PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh SUSANTI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang diwakili oleh infrastruktur (jalan, listrik, puskesmas dan sekolah) mempunyai pengaruh dan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data runtun waktu tahun 1998-2012, dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat variabel bebas diatas mempunyai tiga variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu listrik, puskesmas dan sekolah, dan satu variabel lagi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan yaitu jalan. Secara parsial variabel infrastruktur listrik, puskesmas dan sekolah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Berdasarkan perhitungan elastisitas diperoleh koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar 1,505, infrastruktur listrik sebesar 0,144, infrastruktur puskesmas 0,173, dan infrastruktur sekolah sebesar 0,113.


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF INFRASTRUCTURE TO THE GROSS DOMESTIC REGIONAL PRODUCT (GDRP) IN LAMPUNG PROVINCE

By SUSANTI

This study was conducted to determine whether the factors of production are represented by the infrastructure (roads, electricity, health centers and schools) have influence and contribute significantly to economic growth in the Lampung province.The data used are time series data years 1998-2012, using a multiple regression approach Ordinary Least Square method (OLS).

The results of this study showed that the four independent variables above have three variables that have a significant impact on economic growth, namely electricity, health centers and schools, and one more variable does not have significant influence is road infrastructure.In partial, electricity, health centers and schools infrastructure affect the economic growth in the Lampung province.Based on the calculation of the variable elasticity show that coefficient for road infrastructure is 1,505, electrical infrastructure at 0.144, infrastructure health centers is 0.173, schools and infrastructure amounted to 0.113.


(3)

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa NR. Tenumbang, Kecamatan Biha, Kabupaten Pesisir Barat yang dahulu masih Kabupaten Lampung Barat sebelum pemekaran. Pada tanggal 03 0ktober 1991, sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari buah hati

pasangan Bapak Husaini dan Ibu Ayatul Aini.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 01 NR. Tenumbang, Kecamatan Biha, Kabupaten Pesisir Barat. Pada tahun 2004 dan melanjutkan di SMP Negeri 02 Krui, Kecamatan Pesisir Tengah yang lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 01 Krui yang selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Penerimaan Kemampuan Akademik Minat dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi seperti UKMF BEMF sebagai Brigadir Muda (BRIGMUD), tahun 2010 semester awal, dan di ROIS FEB sebagai anggota muda (Kahfi). Di tahun 2011 penulis dipercaya sebagai Staf Sekretaris UMUM pada tahun 2012 sebagai Sekretaris Bidang Keputrian di UKMF ROIS FEB UNILA. Selanjutnya pada awal tahun 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negeri Jemanten, Kec. Marga Tiga, Kab. Lampung Timur lebih kurang selama 40 hari.


(7)

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh (urusan) yang lain.”

(SR. Al-Insyirah, 6-7)

“Jangan pernah mengambil langkah mundur walaupun untuk

mengambil kesempatan karena hanya orang yang berani gagal yang bisa meraih sukses besar.”

(Susanti)

“Jika dikau mau menerima sinar matahari dan kehangatannya maka dikaupun harus mau menerima petir dan halilintar”


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirohim..

Dengan segala ketulusan hati, doa serta rasa syukur kepada allah SWT, penulis persembahkan sebuah karya kecil ini kepada:

Kedua orang tua, Bak dan Mak ku tercinta yang dalam sujudnya selalu berdoa untuk keberhasilan dan kesuksesanku serta cinta, kasih sayang, motivasi, semangat, nasehat dan kesabaran yang tak pernah berhenti dan tak mampu

terbalaskan sampai kapanpun kepada anakmu ini.

Juga untuk kakak-kakakku yang luar biasa, Wo Neta, Ngah Lin, Kak Ria dan Abang Robi Pancawira, serta keponakankku tersayang Salsa, Luthfi, Mawar dan

Atikah, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Kalianlah yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan selalu memberikan warna dalam hidupku juga penyemangat dalam setiap

langkahku.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan, UKMF ROIS FEB, yang turut memberikan arahan, dukungan dan motivasinya, juga doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini, terima kasih atas kebersamaan

kita selama 4 tahun di Fakultas Ekonomi.

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan berjudul “Pengaruh Infrastruktur Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Provinsi Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku sekretaris jurusan Ekonomi

Pembangunan. Terima kasih untuk bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan sampai dengan saat ini.

4. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, arahan, kesabaran, waktu, saran, kritik, semangat dan motivasi dalam proses penyelesaikan skripsi ini.


(10)

semangat dan motivasi dalam proses penyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Rahmat, S.E., selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah dengan tulus memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

8.

Para staf dan pegawai di Jurusan Ekonomi Pembangunan (Ibu Mardiana, Ibu Yati dan Pakde Heriyanto) serta pegawai di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Terima kasih telah membantu proses kelancaran skripsi ini.

9. Mak dan Bak tercinta yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Mak/Bak.

10.

Kakak-kakak ku tercinta wo Neta, ngah Lin, kakak Ria, dan abang Robi. Terima kasih telah memberikan dukungan moril maupun materil selama ini. Serta keponakan-keponakan ku tersanyang Salsa, Lutfhi, Mawar dan Atikah. Sungguh kehadiran kalian disisiku adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepadaku yang tak pernah bisa terbalaskan.

11. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Untuk calon suamiku kelak, berharap kita dipertemukan dalam kondisi terbaik. Semoga pertemuan kita menjadi momen terindah dibawah Naungan Ridho-Nya. Aamin


(11)

hidupku.

14. Keluarga dan sahabatku di UKMF ROIS FEB : Nurmala, Reni, Mita, Prima, Mala, Dian, Eva, Susi, Wulan, Heni, Ika, Mba Mirna dan semua keluarga besar ROIS FEB UNILA. Jazakumullah khairan katsir atas kehadiran kalian yang sungguh memotivasi perbaikan diri.

15. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Enni, Tut Wuri, Dina, Desta, Monik, Shinta. Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan kelak akan berbuah manis.

16.

Keluarga besar forum Agenda Wajib : Mba Iik, Mba Aulia, Mba Citra, Delly, Mba Ofi, Mba Eva, Nurul, Rizky, Febby, Ima, Rofa, Latifa, Wiwik dan Ridho. Terima kasih sudah memberi inspirasi dan kebaikan tanpa pamrih. 17. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Erika, Tifa,

Ajeng, Desita, Desi, Echy, Fischa, Via, Citra, Mustika, Tetik, Icha, Danny Chandra, Ridwan, Depi, Devi, Paul, Diah, Fida, Dani, Dania, Army, Febry, Ardan, Atha, Cepew, Astri, Rini, Moza, Princes, Dinasty, Dicky, Darus, Dimas dan Chairman yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Terima kasih untuk kepeduliannya selama ini. Semoga kedepannya kita akan selalu sukses aamiin.

18. Sahabat-sahabat ku dari SMA yang satu perjuangan Ali, Wo Hanna, Cudo Tika, Wo Qory, Wo Dian, Selfy, Ngh Yanti terimakasih atas Kepedulian dan kebersamaannya selama ini semoga kedepannya kita sukses selalu Aamin.


(12)

Makasih atas kebersamaannya selama ini, kalian yang telah mengisi hari-hari ku semakin berwarna.

20. Keluarga KKN Negeri Jemanten, Kec. Marga Tiga, Kab. Lam-Tim : Eka, Ani, Novi, William, Yomi, Datas, Topik, Bang Maliki, bang Ari, keluarga Ibu dan Bapak Malik, terimakasih cerita indah pada masa KKN.

21. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini namun tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan alhamdulillahi

robbil’alamin, syukur tak terhingga hanya kepada Allah swt, kepada-Nyalah bermuara segala keberkahan. penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iv

DAFTAR GAMBAR . ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kerangka Pemikiran ... 12

E. Hipotesis ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 16

1. Teori Pertumbuhan Klasik ... 20

2. Teori Harrod-Domar ... 21

3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik... 21

4. Teori Pertumbuhan Rostow ... 24

B. Pengertian Infrastruktur ... 25

1. Infrastruktur Jalan ... 30

2. Infrastruktur Listrik ... 32

3. Infrastruktur Puskesmas (Kesehatan) ... 33

4. Infrastruktur Sekolah (Pendidikan) ... 34


(14)

C. Pengertian Pembangunan ... 39

1.Teori Pembangunan ... 39

D. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi ... 40

E. Pengaruh Modal Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 43

F. Infrastruktur dan Stabilitas Ekonomi ... 46

G. Tinjauan Empirik ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 52

B. Batasan Variabel ... 53

C. Metode Pengolahan Data ... 54

D. Metode Analisis Data ... 54

E. Uji Asumsi Klasik ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2.

Uji Multikolinearitas ... 56

3. Uji Heteroskedastisitas ... 56

4. Uji Autokorelasi ... 57

F. Uji Hipotesis ... 58

1. Uji F-statistik ... 58

2. R-Squared (R2) ... 59

3. Uji t-stastistik ... 59

G. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 60

1. Sejarah Provinsi Lampung ... 60

2. Letak Geografis ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 64

B. Uji Asumsi Klasik ... 66

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Multikolinearitas ... 68

3. Uji Heteroskedastisitas ... 69

4. Uji Autokorelasi ... 70


(15)

1. Uji F ... 70

2. Koefisien Determinasi (R2) ... 71

3. Uji t Statistik ... 71

D. Pembahasan ... 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan PDRB (juta) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 2

2. Perkembangan infrastruktur Jalan(Km) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 4

3. Perkembangan infrastruktur Listrik (MWh) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 5

4. Perkembangan Anggaran Kesehatan Puskesmas(Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 6

5. Perkembangan Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012 ... 7

6. Deskripsi varabel ... 52

7. Hasil Estimasi Regresi ... 64

8. Uji Normalitas Hasil ... 67

9. Uji Multikolinearitas ... 68

10.Uji Heteroskedastisitas ... 69

11.Uji Autokorelasi ... 70

12.Hasil uji F ... 71

13. Hasil Uji t-Statistik (Jalan) ... 72

14. Hasil Uji t-Statistik (Listrik) ... 73

15. Hasil Uji t-Statistik (Puskesmas) ... 74


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 13

2. Tingkat Pertumbuhan Stabil ... 22

3. Peta Provinsi Lampung ... 62

4. Uji Normalitas ... 67


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia, infrastruktur ditempatkan pada prioritas nasional dalam proses pencapain pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai proses itu dibutuhkan kerja keras agar pembangunan

infrastruktur selalu meningkat tiap tahunnya.

Dalam Work Bank Report 1994, infrastruktur dibagi kedalam tiga golongan. Pertama, infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakan jasa dan digunakan dalam produksi dan komsumsi final meliputi public utilities (telkomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public works (jalan, bendungan, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan kereta api, angkutan pelabuhan, dan lapangan terbang). Kedua, infrastruktur sosial yang merupakan aset dalam mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan/puskesmas) serta untuk rekreasi (taman, meseum, dan lain-lain). Dan terakhir, infrastruktur Adminstrasi/Institusi yang meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi, serta kebudayaan.


(19)

Kesadaran akan pentingnya infrastruktur ekonomi telah dimulai dari zaman Adam Smith pada tahun 1776, yang menyatakan bahwa ketersediaan infrastruktur menghasilkan eksternalitas positif, karena dapat meningkatkan produktivitas dari pelaku usaha dengan berkurangnya beban usaha yang harus ditanggung. Menurut hasil study Bank Dunia (1994), bahwa faktor utama yang menyebabkan

percepatan pertumbuhan ekonomi dunia abad ke-20 dibandingkan beberapa abad sebelumnya adalah karena kemajuan teknologi dan pertumbuhan pembangunan infrastruktur.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994).

Pada tabel di bawah ini menjelaskan tentang perkembangan PDRB di Provinsi Lampung Periode 1998-2012.

Tabel 1. PDRB (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun PDRB (Juta Rp)

1 1998 18.481.527

2 1999 21.624.169

3 2000 23.245.983

4 2001 24.079.608

5 2002 25.451.591

6 2003 26.907.997

7 2004 28.247.793

8 2005 29.397.248

9 2006 30.861.360

10 2007 32.694.890

11 2008 34.443.152

12 2009 36.256.295

13 2010 38.378.425

14 2011 40.829.411

15 2012 43.506.013


(20)

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa PDRB di Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 1998 PDRB mencapai

18.481.527 juta , pada tahun 2002 PDRB mencapai 25.451.591 juta, pada tahun 2007 PDRB mencapai 32.694.890 juta, dan pada tahun 2012 PDRB mencapai 43.506.013 juta. Ini dikarenakan terjadinya peningkatan pendapatan nasional yang cukup tajam di setiap tahunnya dapat membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka, membantu merumuskan kebijakan pemerintah dan membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah.

PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara

meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output. PDRB yang selalu meningkat maka akan meningkatkan pembangunan di daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di daerah akan meningkat jika PDRB selalu meningkat tiap tahunnya. Bukan hanya itu, kegiatan ekonomi juga akan meningkat dan pendapatan nasional mengalami kemajuan serta bisa mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang selalu menjadi masalah di tiap-tiap wilyah/negaranya.

Penelitian ini mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan, namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) perlu diperhatikan mengingat dampaknya yang sangat luas bagi perekonomian dalam suatu negara terutama PDRB. PDRB tidak


(21)

dapat lepas dari peranan pembangunan di daerah salah satunya infrastruktur. Hal ini dikarenakan infrastruktur termasuk salah satu investasi/pendapatan daerah.

Berikut ini data infrastruktur Jalan di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012. Tabel 2. Inftrastruktur Jalan (Km) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun Jalan (Km)

1 1998 2.151,38

2 1999 2.450,14

3 2000 2.369,97

4 2001 2.369,97

5 2002 2.369,97

6 2003 2.369,97

7 2004 2.369,97

8 2005 2.369,97

9 2006 2.369,97

10 2007 2.369,97

11 2008 2.369,97

12 2009 2.369,97

13 2010 2.339,73

14 2011 2.339,73

15 2012 1.702,81

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa infrastruktur jalan Provinsi cenderung

mengalami penurunan. Infrastruktur jalan mengalami kenaikan yaitu hanya pada tahun 1999 jalan yang tersedia mencapai 2.450,14 km. Pada tahun 2000-2009 infrastruktur jalan tidak mengalami kenaikan jalan yang tersedia mencapai

2.369,97 km dalam kurun waktu 9 tahun. Dan pada tahun 2010-2012 infrastruktur jalan mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 dan 2011 jalan mencapai 2.339,73 km pada tahun 2012 infrastruktur jalan kembali mengalami penurunan menjadi 1.702,81 km. Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa infrastruktur jalan provinsi pada setiap tahunnya tidak banyak mengalami


(22)

perubahan dan bahkan bisa dikatan tidak ada pembangunan di bidang infrastruktur jalan provinsi di daerah Provinsi Lampung dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Berikut ini data infrastruktur Listrik di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012. Tabel 3. Inftrastruktur Listrik (MWh) di Provinsi Lampung Periode

1998-2012

No Tahun Listrk (MWh)

1 1998 789.988

2 1999 883.642

3 2000 850.997

4 2001 1.009.705

5 2002 1.068.991

6 2003 1.068.663

7 2004 1.209.238

8 2005 1.338.679

9 2006 1.502.222

10 2007 1.634.577

11 2008 1.902.300

12 2009 2.024.027

13 2010 2.259.450

14 2011 2.425.940

15 2012 2.793.359

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 3, menunjukkan bahwa produksi listrik di Provinsi Lampung setiap periodenya selalu mengalami peningkatan. Listrik pada tahun 1998 sebesar 789.988 MWh, pada tahun 2002 sebesar 1.068.991 MWh, pada tahun 2008 sebesar 1.902.300 MWh dan 2.793.359 MWh pada tahun 2012. Ini disebabkan karena adanya peningkatan tegangan listrik dan produksi tiap tahunnya. Dan untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang semakin meningkat, PT. PLN Persero Lampung telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tarahan Lampung Selatan dan PLTU Ulu Belu Tanggamus. Tahun 2007 PLTU Tarahan mulai beroperasi, sementara PLTU Ulu Belu mulai beroperasi sejak akhir tahun 2012. Poduksi pasokan daya pembangkit listrik tersebut dapat membantu


(23)

pembangkit lokal (PLTA Way Besai, PLTA Batutegi dan PLTD Tarahan) dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Lampung.

