PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh Dian Nopiyani

0901957

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Penerapan Pembelajaran Matematika

Realistik Berbantuan GeoGebra untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa SMP

Oleh Dian Nopiyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dian Nopiyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra. Selain itu dianalisis juga respon siswa terhadap pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen. Peneliti menggunakan dua kelas dimana kelas pertama sebagai kelompok yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra sedangkan kelas kedua sebagai kelompok yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan penelitian, instrumen tes kemampuan komunikasi matematis terlebih dahulu diujicoba untuk mengetahui kualitas instrumen. Hasil analisis menunjukkan bahwa instrumen tes valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk pretes dan postes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra lebih baikdaripada siswa yangmemperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa GeoGebra. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat respon yang positif dari siswa terhadap pembelajaran matematika realistik dengan GeoGebra.


(5)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the mathematical communication of students in Junior High School in whichRealistic Mathematics Education with GeoGebra is used. In addition, it also analyzed the students’ responses toward Realistic Mathematics Education with GeoGebra. The study used a quasi-experiment method. Two classes involved in this study which the first as a group that implemented by Realistic Mathematics Education with GeoGebra, while the second class as a group that implemented by Realistic Mathematics Education withoutGeoGebra. It was held in SMP Negeri 1 Lembang. Before doing research, the test instrument of mathematical communication firstly tested to determine the quality of the instrument. According to the analyze result, the instrument is valid and realiable, so it can be used for pretest and posttest. The result of this study showed that mathematical communication of students who learned mathematics using Realistic Mathematics Education with GeoGebra better than students who learned mathematics using Realistic Mathematics Education withoutGeoGebra. The result also indicated that there’s a positive response from students toward Realistic Mathematics Education with GeoGebra.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATAPENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Matematika Realistik ... 7

B. GeoGebra ... 12

C. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 15

D. Teori Belajar Pendukung ... 18

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

F. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Metode dan Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Instrumen Penelitian ... 27

D. Alat dan Bahan Ajar ... 34


(7)

F. Teknis Pengolahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 43

1. Analisis Data Kuantitatif ... 43

2. Analisis Data Kuantitatif ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ...67

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...69


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun, baik dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Namun, dalam pembelajaran matematika seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar. Hal ini dikarenakan belajar siswa belum bermakna, sehingga konsep yang ada dalam matematika menjadi sulit untuk dipahami.

Pembelajaran matematika di Indonesia masih menitikberatkan kepada pembelajaran langsung yang pada umumnya didominasi oleh guru, siswa masih secara pasif menerima apa yang diberikan guru dan interaksi yang terjadi hanya satu arah (Turmudi, 2010). Dalam pembelajaran langsung atau yang dikenal pula dengan pembelajaran tradisional, Silver (dalam Turmudi, 2009) berargumentasi bahwa aktifitas siswa dalam pelajaran matematika di kelas hanya menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian bekerja sendiri dengan masalah-masalah yang ada dalam lembaran kerja. Pada keadaan tersebut, siswa kurang diberi kesempatan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan Standar Isi Permendiknas No.22 (2006), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan


(9)

simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa kemampuan komunikasi matematis menjadi salah satu orientasi pembelajaran matematika di Indonesia.

Berdasarkan hasil studi Rohaeti (2003) menyatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kategori kurang. Demikian juga Purniati (2003) menyebutkan bahwa respon siswa terhadap soal komunikasi matematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal komunikasi matematis masih merupakan hal yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Sejalan dengan hal tersebut, laporan The Third International Mathematics and Science Study[TIMSS] (2007) menyatakan bahwa Indonesia berada pada posisi 36 dari 48 negara yang disurvei dalam aspekkomunikasi matematis. Rata-rata skor matematika Indonesia berkisar pada angka 400, jauh dibawah negara-negara Asia dengan rata-rata yaitu 500. Kenyataan di lapangan tersebut menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di Indonesia masih rendah.

Pengembangan kemampuan komunikasi matematis diperlukan agar siswa dapat lebih memaknai matematika tidak hanya sebagai simbol tanpa makna, melainkan sebagai bahasa yang berguna untuk membantu mempermudah penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang siswa diberi tantangan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah matematika dan menyampaikan hasil berpikirnya secara lisan atau tulisan kepada orang lain, siswa akan belajar percaya diri. Mendengarkan penjelasan dari cara berpikir siswa lain juga akan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan pemahamannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, guru sangat berperan dalam mendorong terjadinya proses belajar yang optimal. Metode, model, maupun pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika menjadi salah satu


(10)

3

faktor pendukung keberhasilan pembelajaran matematika di kelas. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya upaya perbaikan dalam proses pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Belanda (Turmudi, 2010). Freudenthal (1973), sebagai tokoh yang pertama kali mengembangkan pendekatan matematika realistik di Belanda,

mengatakan bahwa “mathematics is a human activity”, artinya matematika adalah aktivitas manusia. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran matematika tidaklah terpisah dari kehidupan sehari-hari.

Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dapat membuat matematika lebih menarik, relevan, bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak. Selain itu, pembelajaran matematika realistik mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, menekankan belajar matematika pada learning by doing, memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan atau tanpa menggunakan penyelesaian yang baku, dan menggunakan masalah-masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran matematika. Namun, dalam pembelajaran matematika realistik, siswa terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menemukan konsep hingga akhirnya dapat menyelesaikan masalah matematis.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di masa globalisasi ini, teknologi menjadi salah satu media untuk dapat mentransfer pengetahuan. Teknologi, khususnya komputer, berperan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Komputer menjadi media untuk menghubungkan antara ide matematika yang berbentuk abstrak dengan ide matematika yang berbentuk kongkrit. Dalam bidang geometri misalnya, dengan menggunakan komputer siswa dapat melihat visualisasi bangun-bangun geometri sehingga tampak lebih nyata. Komputer membantu siswa untuk merepresentasikan gagasan atau ide dalam berbagai cara, baik tulisan, gambar, ataupun verbal.


(11)

Splittgerber & Stirzaker dalam Sunarto (2011) menyatakan bahwa waktu belajar akan jauh lebih efektif jika strategi belajar menggunakancomputer. Komputer memiliki banyak software yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar, khususnya matematika. Salah satu software yang mendukung pembelajaran matematika yaitu GeoGebra. GeoGebramerupakan softwareopen-source yang dapat diunduh di www.GeoGebra.com sehingga dapat digunakan baik oleh siswa maupun guru secara gratis. GeoGebra juga termasuk ke dalam software multilanguage. Tersedia pilihan bahasa indonesia untuk software ini sehingga memudahkan penggunaannya. Hal ini memungkinkan GeoGebra tidak hanya digunakan di tingkat perguruan tinggi, tetapi juga dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar.

GeoGebra memungkinkan siswa untuk aktif dalam membangun

pemahaman geometri dan aljabar. Program ini memungkinkan siswa untuk membuat visualisasi sederhana dari konsep-konsep geometri, sehingga memudahkan siswa untuk dapat menemukan, mengemukakan, dan membuat representasi matematis dari ide atau gagasan matematis yang dimiliki siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbantuan GeoGebra untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa SMP”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra?

2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra?


(12)

5

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap kegiatan yang dilakukan memiliki tujuan. Begitu juga dalam penelitian ini, tujuannya sebagai berikut:

1. Menganalisis apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

2. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.

2. Bagi Guru

Pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. 3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan khususnya tentang pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar pada kajian penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman, kerancuan makna, atau perbedaan persepsi, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah :


(13)

1. Pembelajaran matematika realistik

Pembelajaran matematika realistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memiliki karakteristik:

a. Menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran, b. Menggunakan model matematis,

c. Menggunakan kontribusi dan produksi siswa, d. Interaktif, dan

e. Keterkaitan.

2. GeoGebra

Software atau program komputer yang digunakan untuk membantu pembelajaran matematika khususnya dalam bidang geometri dan aljabar.

GeoGebra dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001.

Software ini dapat diunduh secara gratis oleh siapapun di

www.GeoGebra.com.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menyatakan ide atau gagasan matematis baik secara tulisan maupun gambar.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen adalah eksperimen yang menggunakan perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperimen (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak

(random assignment) dalam menciptakan perbandingan untuk menyimpulkan

adanya perubahan akibat perlakuan (Cook & Campbell, 1979).Perlakuan yang diberikan menjadi variabel bebas dan perubahan yang diharapkan menjadi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra, sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretest-postest control group design. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. Kelompok pertama sebagai kelas eksperimen 1 diberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra, sedangkan kelompok kedua sebagai kelas eksperimen 2 diberi pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Desain penelitian yang digunakan digambarkan seperti berikut:

Kelas eksperimen 1 : 0 X1 0

Kelas eksperimen 2 : 0 X2 0

Keterangan:

0 :Pretes –Postes Kemampuan Komunikasi Matematis

X1 :Perlakuan berupa pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebra

X2 :Perlakuan berupa pembelajaran matematika realistik tanpaberbantuan


(15)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2012/2013. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas adanya pertimbangan tertentu (Arikunto, 2010). Pertimbangan dilakukan dengan berdasarkan kepada penyesuaian jadwal pelajaran matematika diantara delapan kelas yang ada sehingga tidak ada jadwal matematika yang dilaksanakan bersamaan. Oleh karena itu terpilih dua kelas, yaitu kelas 7C sebagai kelas eksperimen 1dan kelas 7F sebagai kelas eksperimen 2.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1999: 151). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu instrumen tes dan instrumen non tes.

1. Instrumen Tes

Intrumen tes yang digunakan berupa tes kemampuan komunikasi matematis. Tes yang diberikan meliputi pretes dan postes yang berbentuk soal-soal uraian. Pretesdiberikan kepada siswa sebelum mendapat perlakuan berupa pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra. Sementara itu postesdiberikan sesudah siswa mendapat perlakuan. Kisi-kisi dan soal tes kemampuan komunikasi matematis masing-masing dapat dilihat pada lampiran A dan B.

