Penentuan berat jenis relatif agregat Ringkasan standar penelitian

38 | P a g e

2. Pembuatan beton

Pada pembuatan beton maka pada saat pencampuran harus diperhatikan agar beton yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Serta komposisi suatu campuran juga harus memenuhi syarat supaya dapat menghasilkan suatu beton dengan kualitas karakteristik mekanik beton yang baik. Adapun cara pembutan adukan beton prosedurnya sesuai dengan SNI 03-2493-1991. Gambar IV-24 Pencetakan benda uji 3. Perawatan Beton Perawatan beton digunakan untuk mendapatkan kekuatan beton dengan mutu tinggi dan digunakan untuk memperbaiki mutu keawetan suatu beton, kedap terhadap air, ketahanan terhadap keausan dan stabilitas dimensi struktur. Adapun Perawatan beton dilakukan sesuai dengan SNI 03-2493-1991. Gambar IV-25 Perawatan benda uji 4. Pembuatan larutan perendaman beton Pada pengujian durabilitas beton, maka benda uji yang telah berumur 28 hari direndam dalam dua larutan yaitu air garam dan larutan asam sulfat. Adapun cara pembuatan larutannya adalah sebagai berikut. a. Larutan air garam 3 - Menyiapkan air dan garam sesuai kebutuhan. Pada penelitian ini menggunakan perbadingan 1 liter air : 30 gram garam garam yang digunakan adalah garam Kristal 39 | P a g e - Campurkan garam ke dalam air hingga garam larut. b. Larutan asam sulfat 10 - Menyiapkan air dan asam sulfat sesuai kebutuhan. Pada penelitian ini menggunakan perbadingan 1 liter air : 100 ml asam sulfat. - Campurkan asam sulfat ke dalam air hingga asam sulfat larut pada saat pencampuran hendaknya memakai sarung tangan kimia karena asam sufat termasuk zat yang berbahaya apabila terkena kulit.

4.8. Pengujian karakteristik mekanik beton.

1. Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton itu dilakukan pada beton sesuai umur perawatan yang direncanakan. Pengujian ini dilakukan dengan alat Hidrolis Testing Machine sehingga didapatkan nilai beban maksimum, yaitu pada saat beton menjadi hancur saat menerima beban P. Pengujiannya seperti pada gambar dan sesuai dengan SNI 03-1974-1990. Besarnya kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus : f’ c = A P ……………………………………………………………… 1 Keterangan : f’ c = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji MPa P = beban maksimum kN A = luas permukaan benda uji mm 2 40 | P a g e Gambar IV-26 Uji kuat tekan pada kubus 2. Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebnyak 9 buah benda uji. Pengujiannya pada umur 56 hari. Pemberian beban dilakukan secara menerus tanpa sentakan dengan kecepatan pembebanan antara 0.7 hingga 1.4 Mpa per menit sampai benda uji hancur. Jika menggunakan benda uji berbentuk silinder denga ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm maka kecepatan pembebanan berkisar 50 sampai 100 KN per menit. Adapun prosedur pengujiannya seperti pada gambar dan sesuai dengan SNI 03-2491-2002. Besarnya kuat tarik belah beton dapat dihitung dengan rumus : f ct = LD 2P ……………………………………………………………… 2 Keterangan : f ct = kuat tarik belah MPa P = beban uji maksimum N L = panjang benda uji mm D = diameter benda uji mm Gambar IV-27 Uji kuat tarik pada silinder 3. Pengujian Kuat Lentur pada Balok Uji 15 cm 15 cm 15 cm P P Beton silinder dia 15 cm 41 | P a g e Pengujian pada kuat lentur dilakukan pada umur 56 hari. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 10 cm. Dengan diberi beban terpusat 1 titik dengan masing-masing dengan jarak 12L. Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mengetahui kuat lentur beton dalam perencanaan struktur. Pembebanan dilakukan sampai mencapai 50 dengan kecepatan pembebanan 6 kN, sesudah terjadi keruntuhan balok uji kecepatan pembebanan diatur antara 4.3 kN sampai 6 kN permenit.Baru dilakukan pengukuran penampang patah balok uji. Adapun prosedur pengujiannya seperti pada gambar dan sesuai dengan SNI 03-4154-1996. Rumus : f lt = 2bd 3PL 2 ……………………………………………………………. 3 Keterangan : f lt = kuat lentur MPa P = beban maksimum N L = panjang bentang diantara kedua balok tumpuan mm b = lebar balok uji mm d = tinggi balok ujimm Gambar IV-28 Uji kuat lentur pada balok 4. Berat Isi Beton Pengujian ini dilakukan dengan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 6 buah. Adapun prosedur pengujianya sesuai dengan SNI 03-1973-1990. Rumus : Balok Uji Beban P L 42 | P a g e D = V M - M m c ……………………………………………………………. 4 Keterangan : D = Berat isi beton kgm 3 M c = Berat wadah + isi beton kg M m = Berat wadah kg V = volume wadah m 3

