

11. Sepupu-sepupuku yang selalu memberikan kasih sayang, canda dan tawa. 12. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan semangat tiada

henti.

13. Sahabat-sahabatku Triana Vera Elvina, Shinta Pirmanika dan Tiara Monica yang selalu memberikan semangat dan menghiburku selama menyusun skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku semasa berjuang di kampus tercinta Arnest Chyntia Fitri, Indah Permatasari, Asty Indra Larasati dan Rosya Arifia, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.


(12)

15. Teman-teman KKN di Desa Tengor Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus, Duta Hafsari, Rafida Desty, Edrian Junarsa, Ahmad Nur Hidayat dan Rian Indra Kurnia yang telah mendukung penulis

menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 Cahya Permatasari, Iin Noviyanti, Nila Ariesta, Enny Nadia, Nina Theresia, Matdelena Voria, Yohannes Novi, Elzha Melyani, Dewi Huntari, Ayuni Dina, Amalia Yasmine, Kartika Pakpahan, Dian Ayu Fatmawati, Windy Septiani, Feby Amalia, Indri Arrafi, Royiv Agmadeni, Aditya Agam, Reza Eka Saputra, Adi Fahrizal, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 17. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010, Zulmi Mahyumi, Angga Eka

Saputra dan kakak-kakak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 18. Serta semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Pemikiran ... 9

F. Hipotesis ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 14

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi ... 17

a. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 17

b. Model Pertumbuhan HarrodDomar ... 18

3. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi ... 18

a. Teori keseimbangan menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse . 19 b. Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan Lewis ... 19

4. Konsep Konvergensi ... 20

a. Sigma Konvergen ... 20

b. Beta Konvergen ... 21

5. Konvergensi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 21

6. Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 23

a. Human Capital (Modal Manusia) ... 23

b. Tenaga Kerja ... 24

c. Populasi ... 24


(14)

B. Penelitian Terdahulu ... 27

1. Penelitian Dalam Negeri ... 27

2. Penelitian Luar Negeri ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 30

B. Metode Analisis ... 31

1. Analisis Data Panel ... 31

2. Estimasi Model Panel ... 31

3. Langkah Penentuan Model Data Panel ... 33

a. Uji Chow ... 33

b. Uji Hausman ... 34

c. Uji Lagrange Multiplier (LM) ... 35

C. Alat Analisis ... 36

1. Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Sigma... 36

2. Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta ... 37

a. Konvergensi Absolut ... 37

b. Konvergensi Kondisional ... 38

D. Definisi Operasional Variabel ... 39

E. Uji Hipotesis ... 40

F. Uji Statistik ... 40

1. Uji t (parsial) / uji Signifikansi ... 41

G. Pengukuran Kecepatan Konvergensi ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian ... 44

1. Uji SignifikansiFixed Effect(Uji Chow)... 45

a. Model Konvergensi Absolut ... 45

b. Model Konvergensi Kondisional ... 45

B. Analisis Data ... 46

1. Analisis Konvergensi Sigma ... 46

2. Analisis Konvergensi Beta ... 49

a. Konvergensi Absolut ... 49

b. Konvergensi Kondisional ... 50

C. Uji Hipotesis ... 52

1. Konvergensi Sigma ... 52

2. Konvergensi Absolut... 52

D. Uji T / Uji Signifikansi ... 52

1. VariabelInitial Income... 53

2. VariabelHuman Capital ... 53

3. Variabel Tenaga Kerja ... 53

4. Variabel Populasi ... 54


(15)

F. Kecepatan Konvergensi ... 58 1. Kecepatan Konvergensi Absolut ... 58 2. Kecepatan Konvergensi Kondisional ... 59 V. SIMPULAN & SARAN

A. Simpulan ... 61 B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Tahun 2010-2013 (Juta Rp.) ... 5

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro (Persen) ... 6

Tabel 3. PerkembanganHuman Capital, Tenaga Kerja dan Populasi (Jiwa) ... 7

Tabel 4. Hasil Uji Chow ... 45

Tabel 5. Hasil Estimasi Uji Chow ... 45

Tabel 6. Kesimpulan Uji Data Panel Model Absolut & Kondisional ... 46

Tabel 7. Koefisien Variasi Konvergensi Sigma ... 47

Tabel 8. Hasil Estimasi Konvergensi Absolut ... 49

Tabel 9. Hasil Estimasi Konvergensi Kondisional ... 51

Tabel 10. Hasil Uji t-Statistik VariabelInitial Income ... 53

Tabel 11. Hasil Uji t-Statistik VariabelHuman Capital ... 53

Tabel 12. Hasil Uji t-Statistik Variabel Tenaga Kerja ... 54

Tabel 13. Hasil Uji t-Statistik Populasi ... 55

Tabel 14. Ringkasan Uji Signifikansi Variabel Independen ... 56


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 11

Gambar 2. Langkah Penentuan Model Data Panel ... 36

Gambar 3. Trend Koefisien Variasi Konvergensi Sigma Tahun 2001-2013 .. 48

Gambar 4. Kurva Daerah Penolakan Ho ... 53

Gambar 5. Kurva Daerah Penerimaan Ho ... 54

Gambar 6. Kurva Daerah Penerimaan Ho ... 55


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Proses pembangunan yang dilaksanakan pemerintah merupakan suatu proses pembangunan yang menyeimbangkan antara pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan nasional dilakukan untuk menunjang dan mendorong berkembangnya pembangunan daerah, dan di lain pihak pembangunan daerah ditingkatkan untuk memperkokoh pembangunan dan struktur perekonomian secara nasional yang dinamis (Adisasmita, 2013).

Pembangunan daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola

kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010). Pembangunan ekonomi daerah tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) wilayah tersebut yang dicapai setiap tahunnya. Pembangunan ekonomi


(19)

2

mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Todaro (2004) mendefinisikan bahwa pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan per kapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi

masyarakat.Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang tinggi, seharusnya dapat pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan dan tingkat

pengangguran.

Pembangunan regional atau daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilakukan oleh wilayah selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut, tujuan wilayah melakukan pembangunan ekonomi adalah untuk mengejar ketertinggalan dan mensejajarkan diri dengan wilayah-wilayah yang sudah maju, baik dalam hal pendapatan, produktivitas, upah dan sebagai indikator ekonomi lainnya, sehingga gap (jurang) kesenjangan antar wilayah tersebut akan

berkurang, yang dikenal dengan istilah “konvergensi antar wilayah” (Sodik,

2006).

Pertumbuhan ekonomi regional didekati dengan hipotesa konvergensi, konsep konvergensi berangkat dari hipotesa bahwa setiap daerah mempunyai potensi intrinsik untuk tumbuh khas. Konvergensi merupakan cara mengejar (catch up) ketertinggalan perekonomian negara/daerah miskin terhadap negara/daerah kaya


(20)

3

(Barro dan Sala-i-Martin, 1991). Teori konvergensi menyatakan bahwa tingkat kemakmuran yang dialami oleh negara-negara maju dan negara-negara

berkembang pada suatu saat akan konvergen (bertemu pada satu titik). Selain itu teori ini juga menyatakan bahwa akan terjadi catching up effect, yaitu ketika negara-negara berkembang berhasil mengejar negara-negara maju. Hal ini didasarkan asumsi bahwa negara-negara maju akan mengalami kondisi keseimbangan dalam jangka panjang (steady state), yaitu negara yang tingkat pendapatannya tidak dapat meningkat lagi karena tambahan investasi tidak menambah pendapatan. Sementara negara maju diam, negara berkembang yang memiliki tambahan investasi sehingga menambah pendapatannya, akan terus mengejar dan akhirnya pada suatu saat akan menyamai pendapatan negara maju atau terjadi catching up effect (Satriotomo, 2003).