Sebelum tes diberikan kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, instrumen ini diuji coba terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel yang telah mendapat materi yang akan diteliti. Uji coba instrumen tes kemampuan komunikasi matematis dilakukan kepada siswa kelas VIII-A SMPN 1 Lembang dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Pemberian skor untuk jawaban tes digunakan rubrik penskoran


(16)

28

komunikasi matematis. Rubrik penskoran tersedia pada lampiran C dan untuk data hasil uji coba intrumen tes terdapat pada lampiran D.

Selain itu, untuk mengetahui kualitas dari instrumen tes yang telah dibuat, selanjutnya dilaksanakan analisis terhadap validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari setiap butir soal. Selengkapnya sebagai berikut:

a. Validitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2008). Validitas yang dianalisis pada makalah ini yaitu validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan (Suherman, 2008). Dari hasil ujicoba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang ditentukan berdasarkan perhitungan korelasi.

Menentukan tingkat validitas butir soal dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara data skor pada tiap butir soal tertentu dengan skor total butir soal tersebut. Cara menentukan tingkat validitas internal yaitu dengan cara menghitung nilai rata-rata dari validitas butir soal.

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam klasifikasi berikut berdasarkan kriteria Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:145):

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Nilai Interpretasi

0,80 <� < 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 <� < 0,80 Validitas tinggi 0,40 <� < 0,60 Validitas sedang 0,20 <� < 0,40 Validitas rendah 0,00 <� < 0,20 Validitas sangat rendah


(17)

Pada penelitian ini, koefisien korelasi dihitung menggunakan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS)for windows computer software version 20. Hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Analisis Validitas Butir Soal

Nomor Butir Soal Nilai Interpretasi

1 0,602 Validitas tinggi

2 0,823 Validitas sangat tinggi 3 0,945 Validitas sangat tinggi

4 0,757 Validitas tinggi

5 0,821 Validitas sangat tinggi

Berdasarkan nilai koefisien korelasi dari setiap butir soal tersebut, maka nilai koefisien korelasi rata-ratanya yaitu 0,789 (validitas tinggi). Karena r > (=0,05)= 0,361, maka baik setiap butir soal maupun secara keseluruhan tes kemampuan komunikasi matematis valid pada�= 0,05 (Lampiran E).

b. Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu alat ukur untuk menentukan tingkat konsistensi suatu instrumen tes. Hasil evaluasi harus tetap sama (relatif sama) jika diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Instrumen tes yang reliabel tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi.

Dalam menentukan derajat reliabilitas butir soal dapat dilakukan dengan melihat koefisien reliabilitas Cronbanch-Alpha. Interpretasi derajat reliabilitas dibagi kedalam klasifikasi berikut berdasarkan kriteria Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:177):


(18)

30

Tabel 3.3

Klasifikasi Derajat Reliabilitas

Nilai �� Interpretasi

0,80 <���< 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi 0,60 <���< 0,80 derajat reliabilitas tinggi 0,40 <���< 0,60 derajat reliabilitas sedang 0,20 <���< 0,40 derajat reliabilitas rendah

r11< 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah Pada penelitian ini, koefisien reliabilitas dihitung menggunakan bantuan SPSS versi 20. Hasilnya nilai koefisien reliabilitas r = 0,828(Lampiran E). Karena r > (=0,05)= 0,361, maka instrumen tes kemampuan komunikasi matematis reliabel pada �= 0,05 dan memiliki derajat reliabilitas yang sangat tinggi.

c. Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi yang pandai (kelompok atas) dengan testi yang bodoh (kelompok bawah).

Untuk menghitung daya pembeda, siswa dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah, masing-masing sebesar 27% dari jumlah siswa yang mengikuti evaluasi. Nilai daya pembeda dapat dihitung dengan menggunakan rumus

�� = JSA - JSB

AI

Keterangan:

DP = Nilai Daya Pembeda

� = Jumlah skorsiswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar


(19)

� = Jumlah skor siswa kelompok bawah yang menjawab soal denganbenar

= Jumlah skor ideal siswa kelompok atas

Klasifikasi nilai daya pembeda yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:202) adalah :

Tabel 3.4

Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Interpretasi

0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,40 < DP ≤ 0,70 Tinggi

0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang

0,00 < DP ≤ 0,20 Rendah

DP ≤ 0,00 Sangat rendah

Pengolahan datanilai daya pembeda dapat dilhat pada lampiran E. Hasil analisis nilai daya pembeda untuk setiap butir soal pada instrumen tes penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Analisis Nilai Daya Pembeda

Nomor Butir Soal Nilai Daya Pembeda Interpretasi

1 0,225 Sedang

2 0,250 Sedang

3 0,417 Tinggi

4 0,210 Sedang

5 0,550 Tinggi

Berdasarkan tabel 3.5, butir soal nomor 1, 2, dan 4 nilai daya pembeda termasuk ke dalam kategori sedang. Untuk butir soal nomor 3 dan 5 nilai daya pembeda termasuk ke dalam kategori tinggi.

d. Indeks Kesukaran

Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik jika menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sulit, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah karena sebagian yang besar mendapat nilai


(20)

32

yang jelek. Sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terdapat pada skor yang tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat nilai baik.

