Hubungan sikap berbusana muslimah dengan konsep diri sebagai muslimah SMA negeri 33 cengakareng Jakarta barat
HUBlJJ\i
DIRI SEE
,N SIKAP
berusaセ@
MUSLIMAH DENG AN KONSEP
:;Al MUSLIM.AH SJS\LS'j [Nセェ@
/
....
....
)IJ
0
0
"'
Jfi 0i jセゥ@
/
/
2.-lh
,
abi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan
!mg mukmin; Hendaklah meeka mengulurkan .filbabnya keseluruh
yang demikian itu supaya mereka !ebih mudah dikenal, karena flu
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun !agi Maha
Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), ha!. 140
1men Agama RJ, Al Qur 'an dan Ter;emahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,
6
Kala:
iita telaah mengenai perintah-perintah Allah kepada makhluknya,
bahwasanya
.balik perintahnya itu ada makna yang terkandung didalamnya.
Begitupun
<
gan hukum syari'at mengenai perintah berjilbab atau berbusana
muslimah it
ntara lain bersifat preventif, mencegah agar wanita tidak dilakukan
semena-men
:lemi mencegah segala yang menjurus kepada kerusakan moral dan
tindakan m<
fai akhlak. Hukum menutup aurat adalah untuk membendung agar
tidak
ergaulan bebas, tanpa mengurangi hak dan kewajibannya sebagai
エ・セェ。、Q@
wanita, sehi1
Mum
a wanita juga dapat berperan sesuai kodratnya.
1ya trend jilbab pada masa kini ternyata memberi pengaruh bagi
motivasi ren
1
remaJa yani
elum menyadari atau memahami tujuan dari pemakaian busana
muslimah.
セ@
muslim, untuk mngenakan busana muslimah. Namun masih banyak
eka mengenakan busana muslimah, tetapi tidak memenuhi standar
busana mus!
ih. Bahkan terkadang perilaku mereka pun cenderung bertentangan
dengan peril
i muslimah. Walaupun: tak sedikit yang berbusana muslimah yang
faham akan
1gsi busana yang mereka pakai, sehingga mereka konsisten didalam
ー・ュ。ォゥョセ@
Morn
.s atau tingkah laku bagi manusia sangatlah mempunyai arti penting,
khususnya t
seorang muslimah yang mengenakan busana muslimah. Setiap
perbuatanny1
can selalu menjadi perhatian orang lain. Karena itulah penting bagi
muslimah u
k membentuk kepribadian atau konsep diri yang sesuai dengan
busananya d
harapan masyarakat, sehingga tidak timbul konflik dalam dirinya
akibat keingi
111ya berbusana muslimah dengan konsekwensinya. sebagai muslimah.
7
Dalai
penelitian ini, penulis mengkhususkan pengkajian pada remaJa
muslimah, n
1
Masa remaj
.tdalah masa transisi yang penuh ketegangan dan konflik. Tidak
セ@
flik terhadap nilai-nilai agama. Oleh karena itu penulis ingin
terkecuali
gingat masa remaja merupakan sumber perkembangan konsep diri
6
•
mengetahui
tkah ada hubungan yang positif antara sikap pemakaian busana
muslimah d
セ。ョ@
konsep diri dikalangan para siswi, khususnya konsep diri
muslimah.
B. Pcmbat
n dan Pcrumusan Masalah
1. Peml
tsan Masalah
'Ii kemungkinan masalah yang timbul, penulis memilih permasalahan
tenta1
hubungan antara sikap terhadap pemakaian busana muslimah dan
kons<
jili siswi. Untuk mengkaji masalah tersebut, penulis merasa perlu
meml
tsi permasalahan dan menjelaskan definisi opeasionalnya sebagai
berik
a. Sil
berbusana muslimah ·
Pe
ke
セ。ョ@
pe
itian ini mengkaji tiga aspek yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
b. K<
6
:rtian sikap yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kesediaan atau
terhadap suatu nilai atau kegiatan berbusana muslimah. Dalam
!p diri
Kc
:p dili ini yang dimaksud dalam penelitian adalah kesadaran siswi
sel
ai muslimah untuk memberikan pendapat, pandangan atau penilaian
Clan
Pudji Jogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta: Arcan, 1986), hal 41
8
ter
lap konsep dirinya yang memberikan keyakinan akan kemampuan
da
1 membuat
perubahan dan menghadapi tangtangan hidup.
c. Po
asi yang diteliti adalah siswi dari sekolah yang tidak menerapkan
pe
1ran berbusana muslimah kedalam tata terti sekolah mereka. Yaitu
sis
SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat
2. Perm
;an Masalah
rdasarkan pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan
sebag
ierikut:
Baga
Ina Hubungan Antara Sikap Berbusana Muslimah dengan
Kons•
Diri Sebagai Muslimah Pada Siswi SMA
Jakm
Barat Tahun Ajaran 2004/ 2005
C. Metode I
Untul
penulis men1
I. Penelitim
n・ァセイゥ@
33 Cengkareng
1bahasan
)emperoleh data-data guna membahas permasalahan dalam skripsi,
セ。ォョ@
metode penelitian sebagai berikut:
セーオウエ。ォョ@
(Library Research)
Melalui l
elitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta
tulisan iii
hyang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
2. Penelitiai
pangan (Field Research)
Penelitia·
'ni dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan
Iangsung
Iapangan, karena dalam penelitian ini memerlukan data dan fakta
yang vali
'gar dapat dipertanggungjawabkan.
9
Untu
memperoleh data-data lapangan 1m penulis menggunakan teknik
pengumpula
ata sebagai berikut:
1. Observa:
yakni mendatangi objek dimaksud yang meliputi keadaan gedung,
sarana &
2. Angket,
struktur organisasi, dan kegiatan belajar mengajar
セウ。イョL@
mi memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam ha! ini
stsw1 ya
berbusana muslimah, mengenai sikap berbusana muslimah dengan
konsep d
muslimah.
D. Sistema1
Untu
Penulisan
mendapatkan
gambaran
tentang
1s1
skripsi,
penulis
akan
mengemukal
beberapa pokok pemikiran yang melatar belakangi lahimya masing-
masing bab,
am rangka pemecahan masalah pokok.
Bab I
A<
th pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
pe
atasan dan perumusan masalah, metode penelitian dan sistematika
pe
isan.
M
Jahas tentang kajian teoritis yang meliputi penge:rtian dan komponen
Bab II
pengertian dan kriteria busana muslimah, busana muslimah dalam
ウゥセ@
pe
:ktif
bu
.a muslimah sebagai nialai ekspresif dari sikap hidup wanita Islam.
Se
pengertian dan unsur pembentuk konsep diri, pembentukan dan
pe
mbangan konsep diri, Islam sebagai sisitem nilai dalam pembentukan
ko
p diri, dan upaya membentuk konsep diri sebagai muslimah,
ke
gka berfikir dan pengajuan hipotesis.
Islam, busana muslimah sebagai mode dan busana taqwa,
IO
Ba_b Ill
Bab IV
BabV
Mt
uraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi tujuan dan
ter
t penelitian, variabel, indikator dan definisi operasiona!, teknik
pe1
inbilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Pei
asan mengenai hasil penelitian yang mencakup deskripsi data yang
ten
dari gambaran um urn sekolah dan, analisis data Clan interpretasi data.
me
iakan bagian penutup pene!itian yang berisi kesimpulan dan saran.
BABU
KAJIAN TEORITIS
A. Sikap di
1. Pengc
!'aktor-faktor Pembentuk Sikap
an dan Komponen Silrnp
a. Pe
:rtian
Kata
tp dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan
dan sebagain
)'ang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. 1 Sedang
dalam kamw
:ikologi 'sikap' atau attitude menurut definisi sederhana yaitu suatu
kecenderungi
mtuk bertingkah laku atau berfikir didalam suatu cara tertentu. 2
Dalan
Seperti kebar
lrti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
セ。ョ@
istilah-istilah abstrak lainnya, sikap mempunyai pengertian yang
bermacam-m
m. Dalam bahasa Inggris, sikap dinyatakan dengan istilah "altitude"
dan ini berasi
ari bahasa latin yaitu "aptus" yang berarti keadaan siap secara mental
yang bersifat
1yektif untuk melakukan kegiatan.