Berikut ini data infrastruktur Puskesmas di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012.

Tabel 4. Anggaran Kesehatan Puskesmas (Juta Rp) di Provinsi Lampung Periode 1998-2012

No Tahun Anggaran Kesehatan Puskesmas (Juta Rp)

1 1998 22.039

2 1999 27.303

3 2000 23.384

4 2001 40.829

5 2002 49.350

6 2003 67.003

7 2004 924.136

8 2005 898.268

9 2006 1.517.534

10 2007 1.895.952

11 2008 2.332.896

12 2009 2.970.026

13 2010 3.047.516

14 2011 22.039

15 2012 27.303

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 4, menunjukkan bahwa anggaran kesehatan puskesmas dari tahun 1998-2012 mengalami peningkatan yang cukup berarti di Provinsi Lampung. Terlihat dari angka atau nilai anggaran kesehatan puskesmas di atas yang mengalami penurunan yaitu pada tahun 2000 yang cukup signifikan dengan jumlah anggaran Rp 23.383,65 juta dibanding dengan tahun 1999 yang mencapai Rp 27.303,19 dan pada tahun 2005 anggaran kesehatan juga mengalami penurunan tetapi yang tidak terlalu jauh dari tahun sebelumnya 2004 dengan jumlah anggaran kesehatan puskesmas sebesar Rp 924.136 dan di tahun 2005 sebesar Rp 898.268. Anggaran Kesehatan merupakan anggaran yang penting bagi APBN maupun APBD di


(24)

setiap daerah untuk menunjang fasilitas kesehatan yang memadai guna

menciptakan masyarakat yang sehat untuk menunjang segala aktivitas masyarakat.

Berikut ini data infrastruktur Sekolah di Provinsi Lampung dari tahun 1998-2012. Tabel 5. Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp) di Provinsi Lampung

Periode 1998-2012

No Tahun Anggaran Pendidikan Sekolah (Juta Rp)

1 1998 12.586

2 1999 11.550

3 2000 9.838

4 2001 21.744

5 2002 32.717

6 2003 39.062

7 2004 120.278

8 2005 131.626

9 2006 262.104

10 2007 450.255

11 2008 482.371

12 2009 529.110

13 2010 551.627

14 2011 5.284.215

15 2012 5.097.376

Sumber: BPS Provinsi Lampung (dalam angka) 1998-2012

Tabel 5, menunjukkan bahwa anggaran pendidikan sekolah di Provinsi Lampung pada tahun 1999 dan 2000 mengalami penurunan, akan tetapi di tahun 2000 anggaran pendidikan sekolah yang mengalami penurunan derastis dibanding dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1998 mencapai Rp 12.586,31 juta, di tahun 1999 menurun menjadi Rp 11.549,66 juta. Dan pada tahun 2000 mengalami penurunan hingga mencapai sebesar Rp 9.837,85 juta, akan tetapi untuk tahun berikutnya sammpai tahun 2012 anggaran pendidikan selalu mengalami peningkatan. Anggaran pendidikan merupakan hal yang penting guna

menciptakan kualitas maupun kuntitas pendidikan yang baik, baik dari sisi tenaga pendidik, sarana-prasarana, kurikulum, dan lain-lain.


(25)

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah sebagai mobilisator pembagunan sangat srategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi

wilayah/negaranya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga berguna untuk

menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya

pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan.

Pertumbuhan suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan, sarana dan prasarana), sumberdaya alam, sumberdaya manusia baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk malakukan inovasi dan pengembangan diri serta budaya kerja (Todaro, 2000).

Ketertinggalan suatu daerah dalam membangun dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang tidak memiliki sumber daya (baik manusia maupun alam) serta kurangnya intensif yang ditawarkan (prasarana infrastruktur, perangkat keras dan lunak, keamanan dan sebagainya) dapat

menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan (Aziz, 1994). Untuk mengejar ketinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif

pengembangan suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi yang lansung diarahkan pada sektor produktif atau investasi pada bidang social overhead seperti pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan


(26)

prasarana infrastruktur lainnya. Pilihan ditentukan oleh kondisi ciri daerah serta masalah institionalnya (Aziz, 1994).

Pentingnya ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Salah satu faktanya adalah sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Indonesia mengalokasikan sekitar 6% dari PDB untuk infrastruktur dan saat ini angka tersebut turun menjadi 2% saja dan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesa (APB, 2006)

Namun terlepas dari itu, kaitan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi masih dalam perdebatan (Wang, 2002) paling tidak sampai saat ini ada dua pendapat mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada hasil penelitian masing-masing. Pendapat pertama menyatakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif (Ratner (1983), Aschaucer (1989), Lynde (1992), Lau dan Sin (1997). Pendapat kedua mengatakan bahwa pengaruh infrastrktur terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan bahkan negatif (TOM (1991) dan Holtz Eakin (1994)).

Perdebatan di kalangan ekonom dan para pembuat kebijakan publik mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi masih berlansung sampai saat ini, oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.


(27)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, terlihat bahwa pembangunan prasarana infrastruktur jalan mempunyai pengaruh yang besar, positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena jalan merupakan akses untuk berpindah dari satu tempat ketempat lainnya dengan mudah. Kondisi jalan juga

mempengaruhi kecepatan perpindahan. Maka tanpa adanya jalan faktor produksi tidak akan berjalan. Listrik mempunyai pengaruh yang besar, positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena listrik merupakan salah satu fasilitas yang mengefisienkan proses produksi. Puskesmas mempunyai pengaruh yang besar, positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena

puskesmas merupakan salah satu faktor dalam upaya mendukung peningkatan kesehatan masyarakat. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi karena dengan tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi maka sumberdaya manusianya berkualitas.

Permasalahan yang dibahas pada penelitan ini adalah bagaimana pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik, puskesmas, dan sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap output yang diwakili oleh variabel pendapatan perkapita (PDRB). Kemudian dengan mengetahui kontribusi setiap jenis prasarana

infrastruktur terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita (PDRB) maka diketahui jenis prasarana infrastruktur yang memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.


(28)

Berdasarkan uraian diatas, agar lebih terarahnya pembahasan pada penelitian ini maka di tetapkan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

2. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

3. Bagaimana pengaruh infrastruktur puskesmas terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

4. Bagaimana pengaruh infrastruktur sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

3. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur puskesmas terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

4. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.


(29)

D. Kerangka Pemikiran

Infrastruktur masih menjadi masalah utama dalam suatu wilayah dimana jika dalam suatu wilayah tidak dapat menjaga dan melestarikannya maka akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan dan tenaga kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang semakin turun tiap tahunnya dalam suatu wilayah, seperti halnya saat ini, maka akan terjadi masalah yang serius. Investasi pada prasarana

infrastruktur menjadi suatu pilihan yang disukai dan mempunyai porsi yang sangat besar dari total pengeluaran pemerintah. Ini menunjukkan besarnya peran pemerintah dalam pengadaan infrastruktur khususnya, transportasi, komunikasi maupun energi. Infrastruktur merupakan investasi bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi infrasruktur akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlansungnya demografi. Infrastruktur yang mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyonsong era globalisasi yang telah dihadapi Indonesia saat ini. Jalan, listrik, puskesmas, sekolah/pendidikan memberikan peran yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi, karena jalan, puskesmas dan sekolah/pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan, produktivitas yang tinggi bagi pertumbuhan itu sendiri, sehingga akan diperoleh kapasitas dari sumberdaya manusia, serta diperoleh pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Jalan menjadi hal yang sangat penting dalam menunjang mobilitas perekonomian dengan ketersediaan kondisi jalan yang baik akan mampu mengurangi biaya perjalanan dan meningkatkan efisiensi jika dibandingkan dengan jalan yang rusak.


