MOTIVASI BERBUSANA MUSLIMAH SISWI KELAS X SMK NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Motivasi Berbusana Muslimah Siswi Kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.
MOTIVASI BERBUSANA MUSLIMAH SISWI KELAS X SMK NEGERI 1
BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Madyo Jatmiko
NIM: G000120089
NIRM: 12/X/02.2.1/0309
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
MOTIVASI BERBUSANA MUSLIMAH SISWI KELAS X SMK NEGERI 1
BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Madyo Jatmiko, G000120089, Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Apa motivasi berbusana muslimah
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 ?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi berbusana
muslimah siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali tahun pelajaran
2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Maksudnya ialah penelitian ini menuntut peneliti untuk terjun langsung ke lapangan,
kemudian berinteraksi langsung dengan masalah yang diteliti untuk memeperoleh
data yang valid dan akurat sesuai yang dibutuhkan. Yakni peneliti mengumpulkan
data sebanyak- banyaknya tentang motivasi berbusana muslimah siswi kelas X SMK
Negeri 1 Banyudono Boyolali tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data
ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknis
analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode deduktif,
yaitu suatu cara berfikir dengan meninjau kajian teori kemudian dikaitkan dengan
fakta atau kenyataan yang diperoleh di lapangan dengan penalaran, kemudian ditarik
sebuah kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Motivasi berbusana muslimah
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali mencakup dua hal, yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. 2) Motivasi intrinsik siswi kelas X SMK Negeri
1 Banyudono berbusana muslimah meliputi: untuk mentaati perintah Allah, keinginan
untuk memperbaiki diri agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik, serta menjaga
diri dari pergaulan bebas dan hal-hal yang negatif. 3) Motivasi ekstrinsik siswi kelas
X SMK Negeri 1 Banyudono berbusana muslimah meliputi: lembaga pendidikan
sebelumnya, orang tua, saudara, dan teman, serta rasa percaya diri. 4) Kebanyakan
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono termotivasi memakai busana muslimah
ketika di sekolah saja. Mereka belum konsisten memakai busana muslimah di
lingkungan luar sekolah, khususnya di lingkungan rumah.
Kata Kunci: Motivasi, Busana Muslimah, Siswi
1
di
PENDAHULUAN
tengah
masyarakat
ada
yang
Dewasa ini, pemakaian busana
berbusana muslimah dan ada juga
muslimah di kalangan siswi di Sekolah
yang sama sekali tidak berbusana
Negeri
muslimah.
semakin
menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Budaya
Sekolah
Menengah
Negeri
berbusana muslimah di kalangan siswi
pada
di Sekolah Negeri bisa dikatakan terus
pendidikan agama yang minim kepada
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
para siswanya. Hal ini ditandai dengan
ditunjukkan
semakin
jumlah jam pelajaran PAI yang hanya
banyaknya siswi di Sekolah Negeri
3 jam pelajaran dalam satu minggunya.
yang
Berbeda
dengan
berbusana
muslimah,
atau
umumnya
halnya
memberikan
dengan
sekolah
bahkan menjadi mayoritas. Berbeda
menengah lain yang berbasis Islam
halnya
seperti
SMK
Muhammadiyah,
dengan
tahun-tahun
siswi
yang memakai
SMAIT, dan yang semisal, yang
busana muslimah di sekolah-sekolah
memberikan jam pelajaran agama yang
negeri menjadi hal yang minoritas.
lebih dengan memisahkan bagian-
sebelumnya,
bagiannya seperti Aqidah, Ibadah,
Bahwa setiap muslimah itu
berbusana
Fiqih, dan sebagainya. Tujuannya
muslimah, namun kewajiban tersebut
adalah untuk memberikan pendidikan
belum
agama
berkewajiban
untuk
secara
keseluruhan
kaum
yang
lebih
kepada
kesadaran
siswanya,
sehingga
terhadap ajaran agama, maka yang
terbentuk
keseimbangan
terjadi
intelektual dan spiritual.
muslimah
memiliki
di
tengah
masyarakat,
para
diharapkan
antara
busana
SMK Negeri 1 Banyudono
muslimah tergantung dari kesiapan,
Boyolali adalah sekolah menengah
kesadaran, dan kesediaan masing-
yang berdiri di bawah Kemendikbud,
masing individu muslimah, sehingga
yang di dalamnya tidak terdapat
kesadaran untuk
memakai
2
peraturan
yang
mengharuskan
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali
siswinya untuk berbusana muslimah.
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Meskipun tidak ada peraturan yang
Adapun
rumusan
masalah
berbusana
dalam penelitian ini adalah “Apa
muslimah, akan tetapi banyak dari
motivasi berbusana muslimah siswi
siswi SMK Negeri 1 Banyudono yang
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
berbusana
dari
Boyolali tahun pelajaran 2014/2015
berbusana
?”. Sedangkan tujuan yang hendak
muslimah, kelas X menjadi kelas yang
dicapai dalam penelitian ini adalah
paling banyak dibandingkan dengan
untuk
kelas XI dan XII, atau bisa dikatakan
berbusana muslimah siswi kelas X
bahwa kelas X adalah prioritas atau
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali
sebagian besar kelas X mengenakan
tahun pelajaran 2014/2015.
mewajibkan
untuk
muslimah,
sejumlah
siswi
dan
yang
Tinjauan
busana muslimah.
yang
mendeskripsikan
motivasi
pustaka
Dari mayoritas siswi kelas X
dijadikan
berbusana
diantaranya sebagaimana yang telah
muslimah,
pasti
rujukan
oleh
yang
penulis
masing-
dilakukan oleh:
mereka
1. Nunung Mudmainah (UMS, 2014),
memakai busana muslimah. Fenomena
dalam skripsinya yang berjudul
inilah yang menurut penulis menarik
“Motivasi
untuk diteliti. Berangkat dari hal
Memasukkan Anaknya di TPQ Al-
tersebut, penulis ingin meneliti lebih
Anwar
mendalam tentang “Apa saja yang
Kecamatan
menjadi motivasi berbusana muslimah
Tahun 2013/2014”, berkesimpulan
siswi
bahwa:
mereka
memiliki
masing
yang
kelas
Banyudono
permasalahan
mengajukan
alasan
mendorong
X
SMK
?
Berangkat
tersebut,
judul
:
Negeri
1
Wali
Desa
Suruh,
Motivasi
Murid
Dadapayam
Semarang
wali
murid
dari
memasukkan anaknya di TPQ Al-
peneliti
Anwar Dadapayam berdasarkan
“Motivasi
pada tiga hal pokok, yaitu motivasi
Berbusana Muslimah Siswi Kelas X
3
intrinsik, ekstrinsik, dan motivasi
darurat.
