Hubungan sikap berbusana muslimah dengan konsep diri sebagai muslimah SMA negeri 33 cengakareng Jakarta barat

HUBlJJ\i
DIRI SEE

,N SIKAP

berusaセ@

MUSLIMAH DENG AN KONSEP

:;Al MUSLIM.AH SJS\LS'j [Nセェ@

/

....

....

)IJ

0


0

"'

Jfi 0i jセゥ@

/

/

2.-lh
,

abi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan
!mg mukmin; Hendaklah meeka mengulurkan .filbabnya keseluruh

yang demikian itu supaya mereka !ebih mudah dikenal, karena flu
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun !agi Maha

Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), ha!. 140

1men Agama RJ, Al Qur 'an dan Ter;emahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,

6

Kala:

iita telaah mengenai perintah-perintah Allah kepada makhluknya,

bahwasanya

.balik perintahnya itu ada makna yang terkandung didalamnya.

Begitupun

<

gan hukum syari'at mengenai perintah berjilbab atau berbusana

muslimah it


ntara lain bersifat preventif, mencegah agar wanita tidak dilakukan

semena-men

:lemi mencegah segala yang menjurus kepada kerusakan moral dan

tindakan m<

fai akhlak. Hukum menutup aurat adalah untuk membendung agar

tidak

ergaulan bebas, tanpa mengurangi hak dan kewajibannya sebagai
エ・セェ。、Q@

wanita, sehi1
Mum

a wanita juga dapat berperan sesuai kodratnya.
1ya trend jilbab pada masa kini ternyata memberi pengaruh bagi


motivasi ren

1

remaJa yani

elum menyadari atau memahami tujuan dari pemakaian busana

muslimah.

セ@

muslim, untuk mngenakan busana muslimah. Namun masih banyak

eka mengenakan busana muslimah, tetapi tidak memenuhi standar

busana mus!

ih. Bahkan terkadang perilaku mereka pun cenderung bertentangan


dengan peril

i muslimah. Walaupun: tak sedikit yang berbusana muslimah yang

faham akan

1gsi busana yang mereka pakai, sehingga mereka konsisten didalam

ー・ュ。ォゥョセ@

Morn

.s atau tingkah laku bagi manusia sangatlah mempunyai arti penting,

khususnya t

seorang muslimah yang mengenakan busana muslimah. Setiap

perbuatanny1


can selalu menjadi perhatian orang lain. Karena itulah penting bagi

muslimah u

k membentuk kepribadian atau konsep diri yang sesuai dengan

busananya d

harapan masyarakat, sehingga tidak timbul konflik dalam dirinya

akibat keingi

111ya berbusana muslimah dengan konsekwensinya. sebagai muslimah.

7

Dalai

penelitian ini, penulis mengkhususkan pengkajian pada remaJa


muslimah, n

1

Masa remaj

.tdalah masa transisi yang penuh ketegangan dan konflik. Tidak

セ@

flik terhadap nilai-nilai agama. Oleh karena itu penulis ingin

terkecuali

gingat masa remaja merupakan sumber perkembangan konsep diri

6




mengetahui

tkah ada hubungan yang positif antara sikap pemakaian busana

muslimah d

セ。ョ@

konsep diri dikalangan para siswi, khususnya konsep diri

muslimah.

B. Pcmbat

n dan Pcrumusan Masalah

1. Peml

tsan Masalah


'Ii kemungkinan masalah yang timbul, penulis memilih permasalahan
tenta1

hubungan antara sikap terhadap pemakaian busana muslimah dan

kons<

jili siswi. Untuk mengkaji masalah tersebut, penulis merasa perlu

meml

tsi permasalahan dan menjelaskan definisi opeasionalnya sebagai

berik
a. Sil

berbusana muslimah ·

Pe

ke

セ。ョ@

pe

itian ini mengkaji tiga aspek yaitu kognisi, afeksi dan konasi.

b. K<

6

:rtian sikap yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kesediaan atau
terhadap suatu nilai atau kegiatan berbusana muslimah. Dalam

!p diri

Kc

:p dili ini yang dimaksud dalam penelitian adalah kesadaran siswi


sel

ai muslimah untuk memberikan pendapat, pandangan atau penilaian

Clan

Pudji Jogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta: Arcan, 1986), hal 41

