Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA

NILAI MORAL
DALAM NOVEL SURGA CINTA VANESA KARYA MIFTAHUL ASROR MALIK
DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Ariya Sudrajat
1110013000052

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK


Ariya Sudrajat (NIM:1110013000052). Nilai Moral dalam Novel Surga Cinta
Vanesa Karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran
Sastra di SMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai moral sebagai upaya
pengokohan keyakinan peserta didik agar berbuat kebenaran, kejujuran, dan
kebaikan. Menanamkan nilai-nilai moral ke dalam diri memerlukan usaha yang
sungguh-sungguh, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah diharapkan memberikan manfaat
agar penerus bangsa mampu memahami nilai-nilai moral sehingga menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan pendekatan
objektif yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Penelitian ini
menganalisis tentang nilai-nilai moral yang terdapat pada tokoh-tokoh dalam
novel Surga Cinta Vanesa, seperti sabar, memelihara lisan, santun, tanggung
jawab, menguasai emosi, adil, tolong menolong.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya menanamkan nilainilai moral kepada para siswa, agar perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh
para siswa dapat diminimalisir sehingga para siswa menjadi pribadi yang lebih
baik lagi.


Kata kunci: Nilai-nilai Moral, Novel Surga Cinta Vanesa.

i

ABSTRACT

Ariya Sudrajat (NIM: 1110013000052). The Moral Values In Surga Cinta
Vanesa Novel By Miftahul Asror Malik and its Relevant By Literature Learning
at Senior High School

This research uses qualitative method and objective approach which stresses
the study on literature work. It analyzes the moral values which are found in
characters of Surga Cinta Vanesa novel, such as tolerance, being careful with our
word, well behaved, responsibility, emotion control, just, helping others.
This research purposes is to know the moral values as an effort to
strengthening students faith of students so that they to the truth honesty and
goodness. To implant the moral values needs the seriously efforts start from the
family, school, and societies environment. The Indonesian language learning and
literature at schools are hoped to give benefits so that the young generations are
able to understand the moral values so that they become the better personality.

The result of this research shows about the importance of growing moral
values to the students so that their negative attitudes, can be minimized and they
are able to be better personality.

Keywords: Moral Values, Surga Cinta Vanesa Novel.

ii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT sebagai penjaga rahmatnya. Zat
yang maha menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad
semesta alam, zat yang maha meliputi segala sesuatu yang terpikir maupun yang
tidak terpikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan bagi
seluruh umat Islam yang terjaga atas sunnahnya.
Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas segala rahmat dan ridhaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Karena tanpa rahmat dan ridhaNya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, selesainya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, do’a, dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jamal D. Rahman, M. Hum., sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, nasihat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Miftahul Asror Malik dan Pustaka Rama.
5. Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Rohmat Basuki dan
Ibunda hj. Tati Yuliah yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, doa,
air mata yang selalu tercurahkan pada setiap sepertiga malamnya, motivasi

iii

yang luar biasa kepada penulis, terimakasih atas kesabarannya. Kepada

kakakku Khoiruddin Jamil, Nurlaila Juwita, Nuralam Pahlepi, serta adikku
Ananda Meilia Putri dan semua keluarga besarku, hanya Allah SWT yang
dapat membalas semua kebaikan kalian semua.
6. Terimakasih untuk Nurul Purbasari atas semangat, kesabaran, bantuan,
pengorbanan, dan kasih sayang yang selalu tercurahkan sejak awal
penulisan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2010 (Aris, Boss, Hadi V-Raider Tangerang, Hedy, Rifqi, Zaky,
Gojira, Salboy, mabro Agung Bahtiar teman di saat bimbingan) dan semua
teman-teman di Konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010
yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan motivasi yang luar biasa,
semoga kita semua dapat menggapai kesuksesan bersama di suatu titik
nanti.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
tidak lupa Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakan Tarbiyah, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas
Indonesia, dan Perpustakaan Universitas Terbuka dengan buku-buku
rujukannya sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa terselesaikan.

Jakarta, 31 Januari 2014

Penulis,

Ariya Sudrajat

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah .........................................................................1
B. Identifikasi masalah ..............................................................................5
C. Pembatasan masalah..............................................................................5
D. Perumusan masalah ...............................................................................5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................6

G. Metode Penelitian..................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Nilai Moral ............................................................................10
1. Pengertian Nilai ............................................................................10
2. Pengertian Moral ..........................................................................12
3. Bentuk-bentuk Moral ...................................................................14
a. Bersikap Sabar..................................................................14
b. Memelihara Lisan .............................................................15
c. Santun ...............................................................................15
d. Tanggung Jawab ...............................................................16
e. Menguasai Emosi .............................................................16
f. Bersikap Adil....................................................................17

v

g. Tolong-menolong .............................................................17
h. Berani ...............................................................................18
B. Hakikat Novel .....................................................................................18
1. Pengertian Novel .....................................................................18
2. Jenis Novel ..............................................................................19

a. Novel Populer .............................................................19
b. Novel Serius ................................................................21
3. Unsur-unsur Novel ..................................................................22
a. Unsur Intrinsik ............................................................22
C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................26
D. Pengajaran Sastra di Sekolah ..............................................................27