Secan
'storis istilah 'sikap' (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert
Spencer dital
1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental
seseorang (;
1
Tin1
!
Indonesia, (Jaka
2
3
A. Bu
Saifui
1995), hal. 3
:n, Guy, Edgly, 1980). 1 Kemudian pada tahun
1888 Lange
rusun Kan1us Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Ka11111s Besar Bahasa
Balai Pustaka, 1988), cet. I, ha!. 8380
'djo, Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991 ), cet. 2, ha!. 42
Anvar, S'ikafJ Ma1111.•iia l'eori dan [>e11g11J..-ura1111¥va, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
JJ
12
menggunaki
istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk
menggamba
n kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba.
Jadi menun
stilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan n
cakup pula aspek respon fisik.
Sika1
anusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berikut
definisi sika
,enurut beberapa ahli:
Definisi sika
ang dikemukakan oleh Gordon Allport;
"An
itude is a mental and neural state of readiness, organized through
expenence,
1
rting a directive or dynamic influence upon the individual's respone to
all objects i
situation with wich it is related". (Sikap adalah keadaan kesiapan
mental dan
.sunan saraf, yang mempengaruhi yang dinamis terhadap respon
individu 。エセ@
mua obyek atau situasi yang berhubungan). 4
La Pierre (IS
dalam Allen, Guy & Edgly 1980)
Mern
'
nisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
r
lisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
antisipatit:
sederhana sii
adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
Sec01
keteraturan t
tindakan (ko:
&
セョエオ@
Backman ( 1964 ), misalnya mendefinisikan sikap sebagai
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
i) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. 5
4
Abrc
bd. Rahman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1998), cet. 4,
5
Sa'1fu
A-..
1 ""war,
ha!. 108
·
ha.I 5
op. cit.,
13
Kemudian I
H.M Alisuf Sabri. Dalam bukunya mengemukakan;
Sika
iartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mernaksi terhadap suatu
ha!, orang a
· benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Kecenderungan
mereaksi at
sikap seseorang terhadap sesuatu ha!, orang atau benda dengan
demikian b
tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima/scnang), tidak suka
(menolak/tic
$enang) dan sikap acuh tak acuh. 6
DefiI
yang relatif:
ini senada dengan Bruno; Sikap (attitude) adalah kecenderungan
セ・エ。ー@
untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang terter
Berbi
suatu kerang
dengan para ahli yang lain, Prof Dr. Mar'at membahas sikap dalam
teoritis:
1. Sikap
1at merupakan suatu kondisioning, dan dibentuk.
2. Dapat
bul konflik dalam memiliki kesediaan bertindak.
3. Memi
. fungsi, yang berarti bahwa sikap mempunyai fungsi bagi manusia
dalam ar:
indakannya.
Jadi
pengertian y<
:ap adalah konsisten dengan komponen kognisi. Dari berbagai
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulakan bahwa sikap adalah
I
kecenderung
bertindak, berfikir, berpersepsi dan memilih dalam menghadapi
obyek, ide, s
1si, atau nilai. Lebih jelasnya bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
6
Alis
Pedoman Ilmu .
7
Muh
Rosdakarya, 20
Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan K11rik11/11m Nasional, (Jakarta; CV.
: 1996 ), cet. 2, ha! 83
n Syah, Psikologi Pendidikan de11ga11 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
edisi revisi, hal. 120
14
bereaksi terl
'tp obyek sebagai penghayatan terhadap obyek tersebut. Proses ini
sifatnya tert1
> yang
terbuka_ Jnil2
ang disebut tingkah laku.
menjadi dasar pembentukan tindakan, yang akhimya bersifat
b. K<
mnen Sikap
Deng
melihat adanya satu kesatuan dan hubungan yang selaras antara sikap
dan tingkah I
t, maka kita harus meninjau sikap sebagai suatu sistem yang memiliki
berbagai kon
nen. Menurut skema triodik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling n
tmJang, yaitu:
a. Kompon<
tognitif
.
-
8
Adalah n
tpakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Kepercay
datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.
Berdasarl
apa yang telah kita ketahui itu kemudian terbentuk suatu ide atau
gagasan r
1genai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Sekali kepercayaan
terbentuk
aka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
dapat dih
pkan dari obyek tertentu. Dengan demikian interaksi kita dengan
pen gal am
dimasa datang, serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut
akan lebil
empunyai arti dan keteraturan_
b. Kompone
fektif
Kompone
:fektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu oby
/ikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimi!iki
•adap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan
I
" Saifu<
Azwar, op. Cit., ha!. 25-27
15
kompom
tfektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita
percayai
1agai ha! yang benar dan berlaku bagi obyek terma,ksud.
c. Kompon
conas1
Dalam :
1.1:ur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperila
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapi
, Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan
banyak n
1pengaruhi perilaku. Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam
situasi t
mtu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
bagaimai
:epercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Untu
11embedakan dari aspek-aspek psikis yang lain, seperti motif dan
kebiasaan, p•
: ditinjau ciri-ciri sikap. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya
mengemukal
ciri-ciri sikap sebagai berikut: 9
I. Dalam si
• selalu terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa
obyek. C
pandangi
:k ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial,
'
:idup, hukum, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
2. Sikap ti<
dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui
pengalarr
·pengalaman.
3. Karena s
p dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan
lingkung<
disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda-
beda.
9
Sarlit
'irawan Sarwono, Pengantar Psikofogi Umum, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2000)
16
4. Dalarn
!
p tersangkut juga faktor rnotivasi dan perasaan.
5. Sikap ti·
rnenghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.
6. Sikap ti
r hanya satu rnacarn saja, rnelainkan sangat berrnaca-macam sesua1
dengan I
Man
yaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.
1
dapat rnempunyai bermacam-macam sikap 1terhadap bennacam-
macam ha!.
rwujudan atau terjadinya sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh
faktor peng<
1uan, kebiasaan dan keyakinan. Karena itu untuk menghilangkan suatu
sikap yang
•sitif atau untuk menghilangkan suatu sikap yang negatif dapat
dilakukan d
セ。ョ@
obyek sikap
1gan membiasakan atau dengan dasar keyakinan.
rnemberitahukan atau menginfonnasikan faedah atau kegunaan
Peml
tukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan rnelalui suatu
proses terte1
melalui kontak sosial terns rnenerus antara individu dengan individu
lain disekiU
•a. Sikap sosial terbenttik dari adanya interaksi sosial yang dialami
oleh individ
nteraksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak
sosial dan h1
ngan antara individu sebagai anggota kelompok sosial.
Dala
interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara
'
individu yar
iatu dengan yang lainnya, terjadi hubungan yang timbal balik yang
turut mem1
garuhi pola perilaku masing-rnasing individu sebagai anggota
masyarakat.
bih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu
dengan lingl
gan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.
17
Dr. ;
lito Wirawan Sarwono membagi faktor yang dapat mempengaruhi
terbentukny:
kap kedalam dua hai, yaitu: JO
l.
セイョL@
2.
Faktor
yaitu faktor-faktor yang terdapat dal.am diri orang yang
bersangi
m sendiri, seperti selekiivitas yang ditentukan oleh motif-motif dan
kecende
gan.
Faktor e
em, ditentukan oleh faktor l uar, yaitu:
- Si fat
rek yang dijadikan sasaran sikap.
- Ke'.'.1
vaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
- Sifat
ng-orang atau kelompok yang mendukung sikap tcrsebut.
- Medi
)munikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
- Situa:
ada saat sikap itu dibentuk.
Lebif
mjut lagi Drs. Saifuddin Av.var menjelaskan fakior-faktor yang
mempengaru
· II
iem bentuk an s1·kap, yaitu:
I. Pengalan
pribadi
Middle f
ik (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan s1
1 obyek
obyek te
Jut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi t
.s melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan Iebih mudah
terbentuk
pabila pengalaman pribadi tersebut terjadi clalam situasi yang
melibatk:
aktor emosional.