8

ter

lap konsep dirinya yang memberikan keyakinan akan kemampuan

da

1 membuat

perubahan dan menghadapi tangtangan hidup.

c. Po

asi yang diteliti adalah siswi dari sekolah yang tidak menerapkan

pe

1ran berbusana muslimah kedalam tata terti sekolah mereka. Yaitu

sis

SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat

2. Perm

;an Masalah
rdasarkan pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan

sebag

ierikut:

Baga

Ina Hubungan Antara Sikap Berbusana Muslimah dengan

Kons•

Diri Sebagai Muslimah Pada Siswi SMA

Jakm

Barat Tahun Ajaran 2004/ 2005

C. Metode I
Untul
penulis men1

I. Penelitim

n・ァセイゥ@

33 Cengkareng

1bahasan
)emperoleh data-data guna membahas permasalahan dalam skripsi,
セ。ォョ@

metode penelitian sebagai berikut:
セーオウエ。ォョ@

(Library Research)

Melalui l

elitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta

tulisan iii

hyang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Penelitiai

pangan (Field Research)

Penelitia·

'ni dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan

Iangsung

Iapangan, karena dalam penelitian ini memerlukan data dan fakta

yang vali

'gar dapat dipertanggungjawabkan.

9

Untu

memperoleh data-data lapangan 1m penulis menggunakan teknik

pengumpula

ata sebagai berikut:

1. Observa:

yakni mendatangi objek dimaksud yang meliputi keadaan gedung,

sarana &
2. Angket,

struktur organisasi, dan kegiatan belajar mengajar
セウ。イョL@

mi memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam ha! ini

stsw1 ya

berbusana muslimah, mengenai sikap berbusana muslimah dengan

konsep d

muslimah.

D. Sistema1
Untu

Penulisan
mendapatkan

gambaran

tentang

1s1

skripsi,

penulis

akan

mengemukal

beberapa pokok pemikiran yang melatar belakangi lahimya masing-

masing bab,

am rangka pemecahan masalah pokok.

Bab I

A<

th pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

pe

atasan dan perumusan masalah, metode penelitian dan sistematika

pe

isan.

M

Jahas tentang kajian teoritis yang meliputi penge:rtian dan komponen

Bab II

pengertian dan kriteria busana muslimah, busana muslimah dalam
ウゥセ@

pe

:ktif

bu

.a muslimah sebagai nialai ekspresif dari sikap hidup wanita Islam.

Se

pengertian dan unsur pembentuk konsep diri, pembentukan dan

pe

mbangan konsep diri, Islam sebagai sisitem nilai dalam pembentukan

ko

p diri, dan upaya membentuk konsep diri sebagai muslimah,

ke

gka berfikir dan pengajuan hipotesis.

Islam, busana muslimah sebagai mode dan busana taqwa,

IO

Ba_b Ill

Bab IV

BabV

Mt

uraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi tujuan dan

ter

t penelitian, variabel, indikator dan definisi operasiona!, teknik

pe1

inbilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Pei

asan mengenai hasil penelitian yang mencakup deskripsi data yang

ten

dari gambaran um urn sekolah dan, analisis data Clan interpretasi data.

me

iakan bagian penutup pene!itian yang berisi kesimpulan dan saran.

BABU
KAJIAN TEORITIS

A. Sikap di
1. Pengc

!'aktor-faktor Pembentuk Sikap
an dan Komponen Silrnp

a. Pe

:rtian

Kata

tp dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan

dan sebagain

)'ang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. 1 Sedang

dalam kamw

:ikologi 'sikap' atau attitude menurut definisi sederhana yaitu suatu

kecenderungi

mtuk bertingkah laku atau berfikir didalam suatu cara tertentu. 2

Dalan
Seperti kebar

lrti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
セ。ョ@

istilah-istilah abstrak lainnya, sikap mempunyai pengertian yang

bermacam-m

m. Dalam bahasa Inggris, sikap dinyatakan dengan istilah "altitude"

dan ini berasi

ari bahasa latin yaitu "aptus" yang berarti keadaan siap secara mental

yang bersifat

1yektif untuk melakukan kegiatan.