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Biografi Miftahul Asror Malik ............................................................32
B. Sinopsis Surga Cinta Vanesa ..............................................................33
C. Unsur-unsur intrinsik ..........................................................................36
1. Tema .............................................................................................36
2. Penokohan ....................................................................................37
3. Alur...............................................................................................47
4. Sudut Pandang ..............................................................................51
5. Latar .............................................................................................52
6. Gaya Bahasa .................................................................................60
7. Amanat .........................................................................................61
D. Analisis Nilai-nilai Moral dalam Novel Surga Cinta Vanesa .............62
1. Bersikap Sabar ........................................................................62

2. Memelihara Lisan....................................................................64
3. Santun......................................................................................65
4. Tanggung Jawab......................................................................67
5. Menguasai Emosi ....................................................................69
6. Bersikap Adil ..........................................................................71
7. Tolong-menolong ....................................................................73

vi

8. Berani ......................................................................................74
E. Relevansi dengan Pembelajaran ..........................................................76

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................78
B. Saran ....................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................80

vii


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Silabus .............................................................................................30

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan salah satu hasil dari cipta manusia yang berbentuk
lisan maupun tulisan. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan
dimanfaatkan oleh pembacanya. Karya sastra bisa menjadi gambaran mengenai
pengalaman hidup tentang dunianya, hal tersebut yang menjadikan karya sastra
sebagai cerminan dalam memaknai dan memahami kehidupan.
Novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra yang mengungkapkan
suatu hasil dari cipta karya seseorang berdasarkan kreativitas dan pengalaman
pengarangnya. Novel biasanya menggambarkan kehidupan pada saat karya itu
ditulis. Novel juga merupakan gambaran suatu tokoh yang hidup di suatu masa
dan di suatu tempat. Peristiwa-peristiwa dalam novel adalah cerminan realitas dari

suatu keadaan tertentu.
“Moral menyinggung akhlak, moril, tingkah laku dalam sebuah adat.”1
Moral yang ada pada diri setiap manusia tidak terlepas dari pola pikir seseorang.
Seseorang yang mempunyai pola pikir yang baik, pada akhirnya akan berperilaku
baik, begitu juga sebaliknya.
“Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai
manusia.”2 Jadi, bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai
dosen, tukang masak, pemain bulutangkis atau penceramah, melainkan sebagai
manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk
menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

1

J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2008), h.

308
2

Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,
(Yogyakarta: Kanisius, 1989), Cet-1, h. 19.

1

2

Moral merupakan tingkah laku seseorang untuk menentukan betulsalahnya sikap dan tindakan dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia dan
bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Moral merupakan sebuah sikap
yang pasti ada dan akan diajarkan di sekolah. Karena dengan memiliki moral yang
baik maka seseorang akan dihargai baik dalam pergaulan formal seperti di dunia
pekerjaan maupun dalam pergaulan informal seperti di kehidupan sehari-hari.
Moral yang diiringi dengan tutur kata yang baik dan sopan akan membawa
seseorang berada di tengah-tengah masyarakat karena sifat tersebut dapat dengan
mudah membuat mereka diterima di manapun mereka berada.
Moral yang dimiliki seseorang dapat membantunya dalam membina
hubungan dengan sesama, seperti hubungan dengan teman, sahabat, maupun
kekasih.

Dengan memiliki moral yang baik, hubungan yang dimiliki akan

berkualitas dan bertahan lama.
Untuk membina hubungan yang baik, kita harus memulai dengan
memahami orang lain terlebih dahulu. Mary Jo Meadow, mengutip dari Thomas
Fuller mengatakan bahwa “Lebih banyak hasil yang dapat dicapai dengan sedikit
kelembutan daripada dengan banyak kekerasan.”3 Dari kutipan tersebut dapat
disimpulkan bahwa, kita tidak bisa memaksakan pendapat maupun keinginan kita
terhadap seseorang untuk mencapai suatu tujuan, namun kita harus menerima
masukan dari orang lain sehingga apa yang kita tuju dapat tercapai.
Melalui okezone.com di Jawa Barat, Kecamatan Cikancung, Kabupaten
Bandung. Tiga pelajar SMA kelas X diringkus petugas kepolisian setelah
melakukan pemerkosaan kepada teman sekolahnya sendiri. Kejadian berawal
ketika korban diajak ke sebuah tempat di daerah Cicalengka, di sana korban
dipaksa meminum minuman keras agar tidak sadarkan diri, untuk selanjutnya
diperkosa oleh ketiga temannya. Selanjutnya dalam tribunnews.com di Pondok
Indah, Jakarta Selatan, tujuh siswa SMA Don Bosco ditahan akibat melakukan
tindakan bullying kepada teman satu sekolahnya. Kasus tersebut terungkap ketika
3

Mary Jo Meadow, Memhami Orang Lain, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota
IKAPI), 1989), Cet. 16, h. 11.

