Perancangan Kampanye Meningkatkan Kesadaran Orang Tua untuk Mendongeng pada Anak.

(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | vii

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA UNTUK MENDONGENG PADA ANAK

Oleh:

Edwin Jonathan Setiawan NRP 1064026

Kegiatan mendongeng untuk menyampaikan pesan moral di Bandung sudah ditinggalkan dan hanya tersisa 11-15% orang tua yang masih mendongeng untuk anaknya. Hal ini menyebabkan banyaknya anak berkembang tanpa tuntunan moral yang cukup. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk meningkatkan kesadaran orang tua agar mendongeng lagi untuk anak agar anak mendapat arah yang benar dalam perkembangannya.

Data dikumpulkan dengan cara mewawancarai target dan melakukan studi literatur, kemudian data diolah berdasarkan analisis SWOT dan STP. Hasil dari data tersebut menyatakan bahwa orang tua tidak mendongeng karena pola pikir yang keliru sehingga diperlukan adanya sebuah kampanye sosial untuk mengubah pola pikir tersebut. Dengan kampanye tersebut diharapkan orang tua akan melestarikan budaya mendongeng untuk menuntun anak mengambil keputusan yang tepat.

Konsep komunikasi dalam kampanye ini adalah penyampaian ajakan bagi orang tua untuk mendongeng dan menyampaikan pesan moral dongeng untuk menjadi tuntunan bagi anak. Konsep visual kampanye ini adalah

menggunakan digital painting untuk membawa orang tua merasakan dunia dongeng yang imajinatif dan menyenangkan. Konsep media yang digunakan adalah media yang dekat dengan kehidupan target kampanye yakni orang tua.


(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | viii

ABSTRACT

THE CAMPAIGN DESIGN TO THE RAISE PARENT’S AWARENESS OF TELLING STORIES TO THEIR CHILDREN

Submitted by

Edwin Jonathan Setiawan NRP 1064026

The activity of bed time stories in Bandung is already left behind nowadays. Only 11-15% parents in Bandung are still practicing it until now. This phenomena causes their kids to grow up without enough guidance to make the right decision on their own. The purpose of this campaign is to raise parent’s awareness to tell the morale value of bed time stories to their kids and then the kids can make the right decision for themselves in the future.

The information for this campaign is gathered by conducting an interview with the target audiences and the experts, and also by making a literary research. The data is then proceeded using SWOT and STP theory. The result of this data is that the parents have a wrong point of view and mindset about the activity of story telling. Thus, this campaign is set to change that mindset of the parents to read fairy tales to their kids again to make their kid have enough morale guidance in the future.

The communication concept of this campaign is to persuade parents to tell fairy tales to their kids and deliver the morale value for the guidance of their kids. The visual concept of this campaign by using a digital painting illustration to make parents feel that the activity of story telling is fun and very imaginative. The media concept of this campaign is using effective media close to the daily activity of target audience.


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

ABSTRAK………... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN………... v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN……… vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR GAMBAR………. . xii

DAFTAR TABEL………..……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

BAB1: PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup……… 3

1.3 Tujuan Perancangan……….. 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data……… 3

1.5 Skema Perancangan………... 4

BAB II : LANDASAN TEORI………. 5

2.1 Definisi Umum Dongeng………... 5

2.2 Teori Kampanye……….5

2.2.1 Definisi Kampanye………... 5

2.2.2 Tujuan Kampanye………. 6

2.2.3 Syarat Kampanye……….. 6

2.2.4 Jenis Kampanye……… 7

2.2.5 Model Kampanye………. 7


(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | x BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH

3.1 Data dan Fakta………... 11

3.1.1 Lembaga Terkait dan Fenomena………... 11

3.1.1.1 Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat……... 11

3.1.1.2 Profil Dinas Pendidikan Jawa Barat……….. 13

3.1.1.3 Profil Gramedia……….. 14

3.1.1.4 Data Permasalahan………. 15

3.1.2 Tinjauan Proyek Sejenis………... 24

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta………. 26

3.2.1 Segmenting, Targeting, Positioning……….. 26

3.2.2 Analisis SWOT………. 27

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi………... 28

4.2 Konsep Kreatif……….. 28

4.3 Konsep Media……… 30

4.3.1 Media Promosi……….. 31

4.4 Hasil Karya……… 33

4.4.1 Logo……….. 33

4.4.2 Poster……… 34

4.4.3 Brosur………... 36

4.4.4 Banner dan X Banner……… 37

4.4.5 Media Sosial………. 38

4.4.6 Buku Mini………. 39

4.4.7 Undangan..………... 39

4.4.8 Gimmick………... 40

4.5 Biaya dan Budgeting………. 41

4.5.1 Poster……… 41

4.5.2 Brosur……….. 42

4.5.3 Banner dan X Banner……….. 42

4.5.4 Buku Mini……… 42


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | xi

4.5.6 Gimmick………... 43

4.5.7 Total Biaya……… 44

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan……….………... 45

5.2 Saran……….. 46

DAFTAR PUSTAKA……….... 47


(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema perancangan………... 4

Gambar 2.1 Skema model kampanye Ostergaard………. 8

Gambar 3.1 Logo Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat……… 11

Gambar 3.2 Logo Dinas Pendidikan Jawa Barat……….. 13

Gambar 3.3 Logo Gramedia……….. 14

Gambar 3.4 Diagram tingkat kegiatan mendongeng………. 19

Gambar 3.5 Diagram penyampaian dongeng……… 20

Gambar 3.6 Diagram pengetahuan pesan moral dongeng……… 21

Gambar 3.7 Diagram kegiatan mendongeng pada anak……….... 21

Gambar 3.8 Diagram ketertarikan anak pada dongeng………. 22

Gambar 3.9 Contoh kampanye menggunakan dongeng di Colorado, Amerika (atas)……….. 26

Gambar 4.1 Logo kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………... 30

Gambar 4.2 Logo kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………... 33

Gambar 4.3 Poster awareness (kiri atas), poster informing (kanan atas), poster event (kiri bawah), poster reminding (kanan bawah)……… 34

Gambar 4.4 Brosur kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………. 36

Gambar 4.5 Banner (atas), dan x banner (bawah ) kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”……… 37

Gambar 4.6 Facebook kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………... 38

Gambar 4.7 Buku dongeng kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………… 39

Gambar 4.8 Undangan kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………... 39

Gambar 4.9 Gimmick pembatas buku………... 40

Gambar 4.10 Aplikasi gimmick stiker………. 40

Gambar 4.11 Gimmick magnet kulkas……… 41


(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Harga poster kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”.………... 41 Tabel 4.2 Harga brosur kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………….. 42 Tabel 4.3 Harga banner dan x banner kampanye “Sepuluh Menit

Mendongeng”………. 42

Tabel 4.4 Harga buku kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”… ………… 42 Tabel 4.5 Harga undangan kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”………. 43 Tabel 4.6 Harga gimmick kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”……….. 43 Tabel 4.7 Total biaya kampanye “Sepuluh Menit Mendongeng”……….. 44


(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : PERTANYAAN WAWANCARA

LAMPIRAN 2 : KUISIONER


(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Budaya mendongeng adalah budaya yang diwariskan turun temurun secara lisan yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan moral bagi anak. Mengacu pada pernyataan James Danandjaja (seorang antropolog Indonesia yang banyak meneliti tentang dongeng) dalam sebuah wawancara dengan Kompas, dongeng penting dipelajari karena dongeng merupakan salah satu cerminan identitas sebuah masyarakat.

Kegiatan mendongeng pada faktanya memiliki banyak sekali manfaat bagi orang tua dan anak. Tidak hanya untuk penyampaian pesan moral dan peningkatan imajinasi anak, mendongeng pun mempererat hubungan orang tua dan anak dan memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh kembang karakter, ketanggapan dan kecerdasan anak.

