Perancangan Kampanye Sosial Komunikasi Orang Tua Dan Anak

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014-2015

Oleh:

Sandri Nur Pasha 51911042

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul “PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK”.

Penulisan laporan tugas akhir ini merupakan bagian dari tugas dan syarat untuk menyelesaikan mata kuliah tugas akhir di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Penulis merasa masih memiliki kekurangan dalam materi yang disampaikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca laporan ini demi penyempurnaan pembuatan laporan tugas akhir ini.

Penulis berharap bagi semua pihak yang sudah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini diberi imbalan yang setimpal oleh Allah SWT. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Bandung, Agustus 2015


(5)

iv ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK

Oleh :

Sandri Nur Pasha 51911042

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Masalah mengenai komunikasi antara orang tua dan anak ini terjadi dalam lingkup keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ketika orang tua sudah merasa cukup mendidik anaknya dengan memberikan keinginan anaknya. Tugas orang tua memang memenuhi kebutuhan anaknya akan tetapi dalam masalah yang dibahas ini orang tua sudah merasa sudah cukup memberikan perhatian dengan memberikan setiap keinginan anaknya, tapi pada kenyataannya anak yang cara didiknya seperti itu akan menjadi lemah secara mental maupun emosi. Untuk menghindari hal tersebut terjadi maka diperlukan kesadaran orang tua mengenai dalam memperhatikan dan mendidik anaknya yang masih dalam tahap berkembang.

Kampanye sosial dirasakan menjadi solusi yang tepat untuk menyadarkan perilaku orang tua dalam komunikasi dan perhatian padaa naknya. Orang tua yang sibuk bekerja tidak terlalu memperhatikan hal kecil disekitarnya dan hanya focus pada pekerjaannya di kantor sehari-hari. Maka dari itu perancangan kampanye ini akan mengajak orang tua dan anaknya melakukan kegiatan bersama dalam rangka memperbaiki komunikasi orang tua dan anak sehingga pesan utama akan lebih mudah sampai pada para orang tua.


(6)

v ABSTRACT

DESIGN OF SOCIAL CAMPAIGN COMMUNICATION PARENT AND CHILDREN

By :

Sandri Nur Pasha 51911042

Study Programme Visual Communication Design

The issue of communication between parents and children that happen in nuclear family consisting of father, mother and child. When parents think they are already enough to educate their children by giving their wishes. Parents have responsibility to fulfill their child needs but the problem is the parents think already felt enough to give attention by giving their child want, but in reality children that the way they’ve been thought they would be mentally and emotionally weak. To avoid this happen it would require the awareness of parents regarding educate their children who are still in the developing stage.

Social campaign will be the perfect solution to realize the behavior of parents in communication and attention in children. Parents are busy working and just focus on their job in the office. Therefore the design for this campaign will encourage parents and children do activities together to improve communication with parents and children, so the parents will be easier to get the main message.


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

I.6 Manfaat Perancangan ... 3

BAB II KAMPANYE SOSIAL KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK ... 4

II.1 Definisi Komunikasi ... 4

II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi ... 4

II.1.2 Definisi Keluarga... 6

II.1.3 Peran Orang Tua ... 8

II.1.4 Sistem Sosial Budaya Keluarga Indonesia ... 9

II.2 Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 12

II.2.1 Faktor Penyebab Kurangnya Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 12

II.3 Hasil Riset ... 13

II.3.1 Akibat Kurangnya Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 15

II.3.2 Komunikasi yang perlu dilakukan Orang Tua dan Anak ... 16

II.3.3 Waktu Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 17


(8)

vii

II.3.5 Definisi Kampanye ... 18

II.3.6 Jenis-jenis Kampanye ... 20

II.3.7 Model Komunikasi Harold D Laswell ... 23

II.4 Target Khalayak ... 23

II.5 Analisa ... 27

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 29

III.1 Strategi Perancangan ... 29

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 29

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.3 Materi Pesan ... 30

III.1.4 Gaya Bahasa ... 31

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 32

III.1.6 Strategi Kreatif ... 36

III.1.7 Strategi Media ... 38

III.1.7.1 Pemilihan Media ... 39

III.1.8 Strategi Distribusi ... 40

III.2 Konsep Visual ... 41

III.2.1 Format Desain ... 42

III.2.2 Tata Letak ... 42

III.2.3 Huruf ... 42

III.2.4 Ilustrasi ... 43

III.2.5 Warna ... 44

BAB IV TEKNIK PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 46

IV.1 Teknis Produksi ... 46

IV.2 Media Utama ... 47

IV.2.1 Poster ... 47

IV.3 Media Pendukung ... 48

IV.3.1 Poster Event ... 48

IV.3.2 Billboard ... 49

IV.3.3 Spanduk ... 50

IV.3.4 Brosur ... 51


(9)

viii

IV.3.6 Booth ... 54

IV.3.7 Mug ... 55

IV.3.8 Kalender ... 56

IV.3.9 Notebook ... 57

IV.3.10 Stiker ... 59

IV.3.11 Gantungan Kunci ... 60

IV.3.12 Page Facebook... 61

IV.3.13 Twitter ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Stephen & Karena (2008) menjelaskan “komunikasi merupakan salah satu aspek penting dan kompleks untuk kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal sama sekali”. Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena itu perhatian lebih sangat diperlukan terhadap komunikasi sesama manusia.

Adapun komunikasi antara orang tua dan anak dalam keluarga inti yang terjadi saat ini mulai berubah karena dampak dari perkembangan teknologi yang semakin maju dan perilaku orang tua terhadap anak saat ini. Akan tetapi dampak yang sangat berpengaruh disini adalah dampak dari perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh pada perilaku remaja yang masih dalam usia labil dan belum bisa membedakan mana yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak. Dalam hal ini peran orang tua sangat diperlukan karena orang tua sebagai orang dewasa yang mengawasi perilaku anaknya yang belum dewasa dan menerima berbagai informasi dan pengaruh dari luar.

Maka dari itu komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat diperlukan agar orang tua bisa melakukan pencegahan lebih awal sebelum anak sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti berbuat kriminal, memakai narkoba atau terlibat dalam pergaulan bebas. Akan tetapi sepertinya saat ini orang tua sudah mulai melupakan kewajibannya yaitu mendidik dan mengajarkan anak untuk menjadi anak yang baik. Orang tua cenderung hanya bekerja dan bekerja. Orang tua tidak memberikan waktunya kepada anak. Bahkan orang tua berpikir sudah merasa cukup dengan memberikan apa yang anak inginkan. Orang tua harus mengontrol tontonan dan apa yang anak lihat di internet dan orang tua harus dapat memberikan alasan yang dapat dipahami anak atas tontonan yang mereka tidak boleh tonton. Jika orang tua bisa mengkomunikasikan pengaruh buruk lingkungan


(11)

2 sekitar pada anak maka anak akan dapat memilih mana yang baik dan yang tidak baik bagi mereka sehingga orang tua dapat menghalau hal-hal negatif terjadi.

Solusi yang dibutuhkan dari permasalahan komunikasi orang tua dan anak ini adalah menyadarkan orang tua untuk mau memahami hati dan pikiran anaknya agar orang tua dapat menasihati dan mengawasi anak dalam penggunaan fasilitas yang telah diberikan pada anak.Orang tua perlu sadar kalau anak akan merasa nyaman jika orang tua lebih perhatian dalam hal-hal positif yang dilakukan anaknya, bukan hanya hal-hal negatif yang dilakukan anaknya. Orang tua harus berperan sebagai teman yang senang tiasa mau mendengarkan suka dan duka yang dialami anaknya.

I.2 Identifikasi Masalah

Berikut ini adalah identifikasi masalah yang berhasil disimpulkan berdasarkan latar belakang sebelumnya :

• Anak lebih suka mencurahkan isi hatinya di media sosial atau orang lain dibandingkan pada orang tua.

• Orang tua sudah merasa cukup dengan memberikan materi pada anaknya.

• Orang tua lebih sering bertanya mengenai masalah sekolah, tidak terlalu tertarik pada kesukaan anaknya.

• Orang tua melupakan pentingnya peran orang tua bagi pendidikan anaknya.

• Anak memerlukan perhatian yang lebih saat akan memasuki lingkungan sosialnya.

I.3 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mensosialisasikan pentingnya meningkatkan kesadaran orang tua untuk komunikasi yang lebih baik dengan anaknya?

I.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas pada permasalahan, maka ditentukan batasan masalah ini terfokus pada perilaku orang tua pada anak, agar orang tua bisa menyadari pentingnya komunikasi dengan anak.


(12)

3 I.5 Tujuan Perancangan

• Meningkatkan kesadaran orang tua untuk komunikasi yang lebih baik pada anaknya

• Memberikan informasi mengenai cara berkomunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

I.6 Manfaat Penelitian/Perancangan Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:

• Dapat dijadikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar dapat berguna bagi mereka yang membutuhkannya, terutama dibidang yang terkait dengan sosial dan keluarga.

