Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp.Skala Laboratorium

(1)

Judul : Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp.Skala Laboratorium Nama : Leonardo Bambang Diwi Dayanto No. Pokok Mahasiswa : 0614111043

Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Rara Diantari, S.Pi. M.Sc. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP 19790821 200312 2 001 NIP 19640215 199603 2 001

2. Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP 19640215 199603 2 001


(2)

ABSTRAK

Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp. skala Laboratorium

Oleh

Leonardo Bambang Diwi Dayanto

Nannochloropsis sp. biasa dikultur dengan pupuk Conwy atau jenis pupuk teknis lain. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan dan konsentrasi optimum pupuk TNF untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp.. Penelitian ini menggunakan pupuk cair TNF sebagai bahan pengkaya dan pupuk Conwy sebagai kontrol. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap I (pendahuluan), ditambahkan dalam budidaya Nannochloropsis sp. TNF 10 ml/L dengan kepadatan sel sebesar 3,0x106 sel/ml dan menghasilkan kepadatan

Nannochloropsis sp pada fase puncak sebesar 3,6x106 sel/ml. Pada penelitian tahap II (penelitian utama), penambahan Conwy 1 mL menghasilkan kepadatan dan diameter sebesar 11,08x106 sel/ml dan 3,19 µm. Penambahan pupuk TNF sebesar 1ml/L, 5 ml/L dan 10 ml/L menghasilkan kepadatan sel pada fase puncak masing masing sebesar, 8,33x106 sel/mL, 10,3x106 sel/mL dan 5,33x106 sel/ml dengan diameter sel masing-masing sebesar, 2,18 µm, 3,4 µm dan 3,16 µm. Secara umum, pada fase puncak, aplikasi pupuk TNF 5 ml/L merupakan aplikasi TNF yang menghasilkan kepadatan tertinggi.


(3)

ABSTRACT

Utilization of TNF Liquid Fertilizer for Cultivation

Nannochloropsis sp. Under Laboratory Scale

By

Leonardo Bambang Diwi Dayanto

Nannochloropsis sp. were normal cultured under Conwy or the other technical fertilizer. The study was conducted to determine the effect and the optimum concentration of TNF for Nannochloropsis sp. growth. TNF was used as enrichment material where as Conwy was used as control variable on this study. The study was devided into II (two) phases. Phase I (study) used TNF 10ml/L with a density of 3x106 cell/ml and produce 3,6x106 cell/ml at the peak phase. Phase II (primary research), the addition of Conwy 1 mL produce a cell density and diameter of 11.08 x106 cells / ml and 3.19 μm. The addition of TNF fertilizer at 1 ml/L, 5 ml / L and 10 ml / L produces peak cell density in each phase of, 8.33 x106 cells / mL, 10.3 x106 cells / ml and 5.33 x106 cells / ml with cell diameters respectively, 2.18 μm, 3.4 μm and 3.16 μm. Generaly, on the peak phase, aplication TNF 5 ml / L is produce highest density more than the other TNF applications.


(4)

(5)

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp. SKALA LABORATORIUM

(Skripsi)

Oleh

Leonardo Bambang Diwi Dayanto

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(6)

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp. SKALA LABORATORIUM

Oleh

Leonardo Bambang Diwi Dayanto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Perikanan

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(7)

(8)

(9)

(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 3

1.4.Perumusan Masalah ... 3

1.5.Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Nannochloropsis sp ... 5

2.1.1. Taksonomi dan Morfologi ... 5

2.1.2. Reproduksi dan Pertumbuhan Nannochloropsis sp ... 6

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Nannochloropsis sp ... 8

2.2.Pupuk ... 11

III. METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat ... 13

3.2.Materi Penelitian... 13

3.2.1.Biota Uji ... 13

3.2.2.Media Uji ... 13

3.2.3.Alat dan Bahan ... 13

3.3.Rancangan Penelitian ... 14

3.4.Prosedur Penelitian ... 15

3.4.1.Sterilisasi Alat... 15

3.4.2.Persiapan Wadah Penelitian ... 15

3.5.Parameter yang diamati ... 16


(11)

ii

3.5.2. Diameter Sel Nannochloropsis sp ... 17

3.5.3. Kualitas Air... 17

3.6.Analisis Data... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 19

4.1.1. Pertumbuhan Populasi Nannochloropsis sp. ... 19

4.1.2. Diameter Sel Nannochloropsis sp. ... 22

4.1.3. Kualitas Air... 23

4.2. Pembahasan ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 29

5.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase Pertumbuhan Nannochloropsis sp. ... 20 2. Parameter kualitas air yang diamati selama kultur Nannochloropsis sp. ... 23 3. Kandungan Conwy dan TNF ... 24


(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nannochloropsis sp dan Struktur sel... 5

2. Siklus Hidup Nannochloropsis sp ... 7

3. Pertumbuhan Nannochloropsis sp. selama pemeliharaan ... 19

4. Pertumbuhan Puncak Populasi Nannochloropsis sp. ... 21

5. Diameter sel Nannochloropsis sp... 22


(14)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.Diagram Alur Penelitian ... 34

2. Perhitungan Statistik Populasi Nannochloropsis sp ... 35

3. Perhitungan Statistik Diameter Sel Nannochloropsis sp. ... 38


(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budidaya perikanan tidak terlepas dari pentingnya fitoplankton baik sebagai pakan alami maupun sebagai kontrol kualitas air. Sebagai produsen primer, ketersediaan fitoplankton dituntut untuk mampu menopang perputaran siklus produksi budidaya perairan karena dijadikan sebagai starter dalam budidaya zooplankton maupun larva ikan.

Fitoplankton yang dibudidayakan oleh petani beragam, salah satu diantaranya adalah Nannochloropsis sp. yang biasa dibudidaya secara massal maupun semimassal. Nannochloropsis sp memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dibandingkan fitoplankton lain, meliputi; protein 52.11%, karbohidrat 16.00%, lemak 27.65%, EPA 30.50%, total ฀ 3 HUFAs 42.70%, vitamin C 0.85%, dan klorofil a 0.89%, (Riedel, 2009). Kandungan nutrisi yang tinggi menjadi salah satu alasan bagi petani untuk memilih Nannochloropsis sp sebagai pakan larva maupun kultivan dalam budidaya pakan alami.

Permasalahan dalam budidaya Nannochloropsis sp. adalah nutrisi yang berasal dari pupuk buatan (nutrisi yang disesuaikan untuk pertumbuhan fitoplankton) yang mahal sehingga memberikan beban biaya berlebih bagi petani. Oleh karena itu, dibutuhkan pupuk alternatif dengan harga ekonomis dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan Nannochloropsis sp. Asupan nutrisi dalam budidaya


(16)

2 memiliki unsur yang lebih kompleks dibanding pupuk alami karena mengandung hara makro dan mikro yang lebih tinggi. Kelebihan tersebut menyebabkan harga pupuk buatan, contohnya; Conwy, TMLR, Guillard dan beberapa jenis pupuk komersil lain, sangat mahal mencapai Rp.1.000.000,-/L (BBPBL, 2011).

Pupuk cair (Trace Nutrient Fertilizer) TNF merupakan salah satu produk pupuk cair alami yang tersusun atas unsur-unsur mikronutrien dan makronutrien kompleks yang berasal dari dekomposisi residu tumbuhan maupun residu hewani. Unsur dominan yang terkandung dalam makronutrien terdiri atas besi (Fe), Boron (B), Phospat (P), Nitrogen (N), Kalium (K), dan kalsium (Ca) disamping itu, terdapat juga unsur mikronutrien yang terdapat pupuk TNF yaitu, Zink (Zn), dan sulfur (S). Dalam dunia perikanan, aplikasi pupuk cair berupa pupuk cair alami belum terlalu populer sehingga penerapannya belum banyak dilakukan. Penelitian bertujuan mengkaji mengenai efektivitas pupuk cair TNF terhadap pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp..

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian meliputi:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan pupuk cair TNF terhadap pertumbuhan

Nannochloropsis spdalam budidaya skala laboratorium.

2. Menentukan dosis optimum penggunaan pupuk cair TNF untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp dalam budidaya skala laboratorium.


(17)

3 1.3 Manfaat

Pemenuhan nutrisi Nannochloropsis sp pada umumnya membutuhkan biaya yang lebih banyak karena penambahan biaya untuk pemenuhan pupuk. Aplikasi pupuk buatan (nutrisi yang disesuaikan untuk pertumbuhan fitoplankton) menjadi sangat dominan meskipun harga pupuk tersebut mahal. Hal tersebut menjadi masalah baru terhadap penambahan biaya untuk pengadaan pupuk bagi fitoplankton. Penggunaan pupuk TNF diharapkan mampu menjadi pupuk alternatif untuk mengatasi permasalahan biaya pengadaan pupuk bagi fitoplankton.

Penentuan konsentrasi optimum penting untuk dikaji lebih dalam guna mengetahui konsentrasi ideal bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp. Penelitian yang dilakukan menekankan pada penambahan pupuk cair TNF dengan dosis berbeda sebagai pupuk bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp. Penelitian diharapkan dapat dijadikan refrensi maupun studi literatur bagi penelitian selanjutnya mengenai pemenuhan nutrisi bagi Nannochloropsis sp..

1.4 Perumusan Masalah

Nannochloropsis merupakan salah satu dari banyak jenis fitoplankton yang menjadi starter budidaya pakan alami (zooplankton) yang sangat penting bagi larva ikan. Meskipun Nannochloropsis sp memiliki pertumbuhan cepat, namun ada beberapa kendala yang ditemukan. Salah satu permasalahan tersebut adalah ketersediaan pupuk dan harga yang mahal dalam membudidayakan fitoplankton.

Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian untuk mencari pupuk alternatif baru yang lebih terjangkau oleh petani budidaya.


(18)

4 Alternatif untuk mengatasi masalah nutrisi bagi Nannochloropsis sp yaitu dengan menerapkan pupuk dengan harga murah dan dapat dimanfaatkan langsung oleh

Nannochloropsis sp untuk tumbuh optimal. Pada umumnya, semua produk pupuk organik cair memiliki kandungan nutrisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk buatan (nutrisi yang disesuaikan untuk pertumbuhan fitoplankton). Salah satu produk pupuk cair adalah pupuk TNF. Pupuk TNF memiliki kandungan nutrisi lebih sedikit dibandingkan Conwy, namun unsur-unsur didalamnya lebih mudah diserap oleh tumbuhan karena unsur mikro dan makro didalamnya telah tereduksi menjadi senyawa sederhana sehingga pertumbuhan Nannochloropsis sp lebih cepat karena kebutuhan unsur yang dibutuhkan dapat digunakan langsung untuk proses metabolisme. Kemungkinan pupuk cair TNF dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan asupan nutrisi bagi fitoplankton khususnya

Nannochloropsis sp.

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :

Semakin tinggi/banyak penambahan pupuk cair TNF, semakin tinggi pula pengaruh pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Semakin tinggi/banyak penambahan pupuk cair TNF, tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp.


(19)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nannochloropsis sp.

2.1.1. Taksonomi dan Morfologi

Fitoplankton Nannochloropsis sp. adalah salah satu jenis Eustigmatophyceae yang dapat melakukan fotosintesa. Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Adehoog dan Simon, (2001) dalam Novrina, (2003), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protista Super Divisi : Eukaryotes Divisi : Chroniophyta Kelas : Eustigmatophyceae Genus : Nannochloropsis

Spesies : Nannochloropsis sp.

Morfologi Nannochloropsis sp. dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Nannochloropsis sp (b) Sruktur sel Nannochloropsis sp. Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, 2007.


(20)

6 Sel Nannochloropsis sp berbentuk bulat memanjang dengan diameter sel berkisar 2 – 4 mikron. Nannochloropsis sp. hanya memiliki klorofil-a di dalam kloroplas (Overnell, 1976). DNA Nannochloropsis sp berada dalam sebuah nukleus.

Nannochloropsis sp memiliki 2 flagella (heterokontus) dan salah satunya berambut tipis dan fungsinya untuk bergerak dan menangkap makanan. Dinding sel-nya sebagian besar berupa sellulosa. Nannochloropsis merupakan pakan yang populer untuk organisme filter feeder pada umumnya.

2.1.2. Reproduksi dan Pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Perkembangbiakan Nannochloropsis sp. terjadi secara aseksual yaitu dengan pembelahan sel atau pemisahan autospora dari sel induknya. Reproduksi sel diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar, selanjutnya terjadi peningkatan aktifitas sintesis untuk persiapan pembentukan sel anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap berikutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel anak, (Fogg. 1975 dalam Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Pertumbuhan sel dalam budidaya fitoplankton akan mengikuti pola tertentu. Menurut Chan dan Kreig (1986) dalam Novrina, (2003), membagi pola pertumbuhan atau kurva pertumbuhan fitoplankton menjadi 5 fase pertumbuhan, yaitu :

1. Fase Lag

Fase lag disebut juga sebagai fase istirahat, pada fase lag inokulum yang dimasukkan melakukan metabolisme namun belum terjadi pertambahan sel


(21)

7 sehingga kepadatannya belum meningkat. Pada fase lag fitoplankton aktif melakukan sintesa protein dan mulai menyerap nutrien pada media budidaya. 2. Fase eksponensial

Fase eksponensial atau fase logaritmik merupakan fase dimana fitoplankton memiliki laju pertumbuhan tetap. Pada fase ini Sel bereproduksi dengan cepat, dengan pertumbuhan populasi mencapai maksimal.

3. Fase pengurangan pertumbuhan

Fase pengurangan pertumbuhan ditandai dengan terjadinya penurunan pertumbuhan jika dibandingkan dengan fase eksponensial.

4. Fase stasioner

Fase stasioner merupakan fase dimana pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibanding dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi seimbang dengan laju kematian, dengan demikian laju pertumbuhan fitoplankton tetap.

5. Fase kematian

Pada fase ini jumlah sel menurun karena disebabkan laju reproduksi lebih lambat daripada laju kematian.

Kurva pertumbuhan fitoplankton dapat dilihat dalam gambar 2.

Waktu Inkubasi (hari)

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Kepad at an sel/ ml Fase stasioner

Fase lambat

Fase kematian Fase eksponensial


(22)

8 2.1.3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya beberapa faktor pembatas bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp.. Faktor pembatas tersebut meliputi :

a. pH

Efendi (2003) menyatakan derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. pH akan mempengaruhi toksisitas semua senyawa kimia. Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan nutrisi, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH yang optimum pada budidaya Nannochloropsis sp. antara 7 sampai 9.

b. Salinitas

Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan dari mikroalga (Efendi, 2003). Beberapa mikroalga dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang tinggi tetapi ada juga mikroalga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah. Namun, hampir semua jenis fitoplankton dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit dibawah habitat asal. Kisaran salinitas yang dibutuhkan oleh Nannochloropsis sp. antara 32–36 ppt, salinitas optimum untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp. adalah 33-35 ppt.

c. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, biologi dan fisika, peningkatan suhu dapat menurunkan suatu kelarutan bahan serta dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton. Peningkatan suhu dapat mempercepat


(23)

9 metabolisme dan respirasi fitoplankton diperairan sehingga energi yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk tumbuh, digunakan untuk proses adaptasi. Suhu optimal dalam budidaya mikroalga Nannochloropsis sp. secara umum antara 20-24˚C. diatas dari 36˚C akan menyebabkan kematian pada jenis fitoplankton tertentu, sedangkan apabila suhu kurang dari 16˚C akan menyebabkan kecepatan dari pertumbuhan fitoplanton menurun. Fitoplankton tidak tahan terhadap suhu yang tinggi (Taw,1990).

d. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintetis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman budidaya dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk budidaya dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang lebih besar. Coutteau (1996) menyatakan Intensitas cahaya sangat menentukan pertumbuhan fitoplankton yaitu dilihat dari lama penyinaran dan panjang gelombang yang digunakan untuk fotosintesis.

e. Nutrisi

Pertumbuhan dan perkembangbiakan Nannochloropsis sp. memerlukan berbagai nutrisi yang diadsorbsi dari luar media. Media yang baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta perkembangan Nannochloropsis sp (Basmi, 1999). Media budidaya harus mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan. Penggunaan pupuk yang tepat, menentukan hasil pertumbuhan fitoplankton yang optimal. Berdasarkan keterangan tersebut, penambahan unsur


(24)

10 hara makro dan mikro dalam media tumbuh mutlak diperlukan karena dalam media air laut jumlahnya terbatas. Menurut Chen dan Sheety, (1991), makro nutrisi yang diperlukan oleh Nannochloropsis sp. untuk tumbuh adalah N, P, Fe, K, Mg, S dan Ca sedangkan unsur mikro yang dibutuhkan yaitu B, Mn, Zn, Co, Mo dan Cu.

Makronutrisi umumnya dibutuhkan oleh Nannochloropsis untuk proses pertumbuhan dan perkembangan sel. Makronutrisi seperti Mg merupakan komponen penyusun klorofil, ribosom dan kromosom dalam mikroalga. Mg berperan dalam reaksi enzimatis (Metzler, 1977 dalam Permana, 2002). Unsur K berperan sebagai kation dalam sitoplasma (Krauss, 1979 dalam Permana, 2002). Cl membantu reaksi fotosintesis didalam kloroplas (Critchley, 1982 dalam

Permana, 2002); O2 dibutuhkan oleh mikroalga untuk proses respirasi. O2 diperoleh mikroalga dari proses fotosintesa dimana produksi O2 lebih banyak dibanding yang digunakan(Round,1981 dalam Permana, 2002). N berperan dalam pembelahan sel dalam proses reproduksi serta pembentukan dinding sel (Prasetya,

et.al, 2009) dan P digunakan oleh mikroalga untuk proses reproduksi.