Barro dan Sala-i-Martin (1995) mengemukakan bahwa terdapat dua konsep mengenai konvergensi pendapatan yaitu sigma konvergen dan beta

konvergen.Sigma konvergen untuk mengukur tingkat dispersi dari pendapatan. Jika dispersi pendapatan mengalami penurunan, maka dapat dikatakan bahwa ketimpangan antar daerah cenderung mengecil atau dengan kata lain terjadi konvergensi pendapatan. Untuk menentukan apakah konvergensi sigma terjadi, dapat dihitung penyebaran PDRB yang diukur sebagai koefisien variasi atau standar deviasi dari logaritmanya.Sedangkan beta konvergen adalah untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang diperkirakan menentukan tingkat konvergensi.Beta konvergen dibagi menjadi 2 yaitu konvergensi absolut (absolute convergence) dan konvergensi kondisional (conditional


(21)

4

dengan tingkat pertumbuhan pendapatan, sedangkan konvergensi kondisional dilakukan dengan mengikutsertakan sejumlah variabel penjelas dalam pengujian selain variabel dependen awal periode atau initial income.Konvergensi

kondisional dapat dianalisis dengan menentukan faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan, faktor-faktor penentu yang diduga mempengaruhi pendapatan yaitu modal manusia atau human capital (HC) adalah jumlah angkatan kerja yang menamatkan pendidikan minimal SLTA, tenaga kerja (TK) yang merupakan jumlah tenaga dimana tenaga kerja merupakan jumlah dari penduduk yang sudah bekerja, pertumbuhan populasi (POP) adalah jumlah penduduk pada periode waktu tertentu.

Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terletak diujung tenggara pulau Sumatera juga tidak terlepas dari permasalahan

disparitaspendapatan ini.Salah satu misi Provinsi Lampung adalah membangun dan mengoptimalkan potensi perekonomian daerah dan ekonomi kerakyatan yang tangguh, unggul dan berdaya saing, namun masalah disparitas pendapatan tetap menjadi permasalahan klasik yang dihadapi oleh provinsi ini.Hal ini dapat diidentifikasi melalui jumlah pendapatan ragional dari masing-masing

kabupaten/kota yang ada (Tabel 1).Dibawah ini adalah data perkembangan PDRB Provinsi Lampung bersadarkan kabupaten/kota pada tahun 2010-2013.


(22)

5

Tabel 1.PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2013 (Juta Rp.)

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013

Rupiah Share (%)

Rupiah Share (%)

Rupiah Share (%)

Rupiah Share (%) Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Pringsewu

Tulang Bawang Barat Mesuji Pesisir Barat Bandar Lampung Metro 1.509,674 2.329.522 4.348.906 4.330.053 6.228.793 3.401.717 1.405.680 2.261.365 1.661.428 1.436.188 1.127.310 1.250.841 - 6.540.521 562.509 3,94 6,14 11,36 11,30 16,26 8,79 3,68 5,90 4,35 3,51 2,94 3,27 - 17,08 1,47 1.578.014 2.504.579 4.615.643 4.572.452 6.587.165 3.566.685 1.486.211 2.384.794 1.773.600 1.439.875 1.193.901 1.315.210 - 6.967.851 598.519 3,89 6,17 11,37 11,27 16,23 8,79 3,66 5,88 4,37 3,55 2,94 3,24 - 17,17 1,47 1.135.729 2.683.250 4.906.387 4.816.469 7.006.637 3.781.781 1.570.204 2.504.381 1.887.627 1.536.405 1.272.176 1.399.313 547.164 7.423.369 634.711 2,63 6,22 11,38 11,17 16,25 8,77 3,64 5,81 4,38 3,56 2,95 3,25 1,27 17,22 1,47 1.194.321 2.899.977 5.201.169 5.058.414 7.435.788 3.997.559 1.654.983 2.636.819 1.994.969 1.631.923 1.485.680 1.343.765 570.948 7.905.567 674.271 2,61 6,35 11,38 11,07 16,28 8,75 3,26 5,77 4,37 3,57 3,25 2,94 1,25 17,30 1,48 Total Kabupaten/Kota

38.394.509 100 40.584.498 100 43.105.604 100 45.686.153 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Dari data pada tabel 1 diatas terlihat jika ada beberapa kabupaten/kota yang memiliki pendapatan regional yang cukup tinggi, namun disisi lain juga terdapat kabupaten/kota yang memiliki pendapatan regional rendah. Kota Bandar

Lampung menempati posisi teratas sebagai penyumbang terbesar dalam

pembentukan nilai PDRB Provinsi Lampung sebesar 17,30% pada tahun 2013, kemudian diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah sebesar 16,28% Lampung Selatan11,38%dan Lampung Timur sebesar 11,07%.

Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai konvergensi pada dua kota di Provinsi Lampung. Penelitian antar kabupaten/kota telah banyak dilakukan sebelumnya, oleh karena itu penelitian ini hanya


(23)

6

Pemilihan Kota Metro sebagai pembanding karena Kota Metro memiliki karakteristik yang hampir sama dan merupakan wilayah yang berstatus Kota Madya selain Kota Bandar Lampung di Provinsi Lampung. Kesamaan lainnya dengan Kota Bandar Lampung adalah lebih besarnya kontribusi sektor sekunder dan tersier dibandingkan dengan sektor primer dalam pembentukan PDRB masing-masing wilayah. Selain itu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro juga memiliki perbedaan pada awal mula tujuan didirikannya, Kota Bandar Lampung merupakan kota yang didirikan memang untuk menjadi ibu kota Provinsi, namun Kota Metro merupakan kota pemekaran dari Kabupaten Lampung Tengah yang diresmikan sebagai kota madya pada tanggal 27 April 1999.

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menunjukkan perkembangan kinerja ekonomi suatu daerah selama periode waktu tertentu.Tabel 2 yang menyajikan data pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro terhadap Provinsi Lampung sebagai berikut.

Tabel 2.Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro (Persen)

Kota 2010 2011 2012 2013

Bandar Lampung Metro

6,01 5,32

6,33 5,89

6,53 6,47

6,54 5,90

Lampung 5,26 5,88 6,43 6,48

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Berdasarkan data pada tabel 2 diatas kota yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi, sama atau bahkan melebihi pertumbuhan provinsi. Pada tahun 2013 pertumbuhan Kota Bandar Lampung sebesar 6,54% kemudian pertumbuhan Kota


(24)

7

Metro yang masih relatif rendah dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 5,90%.

Penelitian ini akan menganalisis apakah terjadi konvergensi sigma antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, laluakan mengidentifikasi apakah terjadi catching up effect pada Kota Metro terhadap Kota Bandar Lampung serta menganalisis faktor-faktor yang di duga mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Variabel yang di duga mempengaruhi tingkat pendapatan Kota Bandar Lampung dan Kota Metro yaitu, human capital (HC), tenaga kerja (TK) dan pertumbuhan populasi (POP).Berikut ini adalah data perkembanganhuman capital, tenaga kerja dan pertumbuhan populasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.