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
0
Sarli
Virawan Sarwono, ibid, ha!. 96
11
Saifi
a Azwar, op. Cit., ha!. 25-30
'
18
2. Pengaruh
tng lain yang dianggap penting
Pada um
O.ya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah de
m sikap orang yang dianggap penting. Kecendemngan ini antara lain
、ゥュッエカ。セ@
1leh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik d1
an orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh
Judayaan
Tanpa 、ゥセ@
lri, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai
salah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena k<
:layaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu
yang mei
li anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian
individu
ig !mat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
pembentu
1 sikap
individual.
4. Media mi
Sebagai s
na komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabi
najalah dan lainnya, mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini
dan kepe1
'aan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media m
a membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarah
1
memberi
:lasan kognitif, bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-
pesan
SU!
if yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi'
ar afektif dalam menilai suatu ha!, sehingga terbentuklah arah sikap
terse but.
opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
19
5. Lembagi
ndidikan dan lembaga agama
Lembagi
:ndidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh
da!am p
oentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep r
al dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama
sangat n
entukan sistem kepercayaan, maka apabila terdapat suatu ha! yang
bersifat I
traversial, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau
dari ajan
.gama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
6. Pengarul
ktor emosional.
Kadang !
u bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi, yang
berfungs
bagai semacam penyalur frustasi atau peralihan bentuk mekanisme
pertaharn
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera
berlalu b
tu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih kor
ten dan bertahan lama.
Sikar
katakan sebagai suatu 'respons evaluatif. Respons hanya akan timbul
apabila indi1
i dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Ji
Jons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu tin
lya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan
hadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangk,
iidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhad
Jbyek sikap.
20
2. Peni
Bern
セャNfMQ@
セ@
'ian dan Kriteria Busana Muslimah
1 dari
Q.S 24:31, Allah berfirman:
_, /;l
/
t.i
-,
(1' : .J_,Jl)
Dima
0Nイセ@
/
wanita diperintahkan UI)tuk menutup aurat dan diiarang menampakan
' Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang biasa terlihat.
perhiasannya
セ」ョ。ャゥ@
usaha perlin(
gan terhadap moral kaum wanita, tidak cukup hanya dengan perhatian
terhadap glu
1hul bashar (penundukan pandangan) dan pemeliharaan kemaluan
saja. Melainl
juga harus memperhatikan ha! lain seperti cara berpakaian.
Seba)
fatwa para
t
hana telah diketahui bahwa dalil-dalil Al Qur'an dan hadits serta
na salaf, banyak yang mengharamkan tabbaruj atau bersolek, dan
mewajibkan
1m wanita untuk menutup seluruh tubuhnya apabila mereka hendak
berhadapan c
セ。ョ@
kaum pria yang bukan muhrimnya.
21
Dala
Al Qur'an, kata jilbab ditulis dalam bentuk kata jamak yaitu
'.falaabiib'
nya jilbab adalah se3ems baju kurung yang lapang yang dapat
menutupi k<
la, muka dan dada. Pengertian jilbab secara syari'at Islam adalah
pakaian war
yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Lebih singk:
ra jilbab adalah busana muslimah.
menuliskan
:ana muslimah, terkadang digunakan kata jilbab, busana muslimah
maupun kata
ab.
12
Maka untuk selanjutnya da!am
Keba
ikan wanita beranggapan apabi!a mereka te!ah memakai busana atau
pakaian yan
erba panjang dan menutupi sebagaian kepalanya, berarti ia telah
berbusana m
imah. Mereka tak perdu!i bagaimana bentuk dan jenis bahan pakaian
yang digunal
nya. Padahal dalam Islam telah diatur bagaimana syarat busana yang
hams diguna
I oleh seorang muslimah.
Adap
syarat-syarat hijab yang disebutkan oleh Al Bani dalam kitabnya
yang berjudt
'!fabul Mar 'ah al Muslimah, dan juga disebutkan oleh para ulama di
dalam kitab J
,
I. Harns me
yaituJ 3
seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan)
Gセp@
Syarat ini
セオ。ゥ@
yang berb
a:
12
dengan finnan Allah Q.S. An Nur: 31 dan Q.S. Al Ahzab: 59
Ista1
Jto, Hikmah jilbab da!am pembinaan akhkak, (Solo< CV. Ramadhani, 1986), cet. 2,
Jah1
1994), cet. 1, h:
i\hmad Al Al Ma'iy, Wahai putriku /11/uplah auratmu, (Jakarta< Granada Nadia,
9
hal. 13
13
22
'-:-'ly-'YI)
セI@
|セ@
),,-
セ@
/
/
.\lii 01.5') P[セェ@
/
/
Iセ@
/
0
"
/
/
/
Jft Lil J;I 2.-lE
/
/
2. Harns de
n kain tebal dan tidak boleh tipis
3. Pakaian i
:endiri bukan mernpakan perhiasan
Syarat in
Tdasarkan dengan firman Allah Q. S. Al Ahzab: 33
"Dan hi
bertingkc
2klah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan
'Jku seperti orang-orangjahiliyah yang pertama"
4. Harns lor
lr dan tidak sempit
5. Tidak bo]
memakai parfum yang baunya sangat menyengat
6. Tidak bol
menyernpai pakaian pria
7. Tidak bol
menyernpai pakaian-pakaian wanita kafir
8. Bukan lib
tyuhrah (pakaian untulc' mencari populeritas)
3. Busa
akan
Muslimah dalam Petspektif Islam
k・エゥセ@
tita membaca Al Qur'an dan merenungkan ayat-ayatnya, maka kita
mene
kan
banyak
ayat yang
mengkhususkan
masalah jilbab dan
menganjurk<
va, dan menegaskan agar kaum wanita benar-benar menJaganya
sehingga kat
muslimin tidak terjernmus dalam masalah moral yang serius.
23
Alla!
wt menginginkan wanita muslimah berbeda dengan wanita lainnya,
dan sesuatt
ang membuatnya berbeda dengan wanita lairmya adalah saat
memakaia ji
b. Dan dengan memakai ji!bab maka kehormatannya terjaga. 14
ia
Perir
berbusana muslimah diturunkan setelah adanya perintah untuk
menutup au
Karena itulah ulama ahli tafsir sepakat, bahwa yang dinamakan
busana mus!
th (jilbab) adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita, bukan
Imnya se ked1
.a kaian
. yang menutup aurat. 15
Perin
untuk berbusana muslimah ini terkandung dalam surat al Ahzab: 59.
Dalam mena
kan ayat tersebut bukan berarti keharusan berbusana muslimah, hanya
tertuju pada
.eri-isteri Nabi, anak-anak perempuannabi, dan isteri sahabat saja.
Tetapi perin1
ini tertuju pada semua muslimah.
Al Qi
mbi memberi komentar, bahwa rasulullah memerintahkan pada isteri-
isterinya, am
mak perempuan dan kaum mukminah untuk mengulurkan jilbabnya
"agar dapat c
dakan sifat perempuar,i jahiliyah dengan perempuan mulia" 16
4. Busa1
W:uslimah Sebagai Trend Mode dan Busana Taqwa
Sejak
val dikenal manusia, pakaian lebih berfungsi sebagai penutup tubuh
daripada seb
1i pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab
berpakaian t•
{ata memang merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang
14
Ali!
saili Al Amili, Nikmamya be1jilbab, (Jakana: Pustaka Zahra, 2002), cet. !, hal. 30
15
Mud
Mahalli, 1vfusfimah dan Bidadari, (Yogyakana: Mitra Pustaka, 1996), cet. I
16
SaYJ
cet. 3, ha!. 122
l'luhammad Namir, Karakter Wanita Muslim, (Surabaya: Pustaka Progresif, l 987),
24
mempunym n
malu, sehingga selalu berusaha menutupi tubuhnya. 17 Namun
menurut Kefg
dan Touchre Speeht, fungsi busana adalah sebagai diferensiasi,
perilaku dan e
;irn
Seman
ya berbagai mode pakaian ala barat yang akhir-akhir ini menjadi
kiblat masyarn
dunia, telah membawa generasi muda pada jurang degradasi moral
yang teramat <
vat. Keadaan ini pemah diramalkan Rasulullah akan terjadi di akhir
zaman nanti.
Fenom
. remaja Islam modem dengan jilbabnya yang ·'khas", bisa dikatakan
sedang menjai
·· di zaman sekarang. Dimana mereka berusaha tetap menjalankan
perintah Allah
tuk tetap menutup aurat, tetapi tidak ingin ketinggalan trend mode.