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran suatu butir soal berada pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal yaitu:

=

� Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran

B = Jumlah skor yang diperoleh setiap butir soal N = Jumlah skor ideal setiap butir soal

Berikut merupakan tabel klasifikasi indeks kesukaran yang biasa digunakan (Suherman dan Kusumah, 1990:212):

Tabel 3.6

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

IK = 1,00 Terlalu Mudah

0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

IK = 0,00 Terlalu Sukar

Pengolahan data indeks kesukaran dapat dilihat pada lampiran E. Hasil indeks kesukaran dari setiap butir soal sebagai berikut:


(21)

Tabel 3.7

Hasil Analisis Indeks Kesukaran

Nomor Butir Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,880 Mudah

2 0,820 Mudah

3 0,697 Sedang

4 0,688 Sedang

5 0,693 Sedang

Berdasarkan tabel 3.7, butir soal nomor 1 dan 2 termasuk dalam kategori soal mudah, sedangkan untuk butir soal nomor 3, 4, dan 5 termasuk dalam kategori sedang.

Dari hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran yang telah dipaparkan di atas, rekapitulasi hasil uji instrumen tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No.

Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Keterangan r Interpretasi DP Interpretasi IK Interpretasi

1 0,602 tinggi 0,225 Sedang 0,880 Mudah Digunakan

2 0,823 Sangat

tinggi 0,250 Sedang 0,820 Mudah Digunakan

3 0,945 Sangat

Tinggi 0,417 Tinggi 0,697 Sedang Digunakan

4 0,757 Tinggi 0,210 Sedang 0,688 Sedang Digunakan

5 0,821 Sangat

Tinggi 0,550 Tinggi 0,693 Sedang Digunakan


(22)

34

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pedoman observasi, angket respon siswa, dan jurnal harian siswa.

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati suatu aktivitas (siswa atau guru dalam pembelajaran) sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek yang direncanakan semula (Suherman, 2008: 22).Pedoman observasi dibuat untuk mengamati keadaan atau aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Format pedoman observasi pada penelitian ini terdapat pada lampiran F.

b. Jurnal Harian

Jurnal Harian adalah karangan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang diikutinya. Jurnalbersifat subyektif dan berisi tentang potret pelaksanaan pembelajaran, kesan dan pesan siswa kepada guru (Suherman, 2008: 26). Format jurnal harian siswa terdapat pada lampiran G.

c. Angket Respon Siswa

Angket adalah lembar pernyataan atau pertanyaan untuk mengetahui dan menilai responden berkenaan dengan aspek afektif terhadap sesuatu hal (pembelajaran matematika) (Suherman, 2008: 21). Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra. Kisi-kisi dan format angket respon siswa terdapat pada lampiran H.

D. Alat dan Bahan Ajar

Alat dan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah softwareGeoGebra, kertas milimeterblock dan kertas lipat serta Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan ajar yang diberikan di kedua kelas. Lembar Kerja


(23)

Siswa dibuat berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun.

Pada penelitian ini digunakan dua RPP. RPP pertama untuk kelas eksperimen 1 (Lampiran I) dan RPP kedua untuk kelas eksperimen 2 (Lampiran J). LKS untuk kelas eksperimen 1 terdapat pada lampiran K, sedangkan LKS untuk kelas eksperimen 2 terdapat pada lampiran L. Pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu sifat-sifat, keliling, dan luas daerah segitiga.

E. Prosedur Penelitian

Rancangan tahapan atau prosedur penelitian yang dilakukanyaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Studi pendahuluan yang terdiri dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, dan studi literatur.

b. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

c. Menyusun instrumen dan bahan ajar, termasuk menyusun RPP. d. Melakukan uji coba instrumen.

e. Menganalisis hasil uji coba instrumen dan membuat kesimpulan. f. Menentukan sampel (Kelas eksperimen 1 dan 2)

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pretes atau tes awal kepada kelas eksperimen 1dan kelas eksperimen 2.

b. Melaksanakan pembelajaran matematika. Pada kelas eksperimen 1diberikan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra, sedangkan pada kelas eksperimen 2 diberikan pembelajaran matematika realistik tanpa bantuan GeoGebra.


(24)

36

d. Memberikan jurnal harian kepada siswa kelas eksperimen 1 untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

e. Memberikan postesatau tes akhir di kelas eksperimen 1 dan 2. f. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen 1.