Namun sayangnya di zaman modern ini tidak banyak orang tua yang masih mendongeng. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (14 Februari 2014), hanya tersisa sekitar 15% orang tua yang masih mendongeng untuk anak-anaknya. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup orang tua di zaman modern. Perubahan yang dimaksud adalah orang tua memiliki aktifitas yang cukup banyak yang membuat orang tua merasa malas untuk meluangkan waktu bagi anak untuk sekedar mendongeng. Hal ini menyebabkan budaya mendongeng mulai luntur sehingga dampak positif dari pesan moral yang disampaikan lewat dongeng terhadap anak hilang dan pengetahuan orang tua mengenai dongeng pun berkurang. Ditambah dengan banyaknya budaya dari negara lain yang masuk ke Indonesia yang sayangnya tidak sedikit dari budaya tersebut yang berdampak buruk pada karakter anak.


(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 2 Melihat kasus diatas, maka diperlukan sebuah strategi persuasi untuk mengubah gaya hidup orang tua agar mau mendongeng untuk anaknya lagi. Seperti yang dilansir dalam situs ayahbunda.co.id, orang tua memiliki peran penting dalam penyampaian dongeng, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh psikolog Lioe Mei Fang, S.Psi dan guru sanggar kreatif Ananda yang dipimpin oleh Yanty Hardi Saputra, M,Ds.

Topik budaya mendongeng untuk pengembangan karakter dan imajinasi anak diangkat karena budaya mendongeng adalah salah satu sarana utama dalam keluarga yang membantu orang tua dalam mengembangkan anak. Menurut kepala seksi bahasa, sastra, dan aksara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ibu Titin, dongeng di Indonesia memiliki nilai moral yang kompleks tapi tetap bisa tertanam di benak anak-anak, saat budaya ini mulai hilang, gaya hidup anak terhadap orang tua pun berubah dan hubungan orang tua dan anak menjadi renggang. Hal ini kemudian berdampak pada perilaku buruk di usia dini.

Dongeng yang dibuat untuk menyampaikan pesan moral kini sudah mulai ditinggalkan, alasannya adalah kesibukan orang tua untuk urusan pribadinya yang berakibat pada malasnya orang tua untuk bercerita dan lebih memilih menyerahkan pendidikan mendongeng pada sekolah dan hiburan kepada media elektronik. Menurut Lioe Mei Fang, S.Psi (19 Februari 2014), pesan moral yang tidak lagi disampaikan kemudian berdampak pada buruknya perkembangan karakter anak termasuk kemudian anak menjadi individualis dan egois, tidak hormat pada orang tua, dan bahkan pada kenyataanya anak kemudian bisa beralih pada melawan nasihat orang tua atau temannya dengan kekerasan. Orang tua memiliki peran penting dalam mendongeng seperti yang diungkapkan Bu Yanti seorang guru sanggar yang meneliti juga mengenai hal ini. Beliau mengungkapkan bahwa kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh orang tua akan jauh lebih efektif dibanding oleh orang lain karena adanya ikatan batin antara orang tua dan anak yang membuat pesan moral yang disampaikan lebih tertanam dalam benak anak.


(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 3 Menurut Psikolog Robert Oloan Rajagukguk Ph.D. mendongeng bukanlah kegiatan wajib namun merupakan kesempatan emas bagi orang tua untuk menanamkan berbagai pesan moral yang baik untuk tuntunan anak melalui cara yang menyenangkan bagi anak, karena dengan demikian anak tidak akan terbebani dengan berbagai pesan yang diterimanya namun justru menikmatinya.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

Dari latar belakang tersebut maka permasalahan dari budaya mendongeng adalah: 1. Bagaimana meningkatkan kesadaran orang tua untuk mau mendongeng lagi

bagi anak-anaknya?

2. Bagaimana mempersuasi orang tua untuk mau mengubah gaya hidupnya lewat perancangan desain?

1.3Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan kampanye ini adalah:

1. Menginformasikan kepada orang tua apa saja nilai-nilai positif yang terdapat pada aktifitas mendongeng dan efek negatif dari hilangnya budaya mendongeng bagi anak.