Maka muncul
busana-busana muslimah yang dirancang sedemikiau rupa untuk
mengimbangi ·
nd mode. Dengan hadirnya mode-mode busana muslimah yang
menarik, mak:
1enambah peminat bagi pengguna busana untuk ikut memakainya.
Sehingga timl
ah trend busana muslimah, seperti sekarang ini. Ditambah lagi
,
semakin banyi
elebritis yang menggunkannya.
Allah
セ@
T. telah berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai macam
nikmat karuni
;mg tiada terhingga nilainya. Berkaitan dengan kewajiban wanita
mukminah urn
mengenakan busana muslimah yang merupakan wujud rasa syukur
kepada Allah ;
t dengan menjalankan apa yang diperintahkan Nya. Rasa syukur itu
17
Nina!
:retna, AnggunBerjlbab, (Bandung: Al Bayan, 1995), cet. I, haL 15
18
Jalalm
Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), hal. 140
25
akan diungk
:an dengan jalan melaksanakan cara berpakaian sesuai dengan yang
dikehendaki
L
Kare;
itu seperti juga makanan yang dapat melahirkan berbagai perubahan
tingkah laku
l!sana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaan
seseorang kc
la Allah Swt, sehingga dalam Al Qur' an akan kita temukan konsep
Libas al Taq
sebagai sebaik-baiknya pakaian, ha! ini tertuang dalan Q.S Al A'raf:
26:
(\I
」NSQ⦅_セI@
,,.
:)1:)1
0 J'_? .i; セ@
;11,..,
4\JI MNZ⦅L|Aiセ@
/
,..,
/
,,.
/
RMljセ@
:;;.
/
"Wah
pakaian untu
taqwa itu!ah
Allah supaya
anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu
ienutupi aura/mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
ng paling baik. Yang demikian itu termasuk tanda-tanda (karunia)
reka ingat. "
Dal an
yat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian; pertama sebagai penutup
aurat, dan ke
1 sebagai
perhiasan. Dengan demikian fongsi pertama dan utama dari
pakaian adal1
sebagai penutup aurat Dan fungsi kedua adalah sebagai perhiasan
untuk memJJl
dah penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Inilah fungsi
estetika perh
an. Sebagai perhiasan, seseorang bebas merancang dan membuat
bentuk atau n
e serta wama pakaian yang dianggap indah dan menarik selama tidak
melanggar ba
·batas yang telah ditentukan.
Deng<
:lemikian fungsi pakaian yang ketiga adalah untuk memenuhi syarat
kesehatan, ke
lmanan dan keamanan. Seperti melindungi badan dari gangguan luar
26
(terik matah
udara dingin, maupun gigitan serangga) dan untuk menyelamatkan
diri dari sern
m musuh. Dengan kata iain pakaian berfungsi sebagai pelindung dari
gangguan Iu
dan menjaga agar temperatur tubuh terpelihara dari udara dingin
diluar tubuh.
1
ian di atas berdasarkan Q.S Al A'araf: 26, Al Ahjab: 59, dan An Nur:
31 Drs. M. ·
lib menyebutkan fungsi pakaian/ busana taqwa (busana muslimah)
adalah sebag;
erikut:
Dari
19
I. Menji
kan wanita dari gangguan laki-laki jahil
2. Meml
akan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia
3. Menc1
h timbulnya fitnah birahi pada kaum laki-laki
4. Mem(
ara kesucian agama yang dianut wanita yang bersangkutan.
5. BusaE
Muslimah Sebagai Nilai Ekspresif dari Sikap Hidup Wanita
Islam
Wanit
mslimah yang ュ・ョ」ゥ、セォ@
dari sumber Islam yang bening dan tumbuh
dalam iklim )
セ@
berdasarkan t
isi. Seperti yang dilakukan ibu dan nenek-neneknya dan seperti yang
dilakukan sel
ian wanita, tanpa dibatasi ilmu yang memadai atau hujjah secara
rasional atau I
mjuk dari suatu kitab yang dapat diandalkan.
sejuk, tidak boleh mengenakan hijab hanya karnna ikut-ikutan dan
Wanit
.uslimah harus mengenakan jilbab atau busana muslimah dengan hati
yang dipenuh
1an kepada Allah SWT, bahwa hijab itu perintah dari Allah dan ia
19
M. Tl
1,
Analisa wanita da/am bimhingan Islam, (Surabaya: Al Ikttlas, 1987), hal.43
27
hams suka
1
meyakini hahwa itu memang aturan yang diturunkan Allah untuk
melinduni,Yi '
1ita muslimah, mengangkat jati dirinya dan menjauhkan dari cobaan
yang mengg<
cirkan dari kehinaan dan jurang yang menyesatkan. Dengan begitu ia
akan meneri1
dengan lapang dada dan jiwa yang rela, seperti yang dilakukan wanita
muhajirin da
ishar. 20
Berb1
1a muslimah bagi seorang wanita Islam (mukminah) merupakan nilai
ekspresif da
sikap hidupnya sebagai muslimah. Di dalam Islam, berbusana
muslimah ti<
saja bemilai sebagai sikap atau akhlak yang berhubungan dengan
sesama mam
. (hahlumminannas ), tetapi sekaligus juga sikap dalam berhubungan
dengan Tuhi
izahlumminal/ah) karena merupakan salah satu kewajiban (ibadah)
bagi seorang
nita Islam.
Busai
muslimah mempunyai fungsi ganda. Pertama berbusana muslimah
berarti meml
tuk pola sikap atau akhlak yang luhur sebagai pencegah terhadap
dorongan un:
bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, berbusana
muslimah m
:egah orang lain untuk bertindak sewenang-wenang pada diri si
pemakai.
Dipar
;g dari sudut sosioloi,Yi, busana muslimah rnempunyai fungsi penegas
identitas. Ia r
nbedakan si pemakainya dengan wanita lain. Perbedaan yang kontras
menimbulkai
fek psikologis dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan
berpengaruh'
1m pergaulan dan berinteraksi.
20
Al t
1997), cet. I, ha
imy dan Muhammad Ali, .lati diri 1va11ita 1n11slilnah, (Jaka1ta: Pustaka Al Kaustar,
)
28
Tujua
ierbusana muslimab tidak hanya berkaitan dengan moral tetapi juga
hampir mem
ms semua dimensi kehidupan ummat manusia (sosiologi, pedagogis,
etis dan psik<
セゥウIN
Disan
RQ@
1g wanita berjilbab itu tampak lebih sopan, beradab, lebih fominim,
tetap anggun
1
langsung me:
Jh hormat, segan dan mengambil jarak yang wajar anrata wanita dan
pria ataupun
tara wanita beriman dengan yang tidak beriaman, hingga gangguan
nafsu dapat
:egah semaksimal mungkin. Selain itu menurut Anne R. " busana
muslimah j1
pemakainya 1
luwes, sederhana dan penuh wibawa, hingga mudah membuat orang
dapat memberikan ketentraman jiwa dan dapat mendorong
セォ@
berbuat kebaikan dan bertanggungjawab akan perilakunya"n
Tingg
a peradaban dan kemajuan dapat tercermin melaui etika berpakaian
yang meniml
mn kesan sopan, rapi dan tertib. Dengan berbusana muslimah, wanita
Islam dihara:
n terdidik untuk berpakaian sopan, rapi, dan tertib sesuai dengna
pemyataan A
lur'an (diakhir surat Ap. Nur ayat 60) yaitu menjaga kehormatan dan
jiwa sopan b
I wanita.
Secar
psikologis tujuan Islam memerintahkan wanita agar berbusana
muslimah ad
i karena keinginan untuk mempertunjukan diri rnerupakan ciri khas
wanita. Kee
:erungan wanita untuk memamerkan diri berasal dari esensi
ォ・キ。ョゥエセ@
21
22
Mur
Hik
Republika, ( 19,
ha Muthahari, H!Jab gaya hidup wanila Islam, (Bandung: Mizan, 1987), hal.52
1
fajar
rctiセ@
I, 1996), ha!. 4
(Busana sebagai cer1ni11 u a11ila musli111 sejati), harian umum
1
29
Siswi
au rema3a putr
DIRI SEE
,N SIKAP
berusaセ@
MUSLIMAH DENG AN KONSEP
:;Al MUSLIM.AH SJS\LS'j [Nセェ@
/
....