Tabel 3.PerkembanganHuman Capital, Tenaga Kerja dan Populasi (Jiwa)

Human Capital (HC) Tenaga Kerja (TK) Populasi (POP)

Kota Tahun Jiwa Growth

%

Jiwa Growth %

Jiwa Growth % Bandar Lampung 2010 2011 2012 2013 471.526 472.413 473.870 474.347 0,005 0,001 0,003 0,001 447.777 456.853 465.468 472.454 0,065 0,020 0,018 0,015 881.801 891.374 902.885 942.039 0,057 0,010 0,012 0,043 Metro 2010

2011 2012 2013 78.018 78.687 79.379 80.103 0,010 0,008 0,008 0,009 68.231 69.498 70.965 72.146 0,035 0,018 0,021 0,016 145.471 147.050 149.361 151.669 0,017 0,010 0,015 0,015 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

Berdasarkan pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah human capital, tenaga kerja dan populasi yang setiap tahun mengalami peningkatan namun pertumbuhannya fluktuatif pada tiap tahunnya. Jumlah human capital Kota Bandar Lampung yang tiap tahun meningkat terlihat sampai 2013 yaitu berjumlah 474.347 jiwa, dan Kota Metro yang juga terjadi peningkatan sampai pada tahun 2013 mencapai 80.103


(25)

8

jiwa. Data human capital atau modal manusia diproksi dengan data jumlah angkatan kerja yang menamatkan pendidikan minimal SLTA, kemudian data tenaga kerja adalah jumlah angkatan kerja yang merupakan jumlah penduduk yang sudah bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan, lalu populasi yaitu data jumlah penduduk pertahun dari tahun 2001-2013.

Penelitian tentang analisis konvergensi perekonomian wilayah telah banyak dilakukan, salah satu nya dilakukan oleh Yoenanto (2007), Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi, waktu mengidentifikasi

kesenjangan perekonomian yang dilakukan hanya di dua kota serta perbedaan variabel yang mempengaruhi tingkat pendapatan pada wilayah tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto Antar KotaBandar Lampung dan Kota Metro”

B. Rumusan Masalah

1. Apakah telah terjadi konvergensi sigma antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro?

2. Apakah telah terjadi konvergensi beta antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro yang terdiri dari konvergensi absolut dan konvergensi kondisional?


(26)

9

C. Tujuan Penelitian

1. Mengukur konvergensi sigma pendapatan sehingga dapat diketahui apakah telah terjadi penurunan disparitas pendapatan antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.

2. Mengukur Konvergensi beta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konvergensi pendapatan yang terdiri dari konvergensi absolut dan konvergensi kondisional.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi kepada pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan.

2. Sebagai sumber pengetahuan dan informasi tentang pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung.

3. Bagi pihak akademis, Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

E.Kerangka Pemikiran

Konvergensi adalah alat ukur yang sering digunakan untuk melihat laju pertumbuhan serta disparitas yang terjadi antar negara atau wilayah. Sebuah wilayah dikatakan konvergen apabila daerah-daerah didalamnya cenderung


(27)

10

menuju pada satu titik yang sama sehingga kesenjangan pendapatan antar daerah menjadi semakin kecil.Namun jika disparitas yang terjadi antar wilayah

cenderung melebar dan pemerataan makin tidak tercapai maka hal ini sering disebut divergensi pendapatan.

Perekonomian Provinsi Lampung secara langsung memberikan kontribusi

terhadap pembangunan ekonomi nasional dimana dalam pembentukan nilai PDRB terdapat sembilan sektor yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB. Kota Bandar Lampung merupakan kota yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyumbang besarnya PDRB Provinsi Lampung, selain Kota Bandar Lampung Kota Metro merupakan Kota Madya lainnya yang struktur ekonominya terbentuk dari sektor sekunder dan tersier, oleh karena itu Kota Metro dijadikan pembanding dalam penelitian ini.

Untuk menganalisis apakah telah terjadi penurunan disparitas pendapatan antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro digunakan metode analsisis koefisien variasi dengan tujuan mengetahui seberapa besar disparitas pendapatan yang terjadi antara Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Lalu untuk melihat bagaimana Kota Metro mengejar ketertinggalan untuk mensejajarkan diri (catch up) terhadap Kota Bandar Lampung digunakan metode analisis konvergensi absolut dan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan(PDRB) Kota Bandar Lampung dan Kota Metro menggunakan metode analisis konvergensi kondisional.


(28)

11

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Perekonomian

Provinsi Lampung

Kota Bandar

Lampung

Kota

Metro

Konvergensi

Divergensi

Sigma

Koefisien Variasi

Beta

Kondisional

Tenaga Kerja, Human Capital,

Jumlah Penduduk

Absolut

Initial Income


(29)

12

F. Hipotesis

1. Diduga terjadi konvergensi sigma antar Kota Bandar Lampung danKota Metro.

2. Diduga terjadi konvergensi absolut atas pendapatan antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro sertadiduga initial income, human capital, tenaga kerja berpengaruh positif dan populasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan seitematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka yang berisi landasan teori, tujuan teoritis dan tujuan empiris yang rrelevan dalam penulisan penelitian ini.

BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan perubah variabel dan metode analisis.

BAB IV : Hasil dan pembahasan yang memuat hasil olah data serta pembahasan dari hasil hitung statistik.


(30)

13

BAB V : Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan dari serluruh kegiatan penelitian serta saran untuk pengembangan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Definisi ini menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi pempunyai tiga sifat penting yaitu, suatu proses yang berarti perubahan terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh

perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pandapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah pemerataan pendapatan (Sukirno, 1994).Pembangunan ekonomi itu bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk


(32)

15

mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Maka pembangunan ekonomi pada umumnya disefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1999).

Menurut Michael P. Todaro (1993), pembangunan di semua negara memiliki tiga sasaran yang ingin dicapai, yaitu :

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan, kesehatan dan perlindungan.

2. Meningkatkan taraf hidup, termasuk manambah dan mempertinggi penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan memperhatikan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Semua itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi semata, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri, baik individu maupun bangsa. 3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan

nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan negara-negara lain, tetapi juga sumber-sumber kebodohan dan penderitaan manusia.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang.Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat.Jadi


(33)

16

pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu

perekonomian. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga berkembang. Di samping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.Dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara (Sukirno, 2002).

Menurut Jhingan (2000) teori ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh empat macam faktor seperti faktor ekonomi berupa sumber daya alam, faktor sosial, faktor manusia, dan faktor politik.Faktor manusia atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PDRB per kapita yang begitu besar sangat berkaitan erat dengan pengembangan faktor sumber daya manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitas yang meningkat dikalangan tenaga kerja.


(34)

17

2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi a. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertanbahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi (Tarigan, 2004).Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang

ekonomi.Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis, agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi bersangkutan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total GDP dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output


(35)

18

satu pihak, dan jumlah penduduk dipihak lain, pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.

b. Model Pertumbuhan Harrod – Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural, selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

3. Keseimbangan Pertumbuhan Ekonomi

Keseimbangan pertumbuhan ekonomi adalah pemerataan pertumbuhan ekonomi diantara wilayah dalam suatu negara kesatuan, pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui peningkatan PDRB perkapita antar wilayah, terjadinya keseimbangan pertumbuhan ekonomi memiliki hambatan yaitu tidak semua wilayah memiliki faktor-faktor pendukung untuk memajukan wilayahnya sendiri.