• Membantu masyarakat memahami cara komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

• Memberikan alternatif baru dalam kampanye sosial mengenai kesejahteraan keluarga.


(13)

4

BAB II

KAMPANYE SOSIAL KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK

II.1 Definisi Komunikasi

Rogers & D.Lawrence Kincald (1981) menjelaskan “komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. Proses komunikasi merupakan hubungan dengan adanya suatu petukaran informasi (pesan), dan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dan orang-orang yang ikut serta didalamnya.

Shannon & Weaver (1949) menjelaskan “bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi wajah, lukisan, seni dan teknologi”. Oleh karena itu jika seseorang berada dalam situasi berkomunikasi, orang tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dan simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.

II.1.1 Unsur-unsur Komunikasi

Menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi. Unsur-unsur komunikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

• Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.Sumber sering disebut pengirim, atau komunikator.


(14)

5

• Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim pada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.

• Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber pada penerima.Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media.Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya media antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

• Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partau atau negara.Penerima juga biasa disebut dengan berbagai istilah.Seperti khalayak, sasaran, komunikan.

• Pengaruh

Pengaruh atau efek adalan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karean itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

• Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah suatu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.


(15)

6

• Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi.Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yaitu linkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

II.1.2 Definisi Keluarga

Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), “Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan”.

Ciri-ciri keluarga, sebagai berikut:

• Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah.

• Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam suatu rumah dan membentuk satu rumah tangga.

• Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.

• Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.


(16)

7

Bentuk keluarga berdasarkan jenis anggota keluarga :

• Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

• Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan sanak saudara. Misalnya : kakek, nenek dan lain-lain.

• Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

• Keluarga duda/janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

• Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama dalam satu atap.

• Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

Gambar II.1 Keluarga Inti (Orang tua dan anak) Sumber : Dokumen Pribadi

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia “Orang tua adalah orang yang sudah berumur, orang yang usianya sudah banyak, orang yang sudah lama hidup di dunia; ayah dan ibu. Anak adalah keturunan dari ayah dan ibu (keturunan yang kedua)”.


(17)

8

II.1.3 Peran Orang Tua

Ahmadi (2004) menjelaskan “keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalkan kepada anak. Dalam keluarga, orangtua mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak dan di sinilah dialami interaksi dan disiplin pertama yang dikenalkan kepada anak dalam kehidupan sosial”. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari dirinya sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam keluarga anak akan menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Hal tersebut akan diperkenalkan oleh orang tua yang akhirnya dimiliki oleh anak. Perkembangan seorang anak di dalam keluarga sangat ditentukan oleh kondisi situasi keluarga dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki orangtuanya.

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi individu atau seseorang. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah:

• Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi langsung secara tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

• Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah cinta kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial orang tuanya. Motivasi kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif daripada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi.

• Oleh karena hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak dengan dunia luar yang belum anak ketahui.


(18)

9

Dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan untuk:

• Selalu dekat dengan anak-anaknya,

• Memberi pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan,

• Mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas dan sebagainya

• Ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya, dan

• Menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

Menurut pola sosialisasi dalam keluarga dibagi menjadi 2, yaitu:

• Pola sosialisai represif, menekankan pada pemberian hukuman pada setiap tindakan salah atau menyimpang yang dilakukan oleh anak. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga.

• Pola sosialisasi partisipatoris, menekankan pada pemberian imbalan saat anak berperilaku baik. Selain itu hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan orang tua mengutamakan keinginan anak. (Jeager, 2004: h.33)

Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi, kepribadian dan pola perilaku yang terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa sangat beragam coraknya.


(19)

10

II.1.4 Sistem Sosial Budaya Keluarga Indonesia

Menurut Edward B. Tylor “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat”. Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

Pola tindak sistem sosial budaya Indonesia:

• Gotong Royong

Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap kebersamaan dan tenggang rasa, baik dalam suka maupun duka, kehidupan keluarga dan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Dengan gotong royong itu setiap orang menemui dirinya dalam persatuan dan kesatuan dalam pribadi/keluarga maupun masyarakat.

• Prasaja

Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan yang sederhana, hemat, cermat, disiplin, profesional dan tertib dilaksanakan. Kesederhanaan itu bahkan memudahkan terjadinya gotong royong yang mewujudkan kesatuan dan persatuan.

• Musyawarah untuk Mufakat

Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan golongan atau perorangan dapat menemui perbedaan yang tidak dapat diakhiri dengan perpecahan dan perpisahan, maupun pertentangan.Agar persatuan dan kesatuan tetap terbina, maka musyawarah untuk mufakat tentang kepemimpinan, pengelolaan dan pengenalian adalah syarat mutlak.

• Kesatria

Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengabdian dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi kehidupan bersama.Dengan kesatria, cinta terhadap


(20)

11

tanah air, bangsa dan negara maupun sikap perjuangan dan profesional dapat berlangsung sepanjang masa.

• Dinamis

Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan zaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatua, maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Zainal Muttaqin, 2010)

Marx Weber menjelaskan ”merupakan dasar pengesahan (legitimacy) daripada struktur kekuasaan (authority) suatu masyarakat. Nilai-nilai adalah pembentukan mentalitas yang dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, baik dan perlu dihargai sebagaimana mestinya”. Sistem nilai mendasar hubungan-hubungan sosial di antara para anggota suatu masyarakat bangsa. Maka sistem nilai yang harus diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ditemukan di dalam proses pertumbuhan panacasila sebagai dasar falsafah atau ideologi negara. Nilai atau nilai-nilai merupakan gabungan semua unsur kebudayaan yang terkandung di dalam pancasila harus dijadikan sebagai program, piagam atau pedoman untuk membimbing perilaku ataupun dari semua manusia Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari. Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara meliputi berikut ini :

• Nilai agama atau kepercayaan terhadapa Tuhan Yang Maha Esa (iman);

• Nilai dan kebenaran atau kenyataan dan keindahan yang bersumber dari kala dan rasa manusia (cipta dan rasa);

• Nilai moral atau kebaikan yang bersumber dari kehendak atau kemauan (karsa dan etika);

• Nilai vital (peragaan kehidupan), yaitu nilai-nilai yang terkait dengan segala sesuatu yang diperlukan untuk kegiatan dan aktivitas manusia.

Struktur nilai tersebut di atas bagi bangsa dan negara Indonesia telah menyatu dalam pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, dan negara serta falsafah dan janji luhur bangsa Indonesia.


(21)

12

II.2 Komunikasi Orang Tua dan Anak

Menurut Yulia Singgih D. Gunarsa & Singgih D. Gunarsa (2012) berpendapat bahwa:

Saat ini orang tua tanpa disengaja telah membiarkan pengaruh luar yang negatif merusak anaknya, orang tua yang sudah membanting tulang dan mencari nafkah dan dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginan anaknya sudah merasa berhasil sebagai orang tua yang dapat membahagiakan anaknya tetapi lupa mempehartikan anaknya ketika anak sudah mendapatkan apa yang diinginkannya. (h.14)

Cara orang tua yang berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan tugas dan pekerjaan masing-masing telah menyebabkan anak menganggap tidak ada kesatuan lagi dalam keluarganya, terutama hubungan orang tua dan anak.Karena tidak adanya kesatuan antara orang tua dan anak, maka anak kehilangan pegangan.Hubungan dengan ayah atau ibu menjadi sangat jarang dan kaku.

II.2.1 Faktor Penyebab Kurangnya Komunikasi Orang Tua dan Anak

Adapun faktor yang menyebabkan komunikasi orang tua dan anak di saat ini menjadi berkurang adalah sebagai berikut:

• Orang tua memberikan fasilitas dengan mengikuti perkembangan karena merasa komunikasi akan lebih mudah jika anak diberikan alat komunikasi yang canggih tapi anak yang diberikan akses tanpa pengawasan dan nasihat akan mengganggu perkembangan anak dalam proses belajarnya karena fitur-fitur canggih yang ada di dalam gadget.

Gambar II.2 Anak Remaja dengan Smartphone nya


(22)

13

• Orang tua yang telah membanting tulang untuk memberikan dan sedapat mungkin memenunhi keinginan dan permintaan anak, di “mata anak” merupakan orang tua yang tidak kenal waktu, terus saja bekerja dan mengejar karier, tanpa mengingat kebutuhan anak, yakni “perhatian” dari orang tua.

Gambar II.3 Kamar Anak Sumber: Dokumen Pribadi

II.3 Hasil Riset Berdasarkan Data Lapangan Dan Referensi

Berdasarkan hasil riset lapangan yang telah dilakukan pada kelompok anak remaja yang berusia 13-19 tahun dikalangan kelas menengah, didapatkan kesimpulan bahwa anak lebih suka mencurahkan isi hatinya pada teman dekat dan media seperti media sosial melalui komputer maupun smartphone.Akan tetapi bukan karena anak remaja ini tidak dekat dengan orang tua mereka melainkan anak remaja ini mendapatkan fasilitas yang baik yang telah diberikan orang tua mereka yang tujuan awalnya diberikan pada anak untuk menunjang pendidikan dan mempermudah komunikasi jika memiliki peralatan canggih.