....
)IJ
0
0
"'
Jfi 0i jセゥ@
/
/
2.-lh
,
abi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan
!mg mukmin; Hendaklah meeka mengulurkan .filbabnya keseluruh
yang demikian itu supaya mereka !ebih mudah dikenal, karena flu
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun !agi Maha
Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), ha!. 140
1men Agama RJ, Al Qur 'an dan Ter;emahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,
6
Kala:
iita telaah mengenai perintah-perintah Allah kepada makhluknya,
bahwasanya
.balik perintahnya itu ada makna yang terkandung didalamnya.
Begitupun
<
gan hukum syari'at mengenai perintah berjilbab atau berbusana
muslimah it
ntara lain bersifat preventif, mencegah agar wanita tidak dilakukan
semena-men
:lemi mencegah segala yang menjurus kepada kerusakan moral dan
tindakan m<
fai akhlak. Hukum menutup aurat adalah untuk membendung agar
tidak
ergaulan bebas, tanpa mengurangi hak dan kewajibannya sebagai
エ・セェ。、Q@
wanita, sehi1
Mum
a wanita juga dapat berperan sesuai kodratnya.
1ya trend jilbab pada masa kini ternyata memberi pengaruh bagi
motivasi ren
1
remaJa yani
elum menyadari atau memahami tujuan dari pemakaian busana
muslimah.
セ@
muslim, untuk mngenakan busana muslimah. Namun masih banyak
eka mengenakan busana muslimah, tetapi tidak memenuhi standar
busana mus!
ih. Bahkan terkadang perilaku mereka pun cenderung bertentangan
dengan peril
i muslimah. Walaupun: tak sedikit yang berbusana muslimah yang
faham akan
1gsi busana yang mereka pakai, sehingga mereka konsisten didalam
ー・ュ。ォゥョセ@
Morn
.s atau tingkah laku bagi manusia sangatlah mempunyai arti penting,
khususnya t
seorang muslimah yang mengenakan busana muslimah. Setiap
perbuatanny1
can selalu menjadi perhatian orang lain. Karena itulah penting bagi
muslimah u
k membentuk kepribadian atau konsep diri yang sesuai dengan
busananya d
harapan masyarakat, sehingga tidak timbul konflik dalam dirinya
akibat keingi
111ya berbusana muslimah dengan konsekwensinya. sebagai muslimah.
7
Dalai
penelitian ini, penulis mengkhususkan pengkajian pada remaJa
muslimah, n
1
Masa remaj
.tdalah masa transisi yang penuh ketegangan dan konflik. Tidak
セ@
flik terhadap nilai-nilai agama. Oleh karena itu penulis ingin
terkecuali
gingat masa remaja merupakan sumber perkembangan konsep diri
6
•
mengetahui
tkah ada hubungan yang positif antara sikap pemakaian busana
muslimah d
セ。ョ@
konsep diri dikalangan para siswi, khususnya konsep diri
muslimah.
B. Pcmbat
n dan Pcrumusan Masalah
1. Peml
tsan Masalah
'Ii kemungkinan masalah yang timbul, penulis memilih permasalahan
tenta1
hubungan antara sikap terhadap pemakaian busana muslimah dan
kons<
jili siswi. Untuk mengkaji masalah tersebut, penulis merasa perlu
meml
tsi permasalahan dan menjelaskan definisi opeasionalnya sebagai
berik
a. Sil
berbusana muslimah ·
Pe
ke
セ。ョ@
pe
itian ini mengkaji tiga aspek yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
b. K<
6
:rtian sikap yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kesediaan atau
terhadap suatu nilai atau kegiatan berbusana muslimah. Dalam
!p diri
Kc
:p dili ini yang dimaksud dalam penelitian adalah kesadaran siswi
sel
ai muslimah untuk memberikan pendapat, pandangan atau penilaian
Clan
Pudji Jogyanti, Konsep Diri dalam Pendidikan, (Jakarta: Arcan, 1986), hal 41
8
ter
lap konsep dirinya yang memberikan keyakinan akan kemampuan
da
1 membuat
perubahan dan menghadapi tangtangan hidup.
c. Po
asi yang diteliti adalah siswi dari sekolah yang tidak menerapkan
pe
1ran berbusana muslimah kedalam tata terti sekolah mereka. Yaitu
sis
SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat
2. Perm
;an Masalah
rdasarkan pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan
sebag
ierikut:
Baga
Ina Hubungan Antara Sikap Berbusana Muslimah dengan
Kons•
Diri Sebagai Muslimah Pada Siswi SMA
Jakm
Barat Tahun Ajaran 2004/ 2005
C. Metode I
Untul
penulis men1
I. Penelitim
n・ァセイゥ@
33 Cengkareng
1bahasan
)emperoleh data-data guna membahas permasalahan dalam skripsi,
セ。ォョ@
metode penelitian sebagai berikut:
セーオウエ。ォョ@
(Library Research)
Melalui l
elitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta
tulisan iii
hyang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
2. Penelitiai
pangan (Field Research)
Penelitia·
'ni dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan
Iangsung
Iapangan, karena dalam penelitian ini memerlukan data dan fakta
yang vali
'gar dapat dipertanggungjawabkan.
9
Untu
memperoleh data-data lapangan 1m penulis menggunakan teknik
pengumpula
ata sebagai berikut:
1. Observa:
yakni mendatangi objek dimaksud yang meliputi keadaan gedung,
sarana &
2. Angket,
struktur organisasi, dan kegiatan belajar mengajar
セウ。イョL@
mi memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam ha! ini
stsw1 ya
berbusana muslimah, mengenai sikap berbusana muslimah dengan
konsep d
muslimah.
D. Sistema1
Untu
Penulisan
mendapatkan
gambaran
tentang
1s1
skripsi,
penulis
akan
mengemukal
beberapa pokok pemikiran yang melatar belakangi lahimya masing-
masing bab,
am rangka pemecahan masalah pokok.
Bab I
A<
th pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
pe
atasan dan perumusan masalah, metode penelitian dan sistematika
pe
isan.
M
Jahas tentang kajian teoritis yang meliputi penge:rtian dan komponen
Bab II
pengertian dan kriteria busana muslimah, busana muslimah dalam
ウゥセ@
pe
:ktif
bu
.a muslimah sebagai nialai ekspresif dari sikap hidup wanita Islam.
Se
pengertian dan unsur pembentuk konsep diri, pembentukan dan
pe
mbangan konsep diri, Islam sebagai sisitem nilai dalam pembentukan
ko
p diri, dan upaya membentuk konsep diri sebagai muslimah,
ke
gka berfikir dan pengajuan hipotesis.
Islam, busana muslimah sebagai mode dan busana taqwa,
IO
Ba_b Ill
Bab IV
BabV
Mt
uraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi tujuan dan
ter
t penelitian, variabel, indikator dan definisi operasiona!, teknik
pe1
inbilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Pei
asan mengenai hasil penelitian yang mencakup deskripsi data yang
ten
dari gambaran um urn sekolah dan, analisis data Clan interpretasi data.
me
iakan bagian penutup pene!itian yang berisi kesimpulan dan saran.
BABU
KAJIAN TEORITIS
A. Sikap di
1. Pengc
!'aktor-faktor Pembentuk Sikap
an dan Komponen Silrnp
a. Pe
:rtian
Kata
tp dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan
dan sebagain
)'ang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. 1 Sedang
dalam kamw
:ikologi 'sikap' atau attitude menurut definisi sederhana yaitu suatu
kecenderungi
mtuk bertingkah laku atau berfikir didalam suatu cara tertentu. 2
Dalan
Seperti kebar
lrti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.
セ。ョ@
istilah-istilah abstrak lainnya, sikap mempunyai pengertian yang
bermacam-m
m. Dalam bahasa Inggris, sikap dinyatakan dengan istilah "altitude"
dan ini berasi
ari bahasa latin yaitu "aptus" yang berarti keadaan siap secara mental
yang bersifat
1yektif untuk melakukan kegiatan.