(36)

19

a. Teori keseimbangan menurut Rosenstein-Rodan dan Nurkse

Industrialisasi ke daerah-daerah yang masih berkembang merupakan cara yang tepat untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata dan untuk meningkatkan pendapatan didaerah berkembang. Rendahnya investasi disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli masyarakat disebabkan oleh rendahnya pendapatan riil masyarakat itu sendiri.Rendahnya pendapatan riil dikarenakan oleh rendahnya produktivitas. b. Teori keseimbangan menurut Scitovsky dan Lewis

Menurut Scitovsky eksternalitas itu dapat dibagi menjadi dua yaitu seperti teori yang terdapat dalam teori keseimbangan (equilibrium theory) dan yang seperti terdapat dalam teori pembangunan. Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas itu dapat diartikan sebagai perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan teknologi pada industri lain. Selain itu disamping hubungan saling

ketergantungan antara berbagai industri bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan-tindakan

perusahaan lain.

Menurut Arthur Lewis pembangunan seimbang lebih menekankan pada

keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien antara berbagai sektor, yaitu antara sektor industri dan pertanian, sektor dalam negeri dan sektor luar negeri. Terjadinya masalah apabila pembangunan hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan


(37)

20

antara berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan terhambat.

4. Konsep Konvergensi

Shankar dan Shah (2001) menjelaskan bahwa ada dua alasan terjadinya konvergensi, yaitu :

1. Perbedaan tingkat output perkapita antar daerah yang terjadi karena perbedaan rasio modal antar daerah. Negara yang lebih makmur memiliki rasio modal per tenaga kerja yang lebih besar, sehingga return on capital rendah.

2.

Perbedaan output per kapita yang terjadi karena teknologi. Aliran teknologi terjadi dari daerah berteknologi tinggi ke daerah berteknologi rendah. Aliran tersebut dapat melalui beberapa cara, yaitu transfer teknologi, investasi langsung, pembelian mesin-mesin produksi oleh daerah yang terbelakang.

Barro dan Sala-i-Martin (1995) mengemukakan bahwa terdapat dua konsep mengenai konvergensi pendapatan yaitu :

a. Sigma Konvergen

Sigma konvergen mengukur tingkat dispersi dari pendapatan, jika dispersi pendapatan mengalami penurunan, maka dapat dikatakan bahwa ketimpangan antar daerah cenderung mengecil atau dengan kata lain telah terjadi

konvergensi pendapatan. Untuk menentukan apakah konvergensi sigma terjadi dapat dihitung penyebaran PDRB yang diukur sebagai koefisien variasi atau standar deviasi dari logaritmanya.


(38)

21

b. Beta Konvergen

Kegunaan beta konvergen adalah untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang diperkirakan menentukan tingkat konvergensi.Beta konvergen dibagi menjadi 2, yaitu konvergensi absolute (absolute convergence) dan konvergensi kondisional (conditional convergence).Konvergensi absolut merupakan hubungan negatif antara PDRB dengan tingkat pertumbuhan pendapatan, sedangkan konvergensi kondisional dilakukan dengan

mengikutsertakan sejumlah variabel penjelas dalam pengujian selain variabel dependen awal periode atau initial income.

5. Konvergensi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang.Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat.

Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Wibisono (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi regional didekati dengan hipotesa konvergensi, yang terbagi atas dua hal yaitu absolute

convergence berdasarkan teori pertumbuhan neoklasik dan conditional convergence yang berdasarkan pada teori pertumbuhan endogenous.Kedua hipotesa konvergensi diatas termasuk dalam analisa dinamis.Absolute

convergence diartikan sebagai konvergensi yang terjadi pada daerah dalam satu negara, yang walaupun terjadi perbedaan dalam teknologi, preferensi dan intuisi


(39)

22

antar daerah, namun perbedaan itu relatif lebih kecil dibanding dengan perbedaan antar negara (bersifat lebih homogenitas).Konvergensi absolut digunakan untuk studi antar daerah dalam satu negara (Barro dan Sala-i-Martin, 1992).Hipotesis konvergensi absolut ini sulit diterima karena dalam kenyataan pertumbuhan ekonomi regional hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan per kapita awal saja. Bila kita melakukan hal ini, model akan rawan terhadap bias spesifikasi.

Konvergensi kondisional adalah konvergensi yang dilakukan dengan melihat perilaku dan karakteristik antar negara atau antar daerah dalam suatu

negara.Perbedaan antar negara adalah terbukti dan eksis. Wibisono (2001) menyatakan dengan melakukan tes hipotesis konvergensi kondisional maka akan mendapatkan manfaat yang lebih besar, yaitu dapat mengetahui faktor-faktor penentu apa saja yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional dalam jangka panjang, 5 dengan cara memasukkan variabel-variabel terpilih yang dianggap mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional ke dalam

persamaan. Konvergensi dikatakan kondisional apabila tingkat pertumbuhan lebih tinggi pada propinsi yang memiliki level pendapatan yang lebih rendah.

Ada tiga alasan penting bagaimana daerah berkembang dapat menyusul tumbuh dengan cepat dengan negara maju (Ghose, 2001), yaitu :

1. Daerah tertinggal yang masuk ke dalam pertumbuhan ekonomi modern dapat memanfaatkan kelebihan dalam mengadopsi dan menggunakan teknologi yang telah dikembangkan oleh daerah yang maju sebelumnya. Mereka tidak perlu mengulang adanya proses penemuan baru.


(40)

23

2. Ada asumsi dasar dalam teori pertumbuhan yakni ada diminishing return pada faktor-faktor input. Hal ini terjadi pada daerah yang maju dengan modal fisik dan modal kapital dalam tingkatan yang tinggi, sehingga seharusnya daerah berkembang yang memiliki modal yang lebih sedikit akan memiliki produktifitas tinggi sehingga daerah tersebut seharusnya memiliki

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan daerah yang maju. 3. Para pekerja didaerah yang perekonomiannya berkembang cenderung

memiliki produktifitas yang rendah pada aktifitas pertanian karena sepanjang terjadinya pertumbuhan, para pekerja pindah ke sektor manufaktur dan jasa.

Dengan adanya tiga kondisi tersebut dimana terjadinya transfer teknologi dan akumulasi modal yang cepat, maka pendapatan suatu daerah cenderung akan mengalami konvergensi atau setara dalam jangka panjang, karena pertumbuhan daerah yang lebih cepat akan menyusul pertumbuhan daerah maju yang lebih lambat.

6. Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

a. Human Capital (Modal Manusia)

Variabel ini merupakan jumlah angkatan kerja yang menamatkan pendidikan minimal SLTA yang mencerminkan ketersediaan skill workers dan kualitas SDM. Sebagaimana yang diungkapkan Handoyo (2000) Modal manusia dapat menjadi sumber daya manusia yang handal dalam peningkatan pendapatan apabila memiki kualitasnya tinggi. Dalam hal ini sumber daya manusia dalam peningkatan


(41)

24

kualitas pembangunan daerah dan menjaga kelangsungan pembangunan itu sendiri, dan peningkatan pendapatan secara nasional.