5. Pengujian Serapan Air Beton

Pengujian ini dilakukan dengan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 5 cm sebanyak 9 buah. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui penyerapan air didalam beton. Langkah-langkah pengujian serapan air beton sebagai berikut ASTM C 642-97 dan Pitroda, dkk, 2013 : a. Sediakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 5 cm. Benda uji di rendam dalam air selama umur 56 hari. b. Benda uji dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan temperature 110°C. c. Setelah dioven lalu benda uji ditimbang W1. d. Benda uji divakum selama 3 jam. e. Setelah divakum direndam selam 18 jam kemudian benda uji ditimbang. f. Analisis perhitungan pengujian serapan air beton Rumus : Penyerapan air = [W 2 -W 1 W 1 ] x 100 ………………………………………. 5 Keterangan : W 1 = berat kering oven gram W 2 = berat basah setelah diremdam selama 18 jam 43 | P a g e Gambar IV-29 Uji serapan air beton

4.9. Ringkasan standar penelitian

Tabel IV-8 Standart Penelitian No Spesifikasi Standar Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ASTM C 469-94-02 ASTM C 642 – 97 ASTM C618-03 SK SNI T15-1991-03 SNI 1970:2008 SNI 03-1972-1990 SNI 03-2491-2002 SNI 03-2493-1991 SNI 03-2816-1992 SNI 03-2834-2000 SNI 03-4154-1996 SNI 03-1973-1990 SNI 15-2049-2004 Standart Test Method for Static Modulus of Elasticity and Poissons’s Ratio of Concrete in Compression. Standard Test Method for Density, Absorption, and Voids in Hardened Concrete Standart Specification for Coal Fly ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Metode Pengujian Slump Beton. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar atau Beton. Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. Metode Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Balok Uji Sederhana yang Dibebani Terpusat Langsung Metode Pengujian Berat Isi Beton Semen Portland. 44 | P a g e

V. HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil analisa material

Material-material yang akan digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian sifat propertiesnya untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan susun beton. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta dan institusi di luar Universitas Muhammadiyah Surakarta sesuai syarat pemeriksaan yang bersesuaian.

4.1.1. Hasil analisa semen portland

Semen Portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen type PPC produksi PT Semen Gresik. Berbeda dengan semen portlan type I, semen PPC mengandung pozzolan

4.1.2. Hasil analisa fly ash

Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu berasal dari PLTU yang dibeli di pasaran dan PLTU yang berasal dari Jepara. Fly ash yang dibeli di pasaran dibeli dari UD Seminar Mandiri Mojosongo. Analisa kimia terhadap fly ash dilakukan di laboratorium Balai Konservasi Borobudur. Hasil analisa ditunjukkan dalam Tabel berikut ini: Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran Fly ash PLTU Standar ASTM kelas C Silika dioxida, SiO 2 24,1100 32,5900 SiO 2 + Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 min. 50 Aluminium oxida, Al 2 O 3 13,3993 12,6828 Fery oxida, Fe 2 O 3 6,9445 6,4722 TiO 2 0,8420 0,8120 Magnesium oxida, MgO 3,1117 4,6351 Ca O 0,7182 0,8753 Dari hasil analisa fly ash di atas diperoleh, fly ash yang berasal dari PLTU Jepara termasuk fly ash kelas C, karena jumlah SiO 2 + Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 lebih dari 50, namun kurang dari 70. Hasil ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang dilakukan dimana fly ash di Indonesia pada umumnya merupakan fly ash kelas C karena diproduksi dari sumber batu bara jenis lignite dan sub bituminous, dimana jenis fly ash ini akan menghasilkan abu terbang kelas C Sule and Matasak, 2012, Suprapto, 2009. 45 | P a g e Sedangkan fly ash yang dibeli dari pasaran tidak memenuhi syarat sebagai fly ash kelas C sehingga dikategorikan sebagai bahan pozzolan saja. Dengan demikian fly ash di pasaran tidak selalu memenuhi klasifikasi sebagai fly ash sesuai standard ASTM C 618-03, 2003 dan perlu diperiksa kelayakannya apabila akan digunakan.

4.1.3. Hasil analisa agregat halus

Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang berasal dari Gunung Merapi, selanjutnya dilakukan pengujian sifat-sifat fisik di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil UMS. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kandungan zat organik, kandungan lumpur, berat jenis specific gravity, dan gradasi agregat halus. Setelah dilakukan pengujian maka hasilnya pada tabel V.1. Hasil perhitungan dan data-data pengujian secara lengkap terdapat dalam lampiran. Tabel V-2 Hasil Pengujian Agregat Halus Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standart SNI Keterangan Kandungan Zat Organik Larutan NaOH 3 berwarna kuning muda Jernih atau kuning muda Memenuhi Syarat Kandungan Lumpur 3.67 Maksimum 5 Memenuhi Syarat Berat Jenuh Kering Permukaan Saturated Surface Dry 2.659 2.5-2.7 Memenuhi Syarat Berat Jenis Semu Apparent Spesific Gravity 2.714 - Tidak tercantum dalam standart SNI Berat Jenis Curah Kering 2.628 - Tidak tercantum dalam standart SNI Penyerapan air 1.215 Maksimum 5 Memenuhi Syarat Modulus Halus Butir 3.28 1.5 – 3.8 Memenuhi Syarat Dari tabel diatas ternyata setelah didiamkan selama ± 24 jam campuran NaOH dan pasir didapat cairan berwarna kuning muda dan termasuk no 2. Batas standart warna Hellige Tester antara no 1 - 5. Jadi pasir yang digunakan untuk pembuatan campuran beton memenuhi syarat. Dalam pengujian kandungan lumpur pada pasir didapat 3.67 , sedangkan batasnya maksimal 5, sehingga pasir sudah bisa digunakan untuk bahan campuran beton. Dari hasil pemeriksaan berat jenis pasir diperoleh nilai penyerapan air

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Limbah Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Pltu Sibolga Dengan Serat Sintetis Ban Bekas (Scrab Tire Rubber) CV.Persahabatan Tj. Morawa Pada Pembuatan Batako

7 71 84

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL Pemanfaatan Teknologi High Volume Fly Ash Concrete Untuk Memproduksi Beton Kuat Tekan Normal.

0 3 15

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN ABSTRACK

0 1 8

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB I

0 1 4

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB II

0 1 9

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB III

0 0 1

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB IV

0 2 29

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB V

0 0 20

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB VI

1 1 1

Pemanfaatan Abu Terbang Untuk Mengurangi Limbah Terbuang Pltu dengan Teknologi High Volume Fly Ash (Hvfa) Concrete M SHOLIKIN BAB VII

0 0 3