(30)

Listrik juga merupakan infrstruktur yang penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Karena dengan ketersediaan listrik dalam kapasitas yang cukup akan mampu mendukung kegiatan rumah tangga, industri, bisnis, sosial, operasional gedung kantor sampai dengan untuk pelayanan jalan umum yang akan

berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi.

Kesehatan merupakan modal utama bagi masyarakat dalam dalam beraktivtas, berkerja maupun berproduksi dengan kesehatan masyarakat yang baik maka akan mengasilkan produktivitas yang lebih daripada masyarakat yang kesehatannya kurang, begitu juga dengan pendidikan karena pendidikan merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan human capital sehingga penduduk yang memperoleh pendidikan akan lebih produktif.

Adapun kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1

Gambar 1. Kerangka Pemikiran. JALAN

PELAYANAN KESEHATAN

DISTRIBUSI

PDRB LISTRIK

PRODUKSI

PUSKESMAS

TINGKAT PENDIDIKAN


(31)

E. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan suatu teori atau pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

2. Infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

3. Infrastruktur puskesmas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

4. Infrastruktur sekolah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulisan akan dibagi menjadi lima Bab, Sehingga apa yang dikemukakan akan lebih mudah dipahami. Adapun


(32)

Bab I : Pendahuluan

Merupakan bab yang berisikan latar belakang masalah, rumasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka

Merupakan bab yang berisi berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian

Merupakan bab yang berisi penjelasan secara rinci mengenai semua unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data serta batasan variabel.

Bab IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan

Merupakan bab yang berisi analisis dan pembahasan hasil penelitian pengaruh infrastruktut terhadap pertumbuhan ekonomi d Provinsi Lampung.

Bab V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan, keterbatasan penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita

(O’sullivan, 2006). Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur dengan Gross Domestic Product (GDP) atau keseluruhan values added yang diciptakan di satu negara.

Ada beberapa hal yang menjadi sumber terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sumber pertumbuhan ekonomi yang paling pertama adalah ketersediaan faktor kapital dan tenaga kerja. Peningkatan kapital dan tenaga kerja akan meningkatkan output secara agregat di dalam perekonomian. Kapital meliputi investasi sektor publik dan privat dalam perekonomian, misalnya saja, sektor privat melakukan

pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin produksi, dsb. Sedangkan sektor publik dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, jaringan komunikasi, dan jaringan listrik yang disebut juga sebagai public capital,

(Mankiw, 2003). O’sullvan (2006) menjelaskan bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lainnya antara lain didapat dari proses proses capital deepening, human capital, dan kemajuan teknologi. Capital deepening merupakan


(34)

peningkatan jumlah kapital artinya pekerja lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan produktivitasnyadikarenakan banyak akses untuk

memanfaatkan kapital yang ada.

Peningkatan modal manusia (human capital). Human capitalberkenaan dengan tingkat pengetahuan/pendidikan seseorang yang memberikan kontribusi terhadap tingkat produktivitas dan pendatannya. Peningkatan pendidikan dan skill para tenaga kerja juga memungkinkan terjadi efek limpahan kepada tenaga pekerja yang lain yaitu dengan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Secara teori, pekerja yang lebih pandai akan lebih produktif dan lebih tinggi tingkat pendapatannya dengan memanfaatkan efek limpahan tersebut, secara agregat dapat terjadi peningkatan tingkat produktivitas dan pendapatan para pekerja lain. O’sullvan (2006) menjelaskan bahwa peningkatan human capitalakan meningkatkan produktivitas kerja dan pendapatan sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.

Kemajuan teknologi (technolical progress). Sumber pertumbuhan ini memberikan efek yang tidak lansung terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi mempengaruhi cara kerja para pekerja. Kemajuan teknologi memberikan

kemudahan dalam proses produksi. Ketika masyarakat tersebut mempunyai akses untuk memenfaatkan kemajuan teknologi dalam proses produksi. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan tingkat pendapatan pekerja dan inilah yang akan

mendorong perekonomian (O’sullvan, 2006).

Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, untuk mengetahui


(35)

tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional yang merujuk pada PDB dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya, perlu disadari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional PDB dipengaruhi oleh faktorperubahan harga-harga. Rumusan perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah: (Sadono Sukirno, 2002)

Dimana:

Δ PDB = pertumbuhan ekonomi atas dasar perubahan PDB (%) PDBt = nilai PDB tahun t

PDBt-1 = nilai PDB tahun sebelumnya

Perlu diperhatikan, untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDB yang digunakan adalah data PDB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data atas harga konstan, maka pertumbuhan PDB semata-mata hanya

mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu. Sebab dengan menggunakan data PDB atas dasar harga konstan

pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB (atas dasar harga berlaku), telah dihilangkan.

PDB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya:

a. PDB atas dasar harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDB yang besar menunjukan sumber daya ekonomi yang besar.


(36)

b. PDB harga berlaku menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah.

c. PDB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun.

d. Distribusi PDB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukan basis perekonomian yang mendominasi wilayah

tersebut.

e. PDB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk memenuhi pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/provinsi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDRB dan bukan indikator lainnya seperti misalnya, pertumbuhan Produk Nasional Bruto (PNB) sebagai indikator pertumbuhan. Alasan-alasan tersebut adalah:

a. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian dalam suatu daerah/provinsi. Hal iniberarti peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut. b. PDRB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya

perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang


(37)

dihasilkan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDRB, memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya. c. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah suatu provinsi. Hal ini

memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan pemerintah daerah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori pertumbuhan klasik pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith, ini merupakan teori pertumbuhan yang pertama kali dikemukakan secara luas serta menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Menurut Smith (1976) terdapat dua hal yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan penduduk dan pembagian tugas para pekerja. Dalam teori ini, faktor yang sangat penting adalah faktor pertumbuhan penduduk, karena dengan

pertumbuhan penduduk cenderung akan meningkatkan produksi yang pada gilirannya mendorong spesialisasi dan pembagian kerja pada tenaga kerja. Kedua hal inilah yang menyababkan kegiatan ekonomi semakin meningkat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dengan spesialisasi dan pembagian kerja produktivitas tenaga kerja meningkat dan mendorong

terjadinya perkembangan teknologi. Adam Smith sangat optimis bahwa proses ini akan terjadi terus menerus sehingga pertumbuhan ekonomi juga


(38)

akan terus berkembang dan pendapatan perkapita masyarakat juga akan terus meningkat.

2. Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E.S. Domar (1947, 1948) dan R.F. Harrod (1939, 1948). Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo Klasik dikembangkan oleh Solow (1956) dan merupakan penyempurnaan teori-teori Klasik sebelumnya. Fokus

pembahasan teori pertumbuhan Neo Klasik adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Asumsi-asumsi penting dari model Solow antara lain adalah:

a. Tingkat teknologi dianggap konstan (tidak ada kemajuan teknologi) b. Tingkat depresiasi dianggap konstan

c. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal d. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) dianggap konstan


(39)

e. Untuk mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah tenaga kerja

Dengan asumsi-asumsi tersebut, dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB per kapita semata-mata ditentukan oleh stok barang modal per tenaga kerja.