Akan tetapi pada kenyataannya berdasarkan dari hasil riset, orang tua yang sudah memberikan fasilitas seperti komputer, internet dan smartphone ini tidak banyak memperhatikan hal apa saja yang dilakukan anak saat menggunakannya. Ada orang tua yang memberikan nasihat pada anak saat sebelum dan sesudah menggunakannya tapi lebih banyak orang tua tidak memberikan nasihat atau arahan yang baik dalam memakai fasilitas yang sudah diberikan ini.Penggunaan smartphone oleh anak remaja Indonesia saat ini pun sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.Berdasarkan hasil riset anak menjawab menggunakan alat


(23)

14

komunikasi dan teknologi yang digunakan dan dimilikinya saat ini karena banyak orang disekitarnya menggunakannya, terutama teman-temannya yang sudah lebih dulu menggunakannya.

Tabel II.1 Anak tidak akrab lagi dengan orang tuanya saat ini

Tabel II.2 Kurangnya pengawasan Orang tua pada Anak

Persentase Berdasarkan Jawaban Responden

64% tidak akrab akrab 34%

Persentase Berdasarkan Jawaban Responden

56% tidak diawasi diawasi 44%


(24)

15

II.3.1 Akibat Kurangnya Komunikasi Orang Tua dan Anak

Akibat dari kurangnya komunikasi orang tua dan anak dalam penggunaan fasilitas seperti internet dan alat berteknologi tinggi seperti komputer, laptop atau smartphone adalah sebagai berikut:

• Mengganggu perkembangan anak, menurunnya konsentrasi belajar. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di handphone (HP) seperti : kamera, permainan, internet akan mengganggu anak dalam perkembangan mental dan emosinya.

• Anak menjadi bersikap individualis karena tidak mendapatkan pendidikan mengenai sosialisasi yang baik langsung dari orang tuanya, anak menjadi tidak peduli pada sekitarnya.

• Adanya efek radiasi pada anak dari handphone yang akan menganggu kesehatan anak karena otak anak masih dalam proses berkembang dan penyakit seperti Tumor otak, apalagi pada anak remaja karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk melihat dampaknya.

• Ada juga tindak kejahatan yang dapat menimpa anak setelah menggunakan internet di komputer atau smartphone nya. Anak remaja yang masih dalam masa mencari jati diri dan cenderung masih mengikuti teman-teman disekitarnya akan sangat rawan mengalami tindak kejahatan seperti penipuan di media sosial, pergaulan bebas dan lain-lain.

Adapun akibat dari kurangnya komunikasi orang tua dan anak berdasarkan data lapangan adalah sebagai berikut:

• Penggunaan fasilitas seperti komputer, internet dan smartphone yang diberikan orang tua pada anak, tidak diawasi langsung oleh orang tua.

• Fasilitas teknologi yang lengkap dirumah membuat anak menggunakannya tanpa ada batasan waktu saat berada dirumah.

• Anak yang terpengaruh orang lain dan teman-temannya dalam penggunaan smartphone ataupun internet menjadi tidak nyaman mengobrol dengan orang tuanya karena menjadi lebih nyaman dengan smartphone nya.

• Kemudahan komunikasi tidak langsung yang berasal dari internet atau smartphone yang didapatkan anak dari orang tuanya, membuat anak menjadi


(25)

16

tidak kenal waktu saat menggunakannya dan berpengaruh pada waktu belajarnya.

II.3.2 Komunikasi yang Perlu Dilakukan Orang Tua dan Anak

Kartino Kartono (1995) menjelaskan “Anak usia remaja 13-19 tahun masih membutuhkan sosok orang dewasa disekitarnya, terutama orang tua karena anak masih sering merasa cemas, bersikap ragu-ragu dan kurang pengalaman. Penilaian anak remaja mengenai masalah kebenaran masih belum mantap, karena penilaian sangat dipengaruhi sikap kekanak-kanakan”.

Sikap anak yang cenderung masih labil karena emosi dan mentalnya belum kuat ini haruslah menjadi perhatian utama orang tua dalam memberikan fasilitas seperti internet, komputer dan smartphone pada penggunaannya. Penggunaan yang berlebihan dapat membuat anak mengalami “matang semu”, maksudnya adalah anak akan tumbuh sehat secara fisik dan terlihat baik dari luar saja tapi sebenarnya mental dan emosinya masih kurang karena penggunaan alat-alat seperti komputer atau smartphone secara belebihan diusianya yang masih sangat muda dan tidak mendapat pengawasan langsung dari orang tua mengenai batasan waktu dalam penggunaannya atau memberikan nasihat mengenai hal yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat oleh anak saat menggunakan internet. (Yee-Jin Shin, 2014)

Maka komunikasi yang perlu dilakukan oleh orang tua dan anak dalam menyikapi perubahan jaman seperti saat ini terutama dalam perkembangan teknologi komunikasi dan informasi adalah sebagai berikut:

• Orang tua harus dapat menjelaskan dampak baik dan buruk dalam penggunaan internet maupun smartphone agar anak tidak bertindak diluar batas seperti melakukan hal yang menyimpang atau tindakan kriminal.

• Orang tua harus lebih memperhatikan waktu penggunaan fasilitas yang diberikan sehingga waktu belajar anak atau waktu anak bersama keluarga tidak terganggu.


(26)

17

• Kesehatan anak juga harus menjadi hal utama yang diperhatikan orang tua karena bahaya radiasi dari handphone dan juga kesehatan mata anak dalam penggunaan komputer yang berlebihan.

• Orang tua harus berusaha menjadi teman anak dengan meluangkan waktu agar bisa mengawasi anak secara langsung tetapi tidak dengan bersikap memerintah yang akan membuat anak merasa tidak nyaman.

II.3.3 Waktu Komunikasi Orang Tua dan Anak

Berdasarkan hasil riset yang sudah dilakukan ternyata waktu komunikasi antara orang tua dan anak terjadi tidak kurang dari satu jam. Bagi orang tua yang memiliki anak yang masih berusia remaja atau masih sekolah maka waktu bertemu mereka yang paling sering adalah ketika saat pagi hari sebelum anak berangkat sekolah, sore atau malam hari ketika orang tua pulang kerja dan hari libur akhir pekan atau tanggal mereka.

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari (2012) menjelaskan “waktu komunikasi orang tua dan anak sangat penting terutama dalam mendengarkan anak. Ketika anak membutuhkan komunikasi yang baik dengan orang tuanya, orang tua harus bersikap terbuka atau bersedia mendengarkan semua yang ingin dikatakan oleh anak karena berbicara adalah sebuah kebutuhan”. Karena merupakan kebutuhan, lebih banyak orang lebih suka berbicara dibandingkan hanya mendengarkan saja. Berbicara adalah kebutuhan mendasar setiap manusia, termasuk anak-anak.

II.3.4 Indikator Ketidakakraban Komunikasi Orang Tua dan Anak

Indikator dari ketidakakraban yang terjadi antara orang tua dan anak adalah sebagai berikut:

• Orang tua dan anak sudah bersikap masing-masing dalam kehidupan sehari-hari terutama saat disehari-hari libur, ketika ada waktu bersama tapi ternyata saat ini orang tua dan anak lebih memilih melakukan kegiatan masing-masing.

• Anak lebih fokus pada fasilitas yang sudah diberikan orang tuanya, jadi melupakan komunikasi yang baik dengan keluarga terutama orang tuanya.


(27)

18

• Orang tua tidak sadar betapa pentingnya melakukan pengawasan pada anak yang sudah diberikan fasilitas lengkap seperti internet dan smartphone.

II.3.5 Definisi Kampanye

Rogers & Storey (1987) menjelaskan “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu merupakan definisi kampanye”. Merujuk pada definisi diatas maka setiap kegiatan dalam kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yaitu; tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak terentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

Di samping keempat ciri pokok diatas, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengindentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.

Perloff (1993) menjelaskan “pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi”. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Sebagian kampanye bahkan ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum. Karena sifatnya yang terbuka dan isi pesannya tidak ditujukan untuk menyesatkan khalayak, maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan dalam upaya untuk mempengaruhi publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan “Campaigns generally exemplify persuasion in action”


(28)

19

Menurut Charles U. Larson (1992) “membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni: product-oriented campaigns, candidate oriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns”.

Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan financial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan.

Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kolter disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait.

Menurut Venus Antar, 2004 terdapat beberapa definisi tentang kampanye, diantaranya :

• Sebagai salah satu usaha yang terencana dan berjalan untuk memberikan informasi, mendidik, atau meyakinkan masyarakat untuk tujuan khusus.

• Menggunakan berbagai lambang untuk mempengaruhi manusia sedemikian rupa sehingga tingkah laku yang ditimbulkan karena pengaruh tersebut sesuai dengan keinginan komunikator.