3. Tahap Analisis data

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif maupun kualitatif dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

b. Menganalisis data hasilpenelitian. 4. Tahap Membuat kesimpulan

F. Teknis Pengolahan Data 1. Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Data Pretes dan Postes

Analisis pretes dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan awal pada kedua kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Jika kondisi awal siswa di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2relatif sama, analisis untuk kemampuan komunikasi matematis setelah dilakukan pembelajaran yaitu dengan menganalisis data hasil postes.Namun apabila kondisi awal siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berbeda secara signifikan maka akan digunakan analisis kovarianterhadap hasil pretes dan postes kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen 2.

Pengolahan data pretes dilakukan dengan uji statistik berikut: 1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas yatu:


(25)

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilkdengan taraf signifikansi 5% (0,05). Jika data pada kedua kelas berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Namun, apabila data pada salah satu kelas tidak berdistribusi normal, analisis data dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata nonparametrik (uji Mann Whitney).

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas variansmenggunakan Uji Levene pada SPSS versi 20. Dengan taraf kepercayaan sebesar 95% dan taraf signifikansi 5%, hipotesisnya adalah:

H0 : Kedua kelas memiliki varians yang sama (homogen)

H1 : Kedua kelas tidak memiliki varians yang sama (tidak

homogen)

Kriteria pengujiannya yaitu:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

Jika kedua kelas memiliki varians yang homogen, analisis data dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t. Namun, jika kedua kelastidak homogen analisis data menggunakan uji t’.

3) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan Uji Independent Sample T-Test pada SPSS versi 20. Dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau 0,05 , hipotesisnya yaitu:


(26)

38

H0 : Tidak terdapat perbedaan skor rata-rata pretes kemampuan

komunikasi matematis siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2

H1 : Terdapat perbedaan skor rata-rata pretes kemampuan

komunikasi matematis siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

Apabila tidak terdapat perbedaan skor rata-rata pretes yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, maka untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis setelah diberi perlakuan maka dilakukan analisis terhadap hasil postes seperti uji statistik pada hasil pretes. Namun jika skor rata-rata pretes berbeda secara signifikan, akan dilakukan analisis kovarian.

Analisis kovarian (Ankova) merupakan penggabungan antara uji komparatif dan korelasional. Ankova bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang nilai rata-rata dari variabel dependen (variabel terikat) dengan pengaruh dari variabel yang dikendalikan (kovariat) (Priatna, 2010). Pengujian dengan menggunakan analisis kovarian menempatkan kondisi setelah perlakuan sebagai variabel dependen (variabel terikat), kondisi sebelum perlakuan sebagai variabel yang dikendalikan (kovariat), dan jenis perlakuan sebagai variabel independen (variabel bebas) (Widhiarso, 2011). Dalam penelitian ini, skor postes sebagai variabel dependen, skor pretes sebagai kovariat, dan pembelajaran matematika yang diterapkan sebagai variabel independen.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum analisis ankova dilakukan (Mayers, 2013) yaitu:


(27)

1) Variabel dependen dan kovariatberasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilkpada taraf signifikansi 5% (0,05) di SPSS versi 20. Perumusan hipotesis untuk uji normalitas yatu:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

2) Adanya hubungan antara kovariat dengan variabel dependen. Hubungan ini dibuktikan dengan analisis korelasi.

Analisis korelasi dilakukan dengan uji korelasi Product Momen Pearson di SPSS versi 20 dengan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis untuk uji korelasi yatu:

H0 : Tidak ada korelasi antara kovarian dengan variabel

dependen

H1 : Ada korelasi antara kovarian dengan variabeldependen

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

3) Kemiringan (slope) garis regresi antar kelompok harus sama. Kesamaan kemiringan garis ini dibuktikan dengan tidak adanya interaksi antara kovariat dengan variabel independen.Perumusan hipotesisnya yaitu:

H0 : Tidak ada interaksi antara kovariat dengan variabel

independen

H1 : Ada interaksi antara kovariat dengan variabel independen

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.


(28)

40

Setelah syarat tersebut terpenuhi, analisis kovarian dapat dilakukan. Pada penelitian ini analisis kovarian dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20 pada taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis untuk uji kovarian (two-tailed) yatu:

H0 : Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebrasama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

H1 : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebraberbedadengan siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.

b) Jika nilai Signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 , maka H0 diterima.

Selanjutnya, analisis kovarian (one-tailed) dilakukan dengan software Minitab 16. Perumusan hipotesis untuk analisis kovarian (one-tailed) yatu:

H0 : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebrasama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

H1 : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

Kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 , maka H0 ditolak.


(29)

b. Analisis Data Indeks Gain

Analisis terhadap data indeks gain dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Selain itu, analisis data indeks gainjuga bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk menentukan indeks gaindigunakan rumus berikut (Meltzer, 2001):

<�> = –

� � −

Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.9 KlasifikasiIndeks Gain

Besarnya Indeks gain (g) Kategori

<g>> 0,7 Tinggi 0,3 <g> ≤ 0,7 Sedang <g>< 0,3 Rendah

Semakin tinggi indeksgain, maka semakin tinggi pula kualitas peningkatan yang terjadi akibat perlakuan yang diberikan. Uji statistik terhadap nilai indeks gain dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20 dengan taraf signifikansi 5%.