Pemakaian
1
Jilbab
Terhadap
Perilaku Siswi Kelas XI SMA
Negeri 1 Jatisrono Wonogiri”,
2. Johan Arifin (UMS, 2014), dalam
skripsinya yang berjudul “Persepsi
berkesimpulan
Berbusana Muslimah Mahasiswi
pengaruh dari pemakaian jilbab
Fakultas
Universitas
terhadap perilaku siswi kelas XI
Muhammadiyah Surakarta Tahun
SMA Negeri 1 Jatisrono Wonogiri
Ajaran 2012/2013“, berkesimpulan
sekalipun tidak menyeluruh atau
bahwa:
sepenuhnya.
muslimah
Farmasi
Persepsi
mahasiswi
berbusana
berjilbab
Fakultas
bahwa:
Mereka
lebih
santun
Ada
yang
dalam
Farmasi tahun ajaran 2012/2013,
bertutur kata dan berperilaku, lebih
mayoritas berada pada kategori
pandai
baik (memenuhi kriteria fungsi
pergaulan dengan lawan jenis, dan
busana muslimah menurut Islam)
lebih
dengan prosentase 70,58%. Hanya
perbuatan,
sebagian kecil mahasiswi yang
perbuatan yang melanggar syariat
berada pada katagori kurang baik
Islam.3
menjaga
mengontrol
tidak
sikap
sikap
dalam
dan
melakukan
(masih kurang dari kriteria fungsi
Berkenaan dengan penelitian
busana menurut Islam) dengan
yang akan penulis lakukan, akan
prosentase 29,42%.2
difokuskan pada motivasi berbusana
muslimah siswi kelas X SMK Negeri 1
3. One Resti Yuniar (2014), dalam
skripsinya
berjudul
“Pengaruh
Banyudono Boyolali tahun pelajaran
2014/2015. Dengan demikian, masalah
1
yang penulis angkat tidak mengandung
Nunung Mudmainah, Motivasi Wali
Murid Memasukkan Anaknya di TPQ AlAnwar Desa Dadapayam Kecamatan Suruh,
Semarang Tahun 2013/2014 (Surakarta: FAIUMS, 2014).
2
Johan Arifin, Persepsi Berbusana
Muslimah Mahasiswi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun
Ajaran 2012/2013 (Surakarta: FAI-UMS,
2014).
unsur
kesamaan.
Berdasarkan
penelitian-penelitian di atas, dapat
3
One Resti Yuniar, Pengaruh
Pemakaian Jilbab Terhadap Perilaku Siswi
Kelas XI SMA Negeri 1 Jatisrono Wonogiri
(Surakarta: FAI-UMS, 2014).
4
disimpulkan
bahwa
penelitian
belum
sebelumnya
ada
1) Menurut
Eggen
dan
Kauchak
mengenai
dalam Khodijah, motivasi adalah
motivasi berbusana muslimah siswi.
kekuatan yang memberi energi,
Jadi, penelitian ini merupakan unsur
menjaga
kebaharuan.
mengarahkan
Apabila
dijumpai
penelitian yang penulis lakukan, maka
tersebut
diluar
perilaku
dan
terhadap
tujuan.6
penelitian yang sama atau mirip dari
hal
kelangsungannya,
2) Menurut Sumadi Suryabrata dalam
sepengetahuan
Djaali, motivasi adalah keadaan
penulis. Sehingga dalam hal ini,
dalam
penelitian tersebut menjadi tambahan,
mendorongnya untuk melakukan
pelengkap,
sekaligus
pendukung
aktivitas tertentu guna pencapaian
khasanah
penelitian
mengenai
bahasa
latin
berasal
“motivum”,
menunjuk
pada
alasan
mengapa
sesuatu
itu
Menurut
Kamus
3) Menurut
yang
segala
bergerak.4
sebagaimana
daya
yang
untuk
mendorong
melakukan
sesuatu.8
Bahasa
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
motivasi
atau dorongan yang timbul pada diri
mendorong
seseorang secara sadar atau tidak sadar
tindakan
untuk
tertentu.
suatu
Nasution
seseorang
Indonesia, motivasi bermakna alasan
melakukan
yang
dikutip Saefullah, motivasi adalah
dari
tertentu
Lengkap
seseorang
suatu tujuan.7
motivasi berbusana muslimah siswi.
Kata motivasi
diri
tindakan
adalah
kekuatan
seseorang
untuk
yang
melakukan
mencapai
tujuan
dengan tujuan tertentu.5 Beberapa ahli
mendefinisikan motivasi sebagai:
6
Nyayu
Khodijah,
Psikologi
Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), hlm. 150.
7
Djaali, Psikologi Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
8
Saefullah, Psikologi Perkembangan
dan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia,
2012), hlm. 291.
4
Sri Esti Wuryani Djiwandono,
Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo,
2009), hlm. 329.
5
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997),
hlm. 336.
5
Elliot,
dkk
mengemukakan
mereka yang berupaya mencari
empat teori motivasi yang saat ini
tantangan, tugas-tugas yang cukup
banyak dianut, yaitu:
sulit, dan ia mampu melakukannya
1) Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
dengan baik, mengharapkan umpan
Berdasarkan teori ini, orang
balik yang mungkin, serta ia juga
termotivasi terhadap suatu perilaku
mudah
karena ia memperoleh pemuasan
keberhasilan yang terus menerus.
kebutuhan dalam teori Maslow,
kebutuhan
akan
rasa
kebutuhan
akan
memiliki,
kebutuhan
dengan
Teori ini bersandar pada
tiga asumsi dasar. Pertama, orang
fisiologis,
kebutuhan
bosan
4) Teori Atribusi
kebutuhannya. Ada lima tipe dasar
yaitu:
merasa
aman,
ingin tahu penyebab perilakunya
dan
dan perilaku orang lain, terutama
akan
perilaku yang penting bagi mereka.
penghargaan, dan kebutuhan akan
Kedua, mereka tidak menetapkan
aktualisasi diri (self actualization).
penyebab perilaku mereka secara
cinta
2) Teori Kognitif Bruner
random.
Kunci
untuk
membangkitkan
motivasi
Ada
penjelasan
logis
tentang penyebab perilaku yang
bagi
berhubungan
dengan
perilaku.
Bruner adalah discovery learning.