(29)

20

• Rencana kegiatan komunikasi pemasaran yang berkesinambungan dan dilaksanakan berdasarkan suatu jadwal yang menunjukan suatu peran atau berbagai media (televisi, radio, majalah, surat kabar, dan film).

• Kampanye publik merupakan aktifitas komunikasi di dalam menyampaikan pesan melalui jaringan saluran komunikasi secara terpadu, dan mengorganisir aktivitas komunikasi tersebut dengan tujuan menghasilkan dampak pada individu-individu dalam jumlah besar, dan atau kelompok masyarakat sesuai dengan target yang ingin dicapai, pada satuan waktu tertentu.

Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kampanye adalah aktivitas komunikasi yang terencana untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan dan mempengaruhi individu-individu dalam jumlah besar atau kelompok masyarakat dengan menggunakan berbagai media (televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya) agar memenuhi target yang ingin dicapai pada satuan waktu tertentu.

II.3.6 Jenis-jenis Kampanye

Kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi 4 macam, yaitu :

1. Kampanye Sosial

Suatu kegiatan berkampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dana bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi Kriteria penentuan kampanye pelayanan masyarakat adalah :


(30)

21

Gambar II.4 Kampanye Sosial Sumber:

https://www.pinterest.com/pin/539235755359694513/(09/04/2015/17.32)

• Non Komersil.

• Tidak bersifat keagamaan.

• Tidak bermuatan politik.

• Berwawasan nasional.

• Diperuntukan bagi semua masyarakat.

• Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.

• Dapat diiklankan.

• Memiliki dampak dan kepentingan tinggi sehingga mendapat dukungan media lokal maupun nasional

2. Kampanye Bisik.

Kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan menyiarkan kabar angin dan tanpa visual.

3. Kampanye Promosi.

Kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.


(31)

22

Gambar II.5 Poster promosi super market Sumber:

http://www.superindo.co.id/promosi/promosi_khusus/hadiah_super/(09/04/2015/17.4 2)

4. Kampanye Politik.

Kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak.

Gambar II.7 Kampanye politik

Sumber: http://www.iberita.com/22038/jadwal-kampanye-pemilu-legislatif-partai-politik-2014/(09/04/2015/17.46)


(32)

23

II.3.7 Model Alur Komunikasi Harold D Laswell

Mulyana (2002) menyatakan “Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut”. Jadi model bukanlah fenomena atau realitas itu sendiri. Model hanya gambaran tentang fenomena atau realitas yang telah disederhanakan. Model hanya mengambil aspek atau ciri-ciri tertentu dari realitas yang dianggap umum, penting dan relevan. Karena alasan ini maka sebuah konstruksi model tidak pernah sempurna. Namun begitu, model memiliki manfaat untuk memudahkan pemahaman tentang proses berlangsungnya suatu hal.

Model komunikasi untuk kampanye Harold D Laswell adalah salah satu dari model alur komunikasi untuk kampanye yang prosesnya mendekati kampanye sosial yang ditujukan dilakukan untuk solusi dari meningkatkan kesadaran orang tua untuk berkomunikasi lebih terbuka dengan anaknya.

Tabel II.3 Model Komunikasi Harold D. Laswell

Menurut Cangara (2014), Harold D Laswell memperkenalkan lima formula komunikasi untuk terjadinya komunikasi , yaitu :

Who, yaitu berkenaan dengan siapa yang berbicara.

Say What, yaitu pesan apa yang ingin disampaikan.

In What Channel, yaitu melalui saluran seperti apa.

To Whom, yaitu pesan ditujukan untuk siapa.

With What Effect, yaitu pengaruhnya seperti apa. (h. 46).

II.4 Target Khalayak

Menurut Antar Vernus “Khalayak terdiri dari kelompok-kelompok atau sub-sub kelompok yang disamping memiliki sejumlah kesamaan sekaligus juga memiliki keragaman baik dari segi demografis, maupun psikografis”. Keragaman inilah

Who

Say

What In What Channel To Whom With What Effect


(33)

24

yang memunculkan perbedaan keinginan, kebutuhan dan cara mereka merepons lingkungan. Atas dasar ini maka menjadi tidak realistis bila memperkelakukan mereka sama.

Menurut teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang dikembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

1. Trust >< Mistrust (usia 0-1 tahun)

Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.

2. Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu (usia 2-3 tahun)

Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu.Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang Tua - Guru Sekolah Minggu)


(34)

25

3. Inisiatif >< Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)

Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampaipada hal-hal yang berbau fantasi.Mereka sudah lebih bisa tenang dalam mendengarkan Firman Tuhan di Sekolah Minggu.

4. Industri/Rajin >< Inferioriti (usia 6-11 tahun)

Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.

5. Fidelity-Identitas><KebingunganPeran(12-20 tahun)

Mempertanyakan diri. Siapa aku, bagaimana saya cocok? Di mana aku akan hidup? Erikson percaya, bahwa jika orang tua membiarkan anak untuk mengeksplorasi, mereka akan menyimpulkan identitas mereka sendiri. Namun, jika orang tua terus mendorong dia untuk menyesuaikan diri dengan pandangan mereka, para remaja akan menghadapi kebingungan identitas.

6. Keintiman><Isolasi (20-24 tahun)

Ini adalah tahap pertama dari pembangunan dewasa. Perkembangan ini biasanya terjadi pada dewasa muda, yaitu antara usia 20 sampai 24. Kencan, pernikahan, keluarga dan persahataban yang penting selama tahap dalam kehidupan mereka. Dengan behasil membentuk hubungan penuh kasih dengan orang lain, individu dapat mengalami cinta dan keintiman. Mereka yang gagal untuk membentuk hubungan yang langgeng mungkin merasa terisolasi dan sendirian.

7. Generativitas><stagnasi (25-64 tahun)

Ini adalah tahap kedua dari masa dewasa dan terjadi antara usia 25-64. Selama ini orang biasanya menetap dalam hidup mereka dan tahu apa yang penting bagi mereka. Seseorang baik membuat kemajuan dalam karir mereka atau menginjakringan dalam karir mereka dan tidak yakin apakah ini adalah apa yang mereka ingin lakukan selama sisa hidup mereka bekerja. Juga selama waktu ini, seseorang menikmati membesarkan anak-anak mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan, yang memberikan mereka rasa tujuan. Jika


(35)

26

seseorang tidak nyaman dengan cara hidup mereka mengalami kemajuan, mereka biasanya menyesal tentang keputusan dan merasakan rasa tidak berguna.

8. Egointegritas><putus asa (65 tahun > )

Tahap ini mempengaruhi kelompok usia 65 dan, selama waktu ini individu telah mencapai bab terakhir dalam hidup mereka dan pensiun mendekati atau telah terjadi. Banyak orang, yang telah mencapai apa yan gpenting bagi mereka, melihat kembali kehidupan mereka dan merasa prestasi besar dan rasa integritas. Sebaliknya, mereka yang memiliki waktu sulit selama pertengahan masa dewasa mungkin melihat ke belakang dan merasakan perasaan putus asa.

Berdasarkan Teori Erik H. Erikson mengenai fase-fase dewasa dalam perkembangan jiwa manusia dalam psikologi pekermbangan, target audiens untuk kampanye sosial ini adalah sebagai berikut:

• Demografis :

Usia sekitar 30-50 tahun Jenis Kelamin pria dan wanita Pendidikan SMA- Perguruan Tinggi

• Psikografis :

Orang dewasa/orang tua yang kesehariannya menghabiskan waktu diluar rumah, bekerja dikantor. Status sosialnya dari kelas menengah sampai menengah keatas. Merupakan orang dewasa yang biasanya selama ini menetap dalam hidup mereka dan tahu apa yang penting bagi mereka. Juga selama waktu ini, seseorang menikmati membesarkan anak-anak mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan, yang memberikan mereka rasa tujuan dan yang giat bekerja untuk membahagiakan keluarga dan anaknya, pekerja keras.

• Geografis :

Daerah Bandung kota, yang merupakan tempat paling padat penduduk dan paling banyak orang dewasa yang menghabiskan waktunya di tempat kerja/kantor.


(36)

27

II.5 Analisa

Metode analisa yang digunakan dalam masalah ini adalah 5W + 1H yang ditemukan oleh Rudyard Kipling.

Tabel II.4 Analisis Data Menggunakan 5W1H

What Komunikasi orang tua dan anak

Why

Oang tua melupakan pentingnya memperhatikan anak dalam penggunaan fasilitas seperti internet dan gadget dimana anak masih belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk sendiri.

Anak juga menjadi lupa waktu bersama keluarga, maka dari itu perhatian berupa waktu bersama dengan orang tua menjadi sangat penting.

When Masalah ini terjadi sejak maraknya

pengguna smartphone saat ini dan akses internet yang semakin mudah.

Where

Rumah adalah tempat utama paling seringnya terjadi masalah komunikasi orang tua dan anak ini.