2. Membuat sebuah perancangan kampanye dengan media yang menarik untuk orang tua sehingga orang tua mau mengubah gaya hidupnya dan mendongeng lagi untuk anaknya.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data didapatkan dari:

a. Instansi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.

b. Wawancara pada sejumlah guru, orang tua, pengamat anak, ahli mendongeng dan psikolog.

c. Studi Pustaka pada buku dan sumber internet. d. Penyebaran 100 kuesioner pada target.


(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 4

1.5Skema Perancangan

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

1. Cara meningkatkan kesadaran orang tua mengenai manfaat budaya mendongeng untuk anak.

2. Cara mempersuasi orang tua untuk mengubah sedikit gaya hidupnya dengan perancangan desain.

Tujuan Perancangan

1. Menginformasikan manfaat mendongeng dan dampak buruk hilangnya budaya mendongeng.

2. Kampanye dengan media yang menarik untuk target.

Analisis SWOT Fakta Penunjang Wawancara Studi literatur Kuesioner Teori Penunjang Definisi dongeng Kampanye Psikologi anak Analisis STP Konsep Perancangan

Perancangan kampanye yang menginformasikan berbagai manfaat mendongeng dengan visual yang menarik untuk orang tua dan anaknya.

Tujuan Akhir

Pembuatan kampanye yang menginformasikan manfaat mendongeng dan meningkatkan kesadaran orang tua untuk mendongeng bagi anak guna pelestarian budaya mendongeng khususnya di Bandung

Strategi Komunikasi Kampanye yang menyampaikan manfaat mendongeng Strategi Visual Kampanye yang dikemas dalam visual

ilustrasi vektor yang menarik bagi orang tua Strategi Media

Perancangan kampanye dengan media yang interaktif dan menarik

bagi orang tua


(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 45

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Kesimpulannya adalah bahwa untuk meningkatkan kembali kesadaran orang tua untuk mendongeng pada anaknya dibutuhkan sebuah kampanye yang menginformasikan hal-hal menarik dari kegiatan mendongeng. Dalam hal ini target orang tua di kota Bandung yang perduli pada perkembangan anak diberikan informasi manfaat kegiatan mendongeng bagi perkembangan anak. Untuk memperkuat pesan yang disampaikan, diberikan juga informasi mengenai apa efek dari hilangnya budaya mendongeng.

Informasi yang didapat kemudian dipicu dengan dibuatnya event dan media kreatif yang membantu orang tua untuk mendongeng secara kreatif. Selain itu dibuat juga poster-poster dengan pendekatan visual yang membawa orang tua masuk ke dalam dunia imajinasi yang menyenangkan. Dengan demikian ketertarikan orang tua pada kegiatan mendongeng akan meningkat dan nantinya akan melestarikan budaya ini.

Untuk mempersuasi orang tua mendongeng secara langsung maka dalam kampanye disediakan beberapa media yang membantu orang tua untuk mendongeng secara menyenangkan. Orang tua yang tertarik pada konten poster dan undangan mengenai mendongeng sebagai tuntunan hidup anak akan disediakan sebuah acara dimana dalam acara tersebut orang tua mendapat sebanyak-banyaknya informasi mengenai kegiatan mendongeng. Tempat undangan akan ditandai dengan media banner dan

x-banner sehingga mudah dicapai. Setelah itu dalam acara akan dibagikan gimmick

dengan pesan seperti poster reminding yaitu “Sudahkah Anda Mendongeng Hari

Ini?” yang salah satunya adalah media kreatif untuk mendongeng sehingga orang tua


(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 46

5.2 Saran

Untuk media kampanye saat melakukan acara “Workshop dan Mendongeng Bersama” diperlukan tambahan jumlah di lokasi kampanye untuk melingkupi besarnya lokasi dan menunjukkan arah lokasi acara.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Venus, Antar. (2009). Management Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. bandung : Simbiosa Rekatama Media.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/, diakses 15 Februari 2014

http://psikologi.umk.ac.id/2011/01/manfaat-dongeng-pada-anak.html, diakses 16 Februari 2014

http://puspensos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15, diakses 21 Maret 2014

http://swa.co.id/business-strategy/8-wajah-kelas-menengah, diakses 21 Maret 2014

http://swari-smile.mhs.narotama.ac.id/2012/09/26/keuntungan-dan-kerugian-dalam-penggunaan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik/, diakses 21 Maret, 2014