Guna mencapai sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan beberapa upaya diantaranya adalah dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia.Beberapa upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, diantaranya adalah terdapatnya pendidikan yang diorganisasikan secara formal pada tingkat dasar, menengah dan pendidikan pada tingkat tinggi.Manfaat dari adanya pendidikan bagi pembangunan ekonomi bagi suatu bangsa secara umum dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan pengetahuan dan keahlian dan tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas.

b. Tenaga Kerja

Variabel ini merupakan jumlah tenaga kerja yang merupakan jumlah dari penduduk yang sudah bekerja.Mutu tenaga kerja dan masyarakat suatu wilayah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dan penduduk akan mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi. Menurut Handoyo (2003), jumlah penduduk juga akan mempengaruhi cakupan pangsa pasar menjadi lebih luas sehingga pasar akan membutuhkan tenaga kerja sehingga peningkatan tenaga kerja diiringi peningkatan pendapatan suatu daerah.

c. Populasi

Variabel ini adalah jumlah penduduk pertahun dari tahun tertentu, dipilihnya variabel ini karena mengingat penduduk dapat menjadi sumber sekaligus kendala dalam pembangunan jika pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan.Berdasarkan


(42)

25

model Solow, semakin tinggi tingkat pertumbuhan populasi, semakin rendah tingkat output dan tingkat modal per pekerja. Teori lain melihat efek lain dari populasi, Malthus memperlihatkan pertumbuhan populasi akan membebani sumber daya alam yang diperlukan untuk memproduksi makanan.

7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Poduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah.Melalui data PDRB dapat diketahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi yang dicapai dan peranan masing-masing sektor ekonomi yang menyokong perekonomian daerah.Selain itu, berdasarkan data ini pula pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang terkait dengan upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah.Namun pada kenyataannya, hasil pembangunan saat ini masih belum dapat dirasakan secara merata dan masih terdapat kesenjangan antar daerah (BPS Provinsi Lampung, 2011).

PDRB dapat diartikan sebagai nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang berada disuatu wilayah selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian besaran nilai PDRB akan bervariasi sejalan dengan upaya pengelolaan sumber daya dan faktor-faktor produksi yang tersedia di wilayah yang bersangkutan.

Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan empat pendekatan, antara lain : 1. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai bruto dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan


(43)

26

ekonomi dengan biaya antara lain dari masing-masing nilai produksi bruto dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang diperoleh oleh unit produksi sebagai input antara nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi, dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha seperti bunga neto, sewa tanah dan keuntungan tidak diperhitungkan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan

konsumsi rumah tangga., pemerintah dan yayasan sosial, pembentukan modal dan ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total

pengeluaran dari komponen-komponen tersebut harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar/berlaku.

4. Metode Alokasi

Metode alokasi digunakan pada data-data suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia.Nilai tambah dari suatu unit produksi didaerah tersebut dihitung dengan


(44)

27

menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatnya lebih tinggi, seperti data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi.

B. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membandingkan dan memperkuat atas hasil analisis yang dilakukan yang merujuk dari beberapa studi, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung.

1. Penelitian Dalam Negeri

No Nama Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1. 2. Emalia (2012) Rustariyuni dan Setyari (2011) Analisis Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Konvergensi Perekonomian Di Bali Analisis Tipologi Daerah, Analisis Konvergensi Sigma, Analisis Konvergensi Beta (Absolut dan Kondisional). Analisis Konvergensi Absolut dan Konvergensi Kondisional. Tidak terjadi konvergensi absolut antar kabupaten/kota, faktor-faktor yang signifikan penentu tingkat pendapatan per kapita kabupaten/kota di Provinsi Lampung adalah pendapatan per kapita tahun sebelumnya, pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja. Tidak terjadinya konvergensi absolut dan konvergensi kondisional di Bali, dengan naiknya variasi pendapatan perkapita antar kabupaten tiap


(45)

28

No Nama Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

3. 4. 5. Noegroho (2007) Dewangga Putra (2011) Imani Rubiarko (2013) Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Tengah Periode 2000-2007 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disparitas Indeks Entropi Theil, Indeks Ketidakmerataan Between dan Within. Indeks Wiliiamson, Analisis Regresi Berganda, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis.

Indeks Williamson dan Analisis Regresi Berganda tahunnya yang mengindikasikan ketimpangan pendapatan antar daerah. Indeks entropi theil yang rendah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapatan yang terlalu jauh antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan indeks kesenjangan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada periode 1993-2005 terus mengalami peningkatan dan mempunyai tren yang naik. Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung menggunakan indeks williamson selama periode 2000-2007 menunjukkan ketimpangan semakin melebar. Pengangguran terbuka secara signifikan dinyatakan


(46)

29

No Nama Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Pendapatan Di

Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2011

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya disparitas pendapatan di Provinsi Jawa Timur.

2. Penelitian Luar Negeri

No Nama Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Sala-i-Martin

(1996)

The Classical Approach to Convergence Analysis

Konvergensi Sigma dan

Konvergensi Beta (Absolut dan Kondisional)

Distribusi lintas negara dari GDP dunia antara 1960 dan 1990 tidak menyusut dan negara-negara miskin belum tumbuh lebih cepat dari negara kaya.


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data yang bersumber pada instansi pemerintah yang telah dipublikasikan dan data yang diolah kembali dari data sekunder yang diterbitkan oleh instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), berbagai website serta berbagai instansi dan literatur-literatur lain yang terkait dengan penelitian ini. Adapun data sekunder yang digunakan yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, serta data geografis dan data-data lain yang

mendukung.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data panel, yang merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time series) dan silang tempat (cross section) yang meliputi dua kota di Provinsi Lampung. Data yang akan digunakan merupakan data kondisi perekonomian dalam kurun waktu tiga belas tahun (2001-2013). Tahun 2001 sebagai tahun awal pengambilan periode penelitian yang merupakan awal terbentuk otonomi daerah sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada periode 2001-2013 dengan wilayah penelitian yang mencakup Provinsi Lampung.


(48)

31

B. Metode Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode regresi data panel menggunakan bantuan Eviews.

1. Analisis Data Panel

Data panel (Pooled data) merupakan data gabungan antara data lintas waktu (time series) dan data lintas-individu (cross section).Analisis panel data adalah subyek dari salah satu bentuk yang cukup aktif dan inovatif dalam literature ekonometrik. Hal ini dikarenakan metode analisis data panel menyediakan informasi yang cukup akurat untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teori.

Analisis dengan menggunakan data panel juga berguna untuk alasan teknis-pragmatis. Dalam sebuah penelitian, terkadang kita menemukan suatu persoalan mengenai ketersediaan data (data availability) untuk mewakili variabel yang kita gunakan dalam penelitian.dalam kondisi demikian pendekatan data panel dapat memberikan penyelesaian yang memuaskan.Dengan menggabungkan data time-series dan cross-section kita mampu menambah jumlah observasi secara

signifikan tanpa melakukan treatment apapun terhadap data.