Secan

'storis istilah 'sikap' (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert

Spencer dital

1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental

seseorang (;

1

Tin1

!

Indonesia, (Jaka
2

3

A. Bu

Saifui
1995), hal. 3

:n, Guy, Edgly, 1980). 1 Kemudian pada tahun

1888 Lange

rusun Kan1us Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Ka11111s Besar Bahasa

Balai Pustaka, 1988), cet. I, ha!. 8380

'djo, Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991 ), cet. 2, ha!. 42

Anvar, S'ikafJ Ma1111.•iia l'eori dan [>e11g11J..-ura1111¥va, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

JJ

12

menggunaki

istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk

menggamba

n kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba.

Jadi menun

stilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,

melainkan n

cakup pula aspek respon fisik.

Sika1

anusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berikut

definisi sika

,enurut beberapa ahli:

Definisi sika

ang dikemukakan oleh Gordon Allport;

"An

itude is a mental and neural state of readiness, organized through

expenence,

1

rting a directive or dynamic influence upon the individual's respone to

all objects i

situation with wich it is related". (Sikap adalah keadaan kesiapan

mental dan

.sunan saraf, yang mempengaruhi yang dinamis terhadap respon

individu 。エセ@

mua obyek atau situasi yang berhubungan). 4

La Pierre (IS

dalam Allen, Guy & Edgly 1980)

Mern

'
nisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

r

lisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

antisipatit:

sederhana sii

adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

Sec01
keteraturan t
tindakan (ko:

&
セョエオ@

Backman ( 1964 ), misalnya mendefinisikan sikap sebagai
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi

i) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. 5

4

Abrc

bd. Rahman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1998), cet. 4,

5

Sa'1fu

A-..
1 ""war,

ha!. 108
·
ha.I 5
op. cit.,

13

Kemudian I

H.M Alisuf Sabri. Dalam bukunya mengemukakan;

Sika

iartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mernaksi terhadap suatu

ha!, orang a

· benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Kecenderungan

mereaksi at

sikap seseorang terhadap sesuatu ha!, orang atau benda dengan

demikian b

tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima/scnang), tidak suka

(menolak/tic

$enang) dan sikap acuh tak acuh. 6

DefiI
yang relatif:

ini senada dengan Bruno; Sikap (attitude) adalah kecenderungan
セ・エ。ー@

untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau

barang terter
Berbi
suatu kerang

dengan para ahli yang lain, Prof Dr. Mar'at membahas sikap dalam
teoritis:

1. Sikap

1at merupakan suatu kondisioning, dan dibentuk.

2. Dapat

bul konflik dalam memiliki kesediaan bertindak.

3. Memi

. fungsi, yang berarti bahwa sikap mempunyai fungsi bagi manusia

dalam ar:

indakannya.

Jadi
pengertian y<

:ap adalah konsisten dengan komponen kognisi. Dari berbagai
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulakan bahwa sikap adalah

I

kecenderung

bertindak, berfikir, berpersepsi dan memilih dalam menghadapi

obyek, ide, s

1si, atau nilai. Lebih jelasnya bahwa sikap merupakan kesiapan untuk

6

Alis

Pedoman Ilmu .
7

Muh
Rosdakarya, 20

Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan K11rik11/11m Nasional, (Jakarta; CV.
: 1996 ), cet. 2, ha! 83
n Syah, Psikologi Pendidikan de11ga11 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
edisi revisi, hal. 120

14

bereaksi terl

'tp obyek sebagai penghayatan terhadap obyek tersebut. Proses ini

sifatnya tert1

> yang

terbuka_ Jnil2

ang disebut tingkah laku.

menjadi dasar pembentukan tindakan, yang akhimya bersifat

b. K<

mnen Sikap

Deng

melihat adanya satu kesatuan dan hubungan yang selaras antara sikap

dan tingkah I

t, maka kita harus meninjau sikap sebagai suatu sistem yang memiliki

berbagai kon

nen. Menurut skema triodik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen

yang saling n

tmJang, yaitu:

a. Kompon<

tognitif

.

-

8

Adalah n

tpakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

Kepercay

datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.