3

salah satu korban mengaku telah dianiaya oleh beberapa kakak kelasnya, orang
tua korban tidak menerima perlakuan buruk yang diterima anaknya sehingga
melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Contoh lain dari sebuah tindakan
yang tidak didasari oleh pikiran yang matang terjadi di Kabupaten Purwakarta,
Jawa Barat, melalui okezone.com. sepasang kekasih yang diketahui masih SMA,
malakukan hubungan intim atas dasar terlalu cinta. Mereka pergi dari rumah
masing-masing selama 33 hari, hingga akhirnya mereka tertangkap ketika si pria
yang berinisial WD mengantarkan si wanita pulang ke rumahnya.
Dari penjelasan dan data-data yang ditampilkan di atas, peneliti
menentukan permasalahan moral yang terkait dengan Novel Surga Cinta Vanesa
karya Miftahul Asror Malik, yang diharapkan para pembaca dapat memetik halhal positif agar dapat berperilaku dan memiliki budi yang baik. Sebagai contoh,
ketika dalam pertemanan maupun persahabatan, seringkali perbedaan pendapat
yang menyebabkan mereka berselisih paham hingga terjadi pertengkaran di antara
keduanya. Contoh lain yaitu dalam masalah percintaan remaja, perilaku dan
tindakan harus didasari oleh akal sehat sehingga apa yang dilakukan telah menjadi
suatu pertimbangan untuk kedepannya.
“Sahabat adalah saudara yang dipilih oleh jiwa kita. Apalagi yang
membuat kita menjalin pertemanan dengan orang lain kalau bukan karena orang
itu memenuhi kebutuhan jiwa kita, mungkin sebagai teman berbagi tawa,
kebersamaan, dan hasrat untuk diterima sebagaimana adanya diri kita.”4 Indahnya
cinta dan persahabatan yang dialami tokoh-tokoh yang ada pada novel Surga
Cinta Vanesa diharapkan dapat menginspirasi pembaca untuk mengambil segala
hal positif yang terdapat dalam novel tersebut, untuk diterapkan dalam hubungan
pertemanan maupun hubungan percintaan di kehidupan sehari-hari.
“Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra,

4

h. 102.

Desi Anwar, Hidup Sederhana, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2014),

4

atau makna yang disarankan lewat cerita.”5 Oleh karena itu, sebagai pembaca kita
tidak hanya menjadikan sebuah karya sastra sebagai sarana hiburan, namun juga
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu maupun gambaran dalam berkehidupan
sehari-hari.
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini
agar dapat memberikan wawasan dan pandangan tentang nilai moral dari novel
Surga Cinta Vanesa, agar pembaca mampu mengambil sisi positif yang terdapat
pada novel tersebut.
Inilah cara yang dapat membantu pembaca agar terhindar dari hal-hal
negatif yang bisa merusak moral mereka sebagai generasi penerus bangsa. Dengan
kerjasama dan dukungan dari para guru maupun pihak sekolah, diharapkan mata
pelajaran Bahasa Indonesia mampu memberikan pelajaran moral lewat karyakarya sastra yang ada, sehingga karya sastra tersebut dapat memberikan dampak
positif terhadap perkembangan budi pekerti dan moral penerus bangsa.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam
pembangunan sumber daya manusia, baik dalam memberikan ilmu pengetahuan
maupun watak. Karena yang paling utama dalam pendidikan adalah membentuk
manusia yang beretika dan bermoral. Kasus-kasus yang ada menjadi sebuah
pelajaran bagi dunia pendidikan di Indonesia bila sekolah sebagai lembaga
pendidikan harus mengedepankan nilai-nilai etika dan moral kepada muridnya
dibandingkan ilmu pengetahuan.
Budi pekerti dan moral yang baik akan memudahkan seseorang diterima di
masyarakat. Dengan bekal moral yang baik itulah, dia mampu beradaptasi secara
baik dengan lingkungan yang berbeda pandangan dengannya terhadap
permasalahan yang terjadi.
Dengan memperhatikan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam mengenai nilai moral yang terdapat dalam novel Surga Cinta Vanesa.
5

Burhan, Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Gajah Mada University
Press, 2009), h. 320.

5

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengkaji permasalahan tersebut untuk
dijadikan sebuah penelitian dengan judul Nilai Moral dalam Novel Surga Cinta
Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran
Sastra di SMA.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis buat, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kerjasama pihak sekolah dalam mengenalkan novel-novel yang
memiliki nilai moral kepada siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Relevansi antara novel Surga Cinta Vanesa dengan situasi masyarakat
pada zaman sekarang
3. Adanya keinginan dari siswa untuk menunjukan identitas di dalam sebuah
lingkungan sosial.
4. Nilai moral yang harus dikedepankan dalam setiap pembelajaran.
5. Adanya kesenjangan antar individu, sehingga terjadi bullying yg dilakukan
oleh siswa.

C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah penulis buat, maka
penulis memberikan spesifikasi mengenai pembahasan yang akan diuraikan
dengan membatasi penelitian ini pada nilai moral dalam novel Surga Cinta
Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah seperti telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja nilai moral yang terdapat dalam novel Surga Cinta Vanesa?
2. Bagaimana relevansi nilai moral novel Surga Cinta Vanesa dengan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA?

6

E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidenifikasi dan
mengetahui nilai moral yang ada dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul
Asror Malik. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadikan nilai moral sebagai landasan utama dari setiap mata pelajaran yang
diberikan.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan tercapai oleh peneliti melalui skripsi ini dijabarkan
ke dalam dua kategori berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitan ini diharapkan dapat menambah sumbangan pengetahuan bagi
orang yang akan meneliti penelitian yang serupa selanjutnya, khususnya nilainilai moral dan cara membina sebuah hubungan dengan pendekatan objektif.
2. Manfaat Praktis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca
tentang nilai-nilai moral dan cara membina hubungan baik dengan sesama yang
ada dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

G. Metode Penelitan
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah nilai moral yang terkandung dalam novel
Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik. Novel Surga Cinta Vanesa
adalah novel yang diterbitkan oleh Pustaka Rama pada tahun 2010. Novel ini
terdiri 253 halaman. Desain dan ilustrasi sampul oleh Muhammad Reza. Adapun
objek pada penelitian ini adalah novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror
Malik.

