Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai sistem simbol untuk berkomunikasi akan benar-benar berfungsi apabila pikiran, gagasan, dan konsep yang diacu atau diungkapkan lewat kesatuan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol yang dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap tutur Alwasilah, 1993: 70. Jadi, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain. Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa lawan tutur atau penutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur. Lawan tutur harus dibedakan dari penerima tutur yang bisa saja merupakan orang yang kebetulan lewat dan mendengar pesan, namun bukan orang yang disapa. Tujuan tuturan tidak lain adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud penutur dengan mengucapkan sesuatu. Aspek tutur lainnya, meliputi penutur dan lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan tindak tutur, dan tuturan sebagai produk tindak verbal Leech,1991:19-21. Senada dengan pendapat Leech di atas, Hymes 1972:65 membuat akronim SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act of sequence, keys, instrumentalities, norms dan genres “tempat, peserta tutur, tujuan tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku dan genre”. Secara ringkas dijelaskan yang di maksud dengan setting adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan kultural yang menyangkut pertuturan tersebut; participants menyangkut peserta tutur; ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur; acts of sequence menunjuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan maupun tertulis; key menunjukkan cara ataupun jiwa dari pertuturan yang Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dilangsungkan; instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan; norms adalah norma atau aturan dalam berinteraksi ; sedangkan genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan lain sebagainya. Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, dan pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpresentasikan ucapan-ucapan. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat Levinson, 1980;1- 27. Dalam setiap bahasa terdapat banyak kata dan ekspresi yang referensi- referensi seluruhnya bersandar pada keadaan-keadaan ucapan dan dapat dipahami apabila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut. Begitupun dalam ranah sastra seperti komik, novel, cerpen, dan lainnya, pasti memerlukan bahasa sebagai alat untuk mengenal dan memahami maksud dari penulis. Jika suatu buku tanpa bahasa, pesan penulis tidak akan pernah tersampaikan dan tidak akan dipahami oleh pembaca. Begitupun dengan komik atau buku bacaan bergambar, jika hanya terdapat gambar tanpa adanya bahasa atau tuturan dari para tokoh di dalamnya maka cerita dalam buku tersebut tidak akan pernah tersampaikan kepada para pembacanya. Komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang yang memiliki posisi berdekatan atau bersebelahan dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca McCloud, 1993. Komik merupakan media bahasa yang paling lengkap di antara buku bacaan lainnya. Selain terdapat tuturan komik juga menyuguhkan gambar- gambar dari para tokoh dan deskripsi seting yang terdapat dalam cerita. Komik Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu atau cerita bergambar berfungsi sebagai media pendeskripsian cerita sehingga pembaca bukan sekedar membayangkan tentang karakter, tokoh, dan lokasi saja bahkan ekspresi sang tokoh dalam komik dapat dilihat langsung. Dengan demikian, para pembaca terdorong untuk terus mengetahui kelanjutan maksud dari cerita tersebut karena melalui cerita bergambar biasanya gagasan-gagasan akan lebih mengalir dan mudah diterima. Seperti halnya buku, cerita bergambar atau komik merupakan media tulisan yang dapat mengembangkan wawasan, daya tanggap, serta kreativitas pembaca. Perbedaan buku dengan cerita bergambar atau komik hanya terletak pada bentuk dan isinya, buku yang merupakan wacana tulisan biasanya berbentuk karangan ilmiah dengan menggunakan kata-kata baku dan sesuai dengan EYD. Sedangkan komik yang juga merupakan wacana tulisan tidak harus menggunakan kata-kata baku karena wacana komik biasanya berbentuk dialog percakapan yang tidak terikat pada norma-norma penulisan ilmiah dan disertai gambar sebagai pendukung cerita tersebut. Di Indonesia terdapat komik ataupun film kartun yang banyak diminati oleh anak-anak pada umumnya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan. Crayon Shinchan adalah tokoh kartun karya seniman Yoshito Usui 42 tahun yang menggambarkan seorang anak laki-laki Jepang bernama Shinnosuke atau Shin-Chan berumur 5 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak. Ia anak pertama dari keluarga Nahara. Ciri khasnya yaitu beralis tebal, karakternya sangat badung, konyol, dan penuh rasa ingin tahu. Di Indonesia, Crayon Shinchan cepat populer melalui film serial yang diputar setiap Minggu pagi di RCTI. Buku komiknya diterbitkan oleh Indorestu Pacific. Crayon Shinchan pertama kali muncul di majalah Manga Action di Jepang. Karakter dari Shinchan itu sendiri yaitu mempunyai hobi mengganggu orang lain dengan sifatnya yang pintar-pintar bodoh, polos, dan cuek. Namun imajinasi si kartunis ini rupanya tidak hanya sampai di situ saja. Sajian dalam komik ataupun film Shinchan juga diindikasikan menyalurkan pikiran kotor Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pengarangnya dalam hal pornografis. Kenakalan Shinchan yang jorok dan tak lazim dilakukan oleh anak seumurnya. Misalnya perilaku tak lazim yang sering dilakukannya adalah suka mengintip, memperhatikan wanita, tidak sopan pada orang tua, dan banyak lagi penyimpangan lainnya yang tidak semestinya dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Buku bacaan atau film diindikasikan lebih digemari oleh anak-anak. Dengan media tersebut biasanya gagasan anak-anak akan lebih mudah mengalir. Oleh karena itu, dengan media bacaan atau film anak-anak biasanya lebih mudah untuk belajar. Tetapi, di samping itu buku bacaan ataupun film yang dikonsumsi anak-anak harus selalu ada pengawasan dari orang yang lebih dewasa. Karena buku bacaan dan film pada zaman sekarang perlu dikhawatirkan keberadaannya. Dalam UU No. 232002 Pasal 10 menyebutkan: “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai- nilai kesusilaan dan kepatutan”. Dalam pasal di atas dijelaskan bahwa anak berhak mencari, menerima, dan mendapat informasi apapun, tetapi ada pengecualian bahwa informasi yang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat. Dalam hal ini orang yang lebih dewasa bertanggung jawab untuk mengawasi anak-anak dalam memperoleh informasi yang bisa saja didapatkan melalui media apapun. Namun, ironisnya komik Crayon Shinchan yang sekarang masih beredar di pasaran itu termasuk salah satu informasi yang masih dikhawatirkan bagi perkembangan psikologis anak karena pada umumnya cerita yang terdapat di dalamnya mayoritas mengandung hal pornografis. Pornografi dan pornoaksi merupakan masalah lama yang belum dapat ditanggulangi oleh hukum di Indonesia. Saat ini, masalah pornografi dan pornoaksi semakin banyak dan memprihatinkan, serta dampak negatifnya pun semakin nyata. Diantaranya sering terjadi perzinaan, perkosaan, dan bahkan Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembunuhan maupun aborsi. Orang-orang yang menjadi korban tindak pidana tersebut tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban yang masih anak- anak, baik laki-laki maupun perempuan. Para pelakunya pun tidak hanya orang- orang yang tidak dikenal, tetapi orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan keluarga pun dapat melakukan tindakan pornografi. Pornografi dan pornoaksi tersebut dapat ditimbulkan dari adegan-adegan porno yang ditonton melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan, gambar- gambar, atau tulisan-tulisan yang dilihat, didengar, dibaca, atau disentuhnya. Pornografi dan pornoaksi selalu dikaitkan dengan ciri gerak tubuh erotis dan sensual dari perempuan atau laki-laki untuk membangkitkan nafsu berahi, baik bagi lawan jenis maupun sejenis. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Di Indonesia dalam UU no 442008 tentang pornografi yang diteken oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 November 2008 menjelaskan mengenai jenis-jenis pornografis yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat di Indonesia. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan hal-hal yang bersifat pornografi. Berikut ini adalah jenis-jenis pornografi yang terdapat dalam UU no 442008: a Persenggamaan, termasuk persenggamaan menyimpang adalah bentuk tindakan seksual yang tidak lazim, contohnya homoseksual dan lesbi; b Kekerasan seksual adalah bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan ketika melakukan hubungan seksual; Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c Masturbasi atau onani adalah pengeluaran mani sperma tanpa melakukan sanggama; d Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan adalah bentuk tindakan seksual yang memperlihatkan seluruh tubuh; e Alat kelamin adalah alat yang menjadi organ vital pada makhluk hidup; atau f Pornografi anak adalah bentuk tindakan seksual yang terjadi di kalangan anak di bawah umur. Dari penjelasan di atas, dapat dicontohkan tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1 vol.005 halaman 23. Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tuturan di atas dijelaskan, hari itu Misae ibu Shinchan menyuruh Shinchan untuk mengajak Shiro anjing peliharaannya pergi jalan-jalan keluar rumah. Pada saat itu Shinchan sangat malas, maka ia memutuskan untuk mencari-cari alasan. Tiba-tiba ia menggelar poster Mizue Hara, yaitu seorang wanita dewasa yang sedang menggunakan bikini atau pakaian renang di sampingnya. Sebelah lengannya ia selipkan di bawah poster tersebut, seolah-olah wanita dewasa itu sedang tidur berbantalkan lengannya. Kemudian, Misae mengambilkan poster lainnya bergambar wanita dewasa agar Shichan juga menjaganya. Tetapi Shinchan menolaknya dan kabur dengan alasan “tidak bisa menangani dua cewek sekaligus” karena ternyata poster wanita tersebut bermuka seram, rambut keriting, dan berbadan gemuk. Misae sudah mengetahui akal-akalan yang selalu dilakukan anaknya tersebut, maka dari itu bukan hal yang aneh lagi baginya ketika menyuruh Shinchan selalu banyak cara untuk menggagalkan alasan- alasannya. Setelah Misae pergi, Shinchan pun tak kehabisan akal agar ia tidak jadi pergi keluar rumah. Udara di luar pada saat itu sangat dingin sekali, maka Shinchan memutuskan untuk mengajak Shiro main di dalam rumah. Ia menggunting kertas-kertas dan mengumpulkan barang-barang yang terdapat di dalam rumahnya, kemudian ia membuatnya menjadi sebuah menara untuk kucing, padahal Shiro adalah seekor anjing. Dengan wajah terpaksa dan keragu-raguan Shiro mengikuti ajakan Shinchan yang menyeretnya untuk menaiki menara tersebut. Dalam tindak tutur diatas dapat diindikasikan bahwa pada komik New Crayon Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Shinchan vol.005 halaman 23 terdapat pornografis berkategori ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. Dalam komik tersebut diperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa yang sedang terlentang santai mengenakan bikini atau pakaian renang yang sangat minim. Pada halaman tersebut dapat dikategorikan kedalam pornografi anak dikarenakan pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut adalah seorang anak kecil berusia lima tahun. Kegiatan yang dilakukan Shinchan tersebut berpotensi mencontoh anak-anak untuk ikut melakukan hal seperti itu. Seolah-olah hal tersebut bukan hal yang tabu lagi dan sudah wajar dilakukan oleh anak-anak seusianya. Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi the act of doing something dan tindak tutur representatif karena berfungsi untuk menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, menginformasikan, dan memberitahukan sesuatu, selain itu juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, ketika Shinchan berbicara ia juga melakukan suatu hal yaitu berbaring di samping wanita dewasa yang sedang menggunakan bikini. Melihat contoh tindak tutur yang dilakukan oleh Shinchan, maka peran orang tua sangat penting dalam membimbing bacaan yang dikonsumsi oleh anak- anak, terutama bacaan yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Tuturan dan gambar yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diindikasikan mengandung unsur-unsur pornografis yang belum pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Dalam hal ini Sobur 1991: 94 mengemukakan bahwa minat baca anak dan remaja akan sangat dipengaruhi oleh orang tua atau guru. Oleh karena itu, menumbuhkan minat baca pada anak dan remaja adalah usaha yang tergolong Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu disengaja oleh orang tua atau guru, bukan semata karena faktor ketertarikan dalam diri mereka saja. Biasanya alat yang digunakan untuk menarik minat anak-anak tersebut dengan media bacaan bergambar atau film. Apabila kita meneliti komik Crayon Shinchan, maka secara tidak sadar anak-anak diperkenalkan pada hal-hal pornografis. Hal ini dapat terlihat dari salah satu contoh tindak tutur yang dipaparkan diatas dalam komik Crayon Shinchan. Cerita yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diperkuat konteks berupa adegan yang berbau seks berupa memperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa dan perbuatan Shinchan yang tidak sopan kepada orang tuanya, misalnya seperti perbuatan yang menolak perintah orang tua dengan berbagai alasan. Komik Crayon Shinchan ini apabila dikonsumsi secara terus menerus baik melalui mata dan telinga lambat laun dikhawatirkan akan memengaruhi hati dan pikiran anak-anak. Hal-hal yang tadinya tidak biasa maka lambat laun menjadi terbiasa, bahkan setuju untuk melakukannya. Menurut Sugeng Wiguno 2010, apabila berbicara mengenai Crayon Shinchan, sebenarnya ada tiga pihak yang perlu dituding sebagai penyebab kemelut ini. 1. Penerbit yang tidak menyertakan rating umur Sekarang sudah menyertakan rating umur; 2. Orang Tua yang kurang memerhatikan bacaan atau tontonan anak; dan 3. Masyarakat Indonesia yaitu kita yang kurang memahami budaya Jepang. Mengapa dalam hal ini cenderung mempersalahkan ketiga pihak tersebut? Karena ternyata dari asalnya Crayon Shinchan bukanlah untuk konsumsi anak- anak. Sebagaimana banyak film animasi atau komik Jepang lainnya, tetapi yang menjadi masalah dalam hal ini yaitu di Indonesia komik Crayon Shinchan masih dijual bebas di toko-toko buku atau taman bacaan lainnya. Crayon Shinchan merupakan bacaan tidak pernah lebih dari sekedar hiburan dewasa. Dewasa dalam artian masih dalam batas-batas kesopanan untuk manusia dewasa. Bahkan sindiran atau lebih tepatnya protes Yoshitu Usui Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu terhadap keadaan di Jepang ini boleh dikatakan cukup bagus dan mengena. Mengapa demikian, karena setelah konsultasi dengan beberapa pakar budaya Anime di dalam dan luar negeri, serta menyaksikan dan membaca sendiri beberapa episode Crayon Shinchan, ia berhasil menyimpulkan beberapa hal. 1. Crayon Shinchan adalah sindiran terhadap moral manusia dewasa di Jepang, sekaligus refleksi bagaimana manusia setengah dewasa dan anak-anak terkena imbasnya. 2. Crayon Shinchan menunjukkan betapa budaya kawin muda di Jepang dulu dapat membuahkan masalah besar di masa kini dalam membesarkan anak. 3. Peran wanita di Jepang yang ironisnya, sampai hari inipun masih cenderung dianggap sebagai obyek seks dan budak rumah tangga. 4. Shinchan sebagai anak berusia 5 tahun, lebih banyak meniru tingkah laku pria dewasa ayahnya serta tokoh idolanya Manusia Super Bertopeng di TV sebagai pencarian figur seorang ayah. Ayahnya sendiri sebagaimana pria Jepang umumnya terlalu sibuk bekerja, dan minum sake atau ke Pub sehabis bekerja. 5. Shinchan, sebagaimana pula anak-anak kita memiliki hak untuk berbuat salah karena dia tidak sadar apa yang sebenarnya dia lakukan. Pernyataan diatas adalah bukti kesuksesan Yoshito Usui yang melalui Crayon Shinchan berusaha menunjukkan protesnya terhadap keadaan di Jepang saat ini. Crayon Shinchan sebagai sebuah komik atau animasi kartun, juga sudah berusaha memperingatkan semua para orang tua yang jarang menghabiskan waktu dengan anak-anaknya. Jika dibiarkan hal tersebut memiliki potensi mengubah anak menjadi Shinchan-Shinchan lain. Sebagai masyarakat biasa sepertinya tidak memungkinkan untuk melarang komik Crayon Shinchan beredar di pasaran, atau bakan menghentikan arus globalisasi. Sebagai bukti banyaknya protes dari orang tua, penerbit bukannya dilarang untuk mengedarkan komik Crayon Shinchan, tetapi sekarang Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menyertakan rating atau batasan umur. Bahkan menurut rekan-rekan di Mangga Dua, VCD Crayon Shinchan justru semakin banyak digandrungi. Sehingga pada akhirnya, untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk ini pilihannya hanya ada satu, yaitu membuat anak semakin dekat dengan orang tua. Orang tua sangat berperan penting untuk menghindarkan anak dari bahaya pornografi dan pornoaksi. Jika dibiarkan hal tersebut berpotensi merusak perkembangan psikologis anak-anak kelak. Orang tua wajib membimbing apapun yang menjadi tontonan ataupun bacaan anak-anak, berikan pengetahuan tentang apapun yang belum mereka pahami. Selain orang tua, dalam hal ini yang berperan penting untuk mencegah terjadinya pornografi yang terjadi pada anak-anak adalah lembaga sensor. Seharusnya terlebih dahulu menyensor buku bacaan atau film yang akan diedarkan. Jika suatu buku bacaan diedarkan tanpa melalui editting terlebih dahulu secara tidak langsung orang luar disana telah berhasil melatih anak-anak di Indonesia untuk ikut terbiasa dengan kata-kata tabu atau gambar yang bersifat pornografis. Selain tokoh kartun Crayon Shinchan, sekarang pun banyak bermunculan tokoh kartun lainnya yang mengajarkan anak-anak mengenal tuturan pornografis. Misalnya, serial kartun SpongeBob dalam ceritanya terdapat nama suatu tempat yang disebut dengan “Bikini Bottom”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Bikini” itu sendiri berarti pakaian renang wanita yang hanya terdiri dari celana dalam dan kain penutup buah dada. Komik yang terdapat di Indonesia tidak semua mengandung nilai pornografis. Ada juga komik atau bacaan anak-anak yang masih mengedepankan atau mengandung unsur nilai pendidikan, misalnya komik Doraemon. Dalam cerita yang disuguhkan komik Doraemon selalu mendidik anak-anak untuk berbuat kebaikan. Misalnya, Nobita selalu membantu teman-temannya yang sedang kesulitan dengan alat yang terdapat dalam kantong ajaibnya Doraemon. Kemudian, Ibu Nobita selalu menyuruh Nobita untuk mengerjakan pekerjaan Tika Kartika, 2013 Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan Kajian Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu rumah dengan baik, serta Nobita yang selalu diajarkan oleh Doraemon untuk membantu orang tuanya mencabut rumput, berbelanja makanan, dan lain sebagainya. Kajian tentang analisis tindak tutur dalam komik ini sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian tentang tindak tutur percakapan pada komik Asterix oleh Maharani 2007. Ada juga penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi dalam wacana komik di majalah Annida pernah dilakukan oleh Yani BP 2006. Penelitian lainnya yang terkait dengan kajian penelitian ini adalah jenis dan fungsi tuturan di dalam komik Detektif Conan edisi 33 yang dilakukan oleh Zifana 2011. Topik ini dipilih karena penulis masih meilhat adanya suatu kesenjangan di mana suatu buku yang seharusnya mengandung nilai-nilai pendidikan, hiburan, moral untuk anak-anak. Namun, di sisi lain masih terdapat buku anak yang justru mengedepankan sisi pornografis seperti halnya komik Crayon Shinchan. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk lebih mengetahui tindak tutur bersifat pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan bahasa dalam bidang pragmatik pada umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur. Berdasarkan paparan di atas, penulis merumuskan judul untuk penelitian ini adalah “Citraan Pornografis pada Komik Crayon Shinchan Suatu Kajian Pragmatik”.

1.2 Identifikasi Masalah