Berdasarl

apa yang telah kita ketahui itu kemudian terbentuk suatu ide atau

gagasan r

1genai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Sekali kepercayaan

terbentuk

aka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

dapat dih

pkan dari obyek tertentu. Dengan demikian interaksi kita dengan

pen gal am

dimasa datang, serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut

akan lebil

empunyai arti dan keteraturan_

b. Kompone

fektif

Kompone

:fektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap

suatu oby

/ikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang

dimi!iki

•adap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan

I

" Saifu<

Azwar, op. Cit., ha!. 25-27

15

kompom

tfektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita

percayai

1agai ha! yang benar dan berlaku bagi obyek terma,ksud.

c. Kompon

conas1

Dalam :

1.1:ur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan

berperila

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapi

, Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan

banyak n

1pengaruhi perilaku. Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam

situasi t

mtu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh

bagaimai

:epercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Untu

11embedakan dari aspek-aspek psikis yang lain, seperti motif dan

kebiasaan, p•

: ditinjau ciri-ciri sikap. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya

mengemukal

ciri-ciri sikap sebagai berikut: 9

I. Dalam si

• selalu terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa

obyek. C
pandangi

:k ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial,
'
:idup, hukum, lembaga masyarakat, dan sebagainya.

2. Sikap ti<

dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui

pengalarr

·pengalaman.

3. Karena s

p dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan

lingkung<

disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda-

beda.

9

Sarlit

'irawan Sarwono, Pengantar Psikofogi Umum, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2000)

16

4. Dalarn

!

p tersangkut juga faktor rnotivasi dan perasaan.

5. Sikap ti·

rnenghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.

6. Sikap ti

r hanya satu rnacarn saja, rnelainkan sangat berrnaca-macam sesua1

dengan I
Man

yaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.
1

dapat rnempunyai bermacam-macam sikap 1terhadap bennacam-

macam ha!.

rwujudan atau terjadinya sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh

faktor peng<

1uan, kebiasaan dan keyakinan. Karena itu untuk menghilangkan suatu

sikap yang

•sitif atau untuk menghilangkan suatu sikap yang negatif dapat

dilakukan d

セ。ョ@

obyek sikap

1gan membiasakan atau dengan dasar keyakinan.

rnemberitahukan atau menginfonnasikan faedah atau kegunaan

Peml

tukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan rnelalui suatu

proses terte1

melalui kontak sosial terns rnenerus antara individu dengan individu

lain disekiU

•a. Sikap sosial terbenttik dari adanya interaksi sosial yang dialami

oleh individ

nteraksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak

sosial dan h1

ngan antara individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dala

interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara

'
individu yar

iatu dengan yang lainnya, terjadi hubungan yang timbal balik yang

turut mem1

garuhi pola perilaku masing-rnasing individu sebagai anggota

masyarakat.

bih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu

dengan lingl

gan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.

17

Dr. ;

lito Wirawan Sarwono membagi faktor yang dapat mempengaruhi

terbentukny:

kap kedalam dua hai, yaitu: JO

l.

セイョL@

2.

Faktor

yaitu faktor-faktor yang terdapat dal.am diri orang yang

bersangi

m sendiri, seperti selekiivitas yang ditentukan oleh motif-motif dan

kecende

gan.

Faktor e

em, ditentukan oleh faktor l uar, yaitu:

- Si fat

rek yang dijadikan sasaran sikap.

- Ke'.'.1

vaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

- Sifat

ng-orang atau kelompok yang mendukung sikap tcrsebut.

- Medi

)munikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

- Situa:

ada saat sikap itu dibentuk.

Lebif

mjut lagi Drs. Saifuddin Av.var menjelaskan fakior-faktor yang

mempengaru

· II
iem bentuk an s1·kap, yaitu:

I. Pengalan

pribadi

Middle f

ik (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali

dengan s1

1 obyek

obyek te

Jut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi t

.s melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan Iebih mudah

terbentuk

pabila pengalaman pribadi tersebut terjadi clalam situasi yang

melibatk:

aktor emosional.

psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap

0

Sarli

Virawan Sarwono, ibid, ha!. 96

11

Saifi

a Azwar, op. Cit., ha!. 25-30

'

18

2. Pengaruh

tng lain yang dianggap penting

Pada um

O.ya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah de

m sikap orang yang dianggap penting. Kecendemngan ini antara lain

、ゥュッエカ。セ@

1leh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik d1

an orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh

Judayaan

Tanpa 、ゥセ@

lri, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai

salah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena k<

:layaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu

yang mei

li anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian

individu

ig !mat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

pembentu

1 sikap

individual.

4. Media mi
Sebagai s

na komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabi

najalah dan lainnya, mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini

dan kepe1

'aan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media m

a membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarah

1

memberi

:lasan kognitif, bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-

pesan

SU!

if yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

memberi'

ar afektif dalam menilai suatu ha!, sehingga terbentuklah arah sikap

terse but.

opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

19

5. Lembagi

ndidikan dan lembaga agama

Lembagi

:ndidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh

da!am p

oentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep r

al dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama

sangat n

entukan sistem kepercayaan, maka apabila terdapat suatu ha! yang

bersifat I

traversial, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau

dari ajan

.gama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

6. Pengarul

ktor emosional.

Kadang !

u bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi, yang

berfungs

bagai semacam penyalur frustasi atau peralihan bentuk mekanisme

pertaharn

ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera

berlalu b

tu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang

lebih kor

ten dan bertahan lama.

Sikar

katakan sebagai suatu 'respons evaluatif. Respons hanya akan timbul

apabila indi1

i dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Ji

Jons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai

sikap itu tin

lya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan

hadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangk,

iidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhad

Jbyek sikap.

20

2. Peni
Bern

セャNfMQ@

セ@

'ian dan Kriteria Busana Muslimah
1 dari

Q.S 24:31, Allah berfirman:

_, /;l

/

t.i
-,

(1' : .J_,Jl)
Dima

0Nイセ@

/

wanita diperintahkan UI)tuk menutup aurat dan diiarang menampakan

' Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang biasa terlihat.

perhiasannya

セ」ョ。ャゥ@

usaha perlin(

gan terhadap moral kaum wanita, tidak cukup hanya dengan perhatian

terhadap glu

1hul bashar (penundukan pandangan) dan pemeliharaan kemaluan

saja. Melainl

juga harus memperhatikan ha! lain seperti cara berpakaian.

Seba)
fatwa para

t

hana telah diketahui bahwa dalil-dalil Al Qur'an dan hadits serta
na salaf, banyak yang mengharamkan tabbaruj atau bersolek, dan

mewajibkan

1m wanita untuk menutup seluruh tubuhnya apabila mereka hendak

berhadapan c

セ。ョ@

kaum pria yang bukan muhrimnya.

21

Dala

Al Qur'an, kata jilbab ditulis dalam bentuk kata jamak yaitu

'.falaabiib'

nya jilbab adalah se3ems baju kurung yang lapang yang dapat

menutupi k<

la, muka dan dada. Pengertian jilbab secara syari'at Islam adalah

pakaian war

yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

Lebih singk:

ra jilbab adalah busana muslimah.

menuliskan

:ana muslimah, terkadang digunakan kata jilbab, busana muslimah

maupun kata

ab.

12

Maka untuk selanjutnya da!am

Keba

ikan wanita beranggapan apabi!a mereka te!ah memakai busana atau

pakaian yan

erba panjang dan menutupi sebagaian kepalanya, berarti ia telah

berbusana m

imah. Mereka tak perdu!i bagaimana bentuk dan jenis bahan pakaian

yang digunal

nya. Padahal dalam Islam telah diatur bagaimana syarat busana yang

hams diguna

I oleh seorang muslimah.

Adap

syarat-syarat hijab yang disebutkan oleh Al Bani dalam kitabnya

yang berjudt

'!fabul Mar 'ah al Muslimah, dan juga disebutkan oleh para ulama di

dalam kitab J

,

I. Harns me

yaituJ 3
seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan)

Gセp@

Syarat ini

セオ。ゥ@

yang berb

a:

12

dengan finnan Allah Q.S. An Nur: 31 dan Q.S. Al Ahzab: 59

Ista1

Jto, Hikmah jilbab da!am pembinaan akhkak, (Solo< CV. Ramadhani, 1986), cet. 2,

Jah1
1994), cet. 1, h:

i\hmad Al Al Ma'iy, Wahai putriku /11/uplah auratmu, (Jakarta< Granada Nadia,
9

hal. 13
13

22

'-:-'ly-'YI)

セI@

|セ@

),,-

セ@

/

/

.\lii 01.5') P[セェ@

/

/

Iセ@

/

0

"

/

/

/

Jft Lil J;I 2.-lE

/

/

2. Harns de

n kain tebal dan tidak boleh tipis

3. Pakaian i

:endiri bukan mernpakan perhiasan

Syarat in

Tdasarkan dengan firman Allah Q. S. Al Ahzab: 33

"Dan hi
bertingkc

2klah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan
'Jku seperti orang-orangjahiliyah yang pertama"

4. Harns lor

lr dan tidak sempit

5. Tidak bo]

memakai parfum yang baunya sangat menyengat

6. Tidak bol

menyernpai pakaian pria

7. Tidak bol

menyernpai pakaian-pakaian wanita kafir

8. Bukan lib

tyuhrah (pakaian untulc' mencari populeritas)

3. Busa

akan

Muslimah dalam Petspektif Islam

k・エゥセ@

tita membaca Al Qur'an dan merenungkan ayat-ayatnya, maka kita

mene

kan

banyak

ayat yang

mengkhususkan

masalah jilbab dan

menganjurk<

va, dan menegaskan agar kaum wanita benar-benar menJaganya

sehingga kat

muslimin tidak terjernmus dalam masalah moral yang serius.

23

Alla!

wt menginginkan wanita muslimah berbeda dengan wanita lainnya,

dan sesuatt

ang membuatnya berbeda dengan wanita lairmya adalah saat

memakaia ji

b. Dan dengan memakai ji!bab maka kehormatannya terjaga. 14

ia

Perir

berbusana muslimah diturunkan setelah adanya perintah untuk

menutup au

Karena itulah ulama ahli tafsir sepakat, bahwa yang dinamakan

busana mus!

th (jilbab) adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita, bukan

Imnya se ked1

.a kaian
. yang menutup aurat. 15

Perin

untuk berbusana muslimah ini terkandung dalam surat al Ahzab: 59.

Dalam mena

kan ayat tersebut bukan berarti keharusan berbusana muslimah, hanya

tertuju pada

.eri-isteri Nabi, anak-anak perempuannabi, dan isteri sahabat saja.

Tetapi perin1

ini tertuju pada semua muslimah.

Al Qi

mbi memberi komentar, bahwa rasulullah memerintahkan pada isteri-

isterinya, am

mak perempuan dan kaum mukminah untuk mengulurkan jilbabnya

"agar dapat c

dakan sifat perempuar,i jahiliyah dengan perempuan mulia" 16

4. Busa1

W:uslimah Sebagai Trend Mode dan Busana Taqwa

Sejak

val dikenal manusia, pakaian lebih berfungsi sebagai penutup tubuh

daripada seb

1i pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab

berpakaian t•

{ata memang merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang

14

Ali!

saili Al Amili, Nikmamya be1jilbab, (Jakana: Pustaka Zahra, 2002), cet. !, hal. 30

15

Mud

Mahalli, 1vfusfimah dan Bidadari, (Yogyakana: Mitra Pustaka, 1996), cet. I

16

SaYJ
cet. 3, ha!. 122

l'luhammad Namir, Karakter Wanita Muslim, (Surabaya: Pustaka Progresif, l 987),

24

mempunym n

malu, sehingga selalu berusaha menutupi tubuhnya. 17 Namun

menurut Kefg

dan Touchre Speeht, fungsi busana adalah sebagai diferensiasi,

perilaku dan e

;irn

Seman

ya berbagai mode pakaian ala barat yang akhir-akhir ini menjadi

kiblat masyarn

dunia, telah membawa generasi muda pada jurang degradasi moral

yang teramat <

vat. Keadaan ini pemah diramalkan Rasulullah akan terjadi di akhir

zaman nanti.
Fenom

. remaja Islam modem dengan jilbabnya yang ·'khas", bisa dikatakan

sedang menjai

·· di zaman sekarang. Dimana mereka berusaha tetap menjalankan

perintah Allah

tuk tetap menutup aurat, tetapi tidak ingin ketinggalan trend mode.

Maka muncul

busana-busana muslimah yang dirancang sedemikiau rupa untuk

mengimbangi ·

nd mode. Dengan hadirnya mode-mode busana muslimah yang

menarik, mak:

1enambah peminat bagi pengguna busana untuk ikut memakainya.

Sehingga timl

ah trend busana muslimah, seperti sekarang ini. Ditambah lagi
,

semakin banyi

elebritis yang menggunkannya.

Allah
セ@

T. telah berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai macam

nikmat karuni

;mg tiada terhingga nilainya. Berkaitan dengan kewajiban wanita

mukminah urn

mengenakan busana muslimah yang merupakan wujud rasa syukur

kepada Allah ;

t dengan menjalankan apa yang diperintahkan Nya. Rasa syukur itu

17

Nina!

:retna, AnggunBerjlbab, (Bandung: Al Bayan, 1995), cet. I, haL 15

18

Jalalm

Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), hal. 140

25

akan diungk

:an dengan jalan melaksanakan cara berpakaian sesuai dengan yang

dikehendaki

L

Kare;

itu seperti juga makanan yang dapat melahirkan berbagai perubahan

tingkah laku

l!sana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaan

seseorang kc

la Allah Swt, sehingga dalam Al Qur' an akan kita temukan konsep

Libas al Taq

sebagai sebaik-baiknya pakaian, ha! ini tertuang dalan Q.S Al A'raf:

26:

(\I

」NSQ⦅_セI@

,,.

:)1:)1

0 J'_? .i; セ@

;11,..,

4\JI MNZ⦅L|Aiセ@
/

,..,

/
,,.

/

RMljセ@

:;;.
/

"Wah
pakaian untu
taqwa itu!ah
Allah supaya

anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu
ienutupi aura/mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
ng paling baik. Yang demikian itu termasuk tanda-tanda (karunia)
reka ingat. "

Dal an

yat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian; pertama sebagai penutup

aurat, dan ke

1 sebagai

perhiasan. Dengan demikian fongsi pertama dan utama dari

pakaian adal1

sebagai penutup aurat Dan fungsi kedua adalah sebagai perhiasan

untuk memJJl

dah penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Inilah fungsi

estetika perh

an. Sebagai perhiasan, seseorang bebas merancang dan membuat

bentuk atau n

e serta wama pakaian yang dianggap indah dan menarik selama tidak

melanggar ba

·batas yang telah ditentukan.

Deng<

:lemikian fungsi pakaian yang ketiga adalah untuk memenuhi syarat

kesehatan, ke

lmanan dan keamanan. Seperti melindungi badan dari gangguan luar

26

(terik matah

udara dingin, maupun gigitan serangga) dan untuk menyelamatkan

diri dari sern

m musuh. Dengan kata iain pakaian berfungsi sebagai pelindung dari

gangguan Iu

dan menjaga agar temperatur tubuh terpelihara dari udara dingin

diluar tubuh.
1

ian di atas berdasarkan Q.S Al A'araf: 26, Al Ahjab: 59, dan An Nur:

31 Drs. M. ·

lib menyebutkan fungsi pakaian/ busana taqwa (busana muslimah)

adalah sebag;

erikut:

Dari

19

I. Menji

kan wanita dari gangguan laki-laki jahil

2. Meml

akan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia

3. Menc1

h timbulnya fitnah birahi pada kaum laki-laki

4. Mem(

ara kesucian agama yang dianut wanita yang bersangkutan.

5. BusaE

Muslimah Sebagai Nilai Ekspresif dari Sikap Hidup Wanita

Islam
Wanit

mslimah yang ュ・ョ」ゥ、セォ@

dari sumber Islam yang bening dan tumbuh

dalam iklim )

セ@

berdasarkan t

isi. Seperti yang dilakukan ibu dan nenek-neneknya dan seperti yang

dilakukan sel

ian wanita, tanpa dibatasi ilmu yang memadai atau hujjah secara

rasional atau I

mjuk dari suatu kitab yang dapat diandalkan.

sejuk, tidak boleh mengenakan hijab hanya karnna ikut-ikutan dan

Wanit

.uslimah harus mengenakan jilbab atau busana muslimah dengan hati

yang dipenuh

1an kepada Allah SWT, bahwa hijab itu perintah dari Allah dan ia

19

M. Tl

1,

Analisa wanita da/am bimhingan Islam, (Surabaya: Al Ikttlas, 1987), hal.43

27

hams suka

1

meyakini hahwa itu memang aturan yang diturunkan Allah untuk

melinduni,Yi '

1ita muslimah, mengangkat jati dirinya dan menjauhkan dari cobaan

yang mengg<

cirkan dari kehinaan dan jurang yang menyesatkan. Dengan begitu ia

akan meneri1

dengan lapang dada dan jiwa yang rela, seperti yang dilakukan wanita

muhajirin da

ishar. 20

Berb1

1a muslimah bagi seorang wanita Islam (mukminah) merupakan nilai

ekspresif da

sikap hidupnya sebagai muslimah. Di dalam Islam, berbusana

muslimah ti<

saja bemilai sebagai sikap atau akhlak yang berhubungan dengan

sesama mam

. (hahlumminannas ), tetapi sekaligus juga sikap dalam berhubungan

dengan Tuhi

izahlumminal/ah) karena merupakan salah satu kewajiban (ibadah)

bagi seorang

nita Islam.

Busai

muslimah mempunyai fungsi ganda. Pertama berbusana muslimah

berarti meml

tuk pola sikap atau akhlak yang luhur sebagai pencegah terhadap

dorongan un:

bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, berbusana

muslimah m

:egah orang lain untuk bertindak sewenang-wenang pada diri si

pemakai.
Dipar

;g dari sudut sosioloi,Yi, busana muslimah rnempunyai fungsi penegas

identitas. Ia r

nbedakan si pemakainya dengan wanita lain. Perbedaan yang kontras

menimbulkai

fek psikologis dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan

berpengaruh'

1m pergaulan dan berinteraksi.

20

Al t
1997), cet. I, ha

imy dan Muhammad Ali, .lati diri 1va11ita 1n11slilnah, (Jaka1ta: Pustaka Al Kaustar,
)

28

Tujua

ierbusana muslimab tidak hanya berkaitan dengan moral tetapi juga

hampir mem

ms semua dimensi kehidupan ummat manusia (sosiologi, pedagogis,

etis dan psik<

セゥウIN

Disan

RQ@

1g wanita berjilbab itu tampak lebih sopan, beradab, lebih fominim,

tetap anggun

1

langsung me:

Jh hormat, segan dan mengambil jarak yang wajar anrata wanita dan

pria ataupun

tara wanita beriman dengan yang tidak beriaman, hingga gangguan

nafsu dapat

:egah semaksimal mungkin. Selain itu menurut Anne R. " busana

muslimah j1
pemakainya 1

luwes, sederhana dan penuh wibawa, hingga mudah membuat orang

dapat memberikan ketentraman jiwa dan dapat mendorong
セォ@

berbuat kebaikan dan bertanggungjawab akan perilakunya"n

Tingg

a peradaban dan kemajuan dapat tercermin melaui etika berpakaian

yang meniml

mn kesan sopan, rapi dan tertib. Dengan berbusana muslimah, wanita

Islam dihara:

n terdidik untuk berpakaian sopan, rapi, dan tertib sesuai dengna

pemyataan A

lur'an (diakhir surat Ap. Nur ayat 60) yaitu menjaga kehormatan dan

jiwa sopan b

I wanita.

Secar

psikologis tujuan Islam memerintahkan wanita agar berbusana

muslimah ad

i karena keinginan untuk mempertunjukan diri rnerupakan ciri khas

wanita. Kee

:erungan wanita untuk memamerkan diri berasal dari esensi

ォ・キ。ョゥエセ@

21
22

Mur

Hik
Republika, ( 19,

ha Muthahari, H!Jab gaya hidup wanila Islam, (Bandung: Mizan, 1987), hal.52
1

fajar

rctiセ@

I, 1996), ha!. 4

(Busana sebagai cer1ni11 u a11ila musli111 sejati), harian umum
1

29

Siswi

au rema3a putr