Who

Orang tua yang sibuk bekerja dan anak remaja 13-19 tahun yang kurang perhatian

How

Untuk memperbaiki komunikasi orang tua dan anak yang tidak berjalan dengan baik ini, orang tua harus mulai sadar seperti apa komunikasi yang baik dengan anak.


(37)

28

Dalam permasalahan sosial ini kampanye sosial bertujuan untuk meningkatkan kesadaran komunikasi yang lebih baik antara orang tua dan anak. Hal ini menjadi perlu dilakukan karena kesadaran akan hal tersebut masih rendah dan akibat dari ketidakmampuan orang tua untuk menyadari kekuranganya dalam mendidik anaknya, permasalahan ini diangkat karena orang tua juga perlu sadar akan kekurangannya dalam mendidik terutama disini adalah komunikasi. Alasan kampanye sosial dipilih sebagai media komunikasi karena bersifat khusus dan sering berkaitan dengan masyarakat juga merupakan media komunikasi yang juga bersifat ajakan.yang nanti akan langsung ditujukan pada orang tua, untuk mulai memperhatikan anak-anaknya terutama dalam komunikasidan bagaimana orang tua bisa memahami anaknya.


(38)

29 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Kampanye sosial adalah aktivitas komunikasi yang terencana untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan dan mempengaruhi individu-individu dalam jumlah besar atau kelompok masyarakat dengan menggunakan berbagai media (televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya) agar memenuhi target yang ingin dicapai pada satuan waktu tertentu. (Venus Antar, 2004)

Strategi perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari permasalahan mengenai komunikasi orang tua dan anak, yaitu membuat media kampanye yang akan dilakukan selama satu tahun dengan tahap pertama pada empat bulan pertama yaitu bertujuan untuk mengingatkan dan mengajak orang tua untuk mulai memperhatikan anaknya dalam kegiatan sehari-hari dengan melakukan aktivitas keluarga dirumah yang menyenangkan. Orang tua diharapkan bisa berkomunikasi yang baik dengan anak agar tidak melupakan tata nilai yang ada di Indonesia karena terpengaruh budaya luar melalui pemberian fasilitas seperti internet atau smartphone.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan komunikasi dari kampanye ini adalah sebagai berikut:

• Menyadarkan para orang tua terutama yang sibuk bekerja untuk peduli pada komunikasi yang baik dengan anak.

• Melakukan kampanye berupa aktivitas keluarga yang menyenangkan yang sangat dipengaruhi perkembangan jaman yang sedang banyak digandrungi banyak orang.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

John Wistrand (1974) berpendapat bahwa “desain harus merupakan desain keseluruhan yang melihat pada proyek atau produk, dan mencoba menganalisisnya sepenuhnya”. Merancang iklan menjadi sebuah alat komunikasi


(39)

30 yang berguna dan tidak hanya menentukan penampilan saja. kesan petama adalah kepentingan yang harus dipertimbangkan berbagai bidang sehingga menjadi lebih baik dan benar-benar berguna.

Pendekatan komunikasi yang akan dilakukan dalam perancangan kampanye sosial mengenai komunikasi orang tua dan anak ini akan dimulai dengan pendekatan emosional yang betujuan membangkitkan sisi negatif atau positif dari emosi target khalayak sehingga dapat memotivasi dan melakukan reaksi yang diharapkan dari kampanye ini.

Gambar III.1 Poster Melalui Pendekatan Emosional Bagi Perokok Sumber : pixshark.com(26/04/2015/23.03)

Diatas ini adalah salah satu contoh gambar poster sebagai referensi dari pendekatan komunikasi secara emosional, karena menunjukan akibat kedepannya bagi perokok jika terus menerus merokok.

III. 1.3 Materi Pesan

Dalam penyampaian kampanye sosial ini dibutuhkan materi pesan yang akan disampaikan sebagai pesan dari kegiatan kamapanye ini. Adapun materi yang ingin disampaikan adalah: “Kebahagiaan lahir dan batin anak seharusnya masih dalam tuntunan orang tua”.


(40)

31 III. 1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa terbagi menjadi bahasa verbal dan non verbal. Bahasa verbal atau secara lisan, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan cara berbicara kepada satu sama lain. pada jenis komunikasi ini dipergunakan pengucapan maupun bunyi-bunyian serta telinga pendengaran sebagai sensasi dengar. Bahasa lisan menggunakan bahasa yang biasa dipakai atau syang di dengar seperti bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa prokem, bahasa gaul, dsb. Sedangkan bahasa nonverbal merupakan bagian dari komunikasi yang disampaikan secara visual. (Kusrianto, 2009)

Verbal

Gaya bahasa yang digunakan dalam kampanye sosial mendukung komunikasi yang baik antara orang tua dan anak adalah bahasa verbal. Dimana dengan menggunakan bahasa Indonesia yang santai dan umum ditelinga khalayak sasaran dapat mempengaruhi khayalak sasaran. Meoliono (1979) “Mengarah pada majas retorik adalah gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban, tujuannya untuk memberikan penegasan, sindiran atau menggugah”. Tujuannya dirasa sangat cocok dengan kampanye sosial ini yaitu mengungkapkan secara langsung perbandingan analogis yang ada.

Non Verbal

Visual yang akan digunakan dalam kampanye sosial ini adalah fotografi. Rudy W. Herlambang menjelaskan “fotografi sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya”. Kelebihan dengan menggunakan fotografi, yaitu:

• Memperoleh image objek sebenarnya dengan proporsi yang dapat diatur baik warna, cahaya, maupun detailnya.

• Pengaruh model sangat kuat untuk menarik minat konsumen sehingga pengambilan gambar untuk mengangkat karakter model dapat dimanfaatkan untuk keperluan komunikasi visual periklanan.


(41)

32

• Menunjang kebutuhan informasi dalam bentuk visual dalam media cetak maupun elektronik.

Adapun alasan pemilihan visual menggunakan fotografi berdasarkan khalayak sasaran yang merupakan orang dewasa. Berdasarkan teori perkembangan dewasa menurut Anderson bahwa orang dewasa dan matang memiliki sifat yang objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan dan memiliki kemauan yang realistis.

Maka dari itu fotografi yang menghasilkan visual yang sebenarnya dirasa akan langsung menggugah perasaan khalayak sasaran yang lebih mengedepankan kenyataan dan realitas yang apa adanya.

III. 1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Consumer Insight

Pria atau wanita dewasa, sudah berumah tangga, 30-50 tahun seorang pegawai kantor baik negeri maupun swasta dikalangan menengah.

Orang tua mengharapkan anaknya dapat menjadi anak yang sopan santunnya tinggi, penurut dan tidak kekurangan kasih sayang jika komunikasi dengan anak dapat berjalan dengan baik. Sedangkan jika komunikasi tidak berjalan dengan baik orang tua khawatir anak akan menjadi tertutup, mendapatkan pengaruh buruk dari luar seperti melalui fasilitas internet atau smartphone yang sudah diberikan orang tuanya dan juga tidak hormat lagi pada orang tuanya.


(42)

33 Gambar III.2 Suasana Ruang Kerja Pegawai Kantor

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar III.3 Suasana Ruang Kerja Pegawai Kantor 2 Sumber: Dokumen Pribadi

Consumer Journey

Tabel III.1 Consumer Journey

Waktu Aktifitas Konsumen

Tempat Point Of Contact

04.30

05.00

Bangun Tidur

Mandi

Kamar Tidur

Kamar Mandi

Kasur, Bantal, Guling, Selimut, Meja Rias, Lemari Baju, Jam Alarm


(43)

34 05.30 05.50 06.00 07.30 10.00 Siap-Siap Sarapan Berangkat Tiba Di Kantor/Tempat Kerja Rapat Kamar Tidur Ruang Makan Jalan Kantor Ruang Rapat Mandi, Air, Sabun, Sikat Gigi, Pasta Gigi, Cermin

Cermin, Baju, Minyak Wangi, Tas/Koper, Sepatu

Gelas, susu, kopi, piring, roti, nasi, meja makan, kursi, serbet, sendok, garpu. Mobil, Motor, Jalan Raya, Kendaraan umum, Tukang Koran, Musik, Radio. Komputer, Laptop, Meja Kerja, Kursi, Map, Alat Tulis Kantor, Telepon, Gelas Minum.

Proyektor, Meja, Laptop, Rekan


(44)

35 12.30 14.00 15.30 18.00 Istirahat

Masuk Kerja Lagi

Pulang Kerja Sampai Dirumah Kantin Kantor Jalan Rumah Kerja, Air Minum. Handphone, Makanan, Minuman, Meja Kantin, Penjual Makanan, Rekan Kerja, Rokok, Tablet, Toilet, Media Sosial. Komputer, Laptop, Berkas/Arsip, Kopi/Teh, Telepon Mobil, Musik, Radio, Lampu Merah, Pedagang Asongan, Kendaraan Umum, Jalanan.

Sofa, Televisi, Teh Manis, Handphone, Keluarga.