(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA |2 Melihat kasus diatas, maka diperlukan sebuah strategi persuasi untuk mengubah gaya hidup orang tua agar mau mendongeng untuk anaknya lagi. Seperti yang dilansir dalam situs ayahbunda.co.id, orang tua memiliki peran penting dalam penyampaian dongeng, hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh psikolog Lioe Mei Fang, S.Psi dan guru sanggar kreatif Ananda yang dipimpin oleh Yanty Hardi Saputra, M,Ds.

Topik budaya mendongeng untuk pengembangan karakter dan imajinasi anak diangkat karena budaya mendongeng adalah salah satu sarana utama dalam keluarga yang membantu orang tua dalam mengembangkan anak. Menurut kepala seksi bahasa, sastra, dan aksara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ibu Titin, dongeng di Indonesia memiliki nilai moral yang kompleks tapi tetap bisa tertanam di benak anak-anak, saat budaya ini mulai hilang, gaya hidup anak terhadap orang tua pun berubah dan hubungan orang tua dan anak menjadi renggang. Hal ini kemudian berdampak pada perilaku buruk di usia dini.

Dongeng yang dibuat untuk menyampaikan pesan moral kini sudah mulai ditinggalkan, alasannya adalah kesibukan orang tua untuk urusan pribadinya yang berakibat pada malasnya orang tua untuk bercerita dan lebih memilih menyerahkan pendidikan mendongeng pada sekolah dan hiburan kepada media elektronik. Menurut Lioe Mei Fang, S.Psi (19 Februari 2014), pesan moral yang tidak lagi disampaikan kemudian berdampak pada buruknya perkembangan karakter anak termasuk kemudian anak menjadi individualis dan egois, tidak hormat pada orang tua, dan bahkan pada kenyataanya anak kemudian bisa beralih pada melawan nasihat orang tua atau temannya dengan kekerasan. Orang tua memiliki peran penting dalam mendongeng seperti yang diungkapkan Bu Yanti seorang guru sanggar yang meneliti juga mengenai hal ini. Beliau mengungkapkan bahwa kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh orang tua akan jauh lebih efektif dibanding oleh orang lain karena adanya ikatan batin antara orang tua dan anak yang membuat pesan moral yang disampaikan lebih tertanam dalam benak anak.


(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA |3 Menurut Psikolog Robert Oloan Rajagukguk Ph.D. mendongeng bukanlah kegiatan wajib namun merupakan kesempatan emas bagi orang tua untuk menanamkan berbagai pesan moral yang baik untuk tuntunan anak melalui cara yang menyenangkan bagi anak, karena dengan demikian anak tidak akan terbebani dengan berbagai pesan yang diterimanya namun justru menikmatinya.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

Dari latar belakang tersebut maka permasalahan dari budaya mendongeng adalah: 1. Bagaimana meningkatkan kesadaran orang tua untuk mau mendongeng lagi

bagi anak-anaknya?

2. Bagaimana mempersuasi orang tua untuk mau mengubah gaya hidupnya lewat perancangan desain?

1.3Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan kampanye ini adalah:

1. Menginformasikan kepada orang tua apa saja nilai-nilai positif yang terdapat pada aktifitas mendongeng dan efek negatif dari hilangnya budaya mendongeng bagi anak.

2. Membuat sebuah perancangan kampanye dengan media yang menarik untuk orang tua sehingga orang tua mau mengubah gaya hidupnya dan mendongeng lagi untuk anaknya.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data didapatkan dari:

a. Instansi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.

b. Wawancara pada sejumlah guru, orang tua, pengamat anak, ahli mendongeng dan psikolog.

c. Studi Pustaka pada buku dan sumber internet. d. Penyebaran 100 kuesioner pada target.


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA |4

1.5Skema Perancangan

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

1. Cara meningkatkan kesadaran orang tua mengenai manfaat budaya mendongeng untuk anak.

2. Cara mempersuasi orang tua untuk mengubah sedikit gaya hidupnya dengan perancangan desain.

Tujuan Perancangan

1. Menginformasikan manfaat mendongeng dan dampak buruk hilangnya budaya mendongeng.

2. Kampanye dengan media yang menarik untuk target.

Analisis SWOT Fakta Penunjang Wawancara Studi literatur Kuesioner Teori Penunjang Definisi dongeng Kampanye Psikologi anak Analisis STP Konsep Perancangan

Perancangan kampanye yang menginformasikan berbagai manfaat mendongeng dengan visual yang menarik untuk orang tua dan anaknya.

Tujuan Akhir

Pembuatan kampanye yang menginformasikan manfaat mendongeng dan meningkatkan kesadaran orang tua untuk mendongeng bagi anak guna pelestarian budaya mendongeng khususnya di Bandung

Strategi Komunikasi Kampanye yang menyampaikan manfaat mendongeng Strategi Visual Kampanye yang dikemas dalam visual

ilustrasi vektor yang menarik bagi orang tua

Strategi Media

Perancangan kampanye dengan media yang interaktif dan menarik

bagi orang tua


(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 45

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Kesimpulannya adalah bahwa untuk meningkatkan kembali kesadaran orang tua untuk mendongeng pada anaknya dibutuhkan sebuah kampanye yang menginformasikan hal-hal menarik dari kegiatan mendongeng. Dalam hal ini target orang tua di kota Bandung yang perduli pada perkembangan anak diberikan informasi manfaat kegiatan mendongeng bagi perkembangan anak. Untuk memperkuat pesan yang disampaikan, diberikan juga informasi mengenai apa efek dari hilangnya budaya mendongeng.

Informasi yang didapat kemudian dipicu dengan dibuatnya event dan media kreatif yang membantu orang tua untuk mendongeng secara kreatif. Selain itu dibuat juga poster-poster dengan pendekatan visual yang membawa orang tua masuk ke dalam dunia imajinasi yang menyenangkan. Dengan demikian ketertarikan orang tua pada kegiatan mendongeng akan meningkat dan nantinya akan melestarikan budaya ini.

Untuk mempersuasi orang tua mendongeng secara langsung maka dalam kampanye disediakan beberapa media yang membantu orang tua untuk mendongeng secara menyenangkan. Orang tua yang tertarik pada konten poster dan undangan mengenai mendongeng sebagai tuntunan hidup anak akan disediakan sebuah acara dimana dalam acara tersebut orang tua mendapat sebanyak-banyaknya informasi mengenai kegiatan mendongeng. Tempat undangan akan ditandai dengan media banner dan

x-banner sehingga mudah dicapai. Setelah itu dalam acara akan dibagikan gimmick

dengan pesan seperti poster reminding yaitu “Sudahkah Anda Mendongeng Hari Ini?” yang salah satunya adalah media kreatif untuk mendongeng sehingga orang tua akan teringat untuk mendongeng setiap harinya.


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA | 46

5.2 Saran

Untuk media kampanye saat melakukan acara “Workshop dan Mendongeng Bersama” diperlukan tambahan jumlah di lokasi kampanye untuk melingkupi besarnya lokasi dan menunjukkan arah lokasi acara.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Venus, Antar. (2009). Management Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. bandung : Simbiosa Rekatama Media.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/, diakses 15 Februari 2014

http://psikologi.umk.ac.id/2011/01/manfaat-dongeng-pada-anak.html, diakses 16 Februari 2014

http://puspensos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=15, diakses 21 Maret 2014

http://swa.co.id/business-strategy/8-wajah-kelas-menengah, diakses 21 Maret 2014

http://swari-smile.mhs.narotama.ac.id/2012/09/26/keuntungan-dan-kerugian-dalam-penggunaan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik/, diakses 21 Maret, 2014