Perancangan Kampanye Kesadaran Disleksia Di Kalangan Anak Usia Sekolah Bagi Orang Tua.
v Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup... 2
1.3 Tujuan Perancangan ... 3
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3
1.5 Skema Perancangan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Sosial ... 5
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pemasaran Sosial ... 5
2.1.2 Perilaku yang Menjadi Sasaran Pemasaran Sosial... 5
2.1.3 Mengidentifikasikan Peluang Pemasaran Sosial dengan STP ... 6
2.1.4 Mengembangkan Strategi Pemasaran dengan Marketing Mix ... 7
2.2 Promosi ... 7
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Promosi... 8
2.2.2 Promotion Mix... 9
(2)
vi Universitas Kristen Maranatha
2.3.1 Macam-Macam Komunikasi ... 11
2.4 Desain Komunikasi Visual ... 11
2.4.1 Tahapan Membuat Desain Komunikasi Visual ... 12
2.4.2 Komponen Desain Komunikasi Visual ... 13
2.4.3 Prinsip-Prinsip Desain Komunikasi Visual... 13
2.4.4 Visualisasi ... 14
2.4.5 Komposisi ... 15
2.4.6 Tipografi ... 15
2.5 Visual Identity ... 15
2.5.1 Tujuan Identitas Visual ... 15
2.5.2 Jenis-Jenis Identitas Visual dan Proyek Branding ... 16
2.6 Komunikasi Massa ... 16
2.7 Strategi Kreatif ... 17
BAB III DATA DAN ANALISIS FAKTA 3.1 Data dan Fakta ... 19
3.1.1 Disleksia ... 19
3.1.2 Kesulitan-Kesulitan Disleksia ... 19
3.1.3 Penyebab Disleksia ... 21
3.1.4 Metode Identifikasi Disleksia ... 23
3.1.5 Metode-Metode Bantuan Pembelajaran bagi Disleksia ... 25
3.1.6 Lembaga Terkait ... 27
A. Dyslexia Association of Indonesia ... 28
B. Data Tentang Fenomena yang Terjadi ... 28
(3)
vii Universitas Kristen Maranatha
3.1.7 Tinjauan Proyek Sejenis ... 49
3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 53
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi ... 62
4.2 Konsep Kreatif ... 63
4.2.1 Konsep Verbal ... 63
4.2.2 Konsep Visual ... 63
4.3 Konsep Media ... 64
4.3.1 Media Massa ... 65
4.3.2 Media Cetak ... 66
4.3.3 Event ... 66
4.4 Hasil Karya ... 67
4.4.1 Konsep Nama Paham, Peka, Peduli Disleksia ... 67
4.4.2 Konsep Logo Paham, Peka, Peduli Disleksia ... 67
4.4.3 Perancangan Media ... 71
4.4.3.1 Paham Disleksia ... 71
4.4.3.2 Peka Disleksia ... 85
4.4.3.3 Peduli Disleksia ... 93
4.5 Biaya Media/Budgeting ... 98
4.6 Timeline Kampanye ... 99
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...100
(4)
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH
DAFTAR LAMPIRAN DAN LAMPIRAN
SARAN DAN KOMENTAR DOSEN PENGUJI SIDANG TUGAS AKHIR UCAPAN TERIMA KASIH
(5)
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Gender responden ... 33
Tabel 3.2 Rentang usia responden ... 34
Tabel 3.3 Jenjang pendidikan responden ... 35
Tabel 3.4 Jenis pekerjaan responden ... 36
Tabel 3.5 Rentang pendapatan/bulan responden ... 37
Tabel 3.6 Responden yang telah memiliki anak ... 38
Tabel 3.7 Perhatian responden terhadap kualitas pendidikan anak ... 39
Tabel 3.8 Pendapat responden tentang kemampuan anak ... 40
Tabel 3.9 Kesadaran responden tentang disleksia ... 41
Tabel 3.10 Pendapat responden mengenai pemahaman tentang disleksia ... 42
Tabel 3.11 Sumber responden mendapatkan informasi disleksia ... 43
Tabel 3.12 Pendapat responden jika memiliki anak disleksik ... 44
Tabel 3.13 Pendapat responden mengenai tentang topik Disleksia di Indonesia ... 45
(6)
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo Dyslexia Association of Indonesia ... 25
Gambar 3.2 Logo My Way! ... 49
Gambar 3.3 Website My Way! ... 49
Gambar 4.1 Logo Paham, Peka, Peduli Disleksia ... 65
Gambar 4.2 Skema warna logo Paham, Peka, Peduli Disleksia ... 66
Gambar 4.3 Type specimen dari Verlag di logo Paham, Peka, Peduli Disleksia ... 67
Gambar 4.4 Iklan koran awareness, di harian Kompas, variasi pertama ... 69
Gambar 4.5 Iklan koran awareness, di harian Kompas, variasi kedua ... 70
Gambar 4.6 “Tiga Serangkai.” Iklan koran ... 71
Gambar 4.7 “Satu dari Sepuluh.” Iklan koran ... 72
Gambar 4.8 “Mengunci.” Iklan koran... 73
Gambar 4.9 “Membengkokkan.” Iklan koran ... 74
Gambar 4.10 “Belum Rapi.” Iklan koran... 75
Gambar 4.11 “Jenius Disleksik: Lennon.” Iklan koran ... 76
Gambar 4.12 “Jenius Disleksik: Edison.” Iklan koran ... 77
Gambar 4.13 “Jenius Disleksik: Einstein.” Iklan koran ... 78
Gambar 4.14 “3 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Disleksia.” Brosur ... 79
Gambar 4.15 “3 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Disleksia.” Poster ... 80
Gambar 4.16 “3 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Disleksia.” Brosur/poster kondisi terlipat ... 81
Gambar 4.17 Website “Paham Disleksia” ... 82
Gambar 4.18 “Huruf-Huruf Bergerak.” Iklan koran ... 83
(7)
xi Universitas Kristen Maranatha
Gambar 4.20 “Jeruk dan Apel.” Iklan koran... 85
Gambar 4.21 “Satu dari 26 Karakter Antagonis.” Iklan koran ... 86
Gambar 4.22 “3 Hal yang Perlu Didengar Tentang Disleksia.” Brosur ... 87
Gambar 4.23 “3 Hal yang Perlu Didengar Tentang Disleksia.” Poster ... 88
Gambar 4.24 “3 Hal yang Perlu Didengar Tentang Disleksia.” Brosur/poster kondisi terlipat ... 89
Gambar 4.25 Website “Peka Disleksia” ... 90
Gambar 4.26 “Peduli Disleksia” Iklan koran ... 91
Gambar 4.27 “Peduli Disleksia” Brosur ... 92
Gambar 4.28 “Peduli Disleksia” Poster ... 93
Gambar 4.29 “Peduli Disleksia” Brosur/poster kondisi terlipat ... 94
(8)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses belajar mengajar antara guru dan murid dibutuhkan kondisi fisik dan mental yang sempurna supaya proses penyampaian materi dapat berjalan lancar dan salah satu penghambat proses ini adalah gangguan belajar dan salah satunya adalah disleksia.
Dyslexia atau dalam bahasa Indonesia Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan atau gangguan dan kata “leksia” yang berarti kata. Definisi sederhana dari Disleksia adalah kesulitan dalam mengolah kata-kata. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengodefikasi simbol bahasa.
Kemampuan linguistik antara lain adalah membaca, menulis, dan mengeja adalah bagian vital dalam proses pembelajaran dan menjadi landasan seorang anak dalam mengikuti pendidikan di tingkat lanjut. Kondisi disleksia secara langsung menghambat penderitanya untuk mencapai prestasi optimal dalam bidang akademis maupun profesional. Disleksia merupakan kondisi genetik dan dapat diturunkan dalam keluarga. Orang dengan kondisi disleksia bakal mengalami kesulitan linguistik sepanjang hidupnya karena memang hingga saat ini kondisi ini belum dapat disembuhkan
Disleksia membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak terkait dimulai dari orang tua yang juga merupakan yang terpenting sebagai orang terdekat bagi anak, guru dan praktisi pendidikan yang bertanggung jawab terhadap anak dalam
(9)
2 sektor pendididkan, dan terakhir adalah pemerintah Indonesia khususnya Depdiknas selaku pembuat peraturan dan fasilitator sistem pendidikan Indonesia. Ketiga pihak ini dapat membantu memberikan harapan bagi anak disleksik dalam mengikuti proses pendidikan dari hari ke hari tanpa merasa dibedakan atau dicap sebagai orang gagal atau malas hanya karena memiliki kondisi gangguan belajar disleksia.
Pada hakikatnya disleksia bukanlah kondisi fatal, dan bukan merupakan penyakit. Jadi langkah-langkah untuk mendukung disleksia hanya kesabaran orang tua dan guru dalam membimbing dan kepekaan orang tua terhadap perkembangan anak jika memang menunjukan ciri-ciri disleksia sebaiknya ditelaah lebih lanjut oleh dokter dan psikolog yang ahli dalam bidang perkembangan anak dan disleksia.
Dengan disiplin ilmu desain komunikasi visual yang penulis pelajari, penulis akan membuat sebuah perancangan kampanye layanan sosialisasi informasi mengenai disleksia. Keseluruhan strategi kampanye diharapkan akan mampu meningkatkan kesadaran terhadap kondisi gangguan belajar ini di kalangan anak disleksia dan orang tuanya dan memberikan solusi untuk mengakomodasikan kesulitan belajar ini dalam kehidupan akademis dan kehidupan sosial.
1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas, penulis akan menguraikan masalah apa saja yang perlu di bahas:
x Bagaimana mengangkat polemik disleksia untuk menjadi perhatian praktisi pendidikan dan masyarakat pada umumnya?
x Bagaimana menciptakan perancangan kampanye sosialisasi bagi orang tua dan anak tentang kondisi disleksia yang dialami oleh anak dan remaja usia sekolah?
(10)
3
1.3. Tujuan Perancangan
Sesuai dengan masalah yang dijabarkan di atas maka hasil-hasil yang akan dicapai adalah:
x Mensosialisasikan kondisi disleksia untuk kalangan praktisi pendidikan dan masyarakat umum.
x Menciptakan strategi kampanye desain komunikasi visual yang mampu meningkatkan kesadaran orang tua dan anak usia sekolah terhadap kondisi disleksia.
1.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pembuatan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan beberapa metode yaitu studi literatur sebagai acuan teoretis mencari teori dan ilmu yang mendukung tugas akhir, wawancara pada pihak-pihak yang berhubungan dengan topik yang penulis pilih, dan juga observasi tidak langsung agar penulis dapat lebih mengenali situasi dan kondisi dari topik yang penulis angkat.
Terakhir, penulis menggunakan teknik pengumpulan dalam bentuk angket untuk menguatkan data dan fakta yang dibutuhkan. Setelah proses penelitian dilakukan, penulis merancang sebuah desain visual yang berdasar pada hasil pengumpulan data serta observasi yang penulis lakukan. Perancangan yang dibuat bertujuan untuk mensosialisasikan kondisi disleksia pada orang tua.
(11)
tujuan akhir
Dengan pemahaman dan kepekaan orang tua mengenai kondisi disleksia pada anak-anak maka
dapat dilakukan langkah-langkah suportif bagi penderita untuk mengatasi disleksia dan mampu
berprestasi secara maksimal
%
latar belakang masalah
disleksia
Disleksia adalah kondisi gangguan belajar yang menghambat penderitanya untuk berprestasi optimal
Anak-anak dengan kodisi disleksia yang belum terdeteksi berpotensi dianggap bodoh dan malas belajar
Orang tua dan praktisi pendidikan di Indonesia belum memiliki kesadaran tentang disleksia
hipotesa awal
Informasi mengenai disleksia perlu disebarluaskan di Indonesia terutama di kalangan orang tua Dyslexia merupakan gangguan belajar
nyata dan memberi dampak besar bagi perkembangan anak
Kurangnya informasi mengenai kondisi disleksia di masyarakat Indonesia
Dyslexia sangat menghambat seseorang meraih prestasi optimal dalam bidang
akademis maupun profesional Kurangnya kesadaran masyarakat
khususnya orang tua dan praktisi pendidikan mengenai kondisi dyslexia
Potensi anak dyslexic dapat optimal jika mendapat dukungan dari pihak terkait
anak dengan disleksia
permasalahan
pemecahan masalah
identifikasi awal kampanye
konsep perencanaan teori penunjang
Disleksia Pemasaran Sosial Teori Komunikasi dkv
metode penelitian
Observasi Wawancara Studi Pustaka Studi Pustaka Digital
Kuesioner
strategi media strategi komunikasi pemasaran sosial strategi kreatif masalah
Stigma anak yang kesulitan dalam kemampuan linguistik adalah anak yang
bodoh dan malas belajar
4
1.5. Skema Perancangan
(12)
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Disleksia yang tidak terdiagnosis dapat menjadi masalah yang besar bagi anak antara lain, kepercayaan diri rendah, merasa tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah, stress bahkan mungkin depresi karena dicap bodoh atau pun malas dan tidak mau berusaha. Jika pengalaman-pengalaman buruk yang disebabkan disleksia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak bayangkan jika mereka telah dewasa. Karena pengalaman masa kecil kita berperan besar terhadap keadaan kota di masa kini maka topik disleksia perlu diberi perhatian lebih secara global dan khususnya di Indonesia, bukan dengan intensi mengacuhkan masalah-masalah pendidikan lain di Indonesian seperti putus sekolah, kurangnya infrastruktur, SDM guru dan pendidik, bahkan masalah yang cukup krusial di Indonesia yaitu pemerataan pendidikan.
Berangkat dari penelitian masalah disleksia di atas, maka penulis membuan sebuah perancangan yang berfungsi untuk mensosialisasikan disleksia, memberi informasi, menggugah perasaan target audiens, dan mengajak untuk bertindak terhadap kondisi disleksia di Indonesia berupa kampanye “Paham, Peka, Peduli Disleksia” yang dijalankan selama 6 bulan, karena berbentuk kampanye sosial tentunya hasil yang diraih tidak dapat diukur secara pasti tetapi setidaknnya kampanye ini memberikan inspirasi bagi pergeseran paradigma terhadap kondisi belajar anak disleksik dan pengalaman mereka belajar di sekolah di mana sistem pendidikan belum mengakomodasikan disleksia sehingga mereka mengalami kesulitan yang amat besar setiap harinya dalam proses belajar dan mengajar.
Karena estimasi disleksia yang cukup signifikan jumlahnya dan ditambah dengan segala efek negatif jika disleksia tidak terdiagnosis dan terakomodasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia maka disleksia layak diberikan perhatian
(13)
101 penuh dari semua pihak terkait terutama orang tua, merekalah kunci bagi permasalahan disleksia dengan sikap dan pikiran terbuka untuk lebih peka terhadap perkembangan anak-anaknya dan disleksia dan ditambahkan keberanian orang tua dalam bertindak dan memperjuangkan hak anak, dan anak disleksia khususnya, maka masa depan pendidikan dan masa depan negara ini dapat lebih baik karena bagaimanapun juga anak-anak Indonesia adalah masa depan bagi negeri kita yang tercinta ini.
5.2 Saran
Saran penulis bagi penanganan kodisi disleksia di Indonesia adalah secara gradual memberikan informasi disleksia secara luas untuk menjadikan disleksia sebagai wacana di bidang pendidikan yang patut disorot di Indonesia.
(14)
102
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
(Literatur)
DAVIES, Rachel. 2000. Language Shock – Dyslexia Across Culture. Brussels, Dyslexia International – Tools and Technologies
HEATH, Chip, Dan Heath. 2007. Made to Stick: Why Some Ideas Survive and Others Die. New York, Random House, Inc
KASALI, Rhenald. 2005. Membidik Pasar Indonesia – Segmentasi Targeting Positioning. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
KENNEDY, John E., Soemanagara, Rizky D. 2006. Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer
KOTLER, Philip, Nancy R. Lee. 2009. Up and Out of Poverty The Social Marketing Solution. New Jersey, Pearson Education, Inc
KUSRIANTO, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta, C.V Andi Offset
LANDA, Robin. 2011. Graphic Design Solution. Boston, Wadsworth
NAYYAR, Deepak. 2007. Modern Mass Communication (Concepts and Processes). Jaipur, Oxford Book Company
NICOLSON, Roderick I., Angela J. Fawcett. 2008. Dyslexia, Learning, and the Brain. Cambridge, Massachusetts Institute of Technology
NISSER, Gunilla Löfgren. 2000. Language Shock – Dyslexia Across Culture. Brussels, Dyslexia International – Tools and Technologies
(Jurnal dan Media Massa)
BUTLER, Derek, Jacqueline Johnston.1998. Language Shock. London, BBC Productions & European Children in Crisis
(1)
sektor pendididkan, dan terakhir adalah pemerintah Indonesia khususnya Depdiknas selaku pembuat peraturan dan fasilitator sistem pendidikan Indonesia. Ketiga pihak ini dapat membantu memberikan harapan bagi anak disleksik dalam mengikuti proses pendidikan dari hari ke hari tanpa merasa dibedakan atau dicap sebagai orang gagal atau malas hanya karena memiliki kondisi gangguan belajar disleksia.
Pada hakikatnya disleksia bukanlah kondisi fatal, dan bukan merupakan penyakit. Jadi langkah-langkah untuk mendukung disleksia hanya kesabaran orang tua dan guru dalam membimbing dan kepekaan orang tua terhadap perkembangan anak jika memang menunjukan ciri-ciri disleksia sebaiknya ditelaah lebih lanjut oleh dokter dan psikolog yang ahli dalam bidang perkembangan anak dan disleksia.
Dengan disiplin ilmu desain komunikasi visual yang penulis pelajari, penulis akan membuat sebuah perancangan kampanye layanan sosialisasi informasi mengenai disleksia. Keseluruhan strategi kampanye diharapkan akan mampu meningkatkan kesadaran terhadap kondisi gangguan belajar ini di kalangan anak disleksia dan orang tuanya dan memberikan solusi untuk mengakomodasikan kesulitan belajar ini dalam kehidupan akademis dan kehidupan sosial.
1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas, penulis akan menguraikan masalah apa saja yang perlu di bahas:
x Bagaimana mengangkat polemik disleksia untuk menjadi perhatian
praktisi pendidikan dan masyarakat pada umumnya?
x Bagaimana menciptakan perancangan kampanye sosialisasi bagi orang
tua dan anak tentang kondisi disleksia yang dialami oleh anak dan remaja usia sekolah?
(2)
3
1.3. Tujuan Perancangan
Sesuai dengan masalah yang dijabarkan di atas maka hasil-hasil yang akan dicapai adalah:
x Mensosialisasikan kondisi disleksia untuk kalangan praktisi pendidikan dan masyarakat umum.
x Menciptakan strategi kampanye desain komunikasi visual yang mampu
meningkatkan kesadaran orang tua dan anak usia sekolah terhadap kondisi disleksia.
1.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pembuatan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan beberapa metode yaitu studi literatur sebagai acuan teoretis mencari teori dan ilmu yang mendukung tugas akhir, wawancara pada pihak-pihak yang berhubungan dengan topik yang penulis pilih, dan juga observasi tidak langsung agar penulis dapat lebih mengenali situasi dan kondisi dari topik yang penulis angkat.
Terakhir, penulis menggunakan teknik pengumpulan dalam bentuk angket untuk menguatkan data dan fakta yang dibutuhkan. Setelah proses penelitian dilakukan, penulis merancang sebuah desain visual yang berdasar pada hasil pengumpulan data serta observasi yang penulis lakukan. Perancangan yang dibuat bertujuan untuk mensosialisasikan kondisi disleksia pada orang tua.
(3)
tujuan akhir
Dengan pemahaman dan kepekaan orang tua mengenai kondisi disleksia pada anak-anak maka
dapat dilakukan langkah-langkah suportif bagi penderita untuk mengatasi disleksia dan mampu
latar belakang masalah disleksia
Disleksia adalah kondisi gangguan belajar yang menghambat penderitanya untuk berprestasi optimal
Anak-anak dengan kodisi disleksia yang belum terdeteksi berpotensi dianggap bodoh dan malas belajar
Orang tua dan praktisi pendidikan di Indonesia belum memiliki kesadaran tentang disleksia
hipotesa awal
Informasi mengenai disleksia perlu disebarluaskan di Indonesia terutama di kalangan orang tua Dyslexia merupakan gangguan belajar
nyata dan memberi dampak besar bagi perkembangan anak
Kurangnya informasi mengenai kondisi disleksia di masyarakat Indonesia
Dyslexia sangat menghambat seseorang meraih prestasi optimal dalam bidang
akademis maupun profesional Kurangnya kesadaran masyarakat
khususnya orang tua dan praktisi pendidikan mengenai kondisi dyslexia
Potensi anak dyslexic dapat optimal jika mendapat dukungan dari pihak terkait
anak dengan disleksia
permasalahan
pemecahan masalah
identifikasi awal kampanye
konsep perencanaan teori penunjang
Disleksia Pemasaran Sosial Teori Komunikasi dkv
metode penelitian Observasi Wawancara Studi Pustaka Studi Pustaka Digital
Kuesioner
strategi media strategi komunikasi pemasaran sosial strategi kreatif masalah
Stigma anak yang kesulitan dalam kemampuan linguistik adalah anak yang
bodoh dan malas belajar
4
(4)
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Disleksia yang tidak terdiagnosis dapat menjadi masalah yang besar bagi anak antara lain, kepercayaan diri rendah, merasa tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah, stress bahkan mungkin depresi karena dicap bodoh atau pun malas dan tidak mau berusaha. Jika pengalaman-pengalaman buruk yang disebabkan disleksia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak bayangkan jika mereka telah dewasa. Karena pengalaman masa kecil kita berperan besar terhadap keadaan kota di masa kini maka topik disleksia perlu diberi perhatian lebih secara global dan khususnya di Indonesia, bukan dengan intensi mengacuhkan masalah-masalah pendidikan lain di Indonesian seperti putus sekolah, kurangnya infrastruktur, SDM guru dan pendidik, bahkan masalah yang cukup krusial di Indonesia yaitu pemerataan pendidikan.
Berangkat dari penelitian masalah disleksia di atas, maka penulis membuan sebuah perancangan yang berfungsi untuk mensosialisasikan disleksia, memberi informasi, menggugah perasaan target audiens, dan mengajak untuk bertindak terhadap kondisi disleksia di Indonesia berupa kampanye “Paham, Peka, Peduli Disleksia” yang dijalankan selama 6 bulan, karena berbentuk kampanye sosial tentunya hasil yang diraih tidak dapat diukur secara pasti tetapi setidaknnya kampanye ini memberikan inspirasi bagi pergeseran paradigma terhadap kondisi belajar anak disleksik dan pengalaman mereka belajar di sekolah di mana sistem pendidikan belum mengakomodasikan disleksia sehingga mereka mengalami kesulitan yang amat besar setiap harinya dalam proses belajar dan mengajar.
Karena estimasi disleksia yang cukup signifikan jumlahnya dan ditambah dengan segala efek negatif jika disleksia tidak terdiagnosis dan terakomodasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia maka disleksia layak diberikan perhatian
(5)
penuh dari semua pihak terkait terutama orang tua, merekalah kunci bagi permasalahan disleksia dengan sikap dan pikiran terbuka untuk lebih peka terhadap perkembangan anak-anaknya dan disleksia dan ditambahkan keberanian orang tua dalam bertindak dan memperjuangkan hak anak, dan anak disleksia khususnya, maka masa depan pendidikan dan masa depan negara ini dapat lebih baik karena bagaimanapun juga anak-anak Indonesia adalah masa depan bagi negeri kita yang tercinta ini.
5.2 Saran
Saran penulis bagi penanganan kodisi disleksia di Indonesia adalah secara gradual memberikan informasi disleksia secara luas untuk menjadikan disleksia sebagai wacana di bidang pendidikan yang patut disorot di Indonesia.
(6)
102
Universitas Kristen Maranatha