Secan
'storis istilah 'sikap' (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert
Spencer dital
1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental
seseorang (;
1
Tin1
!
Indonesia, (Jaka
2
3
A. Bu
Saifui
1995), hal. 3
:n, Guy, Edgly, 1980). 1 Kemudian pada tahun
1888 Lange
rusun Kan1us Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Ka11111s Besar Bahasa
Balai Pustaka, 1988), cet. I, ha!. 8380
'djo, Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991 ), cet. 2, ha!. 42
Anvar, S'ikafJ Ma1111.•iia l'eori dan [>e11g11J..-ura1111¥va, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
JJ
12
menggunaki
istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk
menggamba
n kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba.
Jadi menun
stilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan n
cakup pula aspek respon fisik.
Sika1
anusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berikut
definisi sika
,enurut beberapa ahli:
Definisi sika
ang dikemukakan oleh Gordon Allport;
"An
itude is a mental and neural state of readiness, organized through
expenence,
1
rting a directive or dynamic influence upon the individual's respone to
all objects i
situation with wich it is related". (Sikap adalah keadaan kesiapan
mental dan
.sunan saraf, yang mempengaruhi yang dinamis terhadap respon
individu 。エセ@
mua obyek atau situasi yang berhubungan). 4
La Pierre (IS
dalam Allen, Guy & Edgly 1980)
Mern
'
nisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan
r
lisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
antisipatit:
sederhana sii
adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
Sec01
keteraturan t
tindakan (ko:
&
セョエオ@
Backman ( 1964 ), misalnya mendefinisikan sikap sebagai
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
i) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. 5
4
Abrc
bd. Rahman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1998), cet. 4,
5
Sa'1fu
A-..
1 ""war,
ha!. 108
·
ha.I 5
op. cit.,
13
Kemudian I
H.M Alisuf Sabri. Dalam bukunya mengemukakan;
Sika
iartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mernaksi terhadap suatu
ha!, orang a
· benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Kecenderungan
mereaksi at
sikap seseorang terhadap sesuatu ha!, orang atau benda dengan
demikian b
tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima/scnang), tidak suka
(menolak/tic
$enang) dan sikap acuh tak acuh. 6
DefiI
yang relatif:
ini senada dengan Bruno; Sikap (attitude) adalah kecenderungan
セ・エ。ー@
untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang terter
Berbi
suatu kerang
dengan para ahli yang lain, Prof Dr. Mar'at membahas sikap dalam
teoritis:
1. Sikap
1at merupakan suatu kondisioning, dan dibentuk.
2. Dapat
bul konflik dalam memiliki kesediaan bertindak.
3. Memi
. fungsi, yang berarti bahwa sikap mempunyai fungsi bagi manusia
dalam ar:
indakannya.
Jadi
pengertian y<
:ap adalah konsisten dengan komponen kognisi. Dari berbagai
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulakan bahwa sikap adalah
I
kecenderung
bertindak, berfikir, berpersepsi dan memilih dalam menghadapi
obyek, ide, s
1si, atau nilai. Lebih jelasnya bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
6
Alis
Pedoman Ilmu .
7
Muh
Rosdakarya, 20
Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan K11rik11/11m Nasional, (Jakarta; CV.
: 1996 ), cet. 2, ha! 83
n Syah, Psikologi Pendidikan de11ga11 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
edisi revisi, hal. 120
14
bereaksi terl
'tp obyek sebagai penghayatan terhadap obyek tersebut. Proses ini
sifatnya tert1
> yang
terbuka_ Jnil2
ang disebut tingkah laku.
menjadi dasar pembentukan tindakan, yang akhimya bersifat
b. K<
mnen Sikap
Deng
melihat adanya satu kesatuan dan hubungan yang selaras antara sikap
dan tingkah I
t, maka kita harus meninjau sikap sebagai suatu sistem yang memiliki
berbagai kon
nen. Menurut skema triodik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling n
tmJang, yaitu:
a. Kompon<
tognitif
.
-
8
Adalah n
tpakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Kepercay
datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.
Berdasarl
apa yang telah kita ketahui itu kemudian terbentuk suatu ide atau
gagasan r
1genai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Sekali kepercayaan
terbentuk
aka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
dapat dih
pkan dari obyek tertentu. Dengan demikian interaksi kita dengan
pen gal am
dimasa datang, serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut
akan lebil
empunyai arti dan keteraturan_
b. Kompone
fektif
Kompone
:fektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu oby
/ikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimi!iki
•adap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan
I
" Saifu<
Azwar, op. Cit., ha!. 25-27
15
kompom
tfektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita
percayai
1agai ha! yang benar dan berlaku bagi obyek terma,ksud.
c. Kompon
conas1
Dalam :
1.1:ur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperila
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapi
, Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan
banyak n
1pengaruhi perilaku. Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam
situasi t
mtu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
bagaimai
:epercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Untu
11embedakan dari aspek-aspek psikis yang lain, seperti motif dan
kebiasaan, p•
: ditinjau ciri-ciri sikap. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya
mengemukal
ciri-ciri sikap sebagai berikut: 9
I. Dalam si
• selalu terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa
obyek. C
pandangi
:k ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial,
'
:idup, hukum, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
2. Sikap ti<
dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui
pengalarr
·pengalaman.
3. Karena s
p dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan
lingkung<
disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda-
beda.
9
Sarlit
'irawan Sarwono, Pengantar Psikofogi Umum, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2000)
16
4. Dalarn
!
p tersangkut juga faktor rnotivasi dan perasaan.
5. Sikap ti·
rnenghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.
6. Sikap ti
r hanya satu rnacarn saja, rnelainkan sangat berrnaca-macam sesua1
dengan I
Man
yaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.
1
dapat rnempunyai bermacam-macam sikap 1terhadap bennacam-
macam ha!.
rwujudan atau terjadinya sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh
faktor peng<
1uan, kebiasaan dan keyakinan. Karena itu untuk menghilangkan suatu
sikap yang
•sitif atau untuk menghilangkan suatu sikap yang negatif dapat
dilakukan d
セ。ョ@
obyek sikap
1gan membiasakan atau dengan dasar keyakinan.
rnemberitahukan atau menginfonnasikan faedah atau kegunaan
Peml
tukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan rnelalui suatu
proses terte1
melalui kontak sosial terns rnenerus antara individu dengan individu
lain disekiU
•a. Sikap sosial terbenttik dari adanya interaksi sosial yang dialami
oleh individ
nteraksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak
sosial dan h1
ngan antara individu sebagai anggota kelompok sosial.
Dala
interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara
'
individu yar
iatu dengan yang lainnya, terjadi hubungan yang timbal balik yang
turut mem1
garuhi pola perilaku masing-rnasing individu sebagai anggota
masyarakat.
bih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu
dengan lingl
gan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.
17
Dr. ;
lito Wirawan Sarwono membagi faktor yang dapat mempengaruhi
terbentukny:
kap kedalam dua hai, yaitu: JO
l.
セイョL@
2.
Faktor
yaitu faktor-faktor yang terdapat dal.am diri orang yang
bersangi
m sendiri, seperti selekiivitas yang ditentukan oleh motif-motif dan
kecende
gan.
Faktor e
em, ditentukan oleh faktor l uar, yaitu:
- Si fat
rek yang dijadikan sasaran sikap.
- Ke'.'.1
vaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
- Sifat
ng-orang atau kelompok yang mendukung sikap tcrsebut.
- Medi
)munikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
- Situa:
ada saat sikap itu dibentuk.
Lebif
mjut lagi Drs. Saifuddin Av.var menjelaskan fakior-faktor yang
mempengaru
· II
iem bentuk an s1·kap, yaitu:
I. Pengalan
pribadi
Middle f
ik (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan s1
1 obyek
obyek te
Jut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi t
.s melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan Iebih mudah
terbentuk
pabila pengalaman pribadi tersebut terjadi clalam situasi yang
melibatk:
aktor emosional.