(45)

36 19.00 21.50 22.00 Santai Bersama Keluarga Siap-siap Tidur Tidur Ruang Keluarga Kamar Mandi/Kamar Tidur Kamar Tidur Sofa, Televisi, Handphone, Pekerjaan Rumah Anak. Pencuci Muka, Pakaian Tidur, Kasur, Selimut, TV. Kasur, Bantal, Guling, Selimut, TV, Lampu.

III. 1.6 Strategi Kreatif

Dibutuhkan strategi kreatif untuk dapat menarik khalayak sasaran kampanye yaitu orang tua yang sibuk bekerja. Mengajak orang tua untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan anak ketika berada dirumah untuk membuat komunikasi orang tua dan anak lebih baik. Kegiatan yang akan dilakukan ini adalah berupa event untuk yang mengajak untuk mengunggah foto kebersamaan antara orang tua dan anak dalam kegiatan yang menyenangkan dan setelah foto diunggah akan diberikan hadiah menarik bagi foto terbaik, berupa liburan keluarga di tempat wisata Kampung Gajah yang menyediakan banyak wahana menarik yang bisa dimainkan bersama. Adapun sosialisasi event melalui media dengan penggunaan visual yang berbeda-beda pada media utama dan setiap media pendukung dimaksudkan agar masyarakat lebih mudah menangkap maksud dari hubungan antara headline dan visual.

Khalayak sasaran tidak akan langsung diminta mengunggah foto begitu saja. Khalayak sasaran akan mendapatkan informasinya terlebih dulu dimulai dari poster yang akan memberitahukan adanya kampanye sosial komunikasi orang tua


(46)

37 dan anak, lalu booth yang akan ditempatkan di tempat ramai seperti mall, car free day, toserba, toko buku dan tempat ramai yang biasa didatangi khalayak sasaran. Booth akan menyediakan informasi berupa brosur lalu khalayak sasaran akan diarahkan pada pemberian gimmick untuk mendukung kampanye dengan mengikuti page facebook kampanye. Setelah itu diharapkan khalayak sasaran akan mengunggah foto kebersamaan orang tua dan anak di page facebook dan juga diharapkan menyebarkan keberadaan kampanye sosial ini di media sosialnya.

• Copywriting “Keluarga Peduli”

• Pembuatan Tagline

Konsep kreatif dari pembuatan taglineini berdasarkan khalayak sasaran yang masih belum menyadari pentingnya kebersamaan bersama anak maka dari itu adapun slogan headline yang ingin disampaikan dalam kampanye sosial ini adalah sebagai berikut:

“Kalau begini lebih baik, kenapa engga?”

Ajakan ini ingin mengatakan bahwa kebersamaan orang tua dan anak dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus beralasan atau mempermasalahkan apapun. Setelah khalayak membaca ini diharapkan dapat menggugah perasaan dan kesadaran khalayak sasaran.

• Pencarian Visual

Pencarian gagasan visual berdasarkan pesan yang ingin disampaikan oleh kampanye sosial yaitu: “Kebahagiaan lahir dan batin anak seharusnya masih dalam tuntunan orang tua ketika anak masih dalam proses beranjak dewasa dan membutuhkan perhatian lebih dari orang tuanya”. Visual yang diharapkan adalah yang memberikan kesan menyenangkan tetapi juga dapat menggugah hati dan pikiran khalayak sasaran. Gambaran yang ingin ditampilkan adalah situasi yang bahagia dan menyenangkan ketika orang tua dan anak melakukan kegiatan bersama. Kegiatan yang menyenangkan dapat menumbuhkan rasa


(47)

38 kebersamaan orang tua dan anak satu sama lain dan tidak menutup kemungkinan komunikasi verbal pun akan berjalan dengan baik.

III. 1.7 Strategi Media

Rohani (1997) menjelaskan “media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan suatu pesan di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan”.

Media yang akan digunakan dipilih berdasarkan AISAS (Attention, Interest, Search, Action & Share), karena saat ini sudah terjadi pergeseran perilaku konsumen, yaitu setelah mengetahui keberadaan suatu event atau produk, konsumen atau khalayak sasaran akan terlebih dulu mencari informasi mengenai event atau produk tersebut lebih dulu sebelum mengikuti event atau membeli produknya. Gambaran media yang akan digunakan dalam kampanye sosial ini adalah media sosialisasi seperti poster, booth, flyer, billboard dan spandukyang akan mengajak khalayak sasaran untuk mengunggah foto kebersamaan bersama keluarganya di media dan bagi pemenang akan mendapatkan hadiah utama yang menarik.

Kegiatan ini diharapkan dapat mendekatkan orang tua dan anak dalam komunikasi dengan melakukan aktivitas keluarga yang menyenangkan karena anak terlahir dengan keyakinan belajar itu menyenangkan karena bermain. (Setyawan, 2014, h.107)

Tabel III.2 Pemilihan Media Berdasarkan AISAS

Attention Interest Search Action Share

Poster Spanduk Billboard

Booth X-Banner

Brosur

Poster Event Gimmick (Notebook, Kalender & Sticker), Merchandise (Mug) Media Sosial (Facebook &Twitter)


(48)

39 III. 1.7.1 Pemilihan Media

• Poster, Iklan display yang dicetak pada kertas. Akan ditempel di kantor, supermarket dan tempat-tempat orang dewasa atau orang tua melakukan kegiatan sehari-hari. Alasan media ini dipilih karena dapat dilihat dengan mudah, baik tagline, visual maupun informasinya.

Booth, panggung mini beserta aksesoris didalamnya yang digunakan sebagai ajang promosi produk, jasa, branding maupun sosial. Akan diletakkan di mall atau tempat banyak orang berkumpul dan juga untuk memberikan informasi juga gimmick yang disediakan.

X-Banner, Penyampai informasi berbentuk banner dengan penyangga X. Akan ditempatkan bersama dengan booth dan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai kegiatan kampanye yang sedang dilakukan.

• Spanduk/Umbul-umbul, Kain rentang slogan/tagline produk, jasa maupun sosial. Akan dipasang dipinggir jalan raya di daerah perkantoran dan daerah sekitar lalu lintas seperti lampu merah karena ukuran yang besar maka akan lebih mudah dilihat olah khalayak sasaran yang setiap hari melewati jalan raya.

• Billboard, media yang besar dan akan ditempatkan dijalan raya atau jalan tol tempat khalayak sasaran akan dapat melihatnya dengan mudah dan jelas.

• Brosur Selebaran yang akan diberikan pada khalayak sasaran untuk memberikan informasi detail yang lebih jelas mengenai kampanye sosial ini.

• Merchandise, Promosi prduk dengan mencantumkan logo perusahaan atau produk. Merchandise disini berupa:

Mug Set “Keluarga”, pada mug ini akan bertuliskan ayah, ibu, kakak dan adik yang dimaksudkan untuk menunjukan mug ini milik siapa dalam suatu keluarga dan agar keakraban orang tua dan anak akan lebih baik karena memiliki benda pakai yang sama. Alasan mug ini dipilih karena untuk orang dewasa bisa digunakan dirumah maupun kantor dan dapat menjadi pengingat mengenai keluarganya.

• Gimmick, hadiah yang berikan secara gratis, saat proses sosialisasi kampanye di luar ruangan.


(49)

40

• Notebook, notebook dipilih karena digunakan untuk menulis catatan dan dapat menjadi media pengingat yang baik karena digunakan setiap diperlukan.

• Stiker, kertas tempelan yang dapat di tempel dimana saja sesuai keinginan.

• Kalender, bagi orang tua yang bekerja dikantor kalender duduk akan lebih mudah dilihat ketika bekerja karena diletakkan diatas meja kerja.

• Gantungan kunci, media ini dapat digunakan sebagai media pengingat yang dapat ditempelkan pada beberapa benda yang digunakan sehari-hari seperti kunci rumah, kunci motor, kunci kamar dan lain-lain.

• Internet, berupa media sosial seperti facebookdan twitter. Tempat orang tua dan anak akan mengunggah fotonya dan mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai kampanye sosial ini.

III. 1.8 Strategi Distribusi

Berdasarkan target audien yang tinggal di kota Bandung dan sibuk bekerja, maka penyebaran media berdasarkan pada waktu jam istirahat kantor di mall, toko buku, akhir pekan, acara mingguan seperti car free day, dan hari libur yang berhubungan dengan keluarga seperti hari ibu atau hari anak. Pada hari-hari seperti itulah waktu yang cocok untuk melakukan kampanye sosial komunikasiorang tua dan anak. Waktu penyelenggaraan kampanye ini akan lakukan selama 4 bulan, pada bulan Juli sampai Oktober. Alasannya pada bulan Juli bertepatan dengan hari anak nasional yang sangat cocok dengan tujuan kampanye yaitu mengingatkan orang tua tentang komunikasi yang baik dengan anak. Dibawah ini adalah tabel distribusi dan penyebaran kampanye sosial yang akan dilakukan mulai dari tahap reminding sampai pada tahap persuading.