2. Estimasi Model Panel

Dalam analisa model data panel dikenal tiga macam pendekatan estimasi, yaitu : a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pada metode ini, penggunaan data panel dilakukan dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan selanjutnya dilakukanlah pendugaan.Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep dari masing -masing


(49)

32

variabel adalah sama dan slope koefisien dari variabel - variabel yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section. Persamaan yang digunakan adalah :

Yit = a + βiX1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it + εit Untuk i= 1, 2,....,N dan t = 1, 2 ... T.

Dimana N adalah jumlah unit cross section (daerah) dan T adalah jumlah periode waktunya. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross sectionnya.

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau disebut juga covariance model.Kita dapat menuliskan pendekatan tersebut dalam persamaan sebagai berikut:

Yit = αi +βiXlit + β2X2it +β3X3it + β4D4it + εit

Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat perbedaan pada setiap individu (cross section). Sementara itu, slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu.

c. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupu antar waktu dimasukkan kedalam error.Persamaan random effect model

diformulasikan sebagai berikut:


(50)

33

Kita mengasumsikan bahwa ia adalah variabel acak dengan nilai rata-rata a. Dan nilai intercept untuk masing-masing unit cross-section dapat ditulis sebagai berikut:

ai = a + ui / = 1, 2,.... N

Dimana adalah random effect term.Secara esensial, kita ingin mengatakan bahwa Cross-section yang masuk ke dalam sampel diambil dari populasi yang lebih besar dan semua memiliki rata-rata yang sama untuk intercept setiap Cross-section yang dapat direfleksikan dalam error term ui. Dengan demikian persamaan diatas dapat dituliskan kembali menjadi:

Yit = αi + βiXlit + β2X2it +β3X3it + β4X4it + ui + εit

Yit = αi + βiXlit + β2X2it +β3X3it + β4X4it + Wit

3. Langkah Penentuan Model Data Panel a. Uji Chow

Uji chow test digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixedeffect (FE) lebih baik daripada model regresi data panel common effect (CE) dengan melihat residual sum squares (Green, 2000)

Chow test

RRSS : Restricted Sum of Square Residual

Yang merupakan nilai Sum of Square Residual dari model PLS/ common effect

URSS : Unrestricted Sum of Square Residual

Yang merupakan nilai Sum of Square Residual dari model LSDV/ fixedeffect.


(51)

34

N = Jumlah individu data T = Panjang waktu data

K = Jumlah variabel independen

Nilai chow test yang didapat kemudian dibandingkan dengan F-tabel pada numerator sebesar N-1 dan denumerator NT-N-K. Nilai F-tabel menggunakan a sebesar 1% dan 5%. Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho = menerima model common effect, jika nilai Chow <F-tabel Hi = menerima model fixed effect, jika nilai Chow >F-tabel

b. Uji Hausman

Untuk menentukan metode apa yang sebaiknya dipakai antara fixed effect atau random effect, digunakan metode yang dikembangkan oleh Hausman. Uji Hausman ini didasarkan bahwa penggunaan variabel dummy dalam metode fixed effect dan GLS adalah efisien sedangkan OLS tidak efisien, di lain pihak

alternatifhya adalah metode OLS efisien dan metode GLS tidak efisien. Karena uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan df sebesar k dimana k adalah jumlah variabel independenden. Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed effect dan sebaliknya.


(52)

35

Secara matematis, uji ini dapat ditulis sebagai berikut: W = (βfe–βre)1[V(βfe) - V(βre)]-1(βfe–βre) ~ x2 (k)

W = estimasi dari matriks kovarian sebenarnya

βfe = estimator dari FEM

βre = estimator dari REM

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan degree of freedom (df) sebesar k di mana k adalah jumlah variabel independen

Perbandingan tersebut dilakukan dalam kerangka hipotesis sebagai berikut: Ho = menggunakan pendekatan random effect, jika nilai Hausman <nilai

chi-squares

Hi = menggunakan pendekatan fixedeffect, jika nilai Hausman >nilai chi-squares

c. Uji Lagrange Multiplier (LM)

Untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik daripada metode common effect maka digunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang

dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Hipotesis dari LM Test adalah: Ho : Common effect

Ha : Random Effect

Untuk melakukannya diperlukan formulasi sebagai berikut:

LM =

= Jumlah dari kuadrat jumlah residual tiap individu = Sum Squared of Residual dari random effect


(53)

36

N = Jumlah individu data

T = Jumlah tahun data

Nilai LM kemudian dibandingkan dengan nilai chi-squares pada degree of freedom (df) sebanyak jumlah variabel independen dan a = 1% dan a = 5%. Perbandingan tersebut dilakukan dalam kerangka hipotesis sebagai berikut:

Ho = menggunakan model PLS, jika nilai LM <nilai chi-squares Hi = menggunakan REM, jika nilai LM>nilai chi-squares

Gambar 2. Langkah Penentuan Model Data Panel

C. Alat Analisis

1. Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Sigma

Untuk mengukur konvergensi dengan cara menghitung dispersi dari kota di Provinsi Lampung. Mengacu pada Barro dan Salla-i-martin (1992),

disparitasdapat diukur dengan cara menghitung standar deviasi dari logaritma PDRB kota setiap tahunnya atau koefesien variasi dari PDRB kota setiap tahunnya. Jika koefisien variasi tahun tertentu lebih kecil dari koefisien variasi

Pooled Least Square

Fixed Effect

Random Effect

ChowTest

Hausman Test LM


(54)

37

tahun sebelumnya, maka sigma konvergen terjadi, sebaliknya jika koefisien variasi tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya, maka sigma konvergen tidak terjadi.

Berikut formula untuk mengestimasi koefesien variasi tiap tahunnya (Shankar dan shah, 2001) :

CV = Y

Dimana CV merupakan koefesien variasi pada tahun tertentu, Yi mewakili PDRB tiap kota pada tahun 2001-2013, dan Y mewakili mean dari PDRB tiap kota pada tahun 2001-2013, sedangkan n adalah jumlah kabupaten/ kota.

2. Alat Analisis Untuk Mengukur Konvergensi Beta

Konvergensi beta digunakan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang diperkirakan menentukan tingkat konvergensi.Beta konvergen dibagi menjadi dua aspek yaitu meliputi konvergensi absolut dan konvergensi kondisional.

a. Konvergensi Absolut

Model dasar konvergensi berasal dari Barro dan Sala-i-Martin (1995). Adapun spesifikasi model yang digunakan untuk menguji konvergensi absolut dimodifikasi dari persamaan Barro dan Sala-i-Martin (1995), yaitu : Log YC = a + b0Log YC(it-1) + eit... Model 1

Dimana :

YC = PDRB tiap kota atas dasar harga konstan 2000 selama periode 2001-2013


(55)

38

b. Konvergensi Kondisional

Untuk melakukan tes terhadap hipotesis konvergensi kondisional digunakan model 2 yang kemudian dimodifikasi dengan menambah variable-variabel bebas lain menjadi :

LogYC= α+β1LogYC(it-1)+β2LogHCit+ β3LogPOPit+β4LogTKit+ Uit...Model

2

Dimana :

α = Konstanta

YC = PDRB

YC(t-1) = PDRB tahun sebelumnya / initial income

HC = Modal manusia

POP = Jumlah populasi penduduk TK = Jumlah tenaga kerja i = Wilayah

t = Tahun

β1….β4 = Koefisien regresi

Uit = Faktor pengganggu / error term

Model tersebut digunakan untuk mengukur konvergensi kondisional, dengan variabel penjelas yaitu initial income, modal manusia, tenaga kerja dan pertumbuhan populasi yang diduga sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan antar Kota Bandar lampung dan Kota Metro.