Dengan menggunakan notasi Q=output atau PDB, K=barang modal, dan L=tenaga kerja, maka dapat dituliskan y=f(k), dimana y adalah PDB per kapita atau Q/L dan k adalah barang modal per kapita atau K/L Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, maka fungsi produksi per kapita adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 2 bentuk kurva y parabolis menunjukkan terjadinya The Law Of Diminishing Return (TLDR)

Gambar 2. Tingkat Pertumbuhan Stabil Sumber : Rahardja dan Manurung


(40)

Untuk menjaga agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat outputnya, stok barang modal perkapita tidak boleh berkurang. Untuk itu, tingkat

investasi yang dilakukan harus mempunyai dua fungsi :

a. Mengganti barang modal yang sudah usang. Jika tingkat depresiasi konstan asumsinya adalah d per tahun, maka tingkat investasi untuk memenuhi fungsi ini adalah d(K/L) atau dk.

b. Menambah stock modal sebagai respon terhadap pertambahan tenaga kerja. Jika pertambahan tenaga kerja konstan asumsinya adalah n per tahun, maka tingkat investasi untuk memenuhi funngsi kedua adalah n(K,L) atau nk.

Investasi total yang dibutuhkan agar perekonomian dapat mempertahankan tingkat produksinya adalah (n+d)k. Jumlah investasi yang dibutuhkan ini dalam Gambar 2 digambarkan oleh garis lurus (n+d)k. Selanjutnya, dianggap ada hubungan proporsional antara tingkat tabungan dengan tingkat produksi perkapita, misalnya sebesar s, sehingga sy=sf(k) dalam Gambar 2 ditunjukkan oleh kurva sy yang berada di bawah kurva y.

Perekonomian dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan stabil bila jumlah tabungan sama dengan kebutuhan investasi. Secara grafis, hal itu terjadi di titik C saat kurva sy berpotongan dengan garis lurus (n+d)k. jika ditarik garis ke bawah, akan diperoleh k* yang menunjukkan rasio barang modal per tenaga kerja (K/L) yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan stabil. Jika ditarik garis lurus ke atas (kurva y), akan diperoleh y* yang merupakan tingkat output per tenaga kerja (Q/L) untuk menjamin keadaan


(41)

keseimbangan stabil (steady state equilibrium). Secara matematis, kondisi keseimbangan stabil dapat dituliskan sebagai ðk=ðy–(n+d)k, dimana ðk=0.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Model pembangunan tahapan pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow (1960) dalam Todaro (2004) menjelaskan bahwa pada perubahan dari

keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Menurut teori ini negara-nagara maju telah melalui tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang berlangsung dengan sendirinya tanpa diatur secara khusus. Rostow (1960) dalam Todaro (2004) juga menjelaskan negara-negara yang sedang berkembang atau yang masih terbelakang, pada umumnya masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional atau tahapan kedua, yaitu tahap penyusunan kerangka dasar tinggal landas. Tidak lama lagi, hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan pembangunan untuk tinggal landas, mereka akan segera bergerak menuju ke proses pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan.

Rostow dan Musgrave (1960) dalam Guritno Mangkoesobroto (1999) menghubungkan model tahap-tahap pembangunan dengan pengeluaran pemerintah, sehingga kemudian dibedakan antara tahap awal, tahap

menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, jumlah investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan sangat dominan dan dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan pada tahap ini pemerintah


(42)

harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.

Pada tahap kedua, peran pengeluaran pemerintah dalam pembangunan sudah mulai tergeser dengan adanya investasi yag dilakukan oleh sektor swasta, namun demikian pada tahap ini pemerintah tetap memiliki peran yang cukup besar dalam pembangunan, hal ini disebabkan jika peran swasta dibiarkan mendominasi pembangunan akan berdampak pada munculnya kekuatan monopoli dan kegagalan pasar, sehingga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih besar. Tahap kedua perkembangan ekonomi ini menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang

ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin tingginya tingkat polusi lingkungan dan juga berpeluang untuk terhadap timbulnya masalah eksploitasi buruh, sehingga dalam hal ini diperlukan campur tangan pemerintah untuk meminimalisasi dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang semakin maju.

B. Pengertian Infrastruktur

Secara bahasa dalam kamus bahasa indonesia infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi, telepon dsb. Lebih jauh lagi, dalam ilmu ekonomi infrastruktur merupakan wujud dari public capital (modal publik) yang di bentuk dari investasi yang dilakukan pemerintah. Infrastruktur dalam penelitian ini meliputi jalan, jembatan dan sistem saluran pembuangan


(43)

(Mankiw, 2003). Familoni (2004) menyebut infrastruktur sebagai basic service dalam proses pembangunan.

Dalam hubungan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, beberapa ekonom juga memberikan pendapatnya mengenai infrastruktur. Hirschman (1995)

mendefinisikan infrastruktur sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi. Todaro (2006) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan ekonomi.

Ian Jacob, et al(1999) membagi infrastruktur menjadi infrastruktur dasar dan pelengkap :

a. Infrastruktur dasar (basic infrastrukture) meliputi sektor-sektor yang mempengaruhi karateristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (nontradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secar teknis maupun spasial. Contohnya jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya.

b. Infrastruktur pelengkap (complementary infrastruktur) seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.

Definisi lain dalam infrastruktur, yaitu bahwa infrastruktur mengacu pada kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur meliputi undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik; sistem distribusi dan perawatan air; pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan


(44)

dan pembuangannya; sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran dan keamanan; sistem komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik (Tatom, 1993).

Infrastruktur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu infrastruktur berdasarkan fungsi dan peruntukannya. Familoni (2004) menjelaskan bahwa infrastruktur dibedakan menjadi infrastruktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur ekonomi memegang peranan penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Infrastruktur ekonomi diantaranya utilitas publik seperti tenaga listrik, telkomunikasi, suplay air bersih, sanitasi dan saluran pembuangan dan gas. Kemudian termasuk pula pekerjaan umum, seperti jalan, kanal, bendungan, irigasi dan drainase serta proyek transportasi seperti jalan kereta api, angkutan kota, waterway, dan bendara. Sedangkan infrastruktur sosial dapat dibedakan menjadi infrastruktur pendidikan dan kesehatan.

Perbedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut. Disagregasi investasi tersebut dibedakan dalam dua kategori. Pertama, jaringan transportasi dan komunikasi luas (jalan kereta api, jalan, pelabuhan, dan sistem telepon). Kedua, infrastruktur yang merupakan aset dengan cakupan lokal/regional (transportasi kota, distribusi tenaga listrik, dan sistem air bersih). Pembedaan ini berkaitan dengan intensitas intervensi yang berbeda pada tiap level pemerintahan. Pembedaan kategori ini berkaitan dengan karateristk antar region (Herran-Loncan, 2008).

Pembahasan mengenai infrastruktur cenderung mengarah pada pembahasan barang publik. Hal ini dijelaskan oleh Stiglizt (2000) yang mengatakan bahwa


(45)

beberapa infrastruktur seperti jalan tol merupakan salah satu barang publik murni (impure public goods). Barang publik mempunyai dua ciri utama dari sisi

penggunaannya (konsumsi barang publik) yaitu nonrival dan non-exludable rivalry. Merupakan sifat rivalitas (persaingan) dalam

mengkonsumsi/menggunakan suatu barang maknanya adalah jika suatu barang digunakan oleh seseorang, barang tersebut tidak dapat digunakan oleh orang lain. Jika seseorang mengkonsumsi/menggunakan suatu barang dan tidak terjadi persaingan dengan orang lain, jika kondisi sebaliknya, yaitu ketika seseorang tidak mampu untuk menahan orang lain untuk bersama-sama mengkonsumsi barang tersebut, barang itu dapat dikatakan sebagai barang publik.

Barang publik murni adalah barang yang dimana marginal costs dalam

penyediaannya adalah nol dari pertambahan penggunaan (non-rivalry), dan tidak memungkinkannya menghalagi seseorang dalam mengkonsumsi barang tersebut (non-excludable) (Stiglitz, 2000). Pertahahanan nasional merupakan satu contoh dari barang publik murni (pure public good). Namun banyak dari barang publik yang disediakan pemerintah bukan merupakan barang publik murni. Infrastruktur seperti jalan merupakan salah satu barang publik yang disediakan pemerintah yang bukan merupakan barang publik murni (impure public good). Hal ini dikarenakan jalan memiliki marginal cost yang kecil namun tidaklah nol.

Selain itu juga private good yang disediakan secara publik (Publicly Provide Private Goods). Hal ini dikarenakan barang tersebut dianggap merupakan barang yang sangat dibutuhkan walaupun marginal cost dari penyediaannya sangatlah tinggi, serta dimungkinkannya menghalangi seseorang dalam menggunakan


(46)

barang tersebut, salah satu contoh dari Publicly Provide Private Goodsiniadalah pendidikan. Masuknya pendidikan sebagai private goodyang disediakan secara publik didasari pemikiran bahwa semua orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.

Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter eksternalitas. Hal ini sesuai dengan sifatnya, yaitu dimana infrastruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak memberikan bayaran secara lansung atas penggunaan infrastruktur. Bagi sektor privat beberapa infrastruktur merupakan input yang tidak berbayar (unpaid input) dan inilah yang disebut eksternalitas pada infrastruktur (Charlot dan Schmitt, 1999).

Perdefinisi eksternalitas adalah suatu kondisi dimana jika tindakan satu pihak mempengaruhi nilai guna pihak lain yang bukan pelaku, tanpa termasuk harga.Secara teori bentuk eksternalitas ada dua, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif cenderung bersifat Undersupply dan eksternalitas negatif cenderung bersifat overproduction (Stiglitz, 2000). Undersupply merupakan kondisi permintaan suatu barang yang digambarkan dengan kurva permintaan dengan tidak merefleksikan nilai sosial barang tersebut. Kurva nilai sosial (social value) berada di atas kurva permintaan karena nilai sosial barang tersebut lebih besar dari pada nilai privatnya. Secara sosial, jumlah optimum yang harus disediakan adalah ketika kurva nilai sosial berpotongan dengan kurva penawaran. Hal ini akan mengakibatkan kuantitas optimum yang ditentukan oleh nilai privatnya. Sedangkan overproduction adalah


(47)

kondisisebaliknya, yaitu ketika biaya sosial tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya produksi suatu barang sehingga biaya produksi yang ada (secara privat) lebih kecil. Implikasinya, barang yang diproduksi lebih banyak, dimana seharusnya barang yang di produksi secara optimal lebih sedikit karena biaya sosial harusnya telah dimasukkan (Mankiw, 2004).

Canning dan Pedroni (2004) menyatakan bahwa infrastruktur memiliki sifat eksternalitas. Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan dsb memiliki sifat eksternalitas positif, memberikan dukungan bahwa fasilitas yang diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif yang dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (Spillover Effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan-perusahaan dalam sektor pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja, juga meningkatkan level

teknologi. Dengan dibangunnya infrastruktur, tingkat produktivitas perusahaan dan sektor pertanian akan meningkat. Salah satunya (yang paling nampak) adalah pembangunan jalan (Wyle, 1996).

1. Infrastruktur Jalan

Jalan berperan penting dalam merangsang maupun mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Karena itu setiap negara melakukan investasiyang besar dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan. Sekitar 0,8% dari PDB negara berkembang dikeluarkan untuk pembangunan,


(48)

Pada masyarakat agraris, jalan digunakan untuk memasarkan hasil pertanian. Ajay Chibber menunjukkan variable non harga, termasuk fasilitas transportasi dan telekomunikasi memberikan dampak signifikan terhadap produk-produk pertanian di Amerika Latin. Binswanger menyatakan kekurangan prasarana jalan menjadi hambatan signifikan terhadap penawaran pertanian (Queiroz & Gautam, 1992). Sedangkan World Bank menyatakan insentif bagi petani (harga dan input) menjadi sia-sia jika terdapat halangan fisik dan biaya ekonomi yang tinggi untuk transportasi barang.

Pembangunan prasarana jalan turut berperan dalam merangsang tumbuhnya wilayah-wilayah baru yang akhirnya akan menimbulkan bangkitan jalan (trip generation) baru yang akan meningkatkan volume lalu lintas yang terjadi. Tumbuhnya kota-kota baru dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan lingkungan yang memadai tentunya membutuhkan akses baru untuk memberikan pelayanan terhadap wilayah tersebut.

Keuntungan peningkatan infrastruktur transportasi berupa peningkatan aksesibilitas, pengurangan waktu tempuh, dan biaya pergerakan barang, manusia serta jasa. Peningkatan transportasi tidak hanya mempengaruhi orang atau bisnis yang berhubungan langsung dengan fasilitas transportasi, tetapi juga pada konsumen barang dan jasa baik berupa pengurangan harga serta peningkatan upah bagi para pekerja.


(49)

2. Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan salah satu bentuk energi terpenting dalam perkembangan kehidupan manusia modern, baik untuk kegiatan rumah tangga, pendidikan, kesehatan, usaha, industri, maupun kegiatan lainnya dari mulai komunitas pengguna di kota besar sampai ke pelosok pedesaan. Perkembangan kebutuhan energi listrik dari waktu ke waktu semakin bertambah luas dan besar sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.

Penyediaan tenaga listrik mempunyai karakter khusus yang membedakannya dengan komoditi lain pada umumnya. Pada sektor ini, produsen dan

konsumen harus berada dalam satu jaringan penyaluran tenaga listrik tanpa adanya alternatif akses untuk melakukan pendistribusian, tingkat produksi harus sesuai dengan tingkat pemakaian, karena energi listrik yang diproduksi oleh suatu pembangkit tidak dapat disimpan.

Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik memerlukan teknologi tinggi, dana yang besar dan waktu yang lama. Kelebihan maupun kekurangan penyediaan tenaga listrik akan menimbulkan kerugian yang besar. Kelebihan penyediaan tenaga listrik berarti suatu investasi yang sia-sia padahal investasi tersebut jumlahnya cukup besar. Sebaliknya kekurangan penyediaan tenaga listrik dapat menyebabkan pemadaman yang akan sangat merugikan berbagai kegiatan ekonomi. Selain itu memerlukan tingkat keamanan yang cukup tinggi karena resiko kecelekaan cukup besar.


(50)

Pengadaan jaringan listrik sangat bergantung pada sumber daya lain dan pendistribusiannya kepada konsumen sangat bergantung pada ketersediaan prasarana jalan karena pemasangan jaringan listrik biasanya ditempatkan pada bahu jalan untuk memudahkan pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaannya.

3. Infrastruktur Puskesmas (Kesehatan)

Salah satu faktor dalam membangun sumber daya manusia adalah kesehatan, pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa dan lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk pada tingkat kesehatan yang baik merupkan masukan (input) penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Dalam upaya mendukung peningkatan kesehatan masyarakat maka dibutuhkan juga infrastruktur kesehatan yang memadai. Inftrastruktur dalam penelitian ini diwakili oleh ketersediaan puskesmas dalam mendukung peningkatan kesehatan masyarakat.


(51)

Fasilitas peningkatan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat juga dengan puskesmas rawat inap, dan puskesmas pembantu, telah didirikan di hampir seluruh wilayah di Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 jumlah

puskemas inti di seluruh Provinsi Lampung adalah 227 unit, puskesmas rawat inap 87 unit, puskesmas pembantu 789 unit dan puskesmas keliling 277 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkaun pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh

masyarakat, terutama terkaitan dengan jarak transportasi.

4. Infrastruktur Sekolah (Pendidikan)

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Kenaikan 1%rata-rata pendidikan tenaga kerja menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau ekonomi riil per kapita sebesar 0,29% dengan asumsi yang lain tetap (ceteris paribus). Sementara itu kenaikan 1% rata-rata jam kerja tenaga kerja akan menaikkan PDB sebesar 0,18% dan kenaikan 1% rata-rata pendidikan penduduk akan menaikkan PDB


(52)

sebesar 0,19%. Dan di pahak lain kenaikan 1% modal fisik per tenaga kerja hanya menaikkan PDB 0,04, dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak saja dipengaruhi oleh meningkatnya pendidikan tenaga kerja tetapi juga oleh pendidikan penduduk secara keseluruhan. Dalam penelitian ini infrastruktur pendidikan diwakili oleh jumlah sekolah

menengah (SMA)yang telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total keseluruhan dari nilai tambah yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi di suatu daerah. Data PDRB menggambarkan potensi sekaligus kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki dalam suatu proses produksi, sehingga PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah sangat

tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi yang tersedia (BPS, 2007).

