63
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Hubungan antara persepsi keseriusan dan penggunaan VCT
Pada penelitian ini terdapat pengaruh langsung persepsi keseriusan terhadap penggunaan VCT dan secara statistic signifikan. Ibu hamil yang
memiliki persepsi keseriusan yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan meningkatkan penggunaan VCT sebesar 0,39. Pengaruh hubungan antara
persepsi keseriusan dengan penggunaan VCT yaitu b = 0.39, p = 0.001; Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 66,7 ibu hamil di
Puskesmas Kendalkerep menggunakan VCT. Media elektonik merupakan sumber informasi terbanyak dijawab oleh responden sebagai sumber
informasi tentang VCT 74,2. Informasi tentang VCT yang mudah diakses oleh masyarakat seperti media elektronik akan sangat membantu masyarakat
untuk mendapat informasi tentang VCT. Berbagai alasan yang yang diungkapkan oleh ibu hamil untuk tidak menggunakan VCT adalah karena
takut diambil darah, takut hasil tes yang akan diterima, tidak mendapat ijin dari suami dan alasan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja. Alasan
untuk menggunakan VCT adalah oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan, ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan
untuk melindungi anak yang dikandung yang sesungguhnya merupakan tujuan tes HIV selama kehamilan. Alasan-alasan penolakan atau tidak
menggunakan VCT selama kehamilan ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh petugas kesehatan khususnya di pelayanan ANC agar memberi informasi
selengkap-lengkapnya kepada ibu hamil dan suami atau keluarga terdekat ibu sehingga dapat mengurangi kehawatiran dengan hasil tes yang akan diterima
dan juga akan dapat memperkuat persepsi keseriusan ibu terhadap penggunaan VCT
Dari nilai koefisien regresi didapatkan bahwa persepsi keseriusan mempengaruhi hambatan dengan nilai yang sangat kecil hal tersebut diduga
seseorang percaya penyakit memiliki konsekuensi serius perceived severity. Mereka percaya keseriusan penyakit, dan mereka percaya dengan tindakan
64 pencegahan, melindungi dan mengendalikan penyakit dapat mengurangi
hambatan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal Rosenstock, 1980. Menurut Rosenstock 1980, sesui dengan teori Health Belief Model
seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan
penyakit yang dirasakan lebih ringan. Begitu pula persepsi keseriusan yang tinggi tentang penyakit HIVAIDS akan membuat seseorang mengambil
tindakan pencegahan atau deteksi dini terhadap penyakit tersebut. Menurut penelitian Arniti 2012 melakukan penelitian dengan judul
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Penerimaan Tes HIVoleh ibu hamil, dengan
hasil faktor
persepsi keparahan
penyakit HIVAIDS
OR=3,392;95CI=1,076-10,692. Berdasarkan hal tersebut bisa disimpulkan bahwa ada hubungan yang
positif antara persepsi keseriusan dengan penggunaan VCT bersifat tidak langsung, yaitu melalui persepsi kerentanan dan manfaat. Dengan demikian
hasil penelitian ini dapat dikatakan sejalan dengan penelitian diatas. 2.
Hubungan antara persepsi kerentanan dan penggunaan VCT Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki persepsi
kerentanan yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan meningkatkan penggunaan VCT sebesar 0.03. Pengaruh hubungan antara persepsi
kerentanan dengan hambatan penggunaan VCT yaitu b = 0.03, p = 0.001. Menurut Rosenstock 1980 mengemukakan kepercayaan seseorang
tentang mereka rentan atau tidak rentan terhadap penyakit, dan persepsi mereka tentang manfaat dari pencegahan penyakit yang dipengaruhi oleh
kesiapan seseorang untuk bertindak. Menurut Rosenstock 1980 persepsi kerentanan merupakan persepsi
subjektif seseorang dari risiko tertular penyakit. Agar seseorang bertindak mengobati atau mencegah penyakit, ia merasakan bahwa dia rentan terhadap
penyakit tersebut. Hal ini membuat model kepercayaan kesehatan bergantung dari persepsi individu. Berkaitan dengan evaluasi terhadap
pemanfaatan pelayanan apakah menerima konsekuen terhadap pelayanan medis dan klinis serta mengahadapi kondisi sosial.
65 Menurut Rosenstock 2006 setiap individu mempunyai cara yang
berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dirasakan. Semua itu tergantung pada
belief masing-masing individu apakah dia mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak. Belief yang dimaksud berkaitan dengan kognitif seperti
pengetahuan tentang masalah kesehatan dan persepsi individu mengenai simptom penyakit yang dirasakan. Persepsi kerentanan terhadap HIVAIDS
juga berhubungan dengan penggunaan VCT pada ibu hamil. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Putra 2012 dalam hasil penelitianya disebutkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan terhadap HIV dengan penggunaan VCT. Begitu pula persepsi keparahan HIV dan
AIDS berhubungan dengan penggunaan VCT oleh ibu hamil. Di Bali pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui alasan ibu
hamil menolak untuk tes HIV. Penelitian dengan rancangan kualitatif ini dilakukan oleh Arniti 2012 di Singaraja. Dalam penelitiannya Arniti
menyebutkan alasan ibu hamil tidak melakukan tes HIV adalah dikarenakan kuatnya budaya patriarki mempengaruhi penerimaan ibu hamil
terhadap tes HIV, masih adanya stigma di masyarakat tentang HIV dan persepsi ibu hamil bahwa dirinya kurang berisiko tertular HIV.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi kerentanan dengan penggunaan VCT.
Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dikatakan sejalan dengan penelitian diatas.
3. Hubungan antara manfaat dan penggunaan VCT
Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki persepsi manfaat yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan meningkatkan
penggunaan VCT sebesar 0,11. Pengaruh hubungan antara manfaat dengan penggunaan VCT yaitu b = 0.11, p = 0.008 .
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fernandez dkk. 2000 bahwa penggunaan VCT oleh ibu hamil ditemukan
berkaitan dengan persepsi yang kuat tentang manfaat VCT. Teori Health Belief Model menyatakan bahwa persepsi manfaat ini mengungkapkan
66 tentang kepercayaan akan efektifnya sebuah strategi yang dirancang dalam
menanggulangi ancaman penularan penyakit. Tindakan yang dilakukan akan tergantung pada manfaat yang dirasakan oleh seseorang.
Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh karena responden yang menggunakan VCT bukan hanya karena manfaat yang dirasakan tetapi
lebih merujuk kepada mengikuti anjuran petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari keseluruhan jawaban yang diberikan tentang alasan penggunaan VCT,
60,8 jawaban yang diberikan oleh karena mengikuti anjuran petugas kesehatan. Sedangkan manfaat penggunaan VCT selama kehamilan agar
dapat melindungi anak yang dikandung hanya 19,2 dinyatakan oleh responden. Padahal manfaat untuk melindungi anak ini merupakan esensi
sesungguhnya dari VCT selama kehamilan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara manfaat dengan penggunaan VCT. 4.
Hubungan antara hambatan dan penggunaan VCT Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki persepsi
hambatan yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan menurunkan penggunaan VCT sebesar
– 0.08. Pengaruh hubungan antara hambatan dengan penggunaan VCT yaitu b = -0.08, p = 0.005 .
Hasil penelitian menunjukkan, semua responden yang menggunakan VCT memiliki persepsi adanya hambatan untuk tes. Hambatan yang dirasakan
oleh responden sehingga tidak menggunakan VCT adalah sebagian besar oleh karena tidak ada informasi penggunaan VCT 23,3, takut hasil tes yang
akan diterima 18,3, tidak mendapat ijin suami 16,7 dan biaya 5,0. Selain alasan tersebut masih ada yang merasa malu untuk menggunakan VCT
dan takut pandangan negatif masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Paoli dkk. 2004
bahwa dukungan dari pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya
berpartisipasi dalam VCT untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang negatif antara hambatan dengan penggunaan VCT.
67 5.
Hubungan antara cues to action dan penggunaan VCT Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki cues to
action yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan meningkatkan penggunaan VCT sebesar 0.39. Pengaruh hubungan antara cues to action
dengan penggunaan VCT yaitu b = 0.39, p = 0.001. Penelitian yang dilakukan oleh Putra 2012 di Jakarta yang
menyatakan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk VCT adalah dukungan suami.
Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan ibu hamil untuk menggunakan VCT dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat
dukungan suami. Senada pula dengan hasil penelitian yang dilakukan di Ethiopia, bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi
pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menggunakan VCT Ambaye,2006.
Penelitian yang dilakukan oleh Ketut 2014 di Denpasar, Indonesia yang menyatakan dukungan petugas kesehatan khususnya bidan berpengaruh
terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dukungan petugas kesehatan secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dengan
prilaku tes HIV p0,001. Kodisi ini disebabkan oleh penggunaan VCT oleh ibu hamil dominan
dikarenakan dukungan suami atau keluarga terdekat mereka. Begitu pula dukungan dari teman, hanya sedikit responden yang mendapat dukungan dari
teman baik untuk dukungan informasi, anjuran untuk VCT maupun untuk mengantar ibu ke poli VCT. Informasi-informasi yang diterima oleh ibu
hamil terkait HIVAIDS lebih banyak bersumber dari media elektonik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara cues to ation dengan penggunaan VCT. 6.
Hubungan antara efikasi diri dan penggunaan VCT Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki efikasi diri
yang tinggi tentang penyakit HIV AIDS akan meningkatkan penggunaan VCT sebesar 0.52. Pengaruh hubungan antara efikasi diri dengan penggunaan
VCT yaitu b = 0.52, p = 0.001.
68 Menurut Omrord 1998
Efikasi diri mengacu pada keyakinan sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan
tugas atau melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan
diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan. Efikasi diri akan
berkembang berangsur-angsur secara terus menerus seiring meningkatnya kemampuan dan bertambahnya pengalaman-pengalaman yang berkaitan
Bandura. Efikasi diri yang positif keyakinan untuk mampu melakukan perilaku
yang di maksud. Tanpa efikasi diri keyakinan tertentu yang sangat situsional, orang bahkan enggan melakukan suatu perilaku. Jadi efikasi diri
keyakinan individu atas kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Stigma dan diskriminasi yang ditujukan kepada penderita HIVAIDS membuat mereka tidak mau menggunakan VCT. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Meiberg dkk 2008 di Afrika Selatan menunjukkan bahwa ketakutan untuk menerima stigma dan ketakutan untuk
mengetahui status HIV positif merupakan penghambat utama seseorang melakukan tes HIV. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi
negatif terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan HIVAIDS. Akibatnya sebagian masyarakat terutama mereka yang pernah melakukan perilaku
berisiko tinggi tertular HIVAIDS masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke klinik VCT karena merasa takut mendapatkan hasil yang positif.
Penelitian yang dilakukan Gunawan 2008 menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan praktik VCT
ulang adalah keyakinan mengenai VCT p = 0,000. Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil
tindakan penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dirasakan. Semua itu tergantung pada keyakinan masing-
masing individu apakah dia mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak Sarafino, 2006.
69 Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang positif antara efikasi diri dengan penggunaan VCT.
B. Keterbatasan Penelitian