(56)

39

Menurut Wibisono (2003), dengan melakukan tes hipotesis konvergensi kondisional maka akan diperoleh manfaat yang lebih besar yaitu dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi regional dalam jangka panjang, dengan cara memasukkan variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Konvergensi dikatakan kondisional apabila tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi pada daerah yang memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah.

D. Definisi Operasional Variabel 1. PDRB (YC)

Variabel ini merupakan PDRB tiap kota di Provinsi Lampung atas dasar harga konstan 2000 sebagai variabel dependen. PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah yang dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar yaitu 2000 dan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.

2. PDRB (YC(t-1) )

Yaitu logaritma dari PDRB yang merupakan PDRB tiap kota di Provinsi Lampung pada tahun sebelumnya sebagai variabel independen.

3. Modal manusia atau human capital (HC)

Yaitu jumlah angkatan kerja yang menamatkan pendidikan SLTA yang mencerminkan ketersediaan skill workers dan kualitas SDM.Asumsi dasar dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kesenjangan adalah pendidikan meningkatkan produktivitas pekerja.


(57)

40

4. Tenaga kerja (TK)

Variabel ini merupakan jumlahtenaga kerja yang merupakan jumlah dari penduduk yang sudah bekerja. Asumsi dalam menilai kontribusi jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan adalah jumlah tenaga kerja yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan produksi.

5. Pertumbuhan Populasi (POP)

Adalah jumlah penduduk per tahun dari tahun 2001-2013.Dipilihnya variabel ini mengingat penduduk dapat menjadi sumber sekaligus kendala dalam pembangunan jika laju pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan.

E. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan (kesamaan) rata antara dua jenis data.Salah satu teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis dua rata-rata. Adapun hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : β1-β2 = 0 (tidak terjadinya konvergensi sigma)

Ha : β1- β2 = 0 (terjadinya konvergensi sigma)

F. Uji Statistik

Uji statistik ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan ada tidaknya korelasiantara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari hasil regresi berganda akan diketahui besarnya koefisien masing-masing variabel, dari besarnya


(58)

41

terpisah maupun berasama-sama terhadap variabel terikat. Maka dilakukan uji hipotesis yang dilakukan dengan cara:

1. Uji t (parsial) / Uji Signifikansi

Untuk mengetahui signifikansi pengaruh vaiabel independen terhadap variabel dependen secara individu dengan menganggap variabel dependen lainnya tetap (ceteris paribus) dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel. Adapun hipotesis yang digunakan adalah:

a. Ho : β = 0, artinya variabel initial income tidak berpengaruh terhadap

pendapatan (PDRB).

Ha : β < 0, artinya variabel initial incomeberpengaruh terhadap pendapatan

(PDRB).

b. Ho : β = 0, artinya variabel human capital tidak berpengaruhterhadap

pendapatan (PDRB).

Ha : β < 0, artinya variabel human capitalberpengaruh terhadap pendapatan

(PDRB).

c. Ho : β = 0, artinya variabel tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap

pendapatan (PDRB).

Ha : β < 0, artinya variabel tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan

(PDRB).

d. Ho : β = 0, artinya variabel populasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan

(PDRB).

Ha : β < 0, artinya variabel populasi berpengaruh terhadap pendapatan


(59)

42

G. Pengukuran Kecepatan Konvergensi

Menurut Barro dan Sala-i-Martin (1995), untuk menghitung konvergensi beta adalah:

Β=

dimanab adalah koefisien variabel prediktor dan T adalah lama periode waktu. Persamaan di atas juga digunakan untuk memperlihatkan seberapa cepat pendapatan PDRB yang dihasilkan dapat mencapai kondisi pendapatan pada steady-state, atau dikenal dengan kecepatan konvergensi (speed of convergence).

Koefisien pada pendapatan awal periode [(1 – e-βT)/T, pada persamaan 1 akan terlihat semakin menurun seiring dengan panjangnya interval waktu T. Nilai koefisien tersebut akan mendekati 0 seiring T mendekati waktu tak terthingga, dan

sebaliknya akan mendekati β seiring T mendekati 0. Penentuan lama waktu

half-time convergence (waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan separuh gap yang terjadi) dapat dilakukan sebagai berikut (Barro, 1995).

log [y(t)] = (1 - e-βT). log*) + e-βT.log[y(0)]

Waktu t yang dibutuhkan bagi log [y(t)] untuk menghilangkan gap antara log [y(0)] dan log(y*) adalah harus memenuhi kondisi e-βT= , maka half-time convergence adalah:

t =

Half-life convergence berarti waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan separuh gap yang terjadi antara pendapatan awal periode dan steady state.B


(60)

43

menunjukkan kecepatan penurunan gap antara pendapatan awal periode dengan kondisi pendapatan steady state.Bila fi adalah sebesar 0.05 maka gap tersebut dapat dikurangi sebesar 5% per tiap tahun.


(61)

V. SIMPULAN & SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Selama periode penelitian tidak terjadi penurunan disparitas pendapatan masyarakat baik di kota Bandar Lampung maupun di Kota Metro dengan rata-rata nilai CV sebesar 0,49 dan hipotesis yang menyatakan telah terjadi konvergensi sigma antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ditolak.

2. Hasil menunjukan bahwa tidak terjadi konvergensi absolut, hal ini di buktikan tingkat pendapatan kota yang berpenghasilan rendah tidak tumbuh lebih cepat di bandingkan kota yang berpenghasilan tinggi.

Hasil konvergensi kondisional menunjukkan bahwa variabel initial income, human capital, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan (PDRB) yang berarti sesuai dengan hipotesis. Sedangkan variabel populasi

berpengaruh negatif terhadap pendapatan (PDRB) dan sesuai dengan

hipotesis. Variabel initial income dan populasi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, sedangkan variabel human capital dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.


(62)

62

Kecepatan konvergensi absolut adalah 4,20% per tahun dan konvergensi kondisional sebesar 28,94% per tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk menutup setengah dari kesenjangan awal antara Kota Metro terhadap Kota Bandar Lampung adalah 16 tahun.

B. Saran

1. Adapunsaran untuk pemerintah guna menurunkan disparitas adalah (1)

menempatkan kesetaraan sebagai target kinerja pembangunan, (2) memberikan perhatian khusus kepada para petani, dan (3) menerapkan kebijakan pajak progresif.

2. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan sumberdaya manusia, dengan cara peningkatan human capital agar meningkatnya PDRB dan untuk percepatan pertumbuhan di Kota Metro .

3. Peningkatan kualitas tenaga kerja dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan agar tenaga kerja dapat bekerja secara maksimal dan memberikan pengaruh terhadap peningkatanPDRB.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardani, A. 1992. Analysis of Regional Growth and Disparity: The Impact

Analysis of the inpres Project on Indonesian Development. Disertation. The Faculty of The University of Pennsylyania.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2011. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung. Barro, R.J., and Xavier Sala-i-Martin. 1991. Convergence Across States and

Regions, Brookings Papers on Economic Activity. Jurnal.