Mikronutrisi umumnya lebih banyak berperan dalam reaksi enzimatis. Unsur Fe berperan dalam reaksi redoks sebagai enzim Fe-protein. Unsur Zn sebagai koenzim karbonik anhidrasi yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis CO2 (Imamura, 1981 dalam Permana, 2002). Unsur Cu yang berperan sebagai koenzim sitokorm anhidrase dan superoksida dismutase (Takahasi, 1973 dalam


(25)

11 f. Aerasi

Aerasi dalam budidaya mikroalga diperlukan untuk proses pengadukan medium budidaya. Taw, (1990), menyatakan pengadukan penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah pengendapan sel, pengendapan nutrisi, mencegah stratifikasi suhu, dan meningkatkan pertukaran gas dari udara ke medium.

2.2 Pupuk

Pupuk merupakan unsur penting dalam dalam dunia perikanan khususnya dalam budidaya pakan alami. Kandungan unsur hara, ketersediaan pupuk serta efisiensi pupuk merupakan faktor utama untuk mengawali proses budidaya fitoplankton. Eksistensi pupuk dalam dunia perikanan terkait pada budidaya fitoplankton yang dijadikan sebagai kultivan pada budidaya pakan alami (zooplankton). Pupuk juga dibutuhkan untuk menjaga kualitas air pada kolam atau tambak dengan menyetabilkan pertumbuhan fitoplankton.

Pupuk yang biasa digunakan dalam budidaya mikroalga adalah pupuk cair. Selain lebih mudah diserap oleh fitoplankton, pupuk cair juga tidak merusak wadah media budidaya sehingga aman untuk digunakan. Pupuk cair TNF ( Trace Nutrient Fertilizer) merupakan produk pupuk organik yang mengandung nutrisi kompleks bagi tumbuhan, yaitu; Mn. 5,20 %, Cu. 0,65 %, Zn. 0,65 % dan Mo. 0,2%. Pemupukan fitoplankton di tambak biasa dilakukan sebelum penebaran benih udang dan setelah penebaran benih udang. Dosis yang diberikan yaitu 5 L pupuk TNF untuk tambak seluas ± 3000 ha(±120.000 benur. (Anonim, 1998).

Panjaitan, E (2005) menyatakan TNF sangat membantu pertumbuhan tumbuhan tingkat tinggi (kopi), meliputi; pertumbuhan tinggi pohon, lebar batang, jumlah


(26)

12 ranting dan jumlah daun dengan rentang waktu 22 Minggu Setelah Tanam (MST). Laju pertumbuhan tanaman tersebut diasumsikan karena unsur hara mikro dan makro yang terkandung didalam pupuk TNF mudah diserap tanaman sehingga, apabila pupuk TNF diaplikasikan kepada fitoplankton, diperkirakan dapat menunjukan laju pertumbuhan yang tinggi.


(27)

13 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2012 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2. Materi Penelitian 3.2.1. Biota Uji

Biota uji yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dibudidaya pada skala laboratorium di Balai Basar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) dengan kepadatan awal berkisar 3x106 sel/ml.

3.2.2. Media Uji

Media yang digunakan dalam budidaya Nannochloropsis sp. adalah air laut steril serta penambahan pupuk sebagai sumber nutrien. Pupuk yang digunakan dalam penelitian adalah TNF.

3.2.3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: perlengkapan aerasi, toples ukuran 3 L, pipet tetes, haemocytometer, mikroskop, lampu TL 40 watt, indikator pH, DO meter, dan termometer. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi: air laut steril, pupuk Conwy dan pupuk cair TNF.


(28)

14 3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) model tetap yang terdiri atas perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Rincian perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : Perlakuan A : Penambahan pupuk Conwy 1 ml/L kedalam Air laut untuk

budidaya Nannochloropsis sp.

Perlakuan B : Penambahan pupuk TNF 1 ml/L kedalam Air laut untuk budidaya Nannochloropsis sp.

Perlakuan C : Penambahan pupuk TNF 5 ml/L kedalam Air laut untuk budidaya Nannochloropsis sp.

Perlakuan D : Penambahan pupuk TNF 10 ml/L kedalam Air laut untuk budidaya Nannochloropsis sp.

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij

Keterangan : Yij = Data pengamatan Perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh pemberian pupuk TNF ke-i

εij = Galat percobaan Perlakuan ke-i, ulangan ke-j i = perlakuan A, B, C dan D


(29)

15 3.4. