Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Perbedaan hasil pretes dan postes diasumsikan efek dari metode pembelajaran yang diberikan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil tahun akademik 20122013 pada SMP Negeri 9 Bandung yang
berjumlah 13 kelas. Penentuan pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti Sudjana, 1996 : 168. Pertimbangan tersebut diambil karena guru
yang bersangkutan merupakan guru yang merangkap sebagai wakil kepala sekolah sehingga sering tidak hadir mengajar. Oleh karena itu wakil kepala
sekolah bidang kurikulum meminta peneliti untuk mengambil kelas sampel dari kelas yang diajar oleh guru tersebut. Dengan teknik tersebut diambil dua
kelas sampel, yaitu kelas VII-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-6 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat perlakuan yang
pembelajarannya menggunakan metode Active Learning
, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran secara konvensional.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
metode Active Learning
, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Data Kuantitatif
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Tes kemampuan komunikasi matematis siswa dikembangkan
berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis. Instrumen tes yang digunakan adalah pretes dan postes. Pretes ini diberikan dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum perlakuan, sedangkan postes diberikan dengan tujuan melihat
kemampuan komunikasi matematis siswa setelah perlakuan. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian subjektif. Soal uraian
diberikan dengan tujuan agar peneliti dapat melihat proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mampu
mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan
komunikasi matematisnya atau belum.
Untuk memperoleh alat evaluasi yang kualitasnya baik, perlu diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tes. Selain itu juga dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebelum dan setelah
pengujian. a.
Validitas Valid absah atau tidaknya suatu alat evaluasi dapat diketahui
dari hasil evaluasinya apakah mampu mengevaluasi dengan tepat apa
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang seharusnya dievaluasi atau tidak. Validitas atau keabsahan alat evaluasi tergantung pada ketepatan alat evaluasi dalam menjalankan
fungsinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi karekteristik X valid apabila yang dievaluasi itu
karakteristik X pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Dengan kata lain,
validitas suatu alat evaluasi harus ditinjau dari karakteristik tertentu. Korelasi koefisien dihitung menggunakan program Anates Uraian.
Selain itu dapat menggunakan rumus Suherman, 2003 : 121 sebagai berikut.
2 2
2 2
y y
n x
x n
y x
xy n
r
xy
dengan r
xy
= Koefisien korelasi antara nilai yang diperoleh dengan nilai total.
n = Banyaknya siswa.
x = Nilai yang diperoleh tiap butir soal.
y = Skor total yang diperoleh tiap siswa.
Kriteria dari koefisien validitas menurut Guilford Suherman, 2003 : 113 tercantum dalam Tabel 3.1 berikut.
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Instrumen
Koefisien Validitas r
xy
Kriteria
0,90 ≤ r
xy
≤ 1,00 validitas sangat tinggi sangat baik
0,70 ≤ r
xy
0,90 validitas tinggi baik
0,40 ≤ r
xy
0,70 validitas sedang cukup
0,20 ≤ r
xy
0,40 validitas rendah kurang
0,00 ≤ r
xy
0,20 validitas sangat rendah
r
xy
0,00 tidak valid
Untuk menghitung validitas butir soal, penulis menggunakan bantuan program Anates. Validitas yang diperoleh untuk tiap butir soal
disajikan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal
No. Soal Koefisien Korelasi
Interpretasi
1 0,58
validitas sedang cukup 2
0,56 validitas sedang cukup
3 0,71
validitas tinggi baik 4
0,67 validitas sedang cukup
5 0,79
validitas tinggi baik
b. Reliabilitas
Reabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama relatif sama jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda
pula. Alat evaluasi yang reabilitasnya tinggi disebut alat evaluasi yang reliabel. Suatu alat evaluasi tes dan non tes disebut reliabel apabila
hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sama. Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti tidak signifikan dan bisa
diabaikan. Perubahan hasil evaluasi ini disebabkan adanya unsur pengalaman dari peserta tes dan kondisi lainnya. Bentuk soal tes yang
digunakan pada penelitian ini adalah soal uraian, karena itu untuk mencari koefisien reliabilitas r
11
digunakan rumus Alpha yang dirumuskan Suherman, 2003 : 154 sebagai berikut:
r
11
=
-
-
dengan r
11
= Koefisien reliabilitas instrumen. n = Banyaknya butir soal.
= Jumlah varians skor setiap soal. = Varians skor total.
Kriteria dari koefisien reliabilitas yang dibuat oleh Guilford Suherman, 2003 : 139 tercantum dalam Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas r
11
Kriteria
20 ,
11
r
derajat reliabilitas sangat rendah
40 ,
20 ,
11
r
derajat reliabilitas rendah
70 ,
40 ,
11
r
derajat reliabilitas sedang
90 ,
70 ,
11
r
derajat reliabilitas tinggi
00 ,
1 90
,
11
r
derajat reliabilitas sangat tinggi
Untuk menghitung reliabilitas butir soal, penulis kembali menggunakan bantuan program Anates. Reliabilitas yang diperoleh
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam hasil uji instrumen adalah 0,61. Nilai ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan tergolong ke dalam kategori
sedang. c.
Indeks kesukaran Alat evaluasi yang baik akan menghasilkan skor yang
berdistribusi normal. Jika suatu alat evaluasi terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah,
karena sebagian besar mendapat nilai yang jelek. Jika alat evaluasi seperti ini seringkali diberikan akan mengakibatkan siswa menjadi
putus asa, sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, hal ini kurang merangsang siswa untuk berpikir tinggi. Suatu soal dikatakan
memiliki derajat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Suherman 2003 : 169 mengatakan, derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran
Difficulty Index. Bilangan tersebuat adalah bilangan real pada interval kontinum 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran
1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus menentukan Indeks Kesukaran untuk soal uraian dalam
Depdiknas Dainah, 2010 : 33 yaitu :
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
SMI X
IK
dengan IK = Indeks Kesukaran.
̅
= Rata-rata skor tiap soal. SMI = Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi indeks kesukaran tiap butir soal yang paling banyak digunakan menurut Suherman 2003 : 170 adalah seperti pada Tabel
3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran IK Kriteria Soal
IK = 0,00 soal terlalu sukar
0,00 IK 0,30 soal sukar
0,30 IK 0,70 soal sedang
0,70 IK 1,00 soal mudah
IK = 1,00 soal terlalu mudah
Penulis juga menggunakan bantuan program Anates untuk menguji indeks kesukaran. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil
seperti yang tercantum dalam Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal Indeks Kesukaran IK
Kriteria Soal
1 0,6
soal sedang 2
0,52 soal sedang
3 0,54
soal sedang 4
0,45 soal sedang
5 0,55
soal sedang
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
d. Daya pembeda
Daya pembeda DP dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi
yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang menjawab salah menurut Suherman 2003 : 159. Dengan kata lain,
daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi
dengan siswa berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda untuk soal uraian dalam
Depdiknas Dainah, 2010 : 32 adalah sebagai berikut.
DP = ̅
- ̅
dengan DP = Daya Pembeda.
̅
= Rata-rata skor siswa kelompok Atas.
̅
= Rata-rata skor siswa kelompok Bawah. SMI = Skor Maksimal Ideal.
Kriteria daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan Suherman, 2003 : 161 adalah seperti pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda DP Kriteria
DP ≤ 0,00
sangat jelek 0,00 DP
≤ 0,20 jelek
0,20 DP ≤ 0,40
cukup 0,40 DP
≤ 0,70 Baik
0,70 DP ≤ 1,00
sangat baik
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam pengujian ini, penulis juga menggunakan bantuan program Anates. Hasil uji coba yang diperoleh adalah seperti pada Tabel 3.7
berikut.
Tabel 3.7 Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda DP
Kriteria
1 0,32
Cukup 2
0,22 Cukup
3 0,41
Baik 4
0,45 Baik
5 0,68
Baik Setelah melihat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda dari setiap soal yang diuji cobakan maka soal yang digunakan sebagai instrument ter disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Data Hasil Uji Instrumen
Validitas Indeks Kesukaran
IK Daya Pembeda
DP Keterangan
1 Sedang
Sedang Cukup
Diperbaiki 2
Sedang Sedang
Cukup Diperbaiki
3 Tinggi
Sedang Baik
Digunakan 4
Sedang Sedang
Baik Digunakan
5 Tinggi
Sedang Baik
Digunakan
2. Instrumen Data Kualitatif
a. Angket Sikap Siswa
Instrumen angket yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, bahan ajar, dan guru yang
Fenny Nur Komala Sari, 2013 Penerapan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengajar. Skala yang digunakan dalam angket adalah skala Likert. Ada dua jenis pernyataan dalam skala Likert yaitu pernyataan positif
favorable dan pernyataan negatif unfavorable. Setiap pernyataan memiliki empat alternative pilihan, yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S,
Tidak Setuju TS dan Sangat Tidak Setuju STS. b.
Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pembelajarannya
menggunakan metode Active Learning
atau tidak, dan tujuan lain dari lembar observasi adalah memperoleh data tentang aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan mengandung berbagai pernyataan
apakah peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan metodenya atau tidak dengan terdiri dari dua macam jawaban Ya atau Tidak. Lembar
observasi ini diisi oleh observer yang terdiri dari guru dari mata pelajaran matematika atau rekan mahasiswa.
E. Bahan Ajar