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (BPS, 2007). a). Metode Langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat

memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk

menyempurnakan data statistik daerah yang lemah. Metode ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang


(53)

berbeda, namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2007). Penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut:

1). PDRB menurut pendekatan dari segi produksi, adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi output dari masing- masing sektor atau sub sektor dengan biaya antaranya. Pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan nilai tambah. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi (Tarigan 2004). Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. Dalam prakteknya, produk ini dihitung berdasarkan sektor-sektor yang menghasilkannya, yaitu (Suherman Rosyidi, 2006):

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih 5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Sektor Jasa-Jasa


(54)

2). PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan. Dalam pendekatan pendapatan ini, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS 2007). Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan. Metode

pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti sektor pemerintahan.

3). PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran. PDRB pendekatan pengeluaran adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2007).

b. Metode Tidak Langsungadalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Metode tidak langsung adalah menghitung PDRB Provinsi dengan cara mengalokir angka Produk Domestik Bruto Indonesia untuk tiap provinsi dengan menggunakan alokator tertentu, alokator yang digunakan dapat berupa :


(55)

a) Nilai produk bruto atau neto setiap sektor b) Jumlah produksi fisik

c) Tenaga kerja d) Penduduk

e) Alokator lainnya yang sesuai.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase atau bagian masing-masing provinsi untuk nilai tambah suatu sektor atau sub sektor (Tarigan 2004).

Produk Domestik Regional Bruto dapat disusun dalam dua versi, yaitu : 1. Pertama, PDRB yang disusun bedasarkan harga konstan, semua agregat

pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. yang digunakan untuk penghitungan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun (tidak dipengaruhi inflasi).

2. Kedua, PDRB yang disusun berdasarkan harga berlaku, hal ini digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita, yang merupakan indikator kesejahteraan ekonomi masyarakat, dimana semakin tinggi PDRB per kapita, maka semakin makmur negara atau daerah yang bersangkutan (Irawan, 1992).


(56)

C. Pengertian Pembangunan

Menurut Sadono Sukirno (1985), walaupun kebijaksanaan-kebijaksanaan

pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang

sebagai sebagian dari usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha sesuatu masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan. Dengan adanya pembatasan di atas maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk. Di dalamnya, tersedia lahan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja yang produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik itu individu, perusahaan, bahkan negara. Pembangunan merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang terus menerus menuju tujuan yang diinginkan, yaitu peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2003), tujuan pembangunan antara lain :

1. Meningkatkan stock dan pemerataan kebutuhan pokok seperti pangan, kesehatan, pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan keamanan.


(57)

2. Meningkatkan kualitas hidup yang tidak hanya dilihat dari adanya peningkatan pendapatan. Peningkatan standar hidup tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan, dan penanaman nilai kultural dan kemanusiaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat / harga diri pribadi dan bangsa di mata pribadi atau bangsa lainnya.

3. Meningkatkan kemandirian agar tidak semakin tergantung dengan bangsa lain.

D. Infrastruktur danPertumbuhan Ekonomi

Beberapa literatur teori pertumbuhan ekonomi baru (new growth theory) mencoba menjelaskan pentingnya infrastruktur dalam mendorong perekonomian. Teori ini memasukkan infrastruktur sebagai input dalam mempengaruhi output agregat dan juga merupakan sumber yang mungkin dalam meningkatkan batas-batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas pada pembangunan

infrastruktur (Hulten dan Schwab, 1991). Merujuk pada pembahasan sebelumnya, secara ringkas hipotesis kapital publik yang dalam hal ini adalah stok atas kapital publik meningkatkan output pada sektor privat secara lansung dan tidak lansung. Efek lansung berdasarkan pada hipotesis, karena kapital publik menyediakan intermediate services pada sektor privat dalam proses produksi dengan kata lain produk marginal layanan kapital publik adalah positif. Efek tidak lansung muncul dari asumsi bahwa kapital publik dan kapital privat bersifat komplementer dalam produksi. Sebagaimana dalam penjelasan sebelumnya, infrastruktur mempunyai efek limpahan atau eksternalitas, terutama yang nampak dalam kegitan produksi.


(58)

Eksternalitas infrastruktur mempengaruhi kegiatan produksi dengan memberikan eksesibilitas, kemudahan, dan kemungkinan kegitan produksi menjadi lebih produktif. Eksternalitas ini yang disebut eksternalitas positif. Oleh karenanya, ada suatu penyederhanaan masalah mengenai eksternalitas positif yang diakibatkan oleh infrastruktur ke dalam fungsi produksi. Sektor publik mempunyai peranan penting dalam kegiatan produksi. Secara nyata, sektor publik dapat dimasukkan ke dalam fungsi produksi sebab adanya peran penting dari sektor publik sebagai salah satu input dalam produksi. Peran sektor publik yang produktif tersebut akan menciptakan potensi keterkaitan positip antara pemerintah dan pertumbuhan (Barro, 1990). Dalam studi literaturnya mengenai public spending, Barro (1990) mulai memasukkan beberapa asumsi untuk menjelaskan keterkaitan antara pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Diasumsikan bahwa pemerintah disini adalah pelayanan publik yang disediakan tanpa adanya pengenaan biaya penggunaan dan tidak dihalangi dengan efek kemacetan (congestion effects). Model ini merupakan penyederhanaan dari eksternalitas yang berkaitan dengan penggunaan pelayanan pubik. Kemudian menganggap peran pelayanan publik sebagai input (g) selain kapital privat (k) dalam produksi privat. Peran yang produktif tersebut yang akan menciptakan potensi keterkaitan positif antara pemerintah dan pertumbuhan. Produksi menunjukan asumsi constanreturns to scale ada k dan g secara bersama-sama tetapi diminishing returns pada k secara terpisah. Kemudian menuliskan fungsi dengan eksternalitas infrastruktur sbb:


(59)

Dimana syarat untuk positif dan diminishing marginal products, sehingga

dan variabel k mewakili kuantitas kapital produsen. Kemudian, g adalah pengeluran/pembelian pemerintah atas barang dan jasa (untuk pelayanan publik).

Barro dan Sala-i-martin (1995) memperluas model pertumbuhan dengan

memasukkan intervensi pemerintah G, ke dalam fungsi produksi sebagai barang publik (pure public goods) sehingga fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi,

.G1-

Dimana 0 < α < 1. Persamaan diatas mengimplikasikan bahwa fungsi produksi

setiap perusahaan (i) adalah constant return to scale pada input privat (perusahaan) L dan k. Kemudian diasumsikan bahwa tenaga kerja agregat L konstan pada G yang telah ditetapkan (fixed), perekonomian akan mengalami diminishing return pada akulasi kapital agregat k. Tetapi, jika g meningkat bersamaan dengan k, persamaan diatas mengimplikasikan bahwa diminishing returns tidak akan muncul sehingga fungsi produksi menunjukkan constant returns pada k dan G untuk L yang ditetapkan (fixed). Bentuk fungsi produksi juga mengimplikasikan bahwa layanan publik merupakan komplementer terhadap input privat, dalam artian peningkatan G akan meningkatkan produksi tambahan (marginal product) L dan k. Jika eksponen pada G lebih kecil dari pada 1- α maka akan berlaku diminishing returns pada k dan G. Sebaliknya, jika eksponen pada G lebih besar dari pada 1- α, tingkat pertumbuhan akan cenderung terus


(60)

E. Pengaruh Modal Manusia (Human Capital) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Human Capital merupakan determinan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini banyak dijelaskan dalam model pertumbuhan endogen atau model

pertumbuhan baru(New Growth Theory). Model pertumbuhan endogen menolak asumsi penyusutan imbalan marjinal atas investasi modal (diminishinng marginal returns to capital invesments) yang ditunjukkan oleh model-model neoklasik. Model pertumbuhan endogen menyatakan hal yang sebaliknya, yakni hasil

investasi justru akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar (itu berarti negara-negara maju menawarkan hasil atau keuntungan investasi yang lebih tinggi). Lebih lanjut, model ini juga memberikan perhatian yang besar kepada peranan eksternalitas dalam penentuan tingkat hasil investasi permodalan. Dengan mengasumsikan bahwa investasi swasta dan publik (pemerintah) di bidang sumber daya atau modal manusia dapat menciptakan eksternalitas positif dan memacu peningkatan produktivitas yang mampu mengimbangi

kecenderungan alamiah penurunan skala hasil, model pertumbuhan endogen ini mencoba menjelaskan terjadinya divergensi pola pertumbuhan ekonomi antar negara dalam jangka panjang.