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap
0
Sarli
Virawan Sarwono, ibid, ha!. 96
11
Saifi
a Azwar, op. Cit., ha!. 25-30
'
18
2. Pengaruh
tng lain yang dianggap penting
Pada um
O.ya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah de
m sikap orang yang dianggap penting. Kecendemngan ini antara lain
、ゥュッエカ。セ@
1leh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik d1
an orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh
Judayaan
Tanpa 、ゥセ@
lri, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai
salah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena k<
:layaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu
yang mei
li anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian
individu
ig !mat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
pembentu
1 sikap
individual.
4. Media mi
Sebagai s
na komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabi
najalah dan lainnya, mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini
dan kepe1
'aan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media m
a membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarah
1
memberi
:lasan kognitif, bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-
pesan
SU!
if yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi'
ar afektif dalam menilai suatu ha!, sehingga terbentuklah arah sikap
terse but.
opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
19
5. Lembagi
ndidikan dan lembaga agama
Lembagi
:ndidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh
da!am p
oentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep r
al dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama
sangat n
entukan sistem kepercayaan, maka apabila terdapat suatu ha! yang
bersifat I
traversial, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau
dari ajan
.gama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
6. Pengarul
ktor emosional.
Kadang !
u bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi, yang
berfungs
bagai semacam penyalur frustasi atau peralihan bentuk mekanisme
pertaharn
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera
berlalu b
tu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih kor
ten dan bertahan lama.
Sikar
katakan sebagai suatu 'respons evaluatif. Respons hanya akan timbul
apabila indi1
i dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Ji
Jons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu tin
lya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan
hadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangk,
iidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhad
Jbyek sikap.
20
2. Peni
Bern
セャNfMQ@
セ@
'ian dan Kriteria Busana Muslimah
1 dari
Q.S 24:31, Allah berfirman:
_, /;l
/
t.i
-,
(1' : .J_,Jl)
Dima
0Nイセ@
/
wanita diperintahkan UI)tuk menutup aurat dan diiarang menampakan
' Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang biasa terlihat.
perhiasannya
セ」ョ。ャゥ@
usaha perlin(
gan terhadap moral kaum wanita, tidak cukup hanya dengan perhatian
terhadap glu
1hul bashar (penundukan pandangan) dan pemeliharaan kemaluan
saja. Melainl
juga harus memperhatikan ha! lain seperti cara berpakaian.
Seba)
fatwa para
t
hana telah diketahui bahwa dalil-dalil Al Qur'an dan hadits serta
na salaf, banyak yang mengharamkan tabbaruj atau bersolek, dan
mewajibkan
1m wanita untuk menutup seluruh tubuhnya apabila mereka hendak
berhadapan c
セ。ョ@
kaum pria yang bukan muhrimnya.
21
Dala
Al Qur'an, kata jilbab ditulis dalam bentuk kata jamak yaitu
'.falaabiib'
nya jilbab adalah se3ems baju kurung yang lapang yang dapat
menutupi k<
la, muka dan dada. Pengertian jilbab secara syari'at Islam adalah
pakaian war
yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Lebih singk:
ra jilbab adalah busana muslimah.
menuliskan
:ana muslimah, terkadang digunakan kata jilbab, busana muslimah
maupun kata
ab.
12
Maka untuk selanjutnya da!am
Keba
ikan wanita beranggapan apabi!a mereka te!ah memakai busana atau
pakaian yan
erba panjang dan menutupi sebagaian kepalanya, berarti ia telah
berbusana m
imah. Mereka tak perdu!i bagaimana bentuk dan jenis bahan pakaian
yang digunal
nya. Padahal dalam Islam telah diatur bagaimana syarat busana yang
hams diguna
I oleh seorang muslimah.
Adap
syarat-syarat hijab yang disebutkan oleh Al Bani dalam kitabnya
yang berjudt
'!fabul Mar 'ah al Muslimah, dan juga disebutkan oleh para ulama di
dalam kitab J
,
I. Harns me
yaituJ 3
seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan)
Gセp@
Syarat ini
セオ。ゥ@
yang berb
a:
12
dengan finnan Allah Q.S. An Nur: 31 dan Q.S. Al Ahzab: 59
Ista1
Jto, Hikmah jilbab da!am pembinaan akhkak, (Solo< CV. Ramadhani, 1986), cet. 2,
Jah1
1994), cet. 1, h:
i\hmad Al Al Ma'iy, Wahai putriku /11/uplah auratmu, (Jakarta< Granada Nadia,
9
hal. 13
13
22
'-:-'ly-'YI)
セI@
|セ@
),,-
セ@
/
/
.\lii 01.5') P[セェ@
/
/
Iセ@
/
0
"
/
/
/
Jft Lil J;I 2.-lE
/
/
2. Harns de
n kain tebal dan tidak boleh tipis
3. Pakaian i
:endiri bukan mernpakan perhiasan
Syarat in
Tdasarkan dengan firman Allah Q. S. Al Ahzab: 33
"Dan hi
bertingkc
2klah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan
'Jku seperti orang-orangjahiliyah yang pertama"
4. Harns lor
lr dan tidak sempit
5. Tidak bo]
memakai parfum yang baunya sangat menyengat
6. Tidak bol
menyernpai pakaian pria
7. Tidak bol
menyernpai pakaian-pakaian wanita kafir
8. Bukan lib
tyuhrah (pakaian untulc' mencari populeritas)
3. Busa
akan
Muslimah dalam Petspektif Islam
k・エゥセ@
tita membaca Al Qur'an dan merenungkan ayat-ayatnya, maka kita
mene
kan
banyak
ayat yang
mengkhususkan
masalah jilbab dan
menganjurk<
va, dan menegaskan agar kaum wanita benar-benar menJaganya
sehingga kat
muslimin tidak terjernmus dalam masalah moral yang serius.
23
Alla!
wt menginginkan wanita muslimah berbeda dengan wanita lainnya,
dan sesuatt
ang membuatnya berbeda dengan wanita lairmya adalah saat
memakaia ji
b. Dan dengan memakai ji!bab maka kehormatannya terjaga. 14
ia
Perir
berbusana muslimah diturunkan setelah adanya perintah untuk
menutup au
Karena itulah ulama ahli tafsir sepakat, bahwa yang dinamakan
busana mus!
th (jilbab) adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita, bukan
Imnya se ked1
.a kaian
. yang menutup aurat. 15
Perin
untuk berbusana muslimah ini terkandung dalam surat al Ahzab: 59.
Dalam mena
kan ayat tersebut bukan berarti keharusan berbusana muslimah, hanya
tertuju pada
.eri-isteri Nabi, anak-anak perempuannabi, dan isteri sahabat saja.
Tetapi perin1
ini tertuju pada semua muslimah.
Al Qi
mbi memberi komentar, bahwa rasulullah memerintahkan pada isteri-
isterinya, am
mak perempuan dan kaum mukminah untuk mengulurkan jilbabnya
"agar dapat c
dakan sifat perempuar,i jahiliyah dengan perempuan mulia" 16
4. Busa1
W:uslimah Sebagai Trend Mode dan Busana Taqwa
Sejak
val dikenal manusia, pakaian lebih berfungsi sebagai penutup tubuh
daripada seb
1i pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab
berpakaian t•
{ata memang merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang
14
Ali!
saili Al Amili, Nikmamya be1jilbab, (Jakana: Pustaka Zahra, 2002), cet. !, hal. 30
15
Mud
Mahalli, 1vfusfimah dan Bidadari, (Yogyakana: Mitra Pustaka, 1996), cet. I
16
SaYJ
cet. 3, ha!. 122
l'luhammad Namir, Karakter Wanita Muslim, (Surabaya: Pustaka Progresif, l 987),
24
mempunym n
malu, sehingga selalu berusaha menutupi tubuhnya. 17 Namun
menurut Kefg
dan Touchre Speeht, fungsi busana adalah sebagai diferensiasi,
perilaku dan e
;irn
Seman
ya berbagai mode pakaian ala barat yang akhir-akhir ini menjadi
kiblat masyarn
dunia, telah membawa generasi muda pada jurang degradasi moral
yang teramat <
vat. Keadaan ini pemah diramalkan Rasulullah akan terjadi di akhir
zaman nanti.
Fenom
. remaja Islam modem dengan jilbabnya yang ·'khas", bisa dikatakan
sedang menjai
·· di zaman sekarang. Dimana mereka berusaha tetap menjalankan
perintah Allah
tuk tetap menutup aurat, tetapi tidak ingin ketinggalan trend mode.
Maka muncul
busana-busana muslimah yang dirancang sedemikiau rupa untuk
mengimbangi ·
nd mode. Dengan hadirnya mode-mode busana muslimah yang
menarik, mak:
1enambah peminat bagi pengguna busana untuk ikut memakainya.
Sehingga timl
ah trend busana muslimah, seperti sekarang ini. Ditambah lagi
,
semakin banyi
elebritis yang menggunkannya.
Allah
セ@
T. telah berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai macam
nikmat karuni
;mg tiada terhingga nilainya. Berkaitan dengan kewajiban wanita
mukminah urn
mengenakan busana muslimah yang merupakan wujud rasa syukur
kepada Allah ;
t dengan menjalankan apa yang diperintahkan Nya. Rasa syukur itu
17
Nina!
:retna, AnggunBerjlbab, (Bandung: Al Bayan, 1995), cet. I, haL 15
18
Jalalm
Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), hal. 140
25
akan diungk
:an dengan jalan melaksanakan cara berpakaian sesuai dengan yang
dikehendaki
L
Kare;
itu seperti juga makanan yang dapat melahirkan berbagai perubahan
tingkah laku
l!sana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaan
seseorang kc
la Allah Swt, sehingga dalam Al Qur' an akan kita temukan konsep
Libas al Taq
sebagai sebaik-baiknya pakaian, ha! ini tertuang dalan Q.S Al A'raf:
26:
(\I
」NSQ⦅_セI@
,,.
:)1:)1
0 J'_? .i; セ@
;11,..,
4\JI MNZ⦅L|Aiセ@
/
,..,
/
,,.
/
RMljセ@
:;;.
/
"Wah
pakaian untu
taqwa itu!ah
Allah supaya
anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu
ienutupi aura/mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
ng paling baik. Yang demikian itu termasuk tanda-tanda (karunia)
reka ingat. "
Dal an
yat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian; pertama sebagai penutup
aurat, dan ke
1 sebagai
perhiasan. Dengan demikian fongsi pertama dan utama dari
pakaian adal1
sebagai penutup aurat Dan fungsi kedua adalah sebagai perhiasan
untuk memJJl
dah penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Inilah fungsi
estetika perh
an. Sebagai perhiasan, seseorang bebas merancang dan membuat
bentuk atau n
e serta wama pakaian yang dianggap indah dan menarik selama tidak
melanggar ba
·batas yang telah ditentukan.
Deng<
:lemikian fungsi pakaian yang ketiga adalah untuk memenuhi syarat
kesehatan, ke
lmanan dan keamanan. Seperti melindungi badan dari gangguan luar
26
(terik matah
udara dingin, maupun gigitan serangga) dan untuk menyelamatkan
diri dari sern
m musuh. Dengan kata iain pakaian berfungsi sebagai pelindung dari
gangguan Iu
dan menjaga agar temperatur tubuh terpelihara dari udara dingin
diluar tubuh.
1
ian di atas berdasarkan Q.S Al A'araf: 26, Al Ahjab: 59, dan An Nur:
31 Drs. M. ·
lib menyebutkan fungsi pakaian/ busana taqwa (busana muslimah)
adalah sebag;
erikut:
Dari
19
I. Menji
kan wanita dari gangguan laki-laki jahil
2. Meml
akan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia
3. Menc1
h timbulnya fitnah birahi pada kaum laki-laki
4. Mem(
ara kesucian agama yang dianut wanita yang bersangkutan.
5. BusaE
Muslimah Sebagai Nilai Ekspresif dari Sikap Hidup Wanita
Islam
Wanit
mslimah yang ュ・ョ」ゥ、セォ@
dari sumber Islam yang bening dan tumbuh
dalam iklim )
セ@
berdasarkan t
isi. Seperti yang dilakukan ibu dan nenek-neneknya dan seperti yang
dilakukan sel
ian wanita, tanpa dibatasi ilmu yang memadai atau hujjah secara
rasional atau I
mjuk dari suatu kitab yang dapat diandalkan.
sejuk, tidak boleh mengenakan hijab hanya karnna ikut-ikutan dan
Wanit
.uslimah harus mengenakan jilbab atau busana muslimah dengan hati
yang dipenuh
1an kepada Allah SWT, bahwa hijab itu perintah dari Allah dan ia
19
M. Tl
1,
Analisa wanita da/am bimhingan Islam, (Surabaya: Al Ikttlas, 1987), hal.43
27
hams suka
1
meyakini hahwa itu memang aturan yang diturunkan Allah untuk
melinduni,Yi '
1ita muslimah, mengangkat jati dirinya dan menjauhkan dari cobaan
yang mengg<
cirkan dari kehinaan dan jurang yang menyesatkan. Dengan begitu ia
akan meneri1
dengan lapang dada dan jiwa yang rela, seperti yang dilakukan wanita
muhajirin da
ishar. 20
Berb1
1a muslimah bagi seorang wanita Islam (mukminah) merupakan nilai
ekspresif da
sikap hidupnya sebagai muslimah. Di dalam Islam, berbusana
muslimah ti<
saja bemilai sebagai sikap atau akhlak yang berhubungan dengan
sesama mam
. (hahlumminannas ), tetapi sekaligus juga sikap dalam berhubungan
dengan Tuhi
izahlumminal/ah) karena merupakan salah satu kewajiban (ibadah)
bagi seorang
nita Islam.
Busai
muslimah mempunyai fungsi ganda. Pertama berbusana muslimah
berarti meml
tuk pola sikap atau akhlak yang luhur sebagai pencegah terhadap
dorongan un:
bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, berbusana
muslimah m
:egah orang lain untuk bertindak sewenang-wenang pada diri si
pemakai.
Dipar
;g dari sudut sosioloi,Yi, busana muslimah rnempunyai fungsi penegas
identitas. Ia r
nbedakan si pemakainya dengan wanita lain. Perbedaan yang kontras
menimbulkai
fek psikologis dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan
berpengaruh'
1m pergaulan dan berinteraksi.
20
Al t
1997), cet. I, ha
imy dan Muhammad Ali, .lati diri 1va11ita 1n11slilnah, (Jaka1ta: Pustaka Al Kaustar,
)
28
Tujua
ierbusana muslimab tidak hanya berkaitan dengan moral tetapi juga
hampir mem
ms semua dimensi kehidupan ummat manusia (sosiologi, pedagogis,
etis dan psik<
セゥウIN
Disan
RQ@
1g wanita berjilbab itu tampak lebih sopan, beradab, lebih fominim,
tetap anggun
1
langsung me:
Jh hormat, segan dan mengambil jarak yang wajar anrata wanita dan
pria ataupun
tara wanita beriman dengan yang tidak beriaman, hingga gangguan
nafsu dapat
:egah semaksimal mungkin. Selain itu menurut Anne R. " busana
muslimah j1
pemakainya 1
luwes, sederhana dan penuh wibawa, hingga mudah membuat orang
dapat memberikan ketentraman jiwa dan dapat mendorong
セォ@
berbuat kebaikan dan bertanggungjawab akan perilakunya"n
Tingg
a peradaban dan kemajuan dapat tercermin melaui etika berpakaian
yang meniml
mn kesan sopan, rapi dan tertib. Dengan berbusana muslimah, wanita
Islam dihara:
n terdidik untuk berpakaian sopan, rapi, dan tertib sesuai dengna
pemyataan A
lur'an (diakhir surat Ap. Nur ayat 60) yaitu menjaga kehormatan dan
jiwa sopan b
I wanita.
Secar
psikologis tujuan Islam memerintahkan wanita agar berbusana
muslimah ad
i karena keinginan untuk mempertunjukan diri rnerupakan ciri khas
wanita. Kee
:erungan wanita untuk memamerkan diri berasal dari esensi
ォ・キ。ョゥエセ@
21
22
Mur
Hik
Republika, ( 19,
ha Muthahari, H!Jab gaya hidup wanila Islam, (Bandung: Mizan, 1987), hal.52
1
fajar
rctiセ@
I, 1996), ha!. 4
(Busana sebagai cer1ni11 u a11ila musli111 sejati), harian umum
1
29
Siswi
au rema3a putr