(50)

41 Tabel III. 3 Jadwal Penyebaran Kampanye Sosial Tahap Reminding

Tabel III. 2 Jadwal Penyebaran Kampanye Sosial Tahap Persuading

III. 2 Konsep Visual

Konsep visual merupakan konsep yang dimulai dari pendekatan verbal dan diwujudkan dalam bentuk visual. Dalam konsep visual kampanye ini disesuaikan dengan segmentasi khayalak sasaran yaitu orang dewasa berusia 30-40 tahun, pegawai kantor swasta maupuan negeri. Visual yang akan ditonjolkan disini adalah fotografi yang menurut Menurut Rudy W. Herlambang, fotografi menghasilkan visual yang sebenarnya dirasa akan langsung menggugah perasaan


(51)

42 khalayak sasaran yang lebih mengedepankan kenyataan dan realitas yang apa adanya. Adapun warna solid cerah yang dipakai untuk memberikan kesan yang tidak terlalu serius karena kampanye ini bertujuan mengajak orang tua untuk lebih dekat dengan anak.

III. 2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan bersifat asimetris, dimana letak unsur visual berbeda-beda. Baik gambar, headline, atau teks letaknya berubah sesuai komposisi media yang digunakan. Adapun penggunaan keseimbangan asimetris untuk memberikan kesan yang tidak kaku atau santai. (Lia Anggraini & Kirana Nathalia, 2014, h.76)

III. 2.2 Tata Letak (Lay Out)

Lay out yang digunakan pada setiap media kampanyenya yaitu, portrait dan landscape. Unsur-unsur seperti logo kampanye atau lembaga yang mendukung penempatannya akan disesuaikan dengan tata letak objek utama pada visual. Begitu juga penjelasan rinci mengenai kampanye sosial ini juga akan disesuaikan lagi mengikuti visualnya.

III. 2.3 Huruf

Adapun jenis huruf yang digunakan disini adalah sans serif yang melambangkan kesederhaan, lugas, dan masa kini. (Lia Anggraini & Kirana Nathalia, 2014, h.60) Kemudian font yang digunakan dalam poster kampanye sosial Keluarga Peduli ini adalah yaitu:

o Rumpelstiltskin, sebagai headline, sesuai sebagai font headline karena tidak terlalu formal dengan bentuk huruf yang tidak beraturan tapi tetap terbaca dengan jelas. Agar ajakan bagi orang tua untuk menghabiskan waktu bersama anak dengan santai lebih terasa dan tidak kaku.


(52)

43

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 0123456789

.,;:/?&[]!#$%()*<>

o glen bold, digunakan untuk bodycopy dan keterangan karena juga bentuk huruf yang tidak terlalu formal tapi tetap terbaca dengan jelas maka dari itu sesuai untuk menjelaskan keterangan yang panjang.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789

III. 2.4 Ilustrasi

Visual yang akan digunakan dalam kampanye sosial ini adalah fotografi. Menurut Rudy W. Herlambang, fotografi sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Kelebihan dengan menggunakan fotografi, yaitu:

• Memperoleh image objek sebenarnya dengan proporsi yang dapat diaturbaik warna, cahaya, maupun detailnya.

• Pengaruh model sangat kuat untuk menarik minat konsumen sehingga pengambilan gambar untuk mengangkat karakter model dapat dimanfaatkan untuk keperluan komunikasi visual periklanan.

• Menunjang kebutuhan informasi dalam bentuk visual dalam media cetak maupun elektronik


(53)

44 Gambar III.4 Poster Kampanye Komunikasi Orangtua dan Anak

Sumber: Dokumen Pribadi

III. 2.5 Warna

Sulastri Darmaprawira W.A. (2002) berpendapat “bahwa warna mempunyai pengaruh terhadap emosi dan asosiasinya terhadap macam-macam pengalaman, maka setiap warna mempunyai arti perlambangan dan makna yang bersifat mistik. Warna secara emosional mempunyai simbol sesuai dengan fungsi dan penerapannya”.

Eko Nugroho (2008) menyatakan bahwa dalam psikologis warna, “warna diyakini mempunyai dampak psikologis terhadap manusia. Dampak tersebut dapat dipandang dari berbagai aspek, baik aspek pancaindera, aspek budaya, dan lain-lain”.

Warna yang dipilih dalam kampanye sosial keluarga peduli ini adalah:

• Biru Muda

Warna biru muda menurut psikologi memiliki arti kernihan pikiran dan komunikasi.


(54)

45

• Biru Tua

Warna biru menurut psikologi memiliki sifat dingin dan damai lalu melambangkan harapan, keakraban dan kebersamaan.

• Kuning

Warna kuning menurut psikologi memiliki sifat terang, ceria, dan hidup, lalu melambangkan keceriaan dan kegembiraan.

Gambar III.5 Warna Pada Poster Sumber: Dokumen Pribadi


(55)

46

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Teknis Produksi

Proses produksi media akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

Tahap Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan konsep dari tujuan perancangan dan strategi perancangan maka selanjutnya adalah mengumpulkan data pendukung yang akan dimuat di media, seperti data berupa gambar, foto, tulisan/font, logo serta referensi dari internet dan buku.

Tahap Perancangan

Tahapan perancangan ini adalah tahapan yang paling kursial untuk mewujudkan media-media kampanye komunikasi orang tua dan anak. Proses pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan beberapa data dan gambar atau foto. Tahap selanjutnya yaitu mengatur layout media, mengabungakan beberapa foto sebagai background, penambahan tulisan dan memasukan logo tema acara yang akan dilaksanakan. Tahapan terakhir adalah tahapan finishing yaitu tahapan dimana softcopy media yang telah selesai dirancang dan akan disempurnakan sebagai media utama ataupun sebagai media pendukung.

Tahap Cetak

Tahapan cetak adalah proses perwujudan media yang sebelumnya berupa softcopy lalu akan dicetak sesuai dengan keperluannya hingga menjadi benda asli (hardcopy) seperti poster, spanduk, flyer, x-bannerdan kebutuhan media yang akan dicetak lainnya.


(56)

47

IV.2 Media Utama

Media utama yang digunakan adalah

IV.2 Poster

Gambar IV.1 Poster Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 42 cm x 59,4 cm Bahan : Matte Paper

Teknik : Digital Print

Media poster ini menampilkan informasi mengenai kegiatan kampanye sosial yang akan dilakukan dan poster ini akan ditempatkan di pusat keramaian seperti di kantor, supermarket, ruang publik seperti halte dan trotoar juga tempat-tempat orang dewasa melakukan kegiatan sehari-harinya.


(57)

48

IV.3 Media Pendukung

Media pendukung yang digunakan adalah

IV.3.1 Poster Event

Gambar IV.2 Poster Event Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 42 cm x 59,4 cm Bahan : Matte Paper

Teknik : Digital Print

Media poster event ditujukan untuk mengajak khalayak sasaran mengikuti event yang diselenggarakan dan memberikan informasi batas waktu event berlangsung. Poster ini akan ditempatkan di pusat keramaian seperti di kantor, supermarket, ruang publik seperti halte dan trotoar juga tempat-tempat orang dewasa melakukan kegiatan sehari-harinya.


(58)

49

IV.3.2 Billboard

Gambar IV.3 Billboard Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 2 m x 1 m (skala 1:20 = 10 cm x 5 cm) Bahan : Flexi

Teknik : Digital Print

Media Billboard dipasang dengan tiang yang berukuran 5 m, visual billboard ditempel pada frame. Teknik ini digunakan untuk menjaga nilai keterbacaan khalayak terhadap pesan yang ingin disampaikan melalui media besar.


(59)

50

IV.3.3 Spanduk

Gambar IV.4 Spanduk Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 150 cm x 50 cm (skala 1:20 = 7,5 cm x 2,5 cm) Bahan : Flexi

Teknik : Digital Print

Teknik media spanduk ini digunakan untuk menjaga nilai keterbacaan khalayak terhadap pesan yang ingin disampaikan melalui media besar dan ditempatkan di ruas jalan yang strategis.


(60)

51

IV.3.4 Brosur

Gambar IV.5 Tampak Depan Brosur Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 29,7 cm x 21 cm Bahan : Art paper 80 gr

Teknik : Digital Print

Tampilan luar brosur ini dibuat semenarik mungkin dengan memberikan efek lebih pada foto dan situasi yang menarik agar bisa menarik khalayak sasaran untuk melihat. Teknik cetak yang digunakan pun dipilih agar mendapatkan hasil yang akurat dan terbaca jelas.


(61)

52

Gambar IV.6 Tampak Belakang Brosur Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 29,7 cm x 21 cm Bahan : Art paper 80 gr

Teknik : Digital Print

Teknik media brosur ini digunakan untuk mendapat hasil cetakan digital printing yang akurat, dan masih terbaca dengan baik. Lalu pada bagian ini juga adalah tampilan yang menjelaskan mengenai isi dari kampanye dengan lebih jelas.