2. Analisis Data Kualitatif a. Pedoman Observasi

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.Pedoman observasi menggunakan skor 1 sampai 5 untuk lima opsi jawaban, yaitu skor 1 untuk Sangat Kurang (SK), skor 2 untuk Kurang (K), skor 3 untuk Cukup (C), skor 4 untuk Baik (B), dan skor 5 untuk Sangat Baik (SB). Analisis data hasil pedoman observasi yaitu dengan menghitung skor rata-rata.


(30)

42

b. Jurnal Harian

Data yang diperoleh dari jurnal harian siswa dianalisis untuk dikelompokkan ke dalam kelompok positif, negatif, dan netral, lalu dihitung presentasenya kemudian diinterpretasikan dalam bentuk deskripsi kalimat. Melalui jurnal harian, dapat diketahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.

c. Angket Respon Siswa

Angket akan dianalisis menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket disajikan dalam bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif. Skor untuk pengolahan angket disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Skor Angket Respon Siswa

Pernyataan SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Analisis terhadap hasil yang diperoleh melalui angket yaitu dengan menggunakan perhitungan seperti berikut:

� − = ℎ

Pengolahan data dihitung menggunakan skor rata-rata tersebut untuk setiap butir soal dan indikator. Jika skor rata-rata lebih dari 3, maka respon siswa baik (positif). Sebaliknya jika skor rata-rata kurang dari 3, maka respon siswa jelek (negatif). Jika skor rata-rata sama dengan 3, maka respon siswa netral. Hal ini juga berarti jika hasil penilaian angket semakin mendekati 5 maka respon siswa semakin positif terhadap pembelajaran, begitupun sebaliknya jika hasil penilaian angket semakin mendekati 1 maka respon siswa terhadap pembelajaran semakin negatif (Suherman, 2008).


(31)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

2. Respon siswa positif terhadap pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.

B. SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Selain itu juga terdapat respon positif dari siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebraefektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas yaitu:

1. Menganjurkan penggunaan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebrasebagai salah satu cara alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agarmeneliti kemampuan matematis lainnya dengan menggunakan pembelajaran matematika


(32)

68

realistik berbantuan GeoGebra atau meneliti kemampuan komunikasi matematismenggunakan pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebranamun pada pokok bahasan (materi)yang berbeda.

3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebradan membandingkannya dengan pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebraserta pembelajaran konvesional.


(33)

69

DAFTAR PUSTAKA

Al Jupri & Yulianti, K. (2010). Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Realistik untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa. Bandung: tidak diterbitkan.

Ansari, B. (2003). Menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa SMU melalui strategi Think Talk Write. Disertasi SPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cook, T.D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings. Houghton Mifflin Co: Boston.

De Lange, J. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In A. J. Bishop (Eds) International Handbook of Mathematics Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in Indonesian Primary School. Tesis University of Twente, Enschede. [Online]. Tersedia: doc.utwente.nl/58707/1/thesis_Fauzan.pdf . [29 Desember 2012]

Freudenthal, H. (1973). Mathematics as an Educational Task. Netherlands, Dordrecht: Reidel.

Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. Netherlands, Dordrecht: Kluwer Academic.

Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. The Netherlands, Utrecht: Freudenthal Institute.

Gravemeijer, K. & Doorman, M. (1999). Context Problem in Realistic

Mathematics Education : A Calculus Course as an Example. Netherlands :

Kluwer Academic.

Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry,

Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra.

Tersedia:www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf. [1 Maret 2013]. Hohenwarter, M., Hohenwarter, J., Kreis, Y., & Lavicza, Z. (2008). Teaching and

Learning Calculus with Free Dynamic Mathematics Software GeoGebra. [Online]. Tersedia: http://www.geogebra.org/publications/2008-ICME-TSG16-Calculus-GeoGebra-Paper.pdf [1 Maret 2013]

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

International Association for the Evaluation of Educational Achievement, Trends in International Mathematics and Science Study. (2007). Average


(34)

70

mathematics scores of fourth- and eighth-grade students, by country: 2007. [Online]. Tersedia:http://nces.ed.gov/timss/table07_1.asp [3 Maret 2012] Kilpatrick, J. et al. (2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics.

Washington, DC : National Academy Press.

Kusmaydi. (2011). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.

Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Mahmudi, A. (2011). “Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika”.

Makalah pada Seminar Nasional LPM UNY, Yogyakarta.

Mayers, A. (2013). Introduction to Statistics and SPSS in Psychology. United Kingdom: Pearson Education Limited.

Meltzer, D.E. (2001). The Relationship beetween Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: a possible “Hidden Variable” in

diagnostic Pretest Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.iastate.edu/per/articles/index.html [7 Februari 2013]. National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Executive Summary

Principles and Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org [1 Maret 2012].

National Council of Teachers of Mathematics. (2003). NCTM Program Standards. Programs for Initial Preparation of Mathematics Teachers.