Barro, R.J., and Xavier Sala-i-Martin. 1995. Economic Growth, Mc Graw-Hill, New York. Jurnal.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta. PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Emalia, Zulfa. 2012. Analisis Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Ghose, Ajit.K. 2001. Global Economic Inequality and National Trade,

Employment Paper 2001/12 Employment Strategy Department, Employment Sector, International Labour Office Geneva, International Labour

Organization.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. PT Raja Drafindo Persada.


(64)

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Adakah Perubahan Konsentrasi Spasial Industri Manufaktur di Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM. Kusmantoro. 2009. Disparitas dan Spesialisasi Industri Manufaktur

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Mankiw. 2000. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Shankar, Raja and Anwar Shah. 2001. Bridging the Economic Divide within

Countries : A Scorecard on the Performance og Regional Policies in Reducing Regional Income Disparities.

Sirojuzilam. 2008. Ekonomi dan Perencanaan Regional. Medan. Pustaka Bangsa. Sodik, Jamzani. 2006. Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Kasus

Konvergensi Antar Provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono. 1994. Ekonomi Pembangunan. Jakarta. Erlangga. Sukirno, Sadono. 2002. Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Sumitro, Djojohadikusumo. 1987. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Pembangunan. Jakarta : Bagian Penerbitan : LP3ES.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi regional. Medan. Bumi Aksara.

Todaro, Michael P. 2000. Economics Development in the Third World, The Longman Inc New York.

Todaro, P Michael. 1999. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta. Erlangga.

Todaro, P Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Universitas Lampung, 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung, Bandar Lampung.

Wibisono, Yusuf. 2001. Konvergensi di Indonesia : Beberapa Penemuan Awal dan Implikasinya. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia.


(1)

G. Pengukuran Kecepatan Konvergensi

Menurut Barro dan Sala-i-Martin (1995), untuk menghitung konvergensi beta adalah:

Β=

dimanab adalah koefisien variabel prediktor dan T adalah lama periode waktu. Persamaan di atas juga digunakan untuk memperlihatkan seberapa cepat pendapatan PDRB yang dihasilkan dapat mencapai kondisi pendapatan pada steady-state, atau dikenal dengan kecepatan konvergensi (speed of convergence).

Koefisien pada pendapatan awal periode [(1 – e-βT)/T, pada persamaan 1 akan terlihat semakin menurun seiring dengan panjangnya interval waktu T. Nilai koefisien tersebut akan mendekati 0 seiring T mendekati waktu tak terthingga, dan

sebaliknya akan mendekati β seiring T mendekati 0. Penentuan lama waktu half-time convergence (waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan separuh gap yang terjadi) dapat dilakukan sebagai berikut (Barro, 1995).

log [y(t)] = (1 - e-βT). log*) + e-βT.log[y(0)]

Waktu t yang dibutuhkan bagi log [y(t)] untuk menghilangkan gap antara log [y(0)] dan log(y*) adalah harus memenuhi kondisi e-βT= , maka half-time convergence adalah:

t =

Half-life convergence berarti waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan separuh gap yang terjadi antara pendapatan awal periode dan steady state.B


(2)

43

menunjukkan kecepatan penurunan gap antara pendapatan awal periode dengan kondisi pendapatan steady state.Bila fi adalah sebesar 0.05 maka gap tersebut dapat dikurangi sebesar 5% per tiap tahun.


(3)

V. SIMPULAN & SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Selama periode penelitian tidak terjadi penurunan disparitas pendapatan masyarakat baik di kota Bandar Lampung maupun di Kota Metro dengan rata-rata nilai CV sebesar 0,49 dan hipotesis yang menyatakan telah terjadi konvergensi sigma antar Kota Bandar Lampung dan Kota Metro ditolak.

2. Hasil menunjukan bahwa tidak terjadi konvergensi absolut, hal ini di buktikan tingkat pendapatan kota yang berpenghasilan rendah tidak tumbuh lebih cepat di bandingkan kota yang berpenghasilan tinggi.

Hasil konvergensi kondisional menunjukkan bahwa variabel initial income, human capital, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan (PDRB) yang berarti sesuai dengan hipotesis. Sedangkan variabel populasi

berpengaruh negatif terhadap pendapatan (PDRB) dan sesuai dengan

hipotesis. Variabel initial income dan populasi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, sedangkan variabel human capital dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.


(4)

62

Kecepatan konvergensi absolut adalah 4,20% per tahun dan konvergensi kondisional sebesar 28,94% per tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk menutup setengah dari kesenjangan awal antara Kota Metro terhadap Kota Bandar Lampung adalah 16 tahun.

B. Saran

1. Adapunsaran untuk pemerintah guna menurunkan disparitas adalah (1) menempatkan kesetaraan sebagai target kinerja pembangunan, (2) memberikan perhatian khusus kepada para petani, dan (3) menerapkan kebijakan pajak progresif.

2. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan sumberdaya manusia, dengan cara peningkatan human capital agar meningkatnya PDRB dan untuk percepatan pertumbuhan di Kota Metro .

3. Peningkatan kualitas tenaga kerja dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan agar tenaga kerja dapat bekerja secara maksimal dan memberikan pengaruh terhadap peningkatanPDRB.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardani, A. 1992. Analysis of Regional Growth and Disparity: The Impact

Analysis of the inpres Project on Indonesian Development. Disertation. The Faculty of The University of Pennsylyania.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Badan Pusat Statistik. 2011. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung. Barro, R.J., and Xavier Sala-i-Martin. 1991. Convergence Across States and

Regions, Brookings Papers on Economic Activity. Jurnal.

Barro, R.J., and Xavier Sala-i-Martin. 1995. Economic Growth, Mc Graw-Hill, New York. Jurnal.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta. PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Emalia, Zulfa. 2012. Analisis Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Ghose, Ajit.K. 2001. Global Economic Inequality and National Trade,

Employment Paper 2001/12 Employment Strategy Department, Employment Sector, International Labour Office Geneva, International Labour

Organization.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. PT Raja Drafindo Persada.


(6)

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Adakah Perubahan Konsentrasi Spasial Industri Manufaktur di Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM. Kusmantoro. 2009. Disparitas dan Spesialisasi Industri Manufaktur

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Mankiw. 2000. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Shankar, Raja and Anwar Shah. 2001. Bridging the Economic Divide within

Countries : A Scorecard on the Performance og Regional Policies in Reducing Regional Income Disparities.

Sirojuzilam. 2008. Ekonomi dan Perencanaan Regional. Medan. Pustaka Bangsa. Sodik, Jamzani. 2006. Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Kasus

Konvergensi Antar Provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono. 1994. Ekonomi Pembangunan. Jakarta. Erlangga. Sukirno, Sadono. 2002. Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Sumitro, Djojohadikusumo. 1987. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Pembangunan. Jakarta : Bagian Penerbitan : LP3ES.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi regional. Medan. Bumi Aksara.

Todaro, Michael P. 2000. Economics Development in the Third World, The Longman Inc New York.

Todaro, P Michael. 1999. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta. Erlangga.

Todaro, P Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Universitas Lampung, 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung, Bandar Lampung.

Wibisono, Yusuf. 2001. Konvergensi di Indonesia : Beberapa Penemuan Awal dan Implikasinya. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia.