2. Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan cara sensus, data
yang diperoleh menggunakan kuisioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan
data yang pokok Hadi Sabari Yunus, 2009 tahap-tahap yang diambil penelitian
ini adalah sebagai berikut :
2.1 Pemilihan Lokasi
Surakarta karena
wilayah ini
merupakan daerah
yang mempunyai
potensi untuk industri meubel. 2.1.1
Pengumpulan Data
Data yang
digunakan atau
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder :
1.Data primer diperoleh dari wawancara langsung dilapangan terhadap responden
dan dengan manfaat untuk mengetahui karakteristik pengusaha meubel di daerah
penelitian. Nama dan alamat 1.
Umur 2.
Jenis kelamin 3.
Pendidikan 4.
Jumlah anggota keluarga 5.
Lama berusaha 2.Data sekunder diperoleh dari catatan
atau laporan yang terdapat pada instansi yang berkaitan dengan meliputi :
a. Peta lokasi daerah penelitian.
b. Kota Surakarta Dalam Angka
c. Data dari Dinas Perindustrian Kota
Surakarta
2.1.2 Penentuan Responden
Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu
dengan cara pengambilan data dari seluruh populasi yang ada secara menyeluruh.
Tabel 5. Penentuan Jumlah Pengusaha Industri Meubel Ekspor di Kota
Surakarta
No Kecamatan
Jumlah industri 1
Laweyan 33
2 Serengan
11 3
Pasar Kliwon 2
4 Jebres
19 5
Banjarsari 37
Jumlah 102
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta, 2012
2.1.3 Pengolahan data dan Analisis
data
2.1.3.1 Pengolahan Data
Analisa data menggunakan tabel frekuensi, skoring, dan regresi ganda.
tabel frekuensi
digunakan untuk
munjukkan faktor – faktor produksi yang
mempengaruhi keberlangsungan usaha industri
meubel, untuk
menyatakan tingkat keberlangsungan usaha industri
meubel menggunakan
teknik skoring,.Teknik skoring dari masing-
masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jumlah produksi
Jumlah produksi yang diklasifikasikan dengan interval 3 kelas dengan rumus
sebagai berikut :
� = ���� � ������� − ���� � � � �ℎ
�
Keterangan : R = Rentangan
K = Jumlah Kelas
b. Luas jangkauan pemasaran
Luas jangkauan pemasaran meliputi daerah tujuan pemasaran dan volume
penjualan. Jangkauan pemasaran di skor menurut jauh dekatnya tujuan pemasaran
yang diklasifikasikan menjadi ekspor 3 negara, ekspor 4-6 negara, ekspor 7
negara. sedangkan volume penjualan berdasarkan tinggi rendahnya barang yang
terjual. Untuk mengukur volume barang yang
terjual dari
hasil produksi
diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, tinggi. sedangkan rumus
yang digunakan sama dengan rumus klafikasi jumlah produksi.
2.1.4 Analisis Data
a. Analisis geografi
Analisis geografi
penelitian ini
menggunakan pendekatan
keruangan. Pendekatan keruangan merupakan cara
berfikir dan memandang suatu obyek dalam
konteks keruangan
yang menekankan pada distribusi dalam ruang
atau letak suatu obyek dalam ruang. Pendekatan
geografi sebagai
kajian analisis dalam penelitian ini dengan data
luas jangkauan pemasaran ekspor daerah tujuan ekspor dan volume barang yang
terjual dengan cara metode deskriptif dan disajikan
dalam bentuk
peta luas
pemasaran ekspor. b.
Tabel Frekuensi Tabel frekuensi digunakan untuk
menunjukkan faktor-faktor
produksi meubel di Kota Surakarta.
c. Skoring
Skoring digunakan
dengan cara
menggabungkan skor jumlah produksi dan luas pemasaran ekspor. Klasifikasi tingkat
keberlangsungan industri dibagi menjadi 3 klas yautu buruk, sedang, baik dengan
rumus sebagai berikut.
� = ���� � ������� − ���� � � � �ℎ
�
Keterangan : R = Rentangan
K = Jumlah Kelas Jumlah
produksi dan
jangkauan pemasaran diklasifikasikan ke dalam tiga
klas yaitu meliputi keberlangsungan buruk, sedang, atau baik dengan rumus seperti
diatas. Semakin besar nilai skor yang diperoleh menunjukkan semakin baik
tingkat keberlangsungan
usahanya. Sebaliknya bila nilai skor yang diperoleh
hanya sedikit
menunjukkan tingkat
keberlangsungannya buruk. d.
Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui faktor produksi yang
paling dominan
yang berpengaruh
terhadap keberlangsungan industri meubel modal, bahan baku, tenaga kerja.
Analisis ini dikerjakan dengan bantuan program SPSS serta dilakukan dengan
nilai uji “t” dengan signifikasi 0,005 0,05. Sedangkan untuk memprediksi
keberlangsungan produksi dan jangkauan pemasaran ekspor menggunakan statistik
regresi ganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ ……bnXn Keterangan :
Y = variabel tidak bebas
dependent variable X
1
…n = variabel bebas independent variable
a = bilangan konstan
b
1
…n = koefisien regresi
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Tingkat Keberlangsungan Industri
Meubel Di Surakarta
Berdasarkan pada
tabel tingkat
keberlangsungan industri meubel di daerah penelitian ada 102 responden yang
tersebar di 5 lokasi kecamatan yaitu, Kecamatan
Laweyan, Kecamatan
Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan
Jebres, dan
Kecamatan Banjarsari. Dapat dijelaskan bahwa 7
pengusaha atau sebesar 6,86 tingkat keberlangsungan industri meubel buruk,
kemudian 3 pengusaha atau 2,94 tingak keberlangsungan industri meubel sedang,
dan 64 pengusaha atau sebesar 62,74 tingkat keberlangsungan industri meubel
baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat keberlangsungan industri meubel
di Surakarta sebagian besar baik.
3.2 Faktor – Faktor Produksi yang
Paling Berpengaruh
Terhadap Keberlangsungan Industri Meubel Di
Surakarta.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pada industri meubel di daerah penelitian
ini adalah bahan baku, modal, tenaga kerja, dan pemasaran. Untuk mengetahui
faktor yang paling berpengaruh dari independent
variabel dan
faktor keberlangsungan industri X terhadap
variabel dependent jumlah produksi Y dilakukan dengan nilai uji “t” dengan
pertimbangan data yang digunakan data primer dari hasil survey di lapangan
dengan n =102, lihat lampiran 8. Besarnya nilai “t”tabel dicari berdasarkan jumlah df
pembilang 4 dan df penyebut 102 yaitu sebesar 2,576.