Ketiga, penyebab perilaku yang
Siswa
ditetapkan individu mempengaruhi
dapat
pengetahuan,
melihat
makna
keterampilan,
dan
perilaku berikutnya. Jadi, menurut
sikap bila mereka menemukan
teori
semua itu sendiri.
ditentukan bagaimana atribusinya
3) Teori Kebutuhan Berprestasi (Need
perilaku
seseorang
terhadap penyebab perilaku yang
sama sebelumnya.9
Achievement Theory)
Menurut
ini
Elliot
Selain
sebagaimana dikutip McClelland
keempat
teori
yang
dikemukakan oleh Elliot di atas,
bahwa individu yang memiliki
9
Nyayu
Khodijah,
Pendidikan, hlm. 154-155.
kebutuhan untuk berprestasi adalah
6
Psikologi
terdapat beberapa teori motivasi yang
model
lain, yaitu:
sebagian
Operant
1) Teori
Conditioning
dapat
menghasilkan
perubahan
signifikan
pada
yang
perilaku
seseorang.10
Skinner
Menurut Skinner, perilaku
Maka
berpakaian
untuk
dibentuk dan dipertahankan oleh
manusia pada umumnya merupakan
konsekuensi.
kebutuhan
Konsekuensi
perilaku
dari
sebelumnya
mempengaruhi
perilaku
untuk
menutup
tubuh,
keamanan, dan etika serta estetika.
yang
Demikian juga kebutuhan berbusana
sama. Dengan kata lain, orang
muslimah, merupakan tuntutan fisik
termotivasi
menunjukkan
untuk bisa memberikan keamanan dari
atau menghindari suatu perilaku
cuaca (panas dan dingin), disamping
karena konsekuensi dari perilaku
itu juga kebutuhan rohani tentang etika
tersebut. Konsekuensi ini ada dua,
dan estetika sebagai manusia.
untuk
yaitu konsekuensi positif yang
Menurut
Woodworth
dan
disebut reward, dan konsekuensi
Marquis dalam Suryabrata, motif dapat
negative yang disebut punishment,
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Perilaku
yang
1) Motif Kebutuhan Organik, yang
reward
berpeluang
dilakukan
kembali,
perilaku
yang
menimbulkan
untuk
meliputi: kebutuhan untuk minum,
sebaliknya
minum, bernafas, seksual, berbuat,
menimbulkan
dan beristirahat.
punishment akan dihindari.
2) Motif Darurat, yang mencakup:
2) Teori Social Cognitive Learning
Menurut
sebagaimana
dorongan untuk menyelamatkan
Elliot
dikutip
diri,
membalas,
berusaha,
dan
Bandura,
memburu. Dorongan ini timbul
orang belajar berperilaku dengan
karena perangsang dari luar. Pada
cara mencontoh perilaku orang lain
dasarnya dorongan-dorongan ini
yang dianggap berkompeten yang
10
Nyayu Khodijah,
Pendidikan, hlm. 155-156.
disebut model. Observasi terhadap
7
Psikologi
2) Motivasi Ekstrinsik
telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-
Motivasi ekstrinsik adalah
bentuknya tertentu yang sesuai
dengan
perangsang
tertentu
motif-motif yang menjadi aktif
berkembang karena dipelajari.
atau
karena
untuk
Secara umum ada beberapa
melakukan eksplorasi, manipulasi,
fungsi motivasi, antara lain:
dan menaruh minat. Motif-motif
1) Mengarahkan
ini timbul karena dorongan untuk
dapat
menghadapi
(sosial
dan
dunia
nonsosial)
adanya
perangsang dari luar.12
3) Motif Objektif, yang mencakup:
kebutuhan-kebutuhan
berfungsi
dan
mengatur
tingkah laku manusia
luar
2) Sebagai penyeleksi tingkah laku
secara
3) Memberi energi
efektif.11
dan
menahan
tingkah laku.13
Sedangkan menurut Djamarah,
Dengan demikian pada intinya,
motivasi terbagi menjadi dua macam,
bahwa motivasi itu sebagai daya
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
penggerak, pengarah, penentu, dan
ekstrinsik.
penyeleksi
segala
kebutuhan
dan
1) Motivasi Intrinsik
keinginan
manusia.
Motivasi
bisa
Motivasi intrinsik adalah
muncul dari dalam diri seseorang
motif-motif yang menjadi aktif
tanpa
atau
perlu
didorong, namun untuk motivasi yang
dirangsang dari luar, karena dalam
didasarkan pada prasyarat munculnya
setiap diri individu sudah ada
keinginan/kebutuhan,
dorongan
arahan atau rangsangan dari luar
berfungsinya
untuk
tidak
melakukan
harus
distimulus
perlu
maupun
diberi
sesuatu.
12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
115.
13
Ki RBS Fudyartanta, Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan
Baru
(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002),
hlm. 258-259.
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 71.
8
sehingga keduanya bisa menentukan
seluruh tubuh, kecuali dua hal yang
perbuatan.
boleh nampak, yaitu muka dan telapak
Di
Indonesia,
budaya
berbusana
muslimah
semakin
Berbeda halnya dengan busana
yang
muslimah, yaitu pakaian yang dipakai
signifikan, dan lebih dikenal dengan
wanita untuk menutup aurat. Jadi,
sebutan Jilbab. Namun jika dikaji lebih
busana muslimah disini tidak harus
mendalam, terdapat sedikit perbedaan
panjang dan lapang seperti
antara busana muslimah dan jilbab.
dalam konteks budaya Arab, namun
Secara etimologis kata jilbab berasal
tetap memenuhi kriteria berpakaian
dari akar kata jalaba, yang berarti
menurut syariat Islam.
menunjukkan
pertumbuhan
tangan.
jilbab
menghimpun dan membawa. Jilbab
Diantara dasar disyariatkannya
pada masa Nabi Muhammad saw ialah
berbusana muslimah, yaitu sebagaima
pakaian luar yang menutupi segenap
firman Allah yang terdapat dalam QS.
anggota badan dari kepala hingga kaki
Al-Ahzab (33): 59, yang berbunyi:
perempuan dewasa.14Sementara itu,
Departemen Agama RI mengartikan
jilbab adalah sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutupi kepala,
muka, dan dada.15
Dari berbagai definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa jilbab adalah
pakaian panjang dan lapang yang
Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada
isteri-isterimu,
anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin:
"Hendaklah
mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di
dipakai oleh wanita untuk menutup
14
K.R. Ambarwati dan Muhammad
Al-Khaththath, Jilbab Antara Trend dan
Kewajiban (Jakarta: Wahyu Press, 2003), hlm.
64.
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya (Bandung: Insan Kamil,
2007), hlm. 426.
9
ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.16
aurat (2) Sebagai perhiasan (3) Untuk
perlindungan (4) Sebagai identitas.18
Menurut As-Sya’rawi, kriteria
METODE PENELITIAN
busana muslimah harus memenuhi
Jenis
Penelitian
ini
adalah
syarat-syarat berikut:
penelitian berbasis lapangan atau field
1) Menutupi seluruh anggota badan
research. Pendekatan yang digunakan
kecuali wajah dan telapak tangan
dalam penelitian ini ialah pendekatan
2) Tidak dijadikan sebagai sarana
deskriptif.
untuk menghiasi tubuhnya
Tempat penelitian ini adalah di
3) Tebal dan tidak tipis
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali,
4) Longgar dan tidak sempit
yang beralamatkan di Jl. Kuwiran No.
5) Tidak diberi wangi-wangian
3 Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah.
6) Tidak menyerupai pakaian laki-
Subjek penelitian dalam penelitian ini
laki
adalah siswi kelas X SMKN 1
7) Tidak menyerupai pakaian wanita
Banyudono Boyolali tahun pelajaran
kafir
2014/2015.
8) Tidak digunakan sebagai alat untuk
Metode
mencari popularitas.17
pengumpulan
data
yang digunakan adalah wawancara,
Diantara dari fungsi pemakaian
observasi,
dan
busana muslimah yaitu sebagaimana
Sedangkan
metode
yang terkandung dalam QS. Al-A’raf
menggunakan
(7): 26, QS. An-Nahl (16): 81, dan QS.
kualitatif.
Al-Ahzab (33): 59, yaitu: (1) Menutup
Metode
kualitatif adalah
dokumentasi.
analisis
data
analisis
deskriptif
analisis
deskriptif
sebagai
prosedur
penelitian yang menghasilkan data
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, hlm. 426.
17
Mutawalli
As-Sya’rawi,
Fikih
Perempuan
(Muslimah)
Busana
dan
Perhiasan, Penghormatan atas Perempuan,
Sampai Wanita Karier, “terj” Yessi HM.
Basyaruddin (Yogyakarta: AMZAH, 2003),
hlm. 25.
deskriptif
18
yang
berupa
kata-kata
Sudarno Shobron dkk, Etika dan
Mode Berpakaian Menurut Syariat Islam
(Surakarta: LPID UMS, 2010), hlm. 11-15.
10
tertulis atau lisan dari orang-orang atau
maka dapat diketahui bahwa yang
perilaku
yang
menjadi motivasi intrinsik siswi
langkah
yang
diamati.
Langkah-
digunakan
yaitu
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
pengumpulan data, penyajian data, dan
berbusana muslimah adalah:
penarikan kesimpulan atau verifikasi.19
1. Mentaati perintah Allah dengan
cara menutup aurat.
HASIL PENELITIAN DAN
2. Keinginan untuk memperbaiki
PEMBAHASAN
diri
Sampel yang digunakan dalam
melalui
menjadi
3. Menjaga diri dari pergaulan
X SMK Negeri 1 Banyudono. Data
diperoleh
bisa
seseorang yang lebih baik.
penelitian ini berjumlah 30 siswi kelas
tersebut
agar
bebas dan hal-hal yang negatif
proses
wawancara.
Analisis
dari
wawancara
tersebut,
menyatakan
Motivasi ekstrinsik adalah
bahwa motivasi berbusana muslimah
motif-motif yang menjadi aktif
siswi
atau
kelas
Banyudono,
X
SMK
hasil
Negeri
mencakup
B. Motivasi Ekstrinsik
1
berfungsi
karena
adanya
perangsang dari luar. Rangsangan
motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
tersebut bisa berupa dorongan dari
A. Motivasi Intrinsik
keluarga,
Motivasi intrinsik adalah
berfungsinya
tidak
ataupun
dalam bentuk imbalan.
Dari
motif-motif yang menjadi aktif
atau
lingkungan,
diperoleh
perlu
data
melalui
yang
telah
wawancara,
dirangsang dari luar, karena dalam
maka dapat diketahui bahwa yang
setiap diri individu sudah ada
menjadi motivasi ekstrinsik siswi
dorongan
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
untuk
melakukan
sesuatu. Dari data yang telah
berbusana muslimah adalah:
diperoleh
1. Pendidikan
melalui
wawancara,
mewajibkan
19
Moleong, Lexy J, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2013), hlm. 8.
sebelumnya
berbusana
muslimah, yang menjadikan
11
kebiasaan berbusana muslimah
(tidak hanya mentransfer
ketika di sekolah.
pengetahuan saja).
2. Anjuran orang tua, kakak, dan
b. Menanamkan
teman.
nilai-nilai
Islam kepada seluruh warga
3. Menambah rasa percaya diri
sekolah,
baik
guru,
karyawan, maupun siswa.
PENUTUP
c. Mempraktekkan nilai-nilai
A. Kesimpulan
Berdasarkan
data
yang
Islam (dari yang kecil) di
telah dianalisis, dapat disimpulkan
lingkungan sekolah dalam
bahwa:
kesehariannya bagi warga
Motivasi
berbusana
muslimah siswi kelas X SMK
sekolah.
Negeri 1 Banyudono Boyolali
2. Kepada Siswa
mencakup dua hal, yaitu motivasi
a. Dalam berbusana muslimah
intrinsik dan ekstrinsik.
hendaknya lebih konsisten,
tidak hanya di lingkungan
B. Saran
Setelah
menelaah
memaparkan,
dan
menganalisis
mengkaji
dengan
sekolah saja, tapi juga di
serta
segala tempat.
cermat
b. Membiasakan diri untuk
terhadap data yang ada dan sampai
berbusana muslimah, baik
pada hasil akhir ini, maka terdapat
itu di lingkungan rumah
beberapa saran yang dapat penulis
maupun
ajukan, antara lain:
tertanam
1. Kepada Jajaran Guru PAI
berbusana muslimah yang
a. Dalam pembelajaran PAI
hendaknya
lebih
(penanaman
of
kebiasaan
menemukan sendiri hakikat
dari berbusana muslimah.
nilai-
nilai Islam), tidak hanya
transfer
agar
kemudian diharapkan dapat
mengedepankan transfer of
value
sekolah
knowledge
12
Herdiansyah,
Haris.
2013.
Wawancara, Observasi, dan
Focus
Groups
Sebagai
Instrumen Penggalian Data
Kualitatif . Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, K.R. dan Muhammad AlKhaththath. 2003.
Jilbab
Antara Trend dan Kewajiban .
Jakarta: Wahyu Press.
Arifin,
Johan.
2014.
Persepsi
Berbusana
Muslimah
Mahasiswi Fakultas Farmasi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Tahun
Ajaran
2012/2013. Surakarta: FAIUMS.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
As-Sya’rawi, Mutawalli. 2003. Fikih
Perempuan
(Muslimah)
Busana
dan
Perhiasan,
Penghormatan
atas
Perempuan, Sampai Wanita
Karier, “terj” Yessi HM.
Basyaruddin.
Yogyakarta:
AMZAH
Lexy J, Moleong. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mudmainah, Nunung. 2014. Motivasi
Wali
Murid
Memasukkan
Anaknya di TPQ Al-Anwar
Desa Dadapayam Kecamatan
Suruh, Semaramg. Surakarta:
FAI-UMS.
Departemen Agama RI. 2007. AlQur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Insan Kamil.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Saefullah.
2012.
Psikologi
Perkembangan
dan
Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.
Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2009.
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah.
2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Fudyartanta, Ki RBS. 2002. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama.
Shobron, Sudarno, dkk. 2010. Etika
dan Mode Berpakaian Menurut
Syariat Islam. Surakarta: LPID
UMS.
13
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Amanah.
Tohirin, 2013. Metode Penelitian
Kualitatif dalam Pendidikan
dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yuniar, One Resti. 2014. Pengaruh
Pemakaian Jilbab Terhadap
Perilaku Siswi Kelas XI SMA
Negeri 1 Jatisrono Wonogiri.
Surakarta: FAI-UMS.
14
BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Madyo Jatmiko
NIM: G000120089
NIRM: 12/X/02.2.1/0309
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
MOTIVASI BERBUSANA MUSLIMAH SISWI KELAS X SMK NEGERI 1
BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Madyo Jatmiko, G000120089, Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Apa motivasi berbusana muslimah
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015 ?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi berbusana
muslimah siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali tahun pelajaran
2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Maksudnya ialah penelitian ini menuntut peneliti untuk terjun langsung ke lapangan,
kemudian berinteraksi langsung dengan masalah yang diteliti untuk memeperoleh
data yang valid dan akurat sesuai yang dibutuhkan. Yakni peneliti mengumpulkan
data sebanyak- banyaknya tentang motivasi berbusana muslimah siswi kelas X SMK
Negeri 1 Banyudono Boyolali tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data
ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknis
analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode deduktif,
yaitu suatu cara berfikir dengan meninjau kajian teori kemudian dikaitkan dengan
fakta atau kenyataan yang diperoleh di lapangan dengan penalaran, kemudian ditarik
sebuah kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Motivasi berbusana muslimah
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali mencakup dua hal, yaitu motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. 2) Motivasi intrinsik siswi kelas X SMK Negeri
1 Banyudono berbusana muslimah meliputi: untuk mentaati perintah Allah, keinginan
untuk memperbaiki diri agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik, serta menjaga
diri dari pergaulan bebas dan hal-hal yang negatif. 3) Motivasi ekstrinsik siswi kelas
X SMK Negeri 1 Banyudono berbusana muslimah meliputi: lembaga pendidikan
sebelumnya, orang tua, saudara, dan teman, serta rasa percaya diri. 4) Kebanyakan
siswi kelas X SMK Negeri 1 Banyudono termotivasi memakai busana muslimah
ketika di sekolah saja. Mereka belum konsisten memakai busana muslimah di
lingkungan luar sekolah, khususnya di lingkungan rumah.
Kata Kunci: Motivasi, Busana Muslimah, Siswi
1
di
PENDAHULUAN
tengah
masyarakat
ada
yang
Dewasa ini, pemakaian busana
berbusana muslimah dan ada juga
muslimah di kalangan siswi di Sekolah
yang sama sekali tidak berbusana
Negeri
muslimah.
semakin
menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Budaya
Sekolah
Menengah
Negeri
berbusana muslimah di kalangan siswi
pada
di Sekolah Negeri bisa dikatakan terus
pendidikan agama yang minim kepada
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
para siswanya. Hal ini ditandai dengan
ditunjukkan
semakin
jumlah jam pelajaran PAI yang hanya
banyaknya siswi di Sekolah Negeri
3 jam pelajaran dalam satu minggunya.
yang
Berbeda
dengan
berbusana
muslimah,
atau
umumnya
halnya
memberikan
dengan
sekolah
bahkan menjadi mayoritas. Berbeda
menengah lain yang berbasis Islam
halnya
seperti
SMK
Muhammadiyah,
dengan
tahun-tahun
siswi
yang memakai
SMAIT, dan yang semisal, yang
busana muslimah di sekolah-sekolah
memberikan jam pelajaran agama yang
negeri menjadi hal yang minoritas.
lebih dengan memisahkan bagian-
sebelumnya,
bagiannya seperti Aqidah, Ibadah,
Bahwa setiap muslimah itu
berbusana
Fiqih, dan sebagainya. Tujuannya
muslimah, namun kewajiban tersebut
adalah untuk memberikan pendidikan
belum
agama
berkewajiban
untuk
secara
keseluruhan
kaum
yang
lebih
kepada
kesadaran
siswanya,
sehingga
terhadap ajaran agama, maka yang
terbentuk
keseimbangan
terjadi
intelektual dan spiritual.
muslimah
memiliki
di
tengah
masyarakat,
para
diharapkan
antara
busana
SMK Negeri 1 Banyudono
muslimah tergantung dari kesiapan,
Boyolali adalah sekolah menengah
kesadaran, dan kesediaan masing-
yang berdiri di bawah Kemendikbud,
masing individu muslimah, sehingga
yang di dalamnya tidak terdapat
kesadaran untuk
memakai
2
peraturan
yang
mengharuskan
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali
siswinya untuk berbusana muslimah.
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Meskipun tidak ada peraturan yang
Adapun
rumusan
masalah
berbusana
dalam penelitian ini adalah “Apa
muslimah, akan tetapi banyak dari
motivasi berbusana muslimah siswi
siswi SMK Negeri 1 Banyudono yang
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
berbusana
dari
Boyolali tahun pelajaran 2014/2015
berbusana
?”. Sedangkan tujuan yang hendak
muslimah, kelas X menjadi kelas yang
dicapai dalam penelitian ini adalah
paling banyak dibandingkan dengan
untuk
kelas XI dan XII, atau bisa dikatakan
berbusana muslimah siswi kelas X
bahwa kelas X adalah prioritas atau
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali
sebagian besar kelas X mengenakan
tahun pelajaran 2014/2015.
mewajibkan
untuk
muslimah,
sejumlah
siswi
dan
yang
Tinjauan
busana muslimah.
yang
mendeskripsikan
motivasi
pustaka
Dari mayoritas siswi kelas X
dijadikan
berbusana
diantaranya sebagaimana yang telah
muslimah,
pasti
rujukan
oleh
yang
penulis
masing-
dilakukan oleh:
mereka
1. Nunung Mudmainah (UMS, 2014),
memakai busana muslimah. Fenomena
dalam skripsinya yang berjudul
inilah yang menurut penulis menarik
“Motivasi
untuk diteliti. Berangkat dari hal
Memasukkan Anaknya di TPQ Al-
tersebut, penulis ingin meneliti lebih
Anwar
mendalam tentang “Apa saja yang
Kecamatan
menjadi motivasi berbusana muslimah
Tahun 2013/2014”, berkesimpulan
siswi
bahwa:
mereka
memiliki
masing
yang
kelas
Banyudono
permasalahan
mengajukan
alasan
mendorong
X
SMK
?
Berangkat
tersebut,
judul
:
Negeri
1
Wali
Desa
Suruh,
Motivasi
Murid
Dadapayam
Semarang
wali
murid
dari
memasukkan anaknya di TPQ Al-
peneliti
Anwar Dadapayam berdasarkan
“Motivasi
pada tiga hal pokok, yaitu motivasi
Berbusana Muslimah Siswi Kelas X
3
intrinsik, ekstrinsik, dan motivasi
darurat.