Cara yang bermanfaat dalam membandingkan model pertumbuhan endogen dengan model pertumbuhan neoklasik adalah melalui persamaan sederhana Y = AK. Dalam rumusan ini, A mewakili setiap faktor yang mewakili teknologi. Sedangkan K melambangkan modal fisik dan modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal yang positif dan peningkatan produktivitas yang melampaui


(61)

keuntungan pihak swasta dalam melakukan investasi itu, dan kelebihannya tersebut cukup untuk mengimbangi penurunan skala hasil (Todaro, 2000).

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa modal sumber daya manusia (Human Capital) merupakan faktor penting dalam meningkatkan output perekonomian suatu negara. Karena itu investasi untuk meningkatkan sumber daya manusia yaitu kesehatan dan pendidikan. Dalam penelitian ini, modal manusia (Human Capital) dipengaruhi akan keberadaan infrastruktur sosial. Inftastruktur sosial disini dibagi menjadi 2 jenis yaitu : jumlah puskesmas dan jumlah sekolah menengah (SMA), dengan keberadaan infrastruktur ini diasumsikan bahwa mempunyai pengaruh dalam membangun sumberdaya manusia dari segi kesehatan maupun pendidikan.

Salah satu faktor dalam membangun sumber daya manusia adalah kesehatan, pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih kuat, lebih produktif, dan cenderung mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyababkan 20% kurang produktif jika tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia (Bappenas, 2003). Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar yang lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak akan cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data tentang Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung, maka diperoleh simpulan terkait dengan tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Infrastruktur jalan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 1998-2012 dengan nilai koefisien sebesar 1.505740.

2. Infrastruktur listrik menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 1998-2012 dengan nilai koefisien sebesar 0.244156.

3. Anggaran kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 1998-2012 dengan nilai koefisien sebesar 0.173474.

4. Anggaran pendidikan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 1998-2012 dengan nilai koefisien sebesar 0.113548.

5.

Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel infrastruktur jalan, listrik, anggaran kesehatan puskesmas, dan anggaran


(2)

pendidikan sekolah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung pada tahun 1998-2012 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Selain itu, variabel independen dalam model juga mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 97,31 persen, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar model.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, disarankan hal

-

halsebagai berikut:

1. Melihat besarnya pengaruh jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Maka pemerintah Provinsi Lampung dapat lebih meningkatkan pembangunan jalan maupun perbaikan jalan dengan cermat dan tepat. Sehingga dengan keadaan kondisi jalan yang baik akan mampu mengurangi biaya perjalanan dan meningkatkan efisiensi yang akan berimplikasai pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Melihat besarnya pengaruh listrik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hendaknya sambungan listrik semakin ditingkatkan,

meminimalisir pemadaman listrik secara bergilir, dan tarif listrik diturunkan guna terciptanya kualitas dan kuantitas yang baik sehingga dapat memiliki daya saing yang tinggi guna mengisi kehidupan yang lebih baik agar dapat mengurangi kekurangan yang akan berimplikasi pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

3. Melihat besarnya pengaruh anggaran kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hendaknya pemerintah daerah terus melakukan pengawasan dan memantau implementasi anggaran kesehatan


(3)

sehingga dana yang dikeluarkan pemerintah dipergunakan sesuai dengan belanja anggaran dibidang kesehatan. Diharapkan dengan anggaran kesehatan yang baik mampu meningkatkan kinerja puskesmas baik dalam peralatan-peralatan medis, obat-obatan yang memadai, tempat tidur, dan pelayanan kesehatan yang baik, dan tenaga medis yang mencukupi. Hal ini sangat diperlukan, karena kesehatan merupakan faktor yang paling utama bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-harinya, aktivitas kerja maupun berproduksi yang dilakukan oleh masyarakat akan berimplikasi pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi.

4. Untuk peningkatan kualitas pendidikan, terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hendaknya pemerintah daerah terus melakukan

pengawasan dan memantau implementasi anggaran pendidikan sehingga dana yang dikeluarkan pemerintah dipergunakan sesuai dengan belanja anggaran dibidang pendidikan. Pengunaan anggaran sebaiknya dilaksanakan secara tepat sasaran demi menciptakan pendidikan yang lengkap dan memadai. Baik berupa perbaikan kurikulum pendidikan, pembangunan sarana pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pendidik dan memberikan insentif bagi peserta didik yang berkualitas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1998-2012. “Statistik Propvinsi Lampung”. BPS Provinsi Lampung Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Propvinsi Lampung 2007. BPS. Lampung. Bappenas. 2003. Infrastruktur Indonesia; sebelum, sesudah dan pasca krisis.

Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas). Jakarta.

Canning, David and Peter Pedroni. 2004. “Infrastructure and Long Run Economic Growth.” University of Belfast.

Familoni,K.A. 2004. “The role of economic and social infrastructure in economic development: A Global View”.

Gujarati, Damodar. 2013. Basic Ekonometrika. Salemba 4, Jakarta.

Jhingan, M.L, (2001), Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, P.T. Raja Grifindo Persada, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 2003. “Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan

Kebijakan”. AMP YKPN. Yogyakarta.

Growth in China, Economic Development and Cultural Change, Chicago. Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi (Haris Munandar, Penerjemah).

Erlangga. Jakarta.

Mankiw, N. Gregory, 2004. Principles of Macroeconomics. Third Edition. Thomson South Western.

Mankiw, N. Gregory.2007. Makroekonomi (Fitria Liza, S.E dan Imam Nurmawan, S.E Penerjemah). Edisi Keenam.Erlanga. Jakarta.


(5)

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Nazir, Moh,Ph.D. 2003.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rostow, Walt.W. 1960. The Stages Of Economic Growth: A Non-Cominist

Manifesto. London : Cambridge University Press.

Stiglitz, Joseph. 2000. Globalization and its Discontent, Penguin Books, London. Studentmund, A.H. 2001. Using Econometrics A Practical Guide, Edisi Keempat,

Addison Wesley Longman.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Sukirno, S., 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2000, Ekonomi Pembangunan: Problematika dan pendekatan, Penerbit Salemba Empat Edisi Pertama, 2000.

Todaro, M.P. 2000. Economic Development. Addison-Wesley, Harlow. Todaro, M.P dan Smith, Stephen C, 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Universitas Lampung. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Unila. Bandar Lampung.

Widarjono, Agus. 2005, Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta Winarno, Wing 2007. “Analisis Ekometrika dan Statistika dengan Eviews”.

UUP.STTM.YKPN. Yogyakarta..

World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. Oxford University Press, New York.

Hafsari, Tanjung. 2011. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Skripsi FEB. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Maulana, Redi. 2013. Pengaruh Investasi,Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat. Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan. Bandung.


(6)

Prasetyo, Rindang Bangun, dan Muhammad Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sidik, Adi Pramono. 2011. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan dan

Listrik Terhadap Pertumbuhan Ekonomidi Kalalimantan. Tesis Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.