Pembudidayaan Kelapa Sawit Tepat Guna

PEMBUDIDAYAAN KELAPA SAWIT TEPAT GUNA
AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR 1973 0527 2005 01 2002
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

PEMBUDIDAYAAN KELAPA SAWIT TEPAT GUNA
Pada umumnya tanaman kelapa sawit ditanam pada ketinggian lebih kurang 300 m di atas permukaan laut dengan topografi tanah jenis bergelombang. Beberapa jenis tanah yang diidentifikasi pada tanaman kelapa sawit adalah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, Histosol, Typic Hapludult (Podsolik merah kekuningan), Typic Ocraquult (Hidromorfik kelabu), dan gambut. Kesuburan kimia dan fisik tanah masing-masing tergolong sedang hingga baik pada tanaman kelapa sawit . Tekstur tanah pada umumnya berkisar lempung liat berpasir, dan lempung liat dengan kelas draenase yang kurang baik. Struktur tanah berkisar remah-gumpal. Konsistensi tanah tergolong teguh sampai agak teguh dengan stabilitas agregat tanah tergolong rendah. Warna tanah adalah merah kekuningan. Kedalaman efektif tanah > 100 cm. Pembibitan
Permasalahan di pembibitan yang sering kali dihadapi pada saat penanaman adalah adanya kecambah yang abnormal atau rusak. Pada saat penanaman, akan terdapat banyak kecambah yang rusak. Hal ini dapat disebabkan oleh: rusak pada saat pengangkutan, mengeluarkan kecambah dari plastik, pengeceran kecambah dan terserang jamur. Rusaknya kecambah dapat dilihat dari terpotongnya atau patahnya plumula kecambah. Jika plumula sudah patah, maka kecambah tidak akan dapat tumbuh. Hal ini disebabkan plumula merupakan dasar pembentukan tunas. Jika sudah tidak ada plumula, maka tunas tidak akan terbentuk.
Universitas Sumatera Utara

Untuk mengatasi kecambah yang rusak pada saat pengangkutan, maka didalam kotak ditambahkan serbuk gergaji. Serbuk gergaji berfungsi untuk mengisi ruang yang kosong di dalam kotak sehingga plastik kecambah tidak bergeser. Jika plastik kecambah mudah bergeser, maka persentase kerusakan kecambah pada saat pengangkutan akan besar. 
Gbr. 47. Kotak kecambah yang berisi serbuk gergaji Selain patahnya plumula, kecambah yang rusak dapat ditandai dari warnanya. Kecambah yang berwarna coklat merupakan kecambah yang rusak. Kecambah berwarna coklat karena matinya jaringan. Matinya jaringan dapat disebabkan oleh jamur atau cendawan. Kecambah yang berwarna coklat tidak akan tumbuh bila kita tanam. Hal ini dikarenakan jaringan sudah mati sehingga tidak dapat berkembang lagi menjadi tanaman baru.
Universitas Sumatera Utara

Gbr. 48. Benih yang rusak karena jamur
Gbr. 49. Benih yang rusak karena patah Untuk mencegah terjadinya serangan jamur, dilakukan perendaman kecambah dengan fungisida Dithane M45. Perendaman dilakukan selama 10-15 menit. Sebelum direndam, kecambah dibungkus dahulu dengan serbet lalu kemudian dicelupkan kedalam larutan fungisida. Pembungkusan kecambah dengan kain dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya kerusakan kecambah (patah).
Universitas Sumatera Utara

Gbr. 50. Pembungkusan Kecambah dengan Serbet Selain dengan pembungkusan kecambah dengan serbet, pengurangan persentase rusaknya kecambah dapat dilakukan dengan cara pengeceran kecambah dengan ekstra hati-hati. Sebab, banyak kecambah yang rusak pada saat pengeceran kecambah.
Gbr. 51. Pengeceran Kecambah dengan Ekstra Hati-hati Penyiangan Piringan dan Gawangan

Universitas Sumatera Utara

Dalam pemeliharaan piringan dan gawangan masih kurang pengawasan sehingga banyak susunan pelepah yang salah serta pelepah yang tidak dipotong tiga. Hal ini mengakibatkan lokasi menjadi semak. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka akan menjadi sarang organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengakibatkan penurunan hasil. Selain itu, kondisi ini akan menyulitkan pemanen untuk memanen TBS sehingga pemanen akan melewatkannya.
Di lapangan juga masih terdapat tanaman liar (gulma) yang hidup menumpang pada tanaman kelapa sawit. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mengganggu produksi TBS karena unsur hara yang diserap oleh tanaman kelapa sawit akan diserap oleh gulma tersebut. Selain itu, adanya gulma di batang akan menyulitkan pekerja untuk memanen TBS.
Gulma masih banyak ditemukan di piringan. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya. Jika dibiarkan maka akan menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang berpengaruh terhadap hasil dan bisa menjadi sarang OPT. Selain itu gulma juga mengganggu pengutipan brondolan. Brondolan haruslah dikutip bersih. Sebab, jika brondolan tidak dikutip bersih dari piringan dapat menyebabkan losses produksi. Penyisipan
Langkah – langkah dalam melakukan penyisipan adalah : – Melakukan sensus pokok (setelah selesai tanam) untuk dituangkan dalam
“chart well” dan menghitung pokok yang mati atau belum tertanam untuk disisip. – Membuat rencana kerja penyisipan yang meliputi jumlah kebutuhan bibit, tenaga, lokasi/blok, pengangkutan, waktu pelaksanaan dan lain - lain.
Universitas Sumatera Utara

– Lubang tanaman digali kembali pada asal pohon mati dengan ukuran lubang atas 60 x 60 cm, dalam 50 cm dan ukuran 40 cm x 40 cm.
– Bibit sisipan sebelum dikirim kelapangan harus disiram terlebih dahulu. – Ecer bibit sesuai dengan rencana penyisipan. – Cara menanam bibit sisipan sama dengan cara menanam tanaman baru. – Setiap lubang tanaman sisipan dipupuk dengan 800 gr RP/phn dan Marfu
sebanyak 400 gr/phn. Konsolidasi
Konsolidasi pada tanaman kelapa sawit adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit di perkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik.
Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap biaya
dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Namun, di lapangan masih sering terjadi pemakaian pupuk yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga diperlukan pengawasan yang lebih intensif. Agar biaya yang sudah banyak keluar tidak siasia.
Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan, untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk. Curah hujan yang ideal adalah 60-200 mm/bulan. Dosis pupuk pada TBM belum menggunakan hasil analisis daun, tetapi berdasarkan bagan pemupukan yang dikeluarkan PPKS.
Universitas Sumatera Utara

Di kebun juga dapat ditambahkan penggunaan tandan kosong kelapa sawit pada lahan yang dinilai pertumbuhan kelapa sawitnya jelek dengan dosis 2025 ton/Ha yang disebar merata dalam piringan. Kastrasi
Kastrasi adalah praktek pembuangan tandan bunga jantan dan betina pada tanaman muda yang dihasilkan pada tahun pertama. Kastrasi dilakukan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke pabkik dan pertumbuhan tanaman kerdil. Kastrasi dilakukan sejak bunga jantan/betina mulai keluar dengan tujuan: − merangsang pertumbuhan vegetatif − untuk mendapatkan buah dengan berat/ tandan yang relatif seragam − memperoleh kondisi tanaman yang bersih, sehingga akan mengurangi

kemungkinan serangan hama dan penyakit Kastrasi dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14-18 bulan) sampai
dengan 26-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%. Cara kastrasi yaitu semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm diatas tanah dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar digunakan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan kepasar kontrol dan kalau sudah kering dibakar. Aspol (Assisted polination)
Selain pemupukan, pemeliharaan dan kastrasi, upaya optimal untuk capaian produksi pada tanaman muda dapat dijalankan dengan penyerbukan bantuan.
Universitas Sumatera Utara

Serangga Elaeidobius camerunicus yang bekerja membantu penyerbukan dapat melaksanakan penyerbukan dengan sempurna apabila jumlah bunga jantan cukup tersedia pada tanaman kelapa sawit. Apabila jumlah bunga jantan kurang, maka diperlukan penyerbukan bantuan. Penunasan Pelepah
Penunasan merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu dipertahankan atau yang tinggal di pohon. Jumlah pelepah/pohon berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tandan, dan produksi tandan buah segar (TBS), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadapa jumlah tandan. Pengaruh jumlah pelepah terhadap peningkatan produksi TBS mengikuti pola peningkatan bobot tandan, yaitu sampai batas tertentu semakin banyak jumlah pelepah/pohon maka produksi TBS meningkat.
Cara memangkas: - Pelepah di potong mepet ke batang dengan bekas potongan miring keluar
(kebawah) berbentuk tapak kuda dengan membentuk sudut horizontal 300 - Bekas pelepah hasil tunasan dipotong menjadi 3 bagian dan ditumpuk di pasar
rumpukan (gawangan mati).
Gambar 31 Over pruning
Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan TPH Pemeliharaan TPH dilakukan dengan membersihkan gulma dan gundukan
tanah yang terdapat pada tempat pengumpulan hasil (TPH) agar kebersihan buah TBS dan brondolan terjamin. Pemeliharaan TPH dilaksanakan dengan menggaruk rumput-rumput yang tumbuh dengan rotasi 6 x 1 tahun dan tenaga yang dibutuhkan 50 TPH/us. Satu tahun sekali TPH direhabilitasikan dengan tenaga untuk rehabilitasi 25 bh/us.
Panen Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Dari hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan pada PTP. Nusantara IV adalah “ 5 Brondolan per tandan di piringan”. Brondolan yang dimaksud sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan : 1. Rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total volume
minyak dan inti sawit. 2. Kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau dicuri serta tidak
dikutip (di gawangan terutama di perengan) dapat diminimalkan.
Universitas Sumatera Utara


Beberapa hama dan penyakit yang ditemukan di perkebunan sawit

Tabel 1. Hama dan Penyakit yang ditemukan di pertanaman sawit

PEMBIBITAN

Hama

Apogonia expedition

Adoretus compressus

Penyakit

Antracnosa

Black spot

Helmintthosporium


TBM

Hama

O. rhinoceros

Tikus

Penyakit

-

TM

Hama

S. asigna

M. corbeti


Penyakit

Ganoderma boninense

Busuk tandan

Berbagai jenis hama dan gejala serangan dan pengendaliannya pada pembibitan kelapa sawit sebagai berikut:

Apogonia expeditions

                                      

 

Gambar 47. Gejala serangan Apogonia expeditions

Pengendalian:

Karena serangan kumbang berlangsung pada malam hari, maka pengendalian


lebih efektif dilakukan pada malam hari. Penyemprotan daun dengan Delta

Methrin3-5 Ml/10 liter air, Fipronil 1-2 ml/l air, Cyhalotrhrin 4-5 ml/l air atau

Carbosulfan 1-2 ml/l air.

Universitas Sumatera Utara

Adoretus compressus Pengendalian:
Berdasarkan Standart prosedur operasional (SPO) PTPN IV, (2008), pengendalian dilakukan dengan penyemprotan daun, yang dilakukan pada malam hari. Insektisida dan dosis yang dipakai: Delta Methrin 3-5 ml/10 liter air, Fipronil 1-2 ml/l air, Cyhalothrin 4-5 ml/l air atau Carbosulfan 1-2 ml/l air.
Berbagai jenis penyakit yang ditemui pada pembibitan
Antracnosa Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam cendawan antara lain
Spetriodiplodia sp., Glomerella singulata dan Melanconium elaedis. Gejala serangan:
Menurut Widodo dan Sutiyoso, (2010) bercak daun yang ditimbulkan patogen ini yaitu membusuk dan akhirnya berwarna kelabu dan sangat rapuh. Pengendalian dilakukan dengan fungisida Mancozeb 0,2-0,25 % dan naungan peneduh dikurangi.
Penyakit bercak daun (Black spot) Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Curvularia sp. Penularan penyakit ini
terjadi melalui spora cendawan dari permukaan daun yang sakit, melalui tanah dan angin. Gejala serangan:
- timbul bercak bulat kecil berwarna kuning transparan dan dapat dilihat pada kedua sisi permukaan daun
Universitas Sumatera Utara


- bercak daun kecil tersebut membesar tetapi tetap bulat atau lonjong dan berwarna sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat muda. Pusat bercak menjadi coklat tua yang dikelilingi wara jingga kekuningan
- dengan infeksi berat bercak menjadi satu dan daun paling tua mengering, menjadi keriting rapuh serta bercak menjadi berwarna coklat tua atau kehitaman
(SPO PTPN IV, 2008).
Helminthosporium Cendawan ini dapat menunjukkan gejala serangan yang berbeda. Kadang-
kadang menghasilkan bercak kecil berwarna coklat, tidak disertai khlorosis dan bercak tidak membesar. Tetapi kadang-kadang bisa menimbulkan bercak memanjang.
Gambar 48. Gejala serangan Helminthosporium Beberapa hama yang sering ditemui di areal tanaman belum menghasilkan Oryctes rhinoceros
Universitas Sumatera Utara

Gambar 49. Imago Oryctes rinocheros Gejala serangan
Kumbang ini membuat lobang di dalam pupus daun sawit yang belum membuka, dimulai dari pangkal pelepah.
Gambar 50. Gejala serangan Oryctes rinocheros Pengendalian  Cara manual
Cara manual yang dapat dilakukan untuk mengendalikan Oryctes rhinoceros adalah dengan mengeluarkan dan mengumpulkan kumbang. Tikus
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh tikus secara visual dapat dilihat yaitu berupa bekas keratan pada pangkal pelepah.
Universitas Sumatera Utara

Cara pengendalian: - Bongkar dan hancurkan sarang tikus - Pasang perangkap/lem di tempat tikus biasa lewat - Pasang pagar pelindung melingkar disekeliling tanaman muda yang sering diserang dengan kawat ayam 1 cm dibenam ke tanah - Pasang umpan beracun tiap pohon. Periksa 1 kali/ 3 hari: ganti umpan yang hilang. Bila umpan hilang kurang dari 15 % pemasangan dihentikan - Racun yang dapat digunakan adalah klerat RMB.
(Tim Pengembangan Materi LPP, 2007). Hama yang sering dijumpai pada pertanaman kelapa sawit
Setothosea asigna van Eecke Ulat dari hama ini memakan daun kelapa sawit terutama daun nomor 9-25
yaitu daun yang memang dalam keadaan aktif dan merupakan hama utama di Sumatera Utara.
Gambar 51. Imago Setothosea asigna

Universitas Sumatera Utara

Mahasena corbeti Tams ( Ulat Kantong)

Ulat dari hama ini menyerang daun. Ulat muda biasanya terdapat pada

permukaan atas daun yang lebih tua pindah ke permukaan bawah. Tingkat

populasi kritis adalah 5 ekor per pelepah (untuk TBM dan TM).

Tabel 2. Pengaruh defoliasi terhadap kehilangan produksi

%defoliasi

% Kehilangan Produksi Tahun ke I II III

50 58 22 11

25


43 8

3

12 4 0 0

6 300

IV 91 54 4 3

Kemampuan reproduksi hama

Tabel 3. Daya bertelur hama utama di PTPN IV Pabatu

Spesies

Telur

Setothosea asigna


300-400

Mahasena corbetti

2000-3000

Tirathaba rufivena walker

Hama ini menyerang buah terutama pada tanaman muda dan stadia ulat

yang paling merugikan.

Tabel 4. Daya konsumsi daun hama Utama di PTPN IV Pabatu

Spesies

Konsumsi daun (cm2)

Batas minimum*


Setothosea

asigna

400 8

Mahasena

400

6

corbeti

Keterangan:
*ulat hidup perpelepah  Batas minimum banyaknya ulat per pelepah untuk TBM adalah
setengahnya  Jumlah ulat kantong adalah jumlah yang masih hidup saja

Penyakit yang sering ditemukan pada areal tanaman menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

Ganoderma boninense
Gambar 52. Ganoderma boninense Gejala penyakit
Gejala awal yang ditunjukkan adalah daur tumbuh (pupus) lebih dari satu dan tidak mau berkembang (spear acumulation). Daun-daun berwarna hijau pucat, lilit batag pada pangkal daun nampak mengecil dan jumlah buah emakin sedikit dengan ukuran yang semakin kecil.
Gambar 53. Gejala serangan Ganoderma boninense Perlakuan terhadap pohoh terserang
Universitas Sumatera Utara

 Pohon terserang ringan Kategori pohon terserang ringan adalah daun amsih berwarna hijau dan di pohohn masih ada buah >3 tandan. Disampign itu 2-3 pucuk berbentuk tombak (tidak membuka sempurna) dan daun sudah tidak mengkilat lagi. Adapaun perlakuan yang dapat diberikan adalah:
 Pada tanaman muda (umur 1-6 tahun) tanaman dimatikan dan dibuat lobang besar berukuran 1m x 1m x 60 cm kemudian bole dibiarkan minimal selama 6 bulan, baru dilakukan penyisipan. Tanah untuk menimbun kembali sisipan diambil dari top soil, jangan dari bekas dalian lobang.
 Di areal konversi, bila ada tanaman yang terserang Ganoderma, dibuat parit keliling pohohn sejarak 2,5 m dari pangkal pohon sedalam 80 cm.kemudian ditabur belerang ke dinding parit sebelah dalam sebanyak 34 kg/pohon.
 Pada tanaman umur 7-23 tahun dilakukan pembumbunan pada pangkal pohon dengan tujuan menumbuhkan akar baru dan menegah agar pohon tidak tumbang. Pembumbunan minimal selebar 75 cm (jari-jari) dan setinggi 30 cm.
 Pohon terserang berat Kategori tanaman kelapa sawit yang terserang berat adalah daun mengecil dan
sudah berwarna kekuningan serta terdapat buah 7 tahun, yang mati/ditumbang akibat serangan Ganoderma tidak dilakukan penyisipan lagi.
2 tahun menjelang replanting Selama masa 2 tahun menjelang replanting pengendalian Ganoderma
harus dikerjakan sebagai berikut:  Racun pohon-pohon yang terinfeksi Ganoderma  Bongkar pohon-pohon tersebut (beserta tunggulnya) setelah 3-4 minggu kemudian  Buat lobang sanitasi kecil 1m x 1m x 0,6m dan biarkan lobang tersebut terbuka sampai pelaksanaan replanting  Dengan cara yang sama, pekerjaan tersebut diulangi 1 tahun kemudian dan menjelang replanting bila ada tanaman baru yang terinfeksi.
Busuk tandan Busuk tandan buah diperkebunan kelapa sawit disebabkan oleh Marasmius
palmivorus. Penyakit ini terjadi jika kelembaban udara tinggi dan dapat menurunkan produksi sampai 25%. Penyakit lebih banyak terdapat di kebun yang beumur 3-9 tahun, khususnya dalam kebun-kebun yang tanamannya baru mulai berbuah (Pracaya, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Strategi pengendalian  Identifikaasi pathogen  Identifikasi gejala penya  Sanitasi

Gambar 54. Gejala serangnan busuk tandan  Pengendalian secara kimiawi

Tabel 12. Fungisida untuk mengendalikan Marasmius

Patogen

Fungisida

Konsentrasi

Antracol 70WP

2,0 gr/l air

Derasol 60 WP

2,5 gr/l air

Marasmius sp

Dithane M 45

3,0 gr/l air

Daconil 75 WP

3,0 gr/l air

Bayleton 250 EC

2,5 cc/l air

Universitas Sumatera Utara

 
DAFTAR PUSTAKA

20 

Mangoensoekardjo, S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pracaya, 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Budidaya Kelapa Sawit. Medan.
Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. FP-USU. Medan.
Soehardjo, H., H.H.H. Harahap, R. Ishak, A. Purba, E. Lubis, S. Budiana dan Kusmahadi. 2002. Vademecum Kelapa Sawit. PTP N IV (Persero) Bah Jambi, P. Siantar, Sumatera Utara
Tim Pengembangan Materi LPP, 2007. Buku Pintar Mandor Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. LPP Press. Yogyakarta.
Widodo dan Sutiyoso. Y. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman, Deteksi dini dan Penanggulangan. Dalam Trubus online volume 09.

Universitas Sumatera Utara