Lahan rawa lebak dapat di artikan sebagai berikut :
1. Rawa
Rawa merupakan istilah yang digunakan untuk semua lahan basah yang senantiasa memiliki kepekaan tergenang air, baik pada kurun waktu tertentu
maupun sepanjang tahun, bervegetasi, baik yang berair tawar, asin maupun payau, berhutan maupun ditumbuhi tanaman semak. Berdasarkan sumber airnya,
ekosistem rawa di Indonesia dapat dibedakan menjadi rawa pasang surut dan rawa non pasang surut. Rawa pasang surut meliputi rawa-rawa pesisir yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut dan rawa non pasang surut meliputi rawa-rawa pedalaman yang tidak dipengaruhi pasang surut air laut. Berdasarkan vegetasinya,
rawa dapat dibedakan menjadi rawa berhutan dan rawa tak berhutan, atau bahkan berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, misalnya rawa bakau, rawa nipah dan
rawa rumput Kordi, 2008 .
2. Lebak
Kata lebak diambil dari kosakata bahasa jawa yang berarti lembah atau tanah rendah Poerwadarminto, 1976. Rawa lebak adalah wilayah daratan yang
mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau
dibudidayakan untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan disebut lahan rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang
atau dibiarkan
alamiah disebut
rawa monoton,
sedangkan jika
kedudukannya menjorok jauh dari muara lautsungai besar disebut rawa pedalaman.
Gambar 2. Ilustrasi jenis lahan lebak sumber : Achmadi dan Irsal Las 2006
Menurut Noor 2007, lebak merupakan kawasan rawa yang genangan airnya dipengaruhi air hujan atau luapan sungai. Lebak biasanya berada di antara
dua buah sungai besar di dataran rendah. Berbeda dengan rawa pasang surut yang genangan airnya dipengaruhi pasang surut air laut harian, lebak tergenang selama
musim hujan dan berangsurangsur kering pada musim kemarau. Ada tiga jenis lebak berdasarkan tinggi dan lama genangan. Lebak pematang atau dangkal, yaitu
wilayah yang mempunyai tinggi genangan 25 - 50 cm dengan lama genangan minimal 3 bulan dalam setahun; lebak tengahan, yaitu wilayah yang tinggi
genangannya antara 50-100 cm dengan lama genangan selama 3-6 bulan dalam setahun; dan lebak dalam, yaitu mempunyai tinggi genangan airnya lebih dari 100
cm dengan lama genangan selama lebih dari 6 bulan. Kawasan lebak dalam yang menghasilkan produksi ikan secara alami dikenal dengan istilah lebak lebung.
Lahan rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun dengan 6 - 7 bulan basah bulan basah =
bulan yang mempunyai curah hujan bulanan 200 mm atau antara 3-4 bulan kering bulan kering = bulan yang mempunyai curah hujan bulanan. Bahan induk
tanah rawa lebak umumnya berupa endapan aluvial sungai, endapan marin, atau
gambut yang terbentuk pada periode era Holosen, yaitu sejak 10.000 sampai 5.000 tahun silam yang jauh lebih tua jika dibandingkan dengan endapan di
Delta sepanjang sungai yang diperkirakan terbentuk antara 2.500-3.000 tahun silam Prasetyo dkk., 1990; Furukawa, 1994; Neuzil, 1997.
3. Tipologi Lahan Rawa Lebak