BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam oleat
Minyak tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigliserida, digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas, pengotor dan komponen-komponen
minor bukan minyaklemak yang secara umum disebut dengan senyawa yang tidak dapat tersabunkan.
Komponen utama dalam minyak sawit adalah asam palmitat dan asam oleat yang tersusun dengan asam lemak yang lain dan membentuk ikatan trigliserida. Asam
palmitat merupakan asam lemak jenuh dengan panjang rantai karbon hingga 16 C
16
, sedangkan asam oleat merupakan asam lemak rantai tidak jenuh dengan panjang
rantai karbon 18 C
18
dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Asam oleat merupakan asam lemak yang dominan dalam minyak sawit yang diproses
secara cracking katalitik untuk menghasilkan biofuel yang terbarukan dan ramah lingkungan bahan bakar. Berikut adalah rumus kimia asam oleat :
CH
3
CH
2 7
CH=CHCH
2 7
COOH C
18
H
34
O
2
Sumber : Nurjannah dkk, 2009 Gambar 2.1. Struktur umum dari asam oleat
Asam lemak tak jenuh bersifat labil mudah bereaksi daripada asam lemak jenuh yang bersifat lebih stabil tidak mudah bereaksi. Ikatan ganda pada asam lemak tak
jenuh mudah bereaksi dengan oksigen mudah teroksidasi. Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak
jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk cis dan trans. Asam lemak tak jenuh ini
juga mempunyai titik lebur rendah dan mempunyai panas pembakaran yang tinggi. Secara komersial minyaknya berwarna kuning sampai merah dan dalam kondisi
murni berwarna putih seperti air. Sifat fisik asam oleat dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sifat-sifat fisik asam oleat
Rumus Molekul C
18
H
34
O
2
Nama lain Cis-9-octadecenoid acid
18:1 cis-9 Berat molekul
282.4614 gmol Kelarutan
Tidak larut dalam air, larut dalam alcohol, eter dan beberapa pelarut organik.
Titik lebur 13
– 14 C Titik didih
360 C 633 K 760 mmHg
Densitas 0.895 gml
Vicositas mPa
-
s C
27.64 25, 4.85 90 Specific Heat Jg
C 2.046 50
Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesi 2008 2.2 Esterifikasi
Esterifikasi merupakan mekanisme pembentukan ester dari asam karboksilat dan alkohol yang dikatalis oleh asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi subtitusi
nukleofilik dan bukan reaksi asam basa. Gugus OH dari asam karboksilat disubtitusi oleh gugus OR dari alkohol. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik, karena
gugus OH sebagai gugus pergi juga merupakan suatu nukleofil. Reaksi esterifikasi dipengangaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jumlah pereaksi metanol dan
asam lemak bebas, waktu reaksi, suhu, konsentrasi katalis, dan kandungan air pada minyak. Semakin tinggi jumlah metanol yang digunakan dan kandungan asam lemak
bebas pada minyak maka semakin tinggi rendemen metil ester serta semakin kecil kandungan asam lemak bebas di akhir reaksi. Menurut Goff et al. 2004 dalam
Widyawati, 2007 minyak dengan kadar air kurang dari 0,1 dapat menghasilkan metil ester lebih dari 90 . Ozgul dan Turkay, 2002 dalam Widyawati, 2007 juga
menyatakan bahwa semakin lama waktu reaksi maka rendemen metil ester yang didapat besar. Suhu 65
C sudah memberi rendemen metil ester yang memadai. Tetapi jumlah katalis berlebihan tidak meningkatkan dengan nyata rendemen metil ester.
2.3 Katalis