7

2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research) dengan mengacu pada buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen lain
yang berhubungan dengan nilai moral. Karena objek yang dikaji berupa karya
sastra yang berbentuk novel, maka penelitian ini bisa dilakukan di mana saja jika
memungkinkan dan mendukung untuk dilaksanakan penelitian, misalnya di
perpustakaan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Strauss dan Corbin mengatakan bahwa penelitian kualitatif bisa dimaksud
sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.6
4. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah nilai moral dalam novel Surga Cinta
Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan relevansinya terhadap pembelajaran
bahasa dan sastra di SMA. Adapun nilai moral yang akan diteliti adalah bersikap
sabar, memelihara lisan, santun, tanggung jawab, menguasai emosi, bersikap
adil, tolong-menolong, dan berani. Focus penelitian ini dilakukan agar
pembahasan lebih fokus dan terarah sehingga dapat dengan mudah diteliti dan
dipahami oleh pembaca.
5. Data dan Sumber Data
Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan memuat
penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Data-data
tersebut dapat dipahami baik melalui alur peristiwa, narasi, maupun dialog yang
dituangkan Miftahul Asror Malik dalam novelnya Surga Cinta Vanesa.

6

73.

Syamsuddin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h.

8

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber utama
penelitian yang diproses langsung dari sumbernya tanpa perantara. Sedangkan
sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui perantara, tetapi masih berdasar kepada kategori konsep yang akan
dibahas.7 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Surga Cinta
Vanesa karya Miftahul Asror Malik cetakan I tahun 2010. Sumber data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal, artikel, maupun pencarian
secara online yang berkaitan dengan objek penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik inventarisasi,
teknik baca simak, dan teknik pencatatan.
a. Teknik Inventarisasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan sejumlah
data-data dari novel Surga Cinta Vanesa yang menjadi sumber data
penelitian.
b. Teknik Baca Simak
Teknik ini dilakukan secara seksama terhadap isi novel Surga Cinta
Vanesa karya Miftahul Asror Malik yang menjadi objek penelitian. Teknik
ini dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh informasi yang akurat.
Informasi ini berkenaan dengan seluruh isi cerita yang berkaitan dengan
nilai moral dalam novel Surga Cinta Vanesa.
c. Teknik Pencatatan
Teknik ini dilakukan setelah melakukan teknik baca simak. Hasil yang
diperoleh dicatat ke dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagianbagian dalam tiap kalimat hingga isi keseluruhan teks novel. Fokus data
7

Ibid., h. 73.

9

yang dicatat berupa unsur intrinsik novel dan nilai moral dalam novel
Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
identifikasi, klasifikasi, analisis, dan deskripsi.
a. Identifikasi
Setelah data terkumpul, peneliti membaca secara detail dengan
mengidentifikasikan novel yang dijadikan data dalam penelitian, dalam hal
ini novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.
b. Klasifikasi
Setelah diidentifikasi, data novel diseleksi dan diklasifikasikan sesuai
dengan hasil identifikasi, yaitu unsur-unsur intrinsik serta nilai moral
dalam novel Surga Cinta Vanesa, lalu menghubungkannya dengan
pembelajaran sastra.
c. Analisis
Teknik selanjutnya ialah analisis. Seluruh data dalam novel dianalisis dan
ditafsirkan maknanya secara keseluruhan.
d. Deskripsi
Teknik terakhir ialah deskripsi. Hasil analisis data dalam novel disusun
sistematis sehingga memudahkan dalam mendeskripsikan makna setiap
unsur yang terkandung dalam novel Surga Cinta Vanesa.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Nilai Moral
1. Pengertian Nilai
Sastra menggambarkan kehidupan pada saat sastra itu ditulis, sastra
mengandung nilai-nilai sosial, falsafi, dan religi. Baik yang bertolak dari
pengungkapan kembali maupun yang merupakan penyodoran konsep
baru.Semuanya dirumuskan secara tersurat dan tesirat, hal inilah yang
melahirkan sifat ambiguitas sastra. Sastra dapat bertafsir majemuk. Sastra
tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari
kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai suatu yang imajinatif, fiktif, dan
harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan. Boris Pasternak
mengatakan bahwa “sastrawan harus berdiri dalam kehadiran nilai-nilai yang
terangkum didalam kehidupan semesta.”1 Sastrawan pada ketika menciptakan
karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi
juga berkehendak untuk

menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-

pendapatnya, kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu.
Sebuah karya sastra memiliki nilai yang luar biasa dalam
penceritaannya. Sebuah karya sastra akan memiliki nila yang luar biasa jika
sang pengarang dalam proses pembuatan karyanya mampu melibatkan semua
aspek didalamnya. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi akan terasa ketika
membaca isinya yang mampu melibatkan batin pembaca dengan nuansa
imajinatif yang pengarang berikan. Maka, dari sini diperoleh kesimpulan
sebuah karya yang berkualitas, yang memiliki nila tinggi dapat dilihat dari

1

Suyitno, Sastra Tata Nilai dan Eksegesis, (Yogyakarta: PT Hanindita, 1986), h. 3.

10

11

kemampuan pengarang dalam menghasilkan sebuah karya dan dari sini, dapat
simpulkan apakah karya tersebut yang memiliki nilai tinggi atau memiliki
nilai yang rendah.
Istilah “nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (Worth) atau “kebaikan”
(Goodness).”2 Dengan kata lain, nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang
berharga, memiliki kualitas tinggi ataupun rendah, dalam melakukan penilaian
tentunya berkaitan erat dengan jiwa pada setiap manusia.
Nilai pada hakikatnya merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada
sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah,
perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah
suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.
Kata “Nilai didefinisikan sebagai rangkaian dari rasa suka, tidak suka,
keputusan baik rasional dan yang tidak rasional, yang menentukan pandangan
seseorang tentang kehidupannya.”3 Nilai berarti timbangan atau ukuran suatu
kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan
nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak,
baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan
oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur jasmani, akal, rasa,
karsa (kehendak), dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila
sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

2

Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87.
3 Ine Kusuma Aryani, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010), h. 82.

12

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan,
dambaan-dambaan dan keharusan. Maka, apabila kita berbicara tentang nilai,
sebenarnya berbicara tentang hal-hal yang ideal.”4 Jadi nilai itu merupakan
suatu kata yang memiliki makna di pikiran dan perasaaan orang yang
menilainya, memiliki harga, mutu, dan kualitas yang setiap orang memiliki
pandangan yang berbeda akan penilaian tersebut. Meskipun kata nilai
hanyalah sebuah kata yang abstrak dan tidak nyata ataupun konkret, namun
setiap orang menganggap nilai sebagai sebuah keberhargaan yang ada untuk
menghargai atau mengapresiasi sebuah tindakan, perilaku, ataupun karya yang
dibuat oleh seseorang.
2. Pengertian Moral
Menurut Zakiah Darajat, moral adalah kelakuan yang sesuai dengan
ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari
luar), rasa tanggung jawab atas tindakan itu, dan mendahulukan kepentingan
umum dari pada kepentingan pribadi.5 Misalnya di dalam Islam, pastinya akan
mencontoh moral yang dimiliki nabi besar Muhammad SAW, seperti sifat
jujur, adil, dan dipercaya. Moral sangat penting bagi setiap orang, bahkan nabi
Muhammad berkata dalam pesan moral yang diberikan kepada umatnya,
orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, namun orang yang kuat
adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah. Nilai moral dalam
masyarakat menjadi sorotan belakangan ini, mulai dari siswa sd yang
melakukan kekerasan terhadap temannya, sampai ada pula siswa yang
melakukan kekerasan seks dan itu dilakukan dilingkungan sekolah. Jika moral
sudah rusak, ketentraman dan kehormatan bangsa ini akan hilang. Maka untuk

4 Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87-88.
5
Zakiah Darajat, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.
8.

13

memelihara kelangsungan hidup menjadi bangsa yang terhormat, di Indonesia
perlu sekali memperhatikan pendidikan moral bagi generasi yang akan datang.
Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca.Secara umum moral mengandung pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.6 Istilah bermoral, misalnya: tokoh
bermoral tinggi, berarti mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun,
tidak jarang pengertian baik buruk itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat
relatif. Artinya, suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau pada
bangsa umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain, atau bangsa yang
lain.7
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia. Jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai
dosen, tukang masak, pemain bulutangkis, atau penceramah, melainkan
sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dri
segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur
untuk menentukan betul-salahnya sikap tindakan manusia dilihat dari segi
baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan
terbatas. norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat
untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan moral itu kita betul-betul
dinilai sebagai manusia. Itulah sebab penilaian moral selalu berbobot.8
Pada hakikatnya tiap-tiap norma bersifat sama. Berdasarkan arti kata
moral diatas dapat diambil kesimpulan bahwa moral ialah susunan atau
6

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Ed. 3, h. 755.
7
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1994), h. 320-321.
8
Franz Magnis, dan Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Filsafat Moral, (Yogyakarta:
Kanisius, 1987), h. 19.

14

peraturan yang di buat untuk mengatur tingakah dan perilaku seseorang,
tentang baik atau buruknya sikap dari perilaku seseorang. Tentang perilaku
baik atau buruknya seseorang itu memang tidak selalu sama karena allah
sebagai pencipta memang menciptakan seseorang dengan sebuah perbedaan,
agar masyarakat di dunia ini mampu dan terus berusaha untuk berkembang.
Oleh sebab itu, masyarakat memberikan pedoman pokok tingkah laku,
kebiasaan, dan perbuatan yang telah disusun dan dianggap baik oleh seluruh
anggota masyarakat itu.
3. Bentuk-bentuk Moral
Nilai moral menjadi tolok ukur seseorang, moral dengan sendirinya
akan terbentuk dari setiap lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
berkembang, dan dengan sendirinya pula moral dapat mendorong kita kepada
kehidupan kesusilaan yang tinggi. Kesusilaan yang tinggi adalah moral dasar
dalam pembangunan dan kehidupan bangsa. Orang yang berusaha hidup baik
secara tekun dalam waktu yang lama dapat mencapai keunggulan moral yang
disebut keutamaan. Keutamaan adalah kemampuan yang dicapai oleh
seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Misalnya:
kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan,
ketekunan kerja, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih,
dan sebagainya.9 Moral merupakan ukuran akhlak yang sudah ditanamkan,
akhlak mahmudah (terpuji) muncul dari sifat-sifat mahmudah dan akhlak
mazmumah (tercela) muncul dari sifat-sifat mazmumah pula. Contoh-contoh
bentuk moral dijelaskan sebagai berikut:
a. Bersikap Sabar
Kata sabar dari bahasa Arab yaitu Sabara Yashburu Shabaran yang
berarti ketundukan penerimaan apa-apa yang telah allah berikan, baik

9

Purwa, Moral dan Masalahnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 21.

15

kesenangan maupun kesedihan. Sesuatu yang terjadi pasti aka nada
hikmahnya yang Allah berikan kepada setiap hambanya yang selalu
berikhtiar dan tawakal. Ada peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu
pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis dari pada madu.
ungkapan tersebut menunjukan hikmah kesabaran sebagai fadilah
(manfaat). Kesabaran dibagi menjadi empat kategori:
1. Sabar menanggung beratnya kewajiban.
2. Sabar menanggung musibah dan cobaan.
3. Sabar menahan penganiayaan dari orang.
4. Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan.10

b. Memelihara Lisan
Memelihara lisan adalah sikap seseorang dalam memelihara ucapan
untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak layak atau tidak pantas
untuk diucapkan. Sikap menjaga lisan tersebut dapat menjaga seseorang
selalu berbuat baik dalam ucapan maupun perbuatannya.11 Kemampuan
seseorang dalam berbicara dan merangkai kata baik yang disadari
maupun tidak, dapat menjerumuskan seseorang dalam perbuatan dosa,
seperti membicarakan orang lain (gosip) serta mencela.

c. Santun
Santun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah halus dan baik
dalam budi bahasa dan tingkah lakunya.12 Santun merupakan cerminan
dari hati yang bersih. Penyantun artinya orang yang budi bahasa dan
tingkah lakunya baik. Hal tersebut merupakan sikap terpuji agar diri dan
10

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h.

41-42.
11

Ibid., h. 43.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Cet. 3, h. 997.
12

16

orang lain tidak saling menyakiti. Misalnya ketika melihat teman yang
sudah lama tidak berjumpa, sebagai sesama orang muslim kita harus
mengucapkan salam. Contoh lain, ketika kita sedang ingin meminjam
suatu barang dari orang lain, baiknya kita ijin terlebih dahulu kepada
pemilik dari barang tersebut.

d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan ketentuannya.13 Sikap tanggung jawab bisa terhadap diri
sendiri atau terhadap orang lain. Contoh tanggung jawab terhadap diri
sendiri yaitu seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila
belajar, maka ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah
bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sedangkan, contoh bertanggung
jawab terhadap orang lain yaitu apabila ada seorang teman menitipkan
buku kepada kita, kita harus menjaganya dengan baik dan ikhlas.

e. Menguasai Emosi
Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi
dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam
merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih
besar.14 Kemampuan seseorang mengendalikan emosinya dipengaruhi
oleh kesulitan-kesulitan diri, kesulitan-kesulitan sosial, kesulitankesulitan ekonomi, dan kesulitan-kesulitan pendidikan. Oleh karena itu,
setiap manusia harus bisa melatihnya agar terbangun kecerdasan emosi

13

Yatimin., Op. cit., h. 45.
Ammi Nur Baits, “Lima Cara Mengendalikan
www.konsultasisyariah.com, diakses 09.45, 20 Januari 2015.
14

Emosi

dalam

Islam”,

17

sehingga kapanpun dan di manapun emosi itu muncul kita dapat
mengendalikannya.

f. Bersikap Adil
Adil berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan
kemasyarakatan, dan adil yang berhubunan dengan pemerintah. Adil
perseorangan ialah tindakan member hak kepada yang mempunyai hak.
Bila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau
memberikan hak orang lain tanpa mengurangi haknya, itulah yang
dinamakan tindakan adil. Adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan
dan adil yang berhubungan dengan pemerintahan misalnya tindakan
hakim menghukum orang–orang yang jahat atau orang-orang yang
bersengketa sepanjang neraca keadilan.15
Segala sesuatu yang diperbuat harus bersifat adil, karena jika
seseorang tidak melakukan keadilan, maka ia telah melakukan zalim.
Zhalim memiliki arti aniaya. Zalim adalah lawan kata dari sifat adil.

g. Tolong-menolong
Tolong-menolong merupakan salah satu dari sifat terpuji. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia saling membutuhkan antara sesamanya.
Tolong-menolong adalah suatu sikap yang senang menolong orang lain,
baik material maupun dalam bentuk tenaga dan moril.16 Dalam kehidupan
sehari-hari,

manusia

merupakan

makhluk

sosial

yang

saling

membutuhkan satu dengan yang lainnya, sikap tolong-menolong antar
manusia tidak hanya selalu dalam bentuk materi saja, tetapi bisa juga
berupa tenaga ilmu, nasehat, dan sebagainya. Jika sudah terbiasa
menerapkan sikap hidup tolong-menolong, maka ketika ada seseorang
15
16

Yatimin., Op. cit., h. 43.
Ibid., h. 44.

18

yang kesulitan, dengan sendirinya kita akan berusaha membantu
semampunya.

h. Berani
Berani adalah tidak takut, tidak gentar, tidak penakut.17 Sifat berani
selalu menjadi bagian di dalam diri setiap manusia, tergantung bagaimana
cara manusia tersebut menumbuhkan dan mengasah keberaniannya.
Sifat berani termasuk dalam fadhilah akhlaqul karimah.Syaja’ah
(berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan
suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat
menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masamasa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani.18

B. Hakikat Novel
1. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa latin novus, yaitu baru. Dalam bahasa
itali novel disebut novella. Suatu prosa naratif yang lebih panjang dari pada
cerita pendek yang biasanya memerankan tokoh-tokoh atau peristiwa
imajiner. Novel adalah prosa yang panjang yang menyuguhkan rangkaian
cerita kehidupan seorang tokoh dengan tokoh-tokoh lainnya dengan
menonjolkan watak dan sifat masing-masing tokoh dalam problematika
kehidupan.19
Menurut Burhan “novel dibagi menjadi dua golongan, yaitu novel
serius dan novel populer.”20 Novel memiliki fungsi rekreatif, yaitu seseorang
17

Peter Salim, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 2002), Ed. ke-3, h. 186.
18
Yatimin., Op. cit., h. 45.
19
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 1995), Ed. 3, h. 1042.
20
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogja, Gajah Mada University press, 2005),
h, 18.

19

dapat memperoleh kesenangan atau hiburan yang dikisahka oleh pengarang.
Karya sastra rekretif ini menitikberatkan pada aspek hiburan yang juga disebut
sebagai sastra populer. Selain itu, sastra juga memiliki fungsi didaktif
(keseriusan), artinya dari karya sastra seseorang akan mendapat pengetahuan
tentang seluk-beluk kehidupan manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai di
dalamnya, fungsi yang menitikberatkan pada pelajaran dan pengetahuan ini
disebut sastra serius. Pendapat demikian memang benar tetapi ada
kelanjutannya, bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa
disebut sebagai karya sastra serius.

2. Jenis Novel
Burhan menggolongkan jenis novel menjadi dua, yaitu:
a. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer dan banyak yang menyukai
pada masanya, khususnya pembaca dari kalangan remaja. Novel jenis ini
selalu menampilkan permasalahan yang aktual sesuai dengan zamannya.Novel
populer pada umumnya hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman,
dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia biasanya cepat
dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih
populer pada masa berikutnya.
Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia
menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan
pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga
merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya itu.
Sastra populer hanya setia memantulkan kembali “emosi-emosi asli”, dan

20

bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik
banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.21
Novel populer memiliki ciri-ciri, adapun ciri-ciri novel populer adalah
sebagai berikut:
1) Temanya asmara, dengan tokoh ceritanya wanita-wanita muda yang
cantik. Pemilihan tema boleh dikatakan „konservatif‟ (bersikap
mempertahankan tradisi lama), tanpa terlalu banyak penjelajahan bagi
pengembangan karakter dari tokoh protagonisnya.
2) Alurnya datar dan sering mengabaikan karakteristik tokoh sehingga
serasa dangkal.
3) Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang
sentimental. Banyak novelis muda sekarang menggunakan bahasa anak
muda dengan segala jargon (kosakata khusus yang dipergunakan)
rahasia mereka.
4) Bertujuan menghibur sehingga cerita yang disuguhkan dengan cara yang
mengasyikkan, ringan, namun memiliki ketegangan, penuh aksi, warna,
dan humor.
5) Bersifat komersial dan komunikatif.22
Dari lima ciri di atas, jelas bahwa novel populer adalah jenis novel
yang bersifat komersial atau lebih mengutamakan nilai keuntungan dan
penjualannya namun tidak begitu mementingkan nilai dan mutu dari karya itu
sendiri. Contoh novel populer yaitu novel-novel karangan Raditya Dika yang
berjudul Marmut Merah Jambu, Cinta Brontosaurus, dan Manusia Setengah
Salmon, novel tersebut memiliki bahasa yang komunikatif dan mudah
dipahami, sehingga pembaca dapat larut dan dengan mudah memahami isi
dari novel tersebut.
b. Novel Serius
21
22

Ibid., h. 18.
Ibid., h. 16-22.

21

Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru
dengan cara pengucapan yang baru pula. Unsur kebaruan diutamakan.
Tentang bagaimana suatu bahan diolah dengan cara yang khas, adalah hal
yang penting dalam teks kesastraan. Novel sastra menuntut aktivitas pembaca
secara lebih serius, menuntut pembaca untuk “mengoperasikan” daya
intelektualnya. Pembaca dituntut untuk ikut merekonstruksikan duduk
persoalan masalah dan hubungan antar tokoh.23 Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa novel serius memiliki fungsi sosial. Karena novel serius di
samping sebagai bahan bacaan yang menghibur, juga sebagai sarana untuk
membina pribadi masyarakat ke arah yang lebih baik lagi. Sastra serius
biasanya cenderung melakukan penggalian dan eksplorasi dalam berbagai
unsur; tema, plot, tokoh, konflik, gaya bahasa, dan lain-lain. Adapun tema
cinta dalam novel serius, hanya sedikit dan cenderung sebagai pelengkap saja.
Kisah cinta dalam novel serius biasanya diungkapkan dengan perspektif yang
berbeda dan baru.
Novel serius umumnya bermaksud menyajikan pengalaman manusia
melalui fakta-fakta, tema-tema, dan sarana-sarana kesastraan. Untuk
memahaminya kadang harus melakukan analisis terhadap bagian-bagian
tersebut dan relasinya satu sama lain.24 Dalam novel serius, pengarang
biasanya melakukan kebebasan dalam bekreasi, sehingga pengarang mampu
menampilkan hal-hal baru namun tidak meninggalakan keasliannya.
Dari uraian pengertian novel literer di atas, novel literer memiliki ciriciri sebagai berikut:
1) Temanya menceritakan persoalan kehidupan manusia yang universal,
seperti

23

persoalan-persoalan,

kejadian-kejadian

dalam

kehidupan

Ibid.,h. 20-21.
Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, Terj. dari An Introducing to fiction oleh
Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1, h. 13
24

22

manusia yang serius, berat dan dalam. Kejadian-kejadian itu dialami,
sudah dialami, akan dialami manusia kapan saja dan di mana saja.
2) Penggarapan cerita bukan sekedar permukaan, tetapi lebih jauh
mendalami hakekat kehidupan dan memahaminya. Hal ini diungkapkan
karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai intelektual yang kaya
dengan ide-ide, gagasan, moral, dan petuah-petuah mengenai kehidupan.
3) Isi cerita penuh inovasi, segar dan baru. Sastra adalah penafsiran hidup
yang baik, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali dengan
serba kemngkinan.
4) Bahasanya standard an terpelihara, banyak inovasi, dan gaya bahasanya
menarik.
5) Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya
dalam membangun cerita.25
Dari lima ciri di atas jelas bahwa novel literer adalah novel yang
mengutamakan mutu dan kualitas dari novel itu sendiri. Pembaca tidak hanya
disuguhkan cerita yang menghibur, namun pembaca juga dapat memperoleh
makna di balik cerita itu sendiri, sehingga pembaca dapat mengambil pesan
dari cerita yang disuguhkan. Contoh novel serius yaitu novel Bukan
Pasarmalam dan Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta toer, novel
tersebut dibuat tidak hanya sekedar untuk menjadi hiburan semata, tetapi
novel ini dibuat dengan semua unsur yang saling membangun sehingga
menghasilkan sebuah novel yang berkualitas.

3. Unsur-unsur Novel
Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
25

h, 16-22.

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogja, Gajah Mada University press, 2005),

23

sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca
karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduuan antar berbagai unsur
inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur-unsur novel terdiri dari
beberapa unsur, yaitu:
1) Tema
Tema adalah persoalan yang menduduki utama dalam cerita. Tema,
karena menduduki tempat utama, maka akan terasa menjiwai seluruh cerita,
tema dapat tersaji secara tersurat, maupun secara tersirat.26 Tema merupakan
gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra, tema disaring dari motifmotif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan
hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

2) Penokohan
Penokohan merupakan “pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.”27 Tokoh-tokoh yang ada
dalam sebuah cerita merupakan ciptaan individu oleh pengarang atau pelaku
cerita. Penokohan adalah suatu penciptaan citra tokoh dalam sebuah cerita
yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perwatakan karakter tokoh dalam
cerita. Seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya merupakan suatu
kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu tak jarang
mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya. Tokoh merupakan
bagian dari sebuah cerita, penokohan atau perwatakan yang dimiliki oleh
seorang tokoh merupakan perwujudan dari peristiwa-peristiwa yang
dialaminya pada sebuah cerita yang disajikan.

26

Djago Tarigan, dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka,
2005), Cet. 17, h. 12.4
27
Yatimin., Op. cit., h. 165.

24

3) Alur
Baldic dalam Nurgiyantoro mengemukakan bahwa plot adalah pra
peristiwa dan situasi dalam teks fiksi dan disusun dengan penekanan adanya
hubungan kasualitas dan efek untuk

Dokumen yang terkait

Nilai moral tokoh aku dalam novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMA

11 71 92

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL DIARY PRAMUGARI: SEKS, Nilai-Nilai Moral Dalam Novel Diary Pramugari: Seks, Cinta, Dan Kehidupan Karya Agung Webe: Tinjauansosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 13

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL DIARY PRAMUGARI: Nilai-Nilai Moral Dalam Novel Diary Pramugari: Seks, Cinta, Dan Kehidupan Karya Agung Webe: Tinjauansosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 16

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL “MEREGUK CINTA DARI SURGA” KARYA Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Mereguk Cinta dari Surga karya Abdul Karim Khiaratullah.

0 3 14

Nilai-nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro tidak rugi berbisnis dengan hati karya Pauline Leander dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II (pendekatan moral).

0 13 132

Nilai-nilai moral dalam novel Pertempuran 2 Pemanah : Arjuna-Karna Karya Pitoyo Amrih (suatu tinjauan sosiologi sastra) dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI.

0 2 158

NOVEL DWILOGI PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA (Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra).

1 1 1

Kritik Sosial dan Nilai Moral dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA - UNS Institutional Repository

0 1 16

NILAI-NILAI MORAL PADA NOVEL ATHIRAH KARYA ALBERTHIENE ENDAH DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 2 12