Pemakaian
1
Jilbab
Terhadap
Perilaku Siswi Kelas XI SMA
Negeri 1 Jatisrono Wonogiri”,
2. Johan Arifin (UMS, 2014), dalam
skripsinya yang berjudul “Persepsi
berkesimpulan
Berbusana Muslimah Mahasiswi
pengaruh dari pemakaian jilbab
Fakultas
Universitas
terhadap perilaku siswi kelas XI
Muhammadiyah Surakarta Tahun
SMA Negeri 1 Jatisrono Wonogiri
Ajaran 2012/2013“, berkesimpulan
sekalipun tidak menyeluruh atau
bahwa:
sepenuhnya.
muslimah
Farmasi
Persepsi
mahasiswi
berbusana
berjilbab
Fakultas
bahwa:
Mereka
lebih
santun
Ada
yang
dalam
Farmasi tahun ajaran 2012/2013,
bertutur kata dan berperilaku, lebih
mayoritas berada pada kategori
pandai
baik (memenuhi kriteria fungsi
pergaulan dengan lawan jenis, dan
busana muslimah menurut Islam)
lebih
dengan prosentase 70,58%. Hanya
perbuatan,
sebagian kecil mahasiswi yang
perbuatan yang melanggar syariat
berada pada katagori kurang baik
Islam.3
menjaga
mengontrol
tidak
sikap
sikap
dalam
dan
melakukan
(masih kurang dari kriteria fungsi
Berkenaan dengan penelitian
busana menurut Islam) dengan
yang akan penulis lakukan, akan
prosentase 29,42%.2
difokuskan pada motivasi berbusana
muslimah siswi kelas X SMK Negeri 1
3. One Resti Yuniar (2014), dalam
skripsinya
berjudul
“Pengaruh
Banyudono Boyolali tahun pelajaran
2014/2015. Dengan demikian, masalah
1
yang penulis angkat tidak mengandung
Nunung Mudmainah, Motivasi Wali
Murid Memasukkan Anaknya di TPQ AlAnwar Desa Dadapayam Kecamatan Suruh,
Semarang Tahun 2013/2014 (Surakarta: FAIUMS, 2014).
2
Johan Arifin, Persepsi Berbusana
Muslimah Mahasiswi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun
Ajaran 2012/2013 (Surakarta: FAI-UMS,
2014).
unsur
kesamaan.
Berdasarkan
penelitian-penelitian di atas, dapat
3
One Resti Yuniar, Pengaruh
Pemakaian Jilbab Terhadap Perilaku Siswi
Kelas XI SMA Negeri 1 Jatisrono Wonogiri
(Surakarta: FAI-UMS, 2014).
4
disimpulkan
bahwa
penelitian
belum
sebelumnya
ada
1) Menurut
Eggen
dan
Kauchak
mengenai
dalam Khodijah, motivasi adalah
motivasi berbusana muslimah siswi.
kekuatan yang memberi energi,
Jadi, penelitian ini merupakan unsur
menjaga
kebaharuan.
mengarahkan
Apabila
dijumpai
penelitian yang penulis lakukan, maka
tersebut
diluar
perilaku
dan
terhadap
tujuan.6
penelitian yang sama atau mirip dari
hal
kelangsungannya,
2) Menurut Sumadi Suryabrata dalam
sepengetahuan
Djaali, motivasi adalah keadaan
penulis. Sehingga dalam hal ini,
dalam
penelitian tersebut menjadi tambahan,
mendorongnya untuk melakukan
pelengkap,
sekaligus
pendukung
aktivitas tertentu guna pencapaian
khasanah
penelitian
mengenai
bahasa
latin
berasal
“motivum”,
menunjuk
pada
alasan
mengapa
sesuatu
itu
Menurut
Kamus
3) Menurut
yang
segala
bergerak.4
sebagaimana
daya
yang
untuk
mendorong
melakukan
sesuatu.8
Bahasa
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
motivasi
atau dorongan yang timbul pada diri
mendorong
seseorang secara sadar atau tidak sadar
tindakan
untuk
tertentu.
suatu
Nasution
seseorang
Indonesia, motivasi bermakna alasan
melakukan
yang
dikutip Saefullah, motivasi adalah
dari
tertentu
Lengkap
seseorang
suatu tujuan.7
motivasi berbusana muslimah siswi.
Kata motivasi
diri
tindakan
adalah
kekuatan
seseorang
untuk
yang
melakukan
mencapai
tujuan
dengan tujuan tertentu.5 Beberapa ahli
mendefinisikan motivasi sebagai:
6
Nyayu
Khodijah,
Psikologi
Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), hlm. 150.
7
Djaali, Psikologi Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
8
Saefullah, Psikologi Perkembangan
dan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia,
2012), hlm. 291.
4
Sri Esti Wuryani Djiwandono,
Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo,
2009), hlm. 329.
5
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997),
hlm. 336.
5
Elliot,
dkk
mengemukakan
mereka yang berupaya mencari
empat teori motivasi yang saat ini
tantangan, tugas-tugas yang cukup
banyak dianut, yaitu:
sulit, dan ia mampu melakukannya
1) Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
dengan baik, mengharapkan umpan
Berdasarkan teori ini, orang
balik yang mungkin, serta ia juga
termotivasi terhadap suatu perilaku
mudah
karena ia memperoleh pemuasan
keberhasilan yang terus menerus.
kebutuhan dalam teori Maslow,
kebutuhan
akan
rasa
kebutuhan
akan
memiliki,
kebutuhan
dengan
Teori ini bersandar pada
tiga asumsi dasar. Pertama, orang
fisiologis,
kebutuhan
bosan
4) Teori Atribusi
kebutuhannya. Ada lima tipe dasar
yaitu:
merasa
aman,
ingin tahu penyebab perilakunya
dan
dan perilaku orang lain, terutama
akan
perilaku yang penting bagi mereka.
penghargaan, dan kebutuhan akan
Kedua, mereka tidak menetapkan
aktualisasi diri (self actualization).
penyebab perilaku mereka secara
cinta
2) Teori Kognitif Bruner
random.
Kunci
untuk
membangkitkan
motivasi
Ada
penjelasan
logis
tentang penyebab perilaku yang
bagi
berhubungan
dengan
perilaku.
Bruner adalah discovery learning.
Ketiga, penyebab perilaku yang
Siswa
ditetapkan individu mempengaruhi
dapat
pengetahuan,
melihat
makna
keterampilan,
dan
perilaku berikutnya. Jadi, menurut
sikap bila mereka menemukan
teori
semua itu sendiri.
ditentukan bagaimana atribusinya
3) Teori Kebutuhan Berprestasi (Need
perilaku
seseorang
terhadap penyebab perilaku yang
sama sebelumnya.9
Achievement Theory)
Menurut
ini
Elliot
Selain
sebagaimana dikutip McClelland
keempat
teori
yang
dikemukakan oleh Elliot di atas,
bahwa individu yang memiliki
9
Nyayu
Khodijah,
Pendidikan, hlm. 154-155.
kebutuhan untuk berprestasi adalah
6
Psikologi
terdapat beberapa teori motivasi yang
model
lain, yaitu:
sebagian
Operant
1) Teori
Conditioning
dapat
menghasilkan
perubahan
signifikan
pada
yang
perilaku
seseorang.10
Skinner
Menurut Skinner, perilaku
Maka
berpakaian
untuk
dibentuk dan dipertahankan oleh
manusia pada umumnya merupakan
konsekuensi.
kebutuhan
Konsekuensi
perilaku
dari
sebelumnya
mempengaruhi
perilaku
untuk
menutup
tubuh,
keamanan, dan etika serta estetika.
yang
Demikian juga kebutuhan berbusana
sama. Dengan kata lain, orang
muslimah, merupakan tuntutan fisik
termotivasi
menunjukkan
untuk bisa memberikan keamanan dari
atau menghindari suatu perilaku
cuaca (panas dan dingin), disamping
karena konsekuensi dari perilaku
itu juga kebutuhan rohani tentang etika
tersebut. Konsekuensi ini ada dua,
dan estetika sebagai manusia.
untuk
yaitu konsekuensi positif yang
Menurut
Woodworth
dan
disebut reward, dan konsekuensi
Marquis dalam Suryabrata, motif dapat
negative yang disebut punishment,
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Perilaku
yang
1) Motif Kebutuhan Organik, yang
reward
berpeluang
dilakukan
kembali,
perilaku
yang
menimbulkan
untuk
meliputi: kebutuhan untuk minum,
sebaliknya
minum, bernafas, seksual, berbuat,
menimbulkan
dan beristirahat.
punishment akan dihindari.
2) Motif Darurat, yang mencakup:
2) Teori Social Cognitive Learning
Menurut
sebagaimana
dorongan untuk menyelamatkan
Elliot
dikutip
diri,
membalas,
berusaha,
dan
Bandura,
memburu. Dorongan ini timbul
orang belajar berperilaku dengan
karena perangsang dari luar. Pada
cara mencontoh perilaku orang lain
dasarnya dorongan-dorongan ini
yang dianggap berkompeten yang
10
Nyayu Khodijah,
Pendidikan, hlm. 155-156.
disebut model. Observasi terhadap
7
Psikologi
2) Motivasi Ekstrinsik
telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-
Motivasi ekstrinsik adalah
bentuknya tertentu yang sesuai
dengan
perangsang
tertentu
motif-motif yang menjadi aktif
berkembang karena dipelajari.
atau
karena
untuk
Secara umum ada beberapa
melakukan eksplorasi, manipulasi,
fungsi motivasi, antara lain:
dan menaruh minat. Motif-motif
1) Mengarahkan
ini timbul karena dorongan untuk
dapat
menghadapi
(sosial
dan
dunia
nonsosial)
adanya
perangsang dari luar.12
3) Motif Objektif, yang mencakup:
kebutuhan-kebutuhan
berfungsi
dan
mengatur
tingkah laku manusia
luar
2) Sebagai penyeleksi tingkah laku
secara
3) Memberi energi
efektif.11
dan
menahan
tingkah laku.13
Sedangkan menurut Djamarah,
Dengan demikian pada intinya,
motivasi terbagi menjadi dua macam,
bahwa motivasi itu sebagai daya
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
penggerak, pengarah, penentu, dan
ekstrinsik.
penyeleksi
segala
kebutuhan
dan
1) Motivasi Intrinsik
keinginan
manusia.
Motivasi
bisa
Motivasi intrinsik adalah
muncul dari dalam diri seseorang
motif-motif yang menjadi aktif
tanpa
atau
perlu
didorong, namun untuk motivasi yang
dirangsang dari luar, karena dalam
didasarkan pada prasyarat munculnya
setiap diri individu sudah ada
keinginan/kebutuhan,
dorongan
arahan atau rangsangan dari luar
berfungsinya
untuk
tidak
melakukan
harus
distimulus
perlu
maupun
diberi
sesuatu.
12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
115.
13
Ki RBS Fudyartanta, Psikologi
Pendidikan
dengan
Pendekatan
Baru
(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002),
hlm. 258-259.
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 71.
8
sehingga keduanya bisa menentukan
seluruh tubuh, kecuali dua hal yang
perbuatan.
boleh nampak, yaitu muka dan telapak
Di
Indonesia,
budaya
berbusana
muslimah
semakin
Berbeda halnya dengan busana
yang
muslimah, yaitu pakaian yang dipakai
signifikan, dan lebih dikenal dengan
wanita untuk menutup aurat. Jadi,
sebutan Jilbab. Namun jika dikaji lebih
busana muslimah disini tidak harus
mendalam, terdapat sedikit perbedaan
panjang dan lapang seperti
antara busana muslimah dan jilbab.
dalam konteks budaya Arab, namun
Secara etimologis kata jilbab berasal
tetap memenuhi kriteria berpakaian
dari akar kata jalaba, yang berarti
menurut syariat Islam.
menunjukkan
pertumbuhan
tangan.
jilbab
menghimpun dan membawa. Jilbab
Diantara dasar disyariatkannya
pada masa Nabi Muhammad saw ialah
berbusana muslimah, yaitu sebagaima
pakaian luar yang menutupi segenap
firman Allah yang terdapat dalam QS.
anggota badan dari kepala hingga kaki
Al-Ahzab (33): 59, yang berbunyi:
perempuan dewasa.14Sementara itu,
Departemen Agama RI mengartikan
jilbab adalah sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutupi kepala,
muka, dan dada.15
Dari berbagai definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa jilbab adalah
pakaian panjang dan lapang yang
Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada
isteri-isterimu,
anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin:
"Hendaklah
mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di
dipakai oleh wanita untuk menutup
14
K.R. Ambarwati dan Muhammad
Al-Khaththath, Jilbab Antara Trend dan
Kewajiban (Jakarta: Wahyu Press, 2003), hlm.
64.
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya (Bandung: Insan Kamil,
2007), hlm. 426.
9
ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.16
aurat (2) Sebagai perhiasan (3) Untuk
perlindungan (4) Sebagai identitas.18
Menurut As-Sya’rawi, kriteria
METODE PENELITIAN
busana muslimah harus memenuhi
Jenis
Penelitian
ini
adalah
syarat-syarat berikut:
penelitian berbasis lapangan atau field
1) Menutupi seluruh anggota badan
research. Pendekatan yang digunakan
kecuali wajah dan telapak tangan
dalam penelitian ini ialah pendekatan
2) Tidak dijadikan sebagai sarana
deskriptif.
untuk menghiasi tubuhnya
Tempat penelitian ini adalah di
3) Tebal dan tidak tipis
SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali,
4) Longgar dan tidak sempit
yang beralamatkan di Jl. Kuwiran No.
5) Tidak diberi wangi-wangian
3 Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah.
6) Tidak menyerupai pakaian laki-
Subjek penelitian dalam penelitian ini
laki
adalah siswi kelas X SMKN 1
7) Tidak menyerupai pakaian wanita
Banyudono Boyolali tahun pelajaran
kafir
2014/2015.
8) Tidak digunakan sebagai alat untuk
Metode
mencari popularitas.17
pengumpulan
data
yang digunakan adalah wawancara,
Diantara dari fungsi pemakaian
observasi,
dan
busana muslimah yaitu sebagaimana
Sedangkan
metode
yang terkandung dalam QS. Al-A’raf
menggunakan
(7): 26, QS. An-Nahl (16): 81, dan QS.
kualitatif.
Al-Ahzab (33): 59, yaitu: (1) Menutup
Metode
kualitatif adalah
dokumentasi.
analisis
data
analisis
deskriptif
analisis
deskriptif
sebagai
prosedur
penelitian yang menghasilkan data
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, hlm. 426.
17
Mutawalli
As-Sya’rawi,
Fikih
Perempuan
(Muslimah)
Busana
dan
Perhiasan, Penghormatan atas Perempuan,
Sampai Wanita Karier, “terj” Yessi HM.
Basyaruddin (Yogyakarta: AMZAH, 2003),
hlm. 25.
deskriptif
18
yang
berupa
kata-kata
Sudarno Shobron dkk, Etika dan
Mode Berpakaian Menurut Syariat Islam
(Surakarta: LPID UMS, 2010), hlm. 11-15.
10
tertulis atau lisan dari orang-orang atau
maka dapat diketahui bahwa yang
perilaku
yang
menjadi motivasi intrinsik siswi
langkah
yang
diamati.
Langkah-
digunakan
yaitu
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
pengumpulan data, penyajian data, dan
berbusana muslimah adalah:
penarikan kesimpulan atau verifikasi.19
1. Mentaati perintah Allah dengan
cara menutup aurat.
HASIL PENELITIAN DAN
2. Keinginan untuk memperbaiki
PEMBAHASAN
diri
Sampel yang digunakan dalam
melalui
menjadi
3. Menjaga diri dari pergaulan
X SMK Negeri 1 Banyudono. Data
diperoleh
bisa
seseorang yang lebih baik.
penelitian ini berjumlah 30 siswi kelas
tersebut
agar
bebas dan hal-hal yang negatif
proses
wawancara.
Analisis
dari
wawancara
tersebut,
menyatakan
Motivasi ekstrinsik adalah
bahwa motivasi berbusana muslimah
motif-motif yang menjadi aktif
siswi
atau
kelas
Banyudono,
X
SMK
hasil
Negeri
mencakup
B. Motivasi Ekstrinsik
1
berfungsi
karena
adanya
perangsang dari luar. Rangsangan
motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
tersebut bisa berupa dorongan dari
A. Motivasi Intrinsik
keluarga,
Motivasi intrinsik adalah
berfungsinya
tidak
ataupun
dalam bentuk imbalan.
Dari
motif-motif yang menjadi aktif
atau
lingkungan,
diperoleh
perlu
data
melalui
yang
telah
wawancara,
dirangsang dari luar, karena dalam
maka dapat diketahui bahwa yang
setiap diri individu sudah ada
menjadi motivasi ekstrinsik siswi
dorongan
kelas X SMK Negeri 1 Banyudono
untuk
melakukan
sesuatu. Dari data yang telah
berbusana muslimah adalah:
diperoleh
1. Pendidikan
melalui
wawancara,
mewajibkan
19
Moleong, Lexy J, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2013), hlm. 8.
sebelumnya
berbusana
muslimah, yang menjadikan
11
kebiasaan berbusana muslimah
(tidak hanya mentransfer
ketika di sekolah.
pengetahuan saja).
2. Anjuran orang tua, kakak, dan
b. Menanamkan
teman.
nilai-nilai
Islam kepada seluruh warga
3. Menambah rasa percaya diri
sekolah,
baik
guru,
karyawan, maupun siswa.
PENUTUP
c. Mempraktekkan nilai-nilai
A. Kesimpulan
Berdasarkan
data
yang
Islam (dari yang kecil) di
telah dianalisis, dapat disimpulkan
lingkungan sekolah dalam
bahwa:
kesehariannya bagi warga
Motivasi
berbusana
muslimah siswi kelas X SMK
sekolah.
Negeri 1 Banyudono Boyolali
2. Kepada Siswa
mencakup dua hal, yaitu motivasi
a. Dalam berbusana muslimah
intrinsik dan ekstrinsik.
hendaknya lebih konsisten,
tidak hanya di lingkungan
B. Saran
Setelah
menelaah
memaparkan,
dan
menganalisis
mengkaji
dengan
sekolah saja, tapi juga di
serta
segala tempat.
cermat
b. Membiasakan diri untuk
terhadap data yang ada dan sampai
berbusana muslimah, baik
pada hasil akhir ini, maka terdapat
itu di lingkungan rumah
beberapa saran yang dapat penulis
maupun
ajukan, antara lain:
tertanam
1. Kepada Jajaran Guru PAI
berbusana muslimah yang
a. Dalam pembelajaran PAI
hendaknya
lebih
(penanaman
of
kebiasaan
menemukan sendiri hakikat
dari berbusana muslimah.
nilai-
nilai Islam), tidak hanya
transfer
agar
kemudian diharapkan dapat
mengedepankan transfer of
value
sekolah
knowledge
12
Herdiansyah,
Haris.
2013.
Wawancara, Observasi, dan
Focus
Groups
Sebagai
Instrumen Penggalian Data
Kualitatif . Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, K.R. dan Muhammad AlKhaththath. 2003.
Jilbab
Antara Trend dan Kewajiban .
Jakarta: Wahyu Press.
Arifin,
Johan.
2014.
Persepsi
Berbusana
Muslimah
Mahasiswi Fakultas Farmasi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Tahun
Ajaran
2012/2013. Surakarta: FAIUMS.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif
Interdisipliner.
Yogyakarta: Paradigma.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
As-Sya’rawi, Mutawalli. 2003. Fikih
Perempuan
(Muslimah)
Busana
dan
Perhiasan,
Penghormatan
atas
Perempuan, Sampai Wanita
Karier, “terj” Yessi HM.
Basyaruddin.
Yogyakarta:
AMZAH
Lexy J, Moleong. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mudmainah, Nunung. 2014. Motivasi
Wali
Murid
Memasukkan
Anaknya di TPQ Al-Anwar
Desa Dadapayam Kecamatan
Suruh, Semaramg. Surakarta:
FAI-UMS.
Departemen Agama RI. 2007. AlQur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Insan Kamil.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Saefullah.
2012.
Psikologi
Perkembangan
dan
Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.
Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2009.
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah.
2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Fudyartanta, Ki RBS. 2002. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama.
Shobron, Sudarno, dkk. 2010. Etika
dan Mode Berpakaian Menurut
Syariat Islam. Surakarta: LPID
UMS.
13
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Amanah.
Tohirin, 2013. Metode Penelitian
Kualitatif dalam Pendidikan
dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yuniar, One Resti. 2014. Pengaruh
Pemakaian Jilbab Terhadap
Perilaku Siswi Kelas XI SMA
Negeri 1 Jatisrono Wonogiri.
Surakarta: FAI-UMS.
14