CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KAJIAN PRAGMATIK.

(1)

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK

CRAYON SHINCHAN

(KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memeroleh Gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

oleh

Tika Kartika 0902448

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Citraan Pornografis

Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) ini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau plagiat ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam norma dan kode etik keilmuan. Atas pernyataan saya ini, saya siap menanggung resiko dan sanksi apabila di kemudian hari adanya pelanggaran kode etik keilmuan dalam karya saya ini ataupun ada klaim terhadap karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan


(3)

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN

(KAJIAN PRAGMATIK) disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. NIP 1964012211989031001

Pembimbing II,

Hj. Afi Fadlillah, S.S.,M.Hum. NIP 197911162008012011

diketahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M. Si. NIP 197204031999031002


(4)

i

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN

(KAJIAN PRAGMATIK) oleh

Tika Kartika ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Citraan Pornografis pada Komik Crayon Shinchan (kajian Pragmatik)”. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap adanya

suatu kesenjangan di mana suatu buku yang seharusnya mengandung nilai-nilai pendidikan, hiburan, dan moral untuk anak-anak ternyata di sisi lain masih terdapat buku anak yang justru mengedepankan sisi pornografis dalam tindak tuturnya seperti halnya komik Crayon Shinchan.

Penelitian ini awalnya dimulai pada tahap pengumpulan data, yaitu dengan teknik pendokumentasian dan pencatatan. Teknik ini digunakan karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber tertulis. Pertama, seluruh cerita dibaca secara cermat kemudian didokumentasikan tuturan-tuturan dalam setiap volume dalam komik. Setelah data terdokumentasi selanjutnya tuturan dipilah dengan cara mencatat untuk dikerucutkan menjadi sebuah data. Setelah semua data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengamatan, data menunjukkan bahwa dalam komik

Crayon Shinchan terdapat tindak tutur yang mengandung unsur pornografis.

Setiap tindak tutur yang dilakukan oleh Shinchan selalu berbau vulgar. Misalnya, ketika Misae (ibu Shinchan) menyuruh Shinchan untuk melakukan suatu hal pasti ia menolak dengan alasan yang belum pantas dilakukan oleh anak seusianya. Ia berpura-pura sedang berkencan dengan wanita dewasa dengan berpakaian bikini, seolah-olah Shinchan adalah pria yang banyak digemari oleh wanita cantik dan seksi. Hal ini ia contoh dari sikap ayahnya yang bernama Hirosi Nohara yang seharusnya memberikan contoh yang baik pada anak-anaknya.

Dari 50 respons pembaca 35 orang (70%) mengatakan bahwa tindak tutur dalam komik Crayon Shinchan mengandung unsur pornografis dan 15 orang (30%) mengatakan bahwa komik Crayon Shinchan tidak mengandung unsur pornografis. Jenis pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diantaranya yaitu terdapat satu pornografis jenis persenggamaan, empat pornografis jenis ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, dan empat jenis pornografis anak.


(5)

Vii

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 12

1.3Batasan Masalah ... 12

1.4Rumusan Masalah ... 13

1.5Tujuan Penelitian ... 13

1.6Manfaat Penelitian ... 13

BAB 2 PRAGMATIK DAN TINDAK TUTUR 2.1 Pengantar ... 15

2.2 Pragmatik ... 15

2.3 Tindak Tutur ... 17

2.4 Klasifikasi Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 23

2.5 Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung ... 27

2.6 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal ... 29

2.7 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur ... 29


(6)

Viii

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1Data dan Sumber Data ... 32

3.1.1 Data ... 32

3.1.2 Sumber Data ... 32

3.2Desain Penelitian ... 32

3.3Metode Penelitian ... 34

3.4Definisi Operasional ... 34

3.5Instrumen Penelitian ... 35

3.6Teknik Penelitian ... 38

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.7Metode Analisis Data ... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Citraan Pornografis Dalam Komik New Crayon Shinchan ... 39

4.2 Pembahasan atau Analisis Temuan ... 54

4.2.1 Tindak Tutur Lokusi komik Crayon Shinchan ... 54

4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi komik Crayon Shinchan ... 55

4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi komik Crayon Shinchan ... 73

4.3 Klasifikasi Jenis Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan ... 75

4.3.1 Persenggamaan ... 76

4.3.2 Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan ... 79

4.3.3 Pornografi anak ... 85

4.4 Respons pembaca terhadap citraan pornografis yang terdapat dalam Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023 ... 91


(7)

ix

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.5 Penjelasan Hasil Analisis ... 92

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ... 94 5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 RIWAYAT HIDUP


(8)

Viii

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tabel Jenis-jenis Tindak Tutur dari Berbagai Ahli ... 24 2.2 Tabel Jenis dan Bentuk Tindak Tutur ... 26 2.3 Tabel Penggunaan Modus ... 29 4.1 Tabel Data Tuturan Bercitra Pornografis dalam komik Crayon


(9)

ix

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Gambar sebuah diagram cara-tujuan ilokusi dan lokusi sebagai tujuan

bukan sebagai tindakan ... 18

2.2 Gambar daya ilokusi-tindak ilokusi ... 19

2.3 Gambar perlokusi, ilokusi, lokusi, fonetik ... 20


(10)

Viii

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram


(11)

1 Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai sistem simbol untuk berkomunikasi akan benar-benar berfungsi apabila pikiran, gagasan, dan konsep yang diacu atau diungkapkan lewat kesatuan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol yang dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap tutur (Alwasilah, 1993: 70). Jadi, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.

Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa lawan tutur atau penutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur. Lawan tutur harus dibedakan dari penerima tutur yang bisa saja merupakan orang yang kebetulan lewat dan mendengar pesan, namun bukan orang yang disapa. Tujuan tuturan tidak lain adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud penutur dengan mengucapkan sesuatu. Aspek tutur lainnya, meliputi penutur dan lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan tindak tutur, dan tuturan sebagai produk tindak verbal (Leech,1991:19-21).

Senada dengan pendapat Leech di atas, Hymes (1972:65) membuat akronim SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act of sequence, keys, instrumentalities, norms dan genres “tempat, peserta tutur, tujuan tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku dan genre”.

Secara ringkas dijelaskan yang di maksud dengan setting adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan kultural yang menyangkut pertuturan tersebut; participants menyangkut peserta tutur; ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur;

acts of sequence menunjuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan


(12)

2

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dilangsungkan; instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan; norms adalah norma atau aturan dalam berinteraksi ; sedangkan

genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan lain

sebagainya.

Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, dan pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpresentasikan ucapan-ucapan. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Levinson,

1980;1-27).

Dalam setiap bahasa terdapat banyak kata dan ekspresi yang referensi-referensi seluruhnya bersandar pada keadaan-keadaan ucapan dan dapat dipahami apabila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut. Begitupun dalam ranah sastra seperti komik, novel, cerpen, dan lainnya, pasti memerlukan bahasa sebagai alat untuk mengenal dan memahami maksud dari penulis. Jika suatu buku tanpa bahasa, pesan penulis tidak akan pernah tersampaikan dan tidak akan dipahami oleh pembaca. Begitupun dengan komik atau buku bacaan bergambar, jika hanya terdapat gambar tanpa adanya bahasa atau tuturan dari para tokoh di dalamnya maka cerita dalam buku tersebut tidak akan pernah tersampaikan kepada para pembacanya.

Komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang yang memiliki posisi berdekatan atau bersebelahan dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca (McCloud, 1993). Komik merupakan media bahasa yang paling lengkap di antara buku bacaan lainnya. Selain terdapat tuturan komik juga menyuguhkan gambar-gambar dari para tokoh dan deskripsi seting yang terdapat dalam cerita. Komik


(13)

3

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

atau cerita bergambar berfungsi sebagai media pendeskripsian cerita sehingga pembaca bukan sekedar membayangkan tentang karakter, tokoh, dan lokasi saja bahkan ekspresi sang tokoh dalam komik dapat dilihat langsung. Dengan demikian, para pembaca terdorong untuk terus mengetahui kelanjutan maksud dari cerita tersebut karena melalui cerita bergambar biasanya gagasan-gagasan akan lebih mengalir dan mudah diterima.

Seperti halnya buku, cerita bergambar atau komik merupakan media tulisan yang dapat mengembangkan wawasan, daya tanggap, serta kreativitas pembaca. Perbedaan buku dengan cerita bergambar atau komik hanya terletak pada bentuk dan isinya, buku yang merupakan wacana tulisan biasanya berbentuk karangan ilmiah dengan menggunakan kata-kata baku dan sesuai dengan EYD. Sedangkan komik yang juga merupakan wacana tulisan tidak harus menggunakan kata-kata baku karena wacana komik biasanya berbentuk dialog (percakapan) yang tidak terikat pada norma-norma penulisan ilmiah dan disertai gambar sebagai pendukung cerita tersebut.

Di Indonesia terdapat komik ataupun film kartun yang banyak diminati oleh anak-anak pada umumnya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan.

Crayon Shinchan adalah tokoh kartun karya seniman Yoshito Usui (42 tahun)

yang menggambarkan seorang anak laki-laki Jepang bernama Shinnosuke atau "Shin-Chan" berumur 5 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak. Ia anak pertama dari keluarga Nahara. Ciri khasnya yaitu beralis tebal, karakternya sangat badung, konyol, dan penuh rasa ingin tahu. Di Indonesia, Crayon Shinchan cepat populer melalui film serial yang diputar setiap Minggu pagi di RCTI. Buku komiknya diterbitkan oleh Indorestu Pacific. Crayon Shinchan pertama kali muncul di majalah Manga Action di Jepang.

Karakter dari Shinchan itu sendiri yaitu mempunyai hobi mengganggu orang lain dengan sifatnya yang pintar-pintar bodoh, polos, dan cuek. Namun imajinasi si kartunis ini rupanya tidak hanya sampai di situ saja. Sajian dalam komik ataupun film Shinchan juga diindikasikan menyalurkan "pikiran kotor"


(14)

4

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengarangnya dalam hal pornografis. Kenakalan Shinchan yang jorok dan tak lazim dilakukan oleh anak seumurnya. Misalnya perilaku tak lazim yang sering dilakukannya adalah suka mengintip, memperhatikan wanita, tidak sopan pada orang tua, dan banyak lagi penyimpangan lainnya yang tidak semestinya dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.

Buku bacaan atau film diindikasikan lebih digemari oleh anak-anak. Dengan media tersebut biasanya gagasan anak-anak akan lebih mudah mengalir. Oleh karena itu, dengan media bacaan atau film anak-anak biasanya lebih mudah untuk belajar. Tetapi, di samping itu buku bacaan ataupun film yang dikonsumsi anak-anak harus selalu ada pengawasan dari orang yang lebih dewasa. Karena buku bacaan dan film pada zaman sekarang perlu dikhawatirkan keberadaannya.

Dalam UU No. 23/2002 Pasal 10 menyebutkan: “Setiap anak berhak

menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”.

Dalam pasal di atas dijelaskan bahwa anak berhak mencari, menerima, dan mendapat informasi apapun, tetapi ada pengecualian bahwa informasi yang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat. Dalam hal ini orang yang lebih dewasa bertanggung jawab untuk mengawasi anak-anak dalam memperoleh informasi yang bisa saja didapatkan melalui media apapun. Namun, ironisnya komik Crayon Shinchan yang sekarang masih beredar di pasaran itu termasuk salah satu informasi yang masih dikhawatirkan bagi perkembangan psikologis anak karena pada umumnya cerita yang terdapat di dalamnya mayoritas mengandung hal pornografis.

Pornografi dan pornoaksi merupakan masalah lama yang belum dapat ditanggulangi oleh hukum di Indonesia. Saat ini, masalah pornografi dan pornoaksi semakin banyak dan memprihatinkan, serta dampak negatifnya pun semakin nyata. Diantaranya sering terjadi perzinaan, perkosaan, dan bahkan


(15)

5

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembunuhan maupun aborsi. Orang-orang yang menjadi korban tindak pidana tersebut tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban yang masih anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Para pelakunya pun tidak hanya orang-orang yang tidak dikenal, tetapi orang-orang-orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan keluarga pun dapat melakukan tindakan pornografi.

Pornografi dan pornoaksi tersebut dapat ditimbulkan dari adegan-adegan porno yang ditonton melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan, gambar-gambar, atau tulisan-tulisan yang dilihat, didengar, dibaca, atau disentuhnya. Pornografi dan pornoaksi selalu dikaitkan dengan ciri gerak tubuh erotis dan sensual dari perempuan atau laki-laki untuk membangkitkan nafsu berahi, baik bagi lawan jenis maupun sejenis.

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Di Indonesia dalam UU no 44/2008 tentang pornografi yang diteken oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 November 2008 menjelaskan mengenai jenis-jenis pornografis yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat di Indonesia. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan hal-hal yang bersifat pornografi. Berikut ini adalah jenis-jenis pornografi yang terdapat dalam UU no 44/2008:

a) Persenggamaan, termasuk persenggamaan menyimpang adalah bentuk tindakan seksual yang tidak lazim, contohnya homoseksual dan lesbi;

b) Kekerasan seksual adalah bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan ketika melakukan hubungan seksual;


(16)

6

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c) Masturbasi atau onani adalah pengeluaran mani (sperma) tanpa melakukan sanggama;

d) Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan adalah bentuk tindakan seksual yang memperlihatkan seluruh tubuh;

e) Alat kelamin adalah alat yang menjadi organ vital pada makhluk hidup; atau f) Pornografi anak adalah bentuk tindakan seksual yang terjadi di kalangan anak

di bawah umur.

Dari penjelasan di atas, dapat dicontohkan tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1 vol.005 halaman 23.


(17)

7

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu


(18)

8

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tuturan di atas dijelaskan, hari itu Misae (ibu Shinchan) menyuruh Shinchan untuk mengajak Shiro anjing peliharaannya pergi jalan-jalan keluar rumah. Pada saat itu Shinchan sangat malas, maka ia memutuskan untuk mencari-cari alasan. Tiba-tiba ia menggelar poster Mizue Hara, yaitu seorang wanita dewasa yang sedang menggunakan bikini atau pakaian renang di sampingnya. Sebelah lengannya ia selipkan di bawah poster tersebut, seolah-olah wanita dewasa itu sedang tidur berbantalkan lengannya. Kemudian, Misae mengambilkan poster lainnya bergambar wanita dewasa agar Shichan juga menjaganya. Tetapi Shinchan menolaknya dan kabur dengan alasan “tidak bisa menangani dua cewek sekaligus” karena ternyata poster wanita tersebut bermuka seram, rambut keriting, dan berbadan gemuk.

Misae sudah mengetahui akal-akalan yang selalu dilakukan anaknya tersebut, maka dari itu bukan hal yang aneh lagi baginya ketika menyuruh Shinchan selalu banyak cara untuk menggagalkan alasan-alasannya.

Setelah Misae pergi, Shinchan pun tak kehabisan akal agar ia tidak jadi pergi keluar rumah. Udara di luar pada saat itu sangat dingin sekali, maka Shinchan memutuskan untuk mengajak Shiro main di dalam rumah. Ia menggunting kertas-kertas dan mengumpulkan barang-barang yang terdapat di dalam rumahnya, kemudian ia membuatnya menjadi sebuah menara untuk kucing, padahal Shiro adalah seekor anjing.

Dengan wajah terpaksa dan keragu-raguan Shiro mengikuti ajakan Shinchan yang menyeretnya untuk menaiki menara tersebut. Dalam tindak tutur diatas dapat diindikasikan bahwa pada komik New Crayon


(19)

9

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Shinchan vol.005 halaman 23 terdapat pornografis berkategori

ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. Dalam komik tersebut diperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa yang sedang terlentang santai mengenakan bikini atau pakaian renang yang sangat minim.

Pada halaman tersebut dapat dikategorikan kedalam pornografi anak dikarenakan pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut adalah seorang anak kecil berusia lima tahun. Kegiatan yang dilakukan Shinchan tersebut berpotensi mencontoh anak-anak untuk ikut melakukan hal seperti itu. Seolah-olah hal tersebut bukan hal yang tabu lagi dan sudah wajar dilakukan oleh anak-anak seusianya.

Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi (the act of doing

something) dan tindak tutur representatif karena berfungsi untuk

menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, menginformasikan, dan memberitahukan sesuatu, selain itu juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, ketika Shinchan berbicara ia juga melakukan suatu hal yaitu berbaring di samping wanita dewasa yang sedang menggunakan bikini.

Melihat contoh tindak tutur yang dilakukan oleh Shinchan, maka peran orang tua sangat penting dalam membimbing bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak, terutama bacaan yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Tuturan dan gambar yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diindikasikan mengandung unsur-unsur pornografis yang belum pantas dikonsumsi oleh anak-anak.

Dalam hal ini Sobur (1991: 94) mengemukakan bahwa minat baca anak dan remaja akan sangat dipengaruhi oleh orang tua atau guru. Oleh karena itu, menumbuhkan minat baca pada anak dan remaja adalah usaha yang tergolong


(20)

10

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

disengaja oleh orang tua atau guru, bukan semata karena faktor ketertarikan dalam diri mereka saja. Biasanya alat yang digunakan untuk menarik minat anak-anak tersebut dengan media bacaan bergambar atau film.

Apabila kita meneliti komik Crayon Shinchan, maka secara tidak sadar anak-anak diperkenalkan pada hal-hal pornografis. Hal ini dapat terlihat dari salah satu contoh tindak tutur yang dipaparkan diatas dalam komik Crayon Shinchan. Cerita yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diperkuat konteks berupa adegan yang berbau seks berupa memperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa dan perbuatan Shinchan yang tidak sopan kepada orang tuanya, misalnya seperti perbuatan yang menolak perintah orang tua dengan berbagai alasan.

Komik Crayon Shinchan ini apabila dikonsumsi secara terus menerus baik melalui mata dan telinga lambat laun dikhawatirkan akan memengaruhi hati dan pikiran anak-anak. Hal-hal yang tadinya tidak biasa maka lambat laun menjadi terbiasa, bahkan setuju untuk melakukannya.

Menurut Sugeng Wiguno (2010), apabila berbicara mengenai Crayon

Shinchan, sebenarnya ada tiga pihak yang perlu dituding sebagai penyebab

kemelut ini.

1. Penerbit yang tidak menyertakan rating umur (Sekarang sudah menyertakan rating umur);

2. Orang Tua yang kurang memerhatikan bacaan atau tontonan anak; dan 3. Masyarakat Indonesia (yaitu kita) yang kurang memahami budaya Jepang.

Mengapa dalam hal ini cenderung mempersalahkan ketiga pihak tersebut? Karena ternyata dari asalnya Crayon Shinchan bukanlah untuk konsumsi anak- anak. Sebagaimana banyak film animasi atau komik Jepang lainnya, tetapi yang menjadi masalah dalam hal ini yaitu di Indonesia komik Crayon Shinchan masih dijual bebas di toko-toko buku atau taman bacaan lainnya.

Crayon Shinchan merupakan bacaan tidak pernah lebih dari sekedar

hiburan dewasa. Dewasa dalam artian masih dalam batas-batas kesopanan untuk manusia dewasa. Bahkan sindiran atau lebih tepatnya protes Yoshitu Usui


(21)

11

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terhadap keadaan di Jepang ini boleh dikatakan cukup bagus dan mengena. Mengapa demikian, karena setelah konsultasi dengan beberapa pakar budaya

Anime di dalam dan luar negeri, serta menyaksikan dan membaca sendiri beberapa

episode Crayon Shinchan, ia berhasil menyimpulkan beberapa hal.

1. Crayon Shinchan adalah sindiran terhadap moral manusia dewasa di Jepang,

sekaligus refleksi bagaimana manusia setengah dewasa dan anak-anak terkena imbasnya.

2. Crayon Shinchan menunjukkan betapa budaya kawin muda di Jepang (dulu)

dapat membuahkan masalah besar (di masa kini) dalam membesarkan anak. 3. Peran wanita di Jepang yang ironisnya, sampai hari inipun masih cenderung

dianggap sebagai obyek seks dan budak rumah tangga.

4. Shinchan sebagai anak berusia 5 tahun, lebih banyak meniru tingkah laku pria dewasa (ayahnya serta tokoh idolanya Manusia Super Bertopeng di TV) sebagai pencarian figur seorang ayah. Ayahnya sendiri sebagaimana pria Jepang umumnya terlalu sibuk bekerja, dan minum sake atau ke Pub sehabis bekerja.

5. Shinchan, sebagaimana pula anak-anak kita memiliki hak untuk berbuat salah karena dia tidak sadar apa yang sebenarnya dia lakukan.

Pernyataan diatas adalah bukti kesuksesan Yoshito Usui yang melalui

Crayon Shinchan berusaha menunjukkan protesnya terhadap keadaan di Jepang

saat ini. Crayon Shinchan sebagai sebuah komik atau animasi kartun, juga sudah berusaha memperingatkan semua para orang tua yang jarang menghabiskan waktu dengan anak-anaknya. Jika dibiarkan hal tersebut memiliki potensi mengubah anak menjadi Shinchan-Shinchan lain.

Sebagai masyarakat biasa sepertinya tidak memungkinkan untuk melarang komik Crayon Shinchan beredar di pasaran, atau bakan menghentikan arus globalisasi. Sebagai bukti banyaknya protes dari orang tua, penerbit bukannya dilarang untuk mengedarkan komik Crayon Shinchan, tetapi sekarang


(22)

12

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menyertakan rating atau batasan umur. Bahkan menurut rekan-rekan di Mangga Dua, VCD Crayon Shinchan justru semakin banyak digandrungi. Sehingga pada akhirnya, untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk ini pilihannya hanya ada satu, yaitu membuat anak semakin dekat dengan orang tua.

Orang tua sangat berperan penting untuk menghindarkan anak dari bahaya pornografi dan pornoaksi. Jika dibiarkan hal tersebut berpotensi merusak perkembangan psikologis anak-anak kelak. Orang tua wajib membimbing apapun yang menjadi tontonan ataupun bacaan anak-anak, berikan pengetahuan tentang apapun yang belum mereka pahami.

Selain orang tua, dalam hal ini yang berperan penting untuk mencegah terjadinya pornografi yang terjadi pada anak-anak adalah lembaga sensor. Seharusnya terlebih dahulu menyensor buku bacaan atau film yang akan diedarkan. Jika suatu buku bacaan diedarkan tanpa melalui editting terlebih dahulu secara tidak langsung orang luar disana telah berhasil melatih anak-anak di Indonesia untuk ikut terbiasa dengan kata-kata tabu atau gambar yang bersifat pornografis.

Selain tokoh kartun Crayon Shinchan, sekarang pun banyak bermunculan tokoh kartun lainnya yang mengajarkan anak-anak mengenal tuturan pornografis. Misalnya, serial kartun SpongeBob dalam ceritanya terdapat nama suatu tempat yang disebut dengan “Bikini Bottom”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata “Bikini” itu sendiri berarti pakaian renang wanita yang hanya

terdiri dari celana dalam dan kain penutup buah dada.

Komik yang terdapat di Indonesia tidak semua mengandung nilai pornografis. Ada juga komik atau bacaan anak-anak yang masih mengedepankan atau mengandung unsur nilai pendidikan, misalnya komik Doraemon. Dalam cerita yang disuguhkan komik Doraemon selalu mendidik anak-anak untuk berbuat kebaikan. Misalnya, Nobita selalu membantu teman-temannya yang sedang kesulitan dengan alat yang terdapat dalam kantong ajaibnya Doraemon. Kemudian, Ibu Nobita selalu menyuruh Nobita untuk mengerjakan pekerjaan


(23)

13

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

rumah dengan baik, serta Nobita yang selalu diajarkan oleh Doraemon untuk membantu orang tuanya mencabut rumput, berbelanja makanan, dan lain sebagainya.

Kajian tentang analisis tindak tutur dalam komik ini sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian tentang tindak tutur percakapan pada komik Asterix oleh Maharani (2007). Ada juga penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi dalam wacana komik di majalah Annida pernah dilakukan oleh Yani BP (2006). Penelitian lainnya yang terkait dengan kajian penelitian ini adalah jenis dan fungsi tuturan di dalam komik Detektif Conan edisi 33 yang dilakukan oleh Zifana (2011).

Topik ini dipilih karena penulis masih meilhat adanya suatu kesenjangan di mana suatu buku yang seharusnya mengandung nilai-nilai pendidikan, hiburan, moral untuk anak-anak. Namun, di sisi lain masih terdapat buku anak yang justru mengedepankan sisi pornografis seperti halnya komik Crayon Shinchan. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk lebih mengetahui tindak tutur bersifat pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan bahasa dalam bidang pragmatik pada umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur.

Berdasarkan paparan di atas, penulis merumuskan judul untuk penelitian ini adalah Citraan Pornografis pada Komik Crayon Shinchan (Suatu Kajian Pragmatik)”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan dalam latar belakang di atas, pokok permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Komik Crayon Shinchan diindikasikan berdampak negatif bagi perangai anak pada umumnya.


(24)

14

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(2) Sejumlah tindak tutur yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan mengandung nilai pornografis bagi para pembacanya.

(3) Peran orang tua sangat penting dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usia anak-anak.

1.3Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis tindak tutur pragmatik yang bersifat pornografis. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah komik Crayon Shinchan karya Yoshito Usui. Agar lebih spesifik, komik yang digunakan sebagai data ialah Komik New Crayon Shinchan volume

001 sampai 023.

1.4Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

(1) Bagaimana jenis tindak tutur yang terdapat pada Komik New Crayon Shinchan

volume 001 sampai 023 ?

(2) Bagaimana citraan pornografis yang terdapat dalam Komik New Crayon

Shinchan volume 001 sampai 023?

(3) Bagaimana respons pembaca terhadap tuturan-tuturan yang bersifat pornografis dalam Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023 ?

1.5Tujuan Penelitian

Seperti yang telah djelaskan dalam rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

(1) Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang terdapat pada Komik New Crayon

Shinchan volume 001 sampai 023;

(2) Mendeskripsikan tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam Komik


(25)

15

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(3) Mendeskripsikan respons pembaca terhadap tindak tutur yang bersifat pornografis dalam Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu untuk menambah sumbangsih kajian Pragmatik khususnya tentang tindak tutur. Selain untuk menambah sumbangsih kajian dalam ilmu Pragmatik, penelitian ini dapat bermanfaat bagi anak bangsa dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usianya karena tanpa disadari hal-hal kecil yang mengandung nilai pornografis dapat merusak perkembangan pola pikir anak.

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mendapatkan pemahaman mengenai tindak tutur dari komik atau cerita bergambar dan dapat juga menjadi referensi acuan untuk penelitian lanjutan dengan bidang yang serupa. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada orang tua untuk lebih memerhatikan dan membimbing bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak.


(26)

32

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Data dan Sumber Data 3.1.1 Data

Subjek populasi dalam penelitian ini adalah tuturan teks yang terdapat

Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023. Data yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam

Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.

3.1.2 Sumber Data

Data dalam kajian ini berupa teks tulisan. Teks tulisan disini mengacu pada tuturan-tuturan tabu yang bersifat pornografis terdapat dalam komik New

Crayon Shinchan edisi ke 1. Untuk memperkuat data, konteks yang terkandung

dalam komik seperti gambar ekspresi tokoh dan setting menjadi bagian dari data. Selain itu sebagai data pendukung, untuk mengetahui respons pembaca terhadap citraan pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan penulis menyebarkan 50 angket di daerah Cicalengka-Bandung.

3.2Desain Penelitian

Arikunto (2010:191), menjelaskan bahwa sebelum menentukan dan menyusun instrumen penelitian dibuat terlebih dahulu desain penelitiannya. Desain penelitian ini terdiri dari sebelas langkah yaitu dimulai dari memilih masalah sampai dengan penyusunan laporan. Desain penelitian ini digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini.


(27)

33

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Desain Penelitian

langlah

Langkah 1 Memilih Masalah

Langkah 2 Studi Pembukaan

Langkah 3 Merumuskan Masalah

Langkah 4

Merumuskan Anggapan Dasar

Langkah 4-a Hipotesis

Langkah 5

Menentukan Pendapat Para Ahli

Langkah 6-a Menentukan Variabel

Langkah 6-b Menentukan Sumber

Langkah 7

Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Langkah 8 Mengumpulkan Data

Langkah 9 Analisis Data


(28)

34

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.3Metode Penelitian

Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan. Penggunaan bahasa selalu terkait dengan konteks pemakaiannya. Oleh karena itu, pengkajian masalah ini akan memakai pendekatan teoretis, yakni pendekatan pragmatik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena apada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif, demikian yang tertera dalam Sugiyono (2012:8).

Penelitian kualitatif digunakan saat peneliti melakukan pencarian data dengan teknik menyebarkan angket untuk mengetahui respons pembaca terhadap citraan pornografi dan menganalisis tuturan tabu yang terdapat dalam komik New

Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.

3.4Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, berikut ini definisi operasional untuk istilah yang digunakan.

Langkah 10 Kesimpulan

Langkah 11 Menyusun Laporan


(29)

35

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Citraan pornografis merupakan suatu kesan yang menampilkan hal-hal berbau seksual dan berisifat vulgar (mengandung unsur pornografi).

2) Komik Crayon Shinchan adalah sebuah cerita anak-anak yang berasal dari Jepang yang berpotensi mengandung unsur pornografis.

3) Definisi dari penelitian terhadap komik New Crayon Shinchan adalah seluruh tindak tutur yang terdapat dalam komik tersebut dari mulai volume 001 sampai 023.

3.5Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu rancangan penelitian masih bersifat sementara. Penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif yang menjadi kunci instrumen dari penelitian itu sendiri adalah peneliti. Dalam hal ini instrumen penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan pernyataan diatas, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan kartu data. Pertama, angket tersebut dibagikan kepada masyarakat, khususnya kepada komunitas pecinta komik yang ada di Cicalengka. Responden yang akan diberi angket adalah masyarakat yang


(30)

36

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Masing-masing responden akan diberikan 10 daftar tanyaan, kemudiaan akan diakumulasikan hasil dari angket yang sudah diisi oleh responden. Kemudian, setelah hasil angket terkumpul peneliti menggunakan kartu data untuk memudahkan analisis penelitian mengenai tindak tutur citraan pornogarfis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Berikut ini adalah contoh angket dan kartu data yang digunakan sebagai instrumen penelitian.

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Salam Sejahtera

a) Isilah angket ini pada lembar jawaban yang telah tersedia. b) Tulislah umur, jenis kelamin, dan pendidikan pada lembar

jawaban.

c) Beri tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih. d) Jika dalam pilihan a sampai c tidak terdapat jawaban yang

Anda anggap benar, Anda dapat menuliskan jawaban pada pilihan d.


(31)

37

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ANGKET

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Berilah tanda (x) pada jawaban yang Anda pilih.

1. Apakah Anda mengenal tokoh kartun Crayon Shinchan? a. Iya c. Tidak tahu b. Tidak d. ( ... )

2. Apa pendapat anda ketika mendengar tokoh kartun Crayon Shinchan? a. Suka c. Tidak tahu

b. Tidak suka d. ( ... ) 3. Apakah Anda merasa tertarik dengan komik tersebut?


(32)

38

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Tertarik c. Biasa saja b. Tidak tertarik d. ( ... ) 4. Apakah Anda sering membaca komik tersebut?

a. Sering c. Tidak pernah b. Pernah d. ( ... )

5. Bagian mana yang paling menarik dari komik Crayon Shinchan yang pernah Anda baca?

a. Tokoh c. Gambar b. Jalan cerita d. ( ... )

6. Apakah Anda mengetahui maksud tuturan dari komik tersebut? a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu d. ( ... )

7. Berpengaruhkah tindak tutur dalam komik tersebut terhadap kehidupan Anda, keluarga, dan lingkungan Anda?

a. Sangat berpengaruh c. Tidak berpengaruh b. Berpengaruh d. ( ... )

8. Apakah menurut Anda tokoh kartun Crayon Shinchan mengandung kesan pornografi?

a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu d. ( ... )

9. Manakah bagian dari komik tersebut yang mengandung unsur pornografi? a. Tokoh c. Tokoh dan tindak tuturnya

b. Tindak tutur tokoh d. ( ... )

10.Apakah menurut Anda di dalam komik Crayon Shinchan terdapat nilai positif yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?

a. Iya c. Tidak tahu b. Tidak d. ( ... )

Tabel 3.1 Kartu Data No. Data :

Data : Analisis:

- Jenis tindak tutur : - Citraan pornografis : - Respons masyarakat :


(33)

39

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.6Teknik Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua teknik, yaitu teknik pendokumentasian dan teknik pencatatan.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pendokumentasian dan pencatatan. Teknik ini digunakan karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber tertulis. Pertama, seluruh cerita dibaca secara cermat kemudian didokumentasikan tuturan-tuturan dalam setiap volume dalam komik. Setelah data terdokumentasi selanjutnya tuturan dipilah dengan cara mencatat untuk dikerucutkan menjadi sebuah data. Untuk menghindari subjektivitas penelitian, maka penulis menggunakan angket sebagai media pendukung penlitian.

3.7Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Penganalisisan data tersebut dilakukan dengan menentukan hal-hal berikut : (1) tindak tutur yang digunakan dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1; (2) citraan pornografis yang terdapat dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1; (3) respons pembaca terhadap komik New Crayon Shinchan edisi 1.


(34)

94

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian tindak tutur bercitra pornografis pada komik Crayon Shinchan ini merupakan kajian yang patut dipertimbangkan dalam ilmu kebahasaan. Berdasarkan hasil dari penelitian, data menunjukkan bahwa komik Crayon

Shinchan vol.001 sampai 023 terdapat tindak tutur yang mengandung unsur

pornografis. Dari 50 hasil angket terhitung 35 orang (70%) mengatakan bahwa di dalam komik Crayon Shinchan mengandung unsur pornografis dan 15 orang (30%) mengatakan bahwa di dalam komik Crayon Shinchan tidak mengandung unsur pornografis.

Berdasarkan data hasil penelitian, komik Crayon Shinchan kurang layak dikonsumsi oleh anak-anak karena tindak tutur yang dilakukan oleh para tokoh di dalamnya mengandung citraan pornografis dan tidak memiliki nilai pendidikan yang positif untuk memberikan pelajaran bagi anak-anak.

Jenis citraan pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu pornografis persenggamaan, pornografis ketelanjangan, dan pornografis anak.

Pisau analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tindak tutur. Jenis tindak tutur yang digunakan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam tuturannya komik Crayon Shinchan lebih banyak menggunakan tuturan ilokusi dan perlokusi karena di dalam sebuah komik suatu tuturan tidak akan pernah terlepas dari konteks berupa tindakan atau pun ajakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran berikut ini:


(35)

95

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Untuk para orang tua, hendaknya lebih memerhatikan bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Agar, hiburan yang ditonton atau dibaca oleh anak memiliki nilai pendidikan yang dapat dicontoh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika suatu bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak belum sesuai dengan umurnya, maka orang tua wajib mendampingi atau memerikan penjelasan tentang apapun yang belum mereka pahami. Dengan seperti itu, kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak dapat terkontrol dan ada pandangan baik buruknya terhadap kegiatan yang akan mereka lakukan. 2. Untuk peneliti selanjutnya, semoga dapat dijadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya khususnya penelitian mengenai komik Crayon Shinchan. Selain tindak tutur, komik Crayon Shinchan dapat dikaji melalui ilmu pragmatik dengan pisau analisis lainnya yang belum tergali.


(36)

96

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. C. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxford University Press.

Bachari, Andika Dutha. 2011. “Analisis Pragmatik terhadap Tuturan Berdampak

Hukum (Studi Kasus Terhadap Laporan Dugaan Tindak Penghinaan, Penipuan, dan Pencemaran Nama Baik yang Ditangani Satreskrim

Polrestabes Bandung)”. Tesis tidak dipublikasikan pada Program

Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana, UPI, Bandung. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Djubaedah, Neng. 2009. Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam. Cetakan ke Tiga. Jakarta: Kencana.

Grice, H. P. 1975. Logical And Conversation. Syntax And Semantics, Speech Act,

3. New York: Academic Press.

Ian, Hard. 2011. “Peran Orangtua serta Orang Terdekat Anak dari Bahaya

Pornografi dan Pornoaksi (HAM)”. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang: Tidak diterbitkan.

Kanghasan. 2010. “Seks dalam Masyarakat Jepang”. [online] Tersedia:

http://sosbud.kompasiana.com/2010/09/22/seks-dalam-masyarakat-jepang/ [18 Desember 2012 pukul 13:22]

Leech, Geoffrey. 1993. Prisip-prinsip Pragmatik. Terjemahan Okka dalam The

Principles of Pragmatik (1993). Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas


(37)

97

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Surya Angkasa

Maharani. 2007. “Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix”. Skripsi pada

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan.

McCloud, Scott. 1993. Understanding Comics. Terjemahan oleh S. Kinanthi. 2001. Kepustakaan Polpuler Gramedia, Jakarta.

Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, R. Kunjana. 2002. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.

Searle, 1969. Act: An Essay in the Philoshopy of Language. Cambridge: Univercity Press.

Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke Tujuh Belas. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. dan Partana P. 2004. Sosiolinguistik.Yogyakarta: SABDA. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Tim Penulis UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Usui, Yoshito. Komik New Crayon Shinchan edisi 1. Jakarta Pusat: Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia Building.

Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik : Kajian Teori dan


(38)

98

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Yani BP, Nelly. 2006. “Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah Annida”. Skripsi pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Semarang: Tidak diterbitkan.

Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zifana, Mahardhika. 2011. “Jenis dan Fungsi Tuturan di dalam Komik Detektif

Conan edisi 33”. Laporan penelitian pada Universitas Pendidikan


(1)

39

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.6Teknik Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua teknik, yaitu teknik pendokumentasian dan teknik pencatatan.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pendokumentasian dan pencatatan. Teknik ini digunakan karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber tertulis. Pertama, seluruh cerita dibaca secara cermat kemudian didokumentasikan tuturan-tuturan dalam setiap volume dalam komik. Setelah data terdokumentasi selanjutnya tuturan dipilah dengan cara mencatat untuk dikerucutkan menjadi sebuah data. Untuk menghindari subjektivitas penelitian, maka penulis menggunakan angket sebagai media pendukung penlitian.

3.7Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Penganalisisan data tersebut dilakukan dengan menentukan hal-hal berikut : (1) tindak tutur yang digunakan dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1; (2) citraan pornografis yang terdapat dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1; (3) respons pembaca terhadap komik New Crayon Shinchan edisi 1.


(2)

94

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian tindak tutur bercitra pornografis pada komik Crayon Shinchan ini merupakan kajian yang patut dipertimbangkan dalam ilmu kebahasaan. Berdasarkan hasil dari penelitian, data menunjukkan bahwa komik Crayon

Shinchan vol.001 sampai 023 terdapat tindak tutur yang mengandung unsur

pornografis. Dari 50 hasil angket terhitung 35 orang (70%) mengatakan bahwa di dalam komik Crayon Shinchan mengandung unsur pornografis dan 15 orang (30%) mengatakan bahwa di dalam komik Crayon Shinchan tidak mengandung unsur pornografis.

Berdasarkan data hasil penelitian, komik Crayon Shinchan kurang layak dikonsumsi oleh anak-anak karena tindak tutur yang dilakukan oleh para tokoh di dalamnya mengandung citraan pornografis dan tidak memiliki nilai pendidikan yang positif untuk memberikan pelajaran bagi anak-anak.

Jenis citraan pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu pornografis persenggamaan, pornografis ketelanjangan, dan pornografis anak.

Pisau analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tindak tutur. Jenis tindak tutur yang digunakan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam tuturannya komik Crayon Shinchan lebih banyak menggunakan tuturan ilokusi dan perlokusi karena di dalam sebuah komik suatu tuturan tidak akan pernah terlepas dari konteks berupa tindakan atau pun ajakan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran berikut ini:


(3)

95

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Untuk para orang tua, hendaknya lebih memerhatikan bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Agar, hiburan yang ditonton atau dibaca oleh anak memiliki nilai pendidikan yang dapat dicontoh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika suatu bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak belum sesuai dengan umurnya, maka orang tua wajib mendampingi atau memerikan penjelasan tentang apapun yang belum mereka pahami. Dengan seperti itu, kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak dapat terkontrol dan ada pandangan baik buruknya terhadap kegiatan yang akan mereka lakukan. 2. Untuk peneliti selanjutnya, semoga dapat dijadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya khususnya penelitian mengenai komik Crayon Shinchan. Selain tindak tutur, komik Crayon Shinchan dapat dikaji melalui ilmu pragmatik dengan pisau analisis lainnya yang belum tergali.


(4)

96

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. C. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxford University Press.

Bachari, Andika Dutha. 2011. “Analisis Pragmatik terhadap Tuturan Berdampak Hukum (Studi Kasus Terhadap Laporan Dugaan Tindak Penghinaan, Penipuan, dan Pencemaran Nama Baik yang Ditangani Satreskrim Polrestabes Bandung)”. Tesis tidak dipublikasikan pada Program Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana, UPI, Bandung.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Djubaedah, Neng. 2009. Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam. Cetakan ke Tiga. Jakarta: Kencana.

Grice, H. P. 1975. Logical And Conversation. Syntax And Semantics, Speech Act,

3. New York: Academic Press.

Ian, Hard. 2011. “Peran Orangtua serta Orang Terdekat Anak dari Bahaya

Pornografi dan Pornoaksi (HAM)”. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang: Tidak diterbitkan.

Kanghasan. 2010. “Seks dalam Masyarakat Jepang”. [online] Tersedia: http://sosbud.kompasiana.com/2010/09/22/seks-dalam-masyarakat-jepang/ [18 Desember 2012 pukul 13:22]

Leech, Geoffrey. 1993. Prisip-prinsip Pragmatik. Terjemahan Okka dalam The

Principles of Pragmatik (1993). Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas


(5)

97

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Surya Angkasa

Maharani. 2007. “Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix”. Skripsi pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan.

McCloud, Scott. 1993. Understanding Comics. Terjemahan oleh S. Kinanthi. 2001. Kepustakaan Polpuler Gramedia, Jakarta.

Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, R. Kunjana. 2002. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.

Searle, 1969. Act: An Essay in the Philoshopy of Language. Cambridge: Univercity Press.

Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke Tujuh Belas. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. dan Partana P. 2004. Sosiolinguistik.Yogyakarta: SABDA. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Tim Penulis UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Usui, Yoshito. Komik New Crayon Shinchan edisi 1. Jakarta Pusat: Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia Building.

Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik : Kajian Teori dan


(6)

Tika Kartika, 2013

Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Yani BP, Nelly. 2006. “Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah Annida”. Skripsi pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zifana, Mahardhika. 2011. “Jenis dan Fungsi Tuturan di dalam Komik Detektif Conan edisi 33”. Laporan penelitian pada Universitas Pendidikan Indonesia.