(62)

53

IV.3.5 X-Banner

Gambar IV.7 X-banner Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 160 cm x 60 cm Bahan : Flexi

Teknik : Digital Print

Media X-banner menampilkan informasi mengenai isi utama dari kampanye cara mengikuti event melalui media sosial. X-banner ini akan dipajang disamping booth yang akan ada dikeramaian orang.


(63)

54

IV.3.6 Booth

Gambar IV.8 Booth Sumber: Dokumen Pribadi

Media booth ini akan ditempatkan di tempat keramaian yang sesuai dengan consumer journey khalayak sasaran, seperti di mall, car free day, atau tempat banyak khalayak sasaran berkumpul. Booth ini juga memberikan informasi sekaligus gimmick untuk mengajak khalayak sasaran mengikuti kegiatan kampanye.


(64)

55

IV. 3.7 Mug

Gambar IV.9 Mug Sumber: Dokumen Pribadi

Bahan : Keramik Teknik : Digital Print

Mug ini diperuntukan bagi pemenang foto terbaik dalam event kampanye ini. Mug ini juga dapat menjadi merchandise yang diperjual belikan juga khalayak sasaran bersedia mengikuti event kampanye.


(65)

56

IV.3.8 Kalender

Gambar IV.10 Kalender Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 24 cm x 17 cm Bahan : Art paper 210 gr Teknik : Digital Print

Media kalender ini berupa kalender duduk yang mudah dilihat jika diletakkan diatas meja, juga disediakan sebagai media pengingat yang akan diberikan jika khalayak sasaran bersedia mendaftar pada event kamapnye, kalender ini juga akan menunjukan bahwa khalayak sasaran telah mengikuti event kampanye sosial.


(66)

57

IV.3.9 Notebook

Gambar IV.11 Tampak Luar Notebook Sumber: Dokumen Pribadi

Tampak Luar Notebook

Ukuran Media : 14,8 cm x 21 cm Bahan : HVS

Teknik : Digital Print

Media notebook ini dibuat dengan menggunakan hardcover agar lebih mudah digunakan dimana-mana saat dibutuhkan begitu juga dengan ukurannya yang tidak terlalu besar agar bisa lebih mudah dibawa kemana-mana.


(67)

58

Gambar IV.12 Tampak Dalam Notebook Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 14,8 cm x 21 cm Bahan : HVS 80gr

Teknik : Digital Print

Isi media notebook ini menggunakan kertas hvs tipis untuk menulis dengan jumlah isi yang banyak dan tebal agar dapat digunakan dalam waktu yang lama dan diharapkan dapat menjadi media pengingat yang cukup lama setelah event selesai.


(68)

59

IV.3.10 Stiker

Gambar IV.13 Stiker Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 7 cm x 7 cm Bahan : Glossy Sticker Teknik : Digital Printing

Media sticker ini adalah media luar ruang, media stiker ini juga sebagai media sosialisasi kampanye komunikasi orang tua dan anak yang bisa ditempel dimana saja, seperti di mobil keluarga. Diharapkan khalayak sasaran dapat mengetahui kampanye yang sedang dilakukan dan stiker ini adalah salah satu gimmick yang akan diberikan saat khlayak sasaran bersedia untuk mengikuti event yang dilaksanakan oleh kampanye.


(69)

60

IV.3.11 Gantungan Kunci

Gambar IV.14 Gantungan Kunci Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 5 cm x 5 cm Teknik : Digital Printing

Media gantungan kunci ini sebagai media sosialisasi kampanye komunikasi orang tua dan anak yang bisa ditempel di beberapa benda yang digunakan sehari-hari seperti kunci rumah, kunci motor, kunci kamar dan lain-lain. Gantungan kunci ini juga akan diberikan secara gratis pada khalayak sasaran jika khalayak sasaran berdia mengikuti event kampanye.


(70)

61

IV.3.12 Page Facebook

Gambar IV.15 Page Facebook Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 800 pixel x 315 pixel

Media page facebook ini dibuat untuk memberikan informasi yang lebih jelas mengenai event yang akan dilakukan dan cover facebook ini sebagai media yang tujuannya untuk lebih menarik perhatian khalayak sasaran mengenai kampanye.


(71)

62

IV.3.13 Twitter

Gambar IV.16 Twitter Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 1500 pixel x 500 pixel

Media twitter ini dibuat untuk memberikan informasi yang lebih jelas mengenai event yang akan dilakukan dan twitter ini sebagai media yang tujuannya untuk lebih menarik perhatian khalayak sasaran mengenai kampanye.


(72)

63 DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bukhari, Ihsan Baihaqi Ibnu. 2013. Renungan Dahsyat Untuk Orang Tua. Bandung: Khazanah Intelektual.

Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi.Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: ITB.

Djamarah, Syaiful.Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

D. Gunarsa, Singgih. 2012. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Libri. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Salemba Humanika. Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan. 2003. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Adi.

S. Anggraini, Lia & Nathalia, Kirana. 2014. Desain Komunikasi Visual: Dasar-Dasar Panduan Untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.

Setyawan, Angga. 2014. Anak Juga Manusia. Jakarta: Noura Books. Shin, Yee-Jin. 2014. Mendidik Anak Di Era Digital. Jakarta: Noura Books.

Antar, Venus. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Website:

Herlambang, Rudy W. Fotografi Desain. Tersedia: http://elearning.uns.ac.id [1 Mei 2015].

Ridha, Ahmad. (2012). Bahaya Handphone Bagi Kesehatan. Tersedia: http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/2_2_Bahaya-Handphone.html [1 Mei 2015].


(73)

64 Surat Keterangan Persetujuan Publikasi


(74)

64 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sandri Nur Pasha

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 13 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Nilem V No.10 RT 04 RW 05, Buah Batu, Kelurahan Cijagra, Kecamatan Lengkong, Bandung 40265

Telepon : 022-7314894

HP : 081802024393

E-mail : sandrinurpasha@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 Tahun 2005 Lulus di SDN Nilem II Bandung  Tahun 2008 Lulus di SMP BPI 1 Bandung  Tahun 2011 Lulus di SMK Negeri 4 Bandung


(1)

60 IV.3.11 Gantungan Kunci

Gambar IV.14 Gantungan Kunci Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 5 cm x 5 cm Teknik : Digital Printing

Media gantungan kunci ini sebagai media sosialisasi kampanye komunikasi orang tua dan anak yang bisa ditempel di beberapa benda yang digunakan sehari-hari seperti kunci rumah, kunci motor, kunci kamar dan lain-lain. Gantungan kunci ini juga akan diberikan secara gratis pada khalayak sasaran jika khalayak sasaran berdia mengikuti event kampanye.


(2)

IV.3.12 Page Facebook

Gambar IV.15 Page Facebook Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 800 pixel x 315 pixel

Media page facebook ini dibuat untuk memberikan informasi yang lebih jelas mengenai event yang akan dilakukan dan cover facebook ini sebagai media yang tujuannya untuk lebih menarik perhatian khalayak sasaran mengenai kampanye.


(3)

62 IV.3.13 Twitter

Gambar IV.16 Twitter Sumber: Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 1500 pixel x 500 pixel

Media twitter ini dibuat untuk memberikan informasi yang lebih jelas mengenai event yang akan dilakukan dan twitter ini sebagai media yang tujuannya untuk lebih menarik perhatian khalayak sasaran mengenai kampanye.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bukhari, Ihsan Baihaqi Ibnu. 2013. Renungan Dahsyat Untuk Orang Tua. Bandung: Khazanah Intelektual.

Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi.Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: ITB.

Djamarah, Syaiful.Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

D. Gunarsa, Singgih. 2012. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Libri. Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Salemba Humanika. Morissan. 2013. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan. 2003. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Adi.

S. Anggraini, Lia & Nathalia, Kirana. 2014. Desain Komunikasi Visual: Dasar-Dasar Panduan Untuk Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.

Setyawan, Angga. 2014. Anak Juga Manusia. Jakarta: Noura Books. Shin, Yee-Jin. 2014. Mendidik Anak Di Era Digital. Jakarta: Noura Books.

Antar, Venus. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Website:

Herlambang, Rudy W. Fotografi Desain. Tersedia: http://elearning.uns.ac.id [1 Mei 2015].

Ridha, Ahmad. (2012). Bahaya Handphone Bagi Kesehatan. Tersedia: http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/2_2_Bahaya-Handphone.html [1 Mei 2015].


(5)

64 Surat Keterangan Persetujuan Publikasi


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sandri Nur Pasha

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 13 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Nilem V No.10 RT 04 RW 05, Buah Batu, Kelurahan Cijagra, Kecamatan Lengkong, Bandung 40265

Telepon : 022-7314894

HP : 081802024393

E-mail : sandrinurpasha@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 Tahun 2005 Lulus di SDN Nilem II Bandung  Tahun 2008 Lulus di SMP BPI 1 Bandung  Tahun 2011 Lulus di SMK Negeri 4 Bandung