Standards forSecondary Mathematics Teachers. [Online]. Tersedia:

http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/ [1 Maret 2012]. Purniati, T. (2003). Matematik Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap-tahap

Awal Van Hiele dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi siswa SLTP. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah,

Komunikasi Matematis, dan Self-Efficacy Melalui Pendekatan

Metacognitive Scaffolding. Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Preiner, J. (2008). Introducing Dynamic Mathematics Software to Mathematics Teachers: the Case of GeoGebra. Disertasi pada University of Salzburg. Priatna, B.A. (2007). Teknik-teknik Analisis Multivariat Terkini yang Sering

Digunakan dalam Penelitian. Makalah ke-1 Tahun 2007, Bandung.

Rahman, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan GeoGebra Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia:

http://rizqirahman.wordpress.com/2011/10/11/pengaruh-pembelajaran-berbantuan-GeoGebra-terhadap-kemampuan-berpikir-kreatif/ [7 Februari 2013].


(35)

71

Rahayu, S.S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Rohaeti, E.E. (2003). Pembelajaran dengan Metode Improve untuk Meningkatkan

Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP. Tesis

pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan. Ruseffendi. (1984). Dasar – Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk

Guru Edisi Keempat. Bandung: Tarsito.

Standar Isi Permendiknas Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006. Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2008). Hands–Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2008). Hands–Out Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. & Kusumah, Y.S. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.

Sulastri, Y.L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Siswa

Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Bandung. Tesis pada SPs

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Sunarto, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Komputer. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131568300/PEMBELAJARAN%20B ERBANTUAN%20KOMPUTER-2.pdf [15 Mei 2013].

Suparno, P. (1997). Filsafat kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suzana, A (2009). Pengaruh penerapan model reciprocal learnig terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis ( suatu studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP negeri 1 kedawung kabupaten Cirebon semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 ). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Treffers, A. & Goffree, F. (1985). Rational Analysis of Realistic Mathematics Education - The Wiskobas Program. In Leen Streefland (Ed.) Proceedings of the Ninth International Conference for the Psychology of Mathematics Education (Vol. II). Utrecht: OW&OC, Utrecht University.

Treffers, A. (1991). Realistic Mathematics Education in the Netherlands 1980 -1990. In Leen Streefland (Ed.), Realistic Mathematics Education in Primary Schools. Utrecht: Freudenthal Institute, Utrecht University.


(36)

72

Turmudi. (2006). Designing Contextual Learning Strategies for Mathematics for Junior Secondary Schools in Indonesia. Tesis Doctor of Philosophy La Trobe University Australia: tidak diterbitkan.

Turmudi. (2009). Pemodelan Matematika Suatu Alternatif Membelajarkan Siswa. Bandung: tidak diterbitkan.

Turmudi. (2010). Pembelajaran Matematika Kini dan Kecenderungan Masa

Mendatang. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1998). Realistic Mathematics Education as Work in Progress. [Online]. Tersedia: http://www.fi.uu.nl/en/rme. [24 Februari 2013]

Widhiarso, W. (2011). Aplikasi Analisis Kovarian dalam Penelitian Eksperimen. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wulanratmini, D. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis dengan Pendekatan Creative Problem Solving Melalui Media

Geogebra Di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. Tesis pada SPs

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Student Teacher. Thesis University of Twente. [Online]. Tersedia: http://doc.utwente.nl/58718/1/thesis_Zulkardi.pdf [24 Februari 2012]


(1)

67

Dian Nopiyani, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra.

2. Respon siswa positif terhadap pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.

B. SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebralebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebra. Selain itu juga terdapat respon positif dari siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebra.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebraefektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas yaitu:

1. Menganjurkan penggunaan pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebrasebagai salah satu cara alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agarmeneliti kemampuan matematis lainnya dengan menggunakan pembelajaran matematika


(2)

68

realistik berbantuan GeoGebra atau meneliti kemampuan komunikasi matematismenggunakan pembelajaran matematika realistik berbantuan

GeoGebranamun pada pokok bahasan (materi)yang berbeda.

3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang pembelajaran matematika realistik berbantuan GeoGebradan membandingkannya dengan pembelajaran matematika realistik tanpa berbantuan GeoGebraserta pembelajaran konvesional.


(3)

69

Dian Nopiyani, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Al Jupri & Yulianti, K. (2010). Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Realistik untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa. Bandung: tidak diterbitkan.

Ansari, B. (2003). Menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa SMU melalui strategi Think Talk Write.

Disertasi SPs UPI. Bandung:tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cook, T.D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings. Houghton Mifflin Co: Boston.

De Lange, J. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In A. J. Bishop (Eds) International Handbook of Mathematics Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in Indonesian Primary School. Tesis University of Twente, Enschede. [Online]. Tersedia: doc.utwente.nl/58707/1/thesis_Fauzan.pdf . [29 Desember 2012]

Freudenthal, H. (1973). Mathematics as an Educational Task. Netherlands, Dordrecht: Reidel.

Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. Netherlands, Dordrecht: Kluwer Academic.

Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. The Netherlands, Utrecht: Freudenthal Institute.

Gravemeijer, K. & Doorman, M. (1999). Context Problem in Realistic Mathematics Education : A Calculus Course as an Example. Netherlands : Kluwer Academic.

Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry, Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra. Tersedia:www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf. [1 Maret 2013]. Hohenwarter, M., Hohenwarter, J., Kreis, Y., & Lavicza, Z. (2008). Teaching and

Learning Calculus with Free Dynamic Mathematics Software GeoGebra. [Online]. Tersedia: http://www.geogebra.org/publications/2008-ICME-TSG16-Calculus-GeoGebra-Paper.pdf [1 Maret 2013]

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

International Association for the Evaluation of Educational Achievement, Trends in International Mathematics and Science Study. (2007). Average


(4)

mathematics scores of fourth- and eighth-grade students, by country: 2007. [Online]. Tersedia:http://nces.ed.gov/timss/table07_1.asp [3 Maret 2012] Kilpatrick, J. et al. (2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics.

Washington, DC : National Academy Press.

Kusmaydi. (2011). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Mahmudi, A. (2011). “Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika”.

Makalah pada Seminar Nasional LPM UNY, Yogyakarta.

Mayers, A. (2013). Introduction to Statistics and SPSS in Psychology. United Kingdom: Pearson Education Limited.

Meltzer, D.E. (2001). The Relationship beetween Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: a possible “Hidden Variable” in

diagnostic Pretest Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/articles/index.html [7 Februari 2013]. National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Executive Summary

Principles and Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org [1 Maret 2012].

National Council of Teachers of Mathematics. (2003). NCTM Program Standards. Programs for Initial Preparation of Mathematics Teachers. Standards forSecondary Mathematics Teachers. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_Standards/ [1 Maret 2012]. Purniati, T. (2003). Matematik Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap-tahap

Awal Van Hiele dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi siswa SLTP. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Prabawanto, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi Matematis, dan Self-Efficacy Melalui Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Preiner, J. (2008). Introducing Dynamic Mathematics Software to Mathematics Teachers: the Case of GeoGebra. Disertasi pada University of Salzburg. Priatna, B.A. (2007). Teknik-teknik Analisis Multivariat Terkini yang Sering

Digunakan dalam Penelitian. Makalah ke-1 Tahun 2007, Bandung.

Rahman, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan GeoGebra Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia: http://rizqirahman.wordpress.com/2011/10/11/pengaruh-pembelajaran-berbantuan-GeoGebra-terhadap-kemampuan-berpikir-kreatif/ [7 Februari 2013].


(5)

71

Dian Nopiyani, 2013

Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rahayu, S.S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Rohaeti, E.E. (2003). Pembelajaran dengan Metode Improve untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SLTP. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan. Ruseffendi. (1984). Dasar – Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk

Guru Edisi Keempat. Bandung: Tarsito.

Standar Isi Permendiknas Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006. Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung : Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2008). Hands–Out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2008). Hands–Out Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. & Kusumah, Y.S. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.

Sulastri, Y.L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Bandung. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Sunarto, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Komputer. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131568300/PEMBELAJARAN%20B ERBANTUAN%20KOMPUTER-2.pdf [15 Mei 2013].

Suparno, P. (1997). Filsafat kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suzana, A (2009). Pengaruh penerapan model reciprocal learnig terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis ( suatu studi eksperimen terhadap siswa kelas VIII SMP negeri 1 kedawung kabupaten Cirebon semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 ). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Treffers, A. & Goffree, F. (1985). Rational Analysis of Realistic Mathematics Education - The Wiskobas Program. In Leen Streefland (Ed.) Proceedings of the Ninth International Conference for the Psychology of Mathematics Education (Vol. II). Utrecht: OW&OC, Utrecht University.

Treffers, A. (1991). Realistic Mathematics Education in the Netherlands 1980 -1990. In Leen Streefland (Ed.), Realistic Mathematics Education in Primary Schools. Utrecht: Freudenthal Institute, Utrecht University.


(6)

Turmudi. (2006). Designing Contextual Learning Strategies for Mathematics for Junior Secondary Schools in Indonesia. Tesis Doctor of Philosophy La Trobe University Australia: tidak diterbitkan.

Turmudi. (2009). Pemodelan Matematika Suatu Alternatif Membelajarkan Siswa. Bandung: tidak diterbitkan.

Turmudi. (2010). Pembelajaran Matematika Kini dan Kecenderungan Masa Mendatang. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1998). Realistic Mathematics Education as Work in Progress. [Online]. Tersedia: http://www.fi.uu.nl/en/rme. [24 Februari 2013]

Widhiarso, W. (2011). Aplikasi Analisis Kovarian dalam Penelitian Eksperimen.

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wulanratmini, D. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis dengan Pendekatan Creative Problem Solving Melalui Media Geogebra Di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Student Teacher. Thesis University of Twente. [Online]. Tersedia: http://doc.utwente.nl/58718/1/thesis_Zulkardi.pdf [24 Februari 2012]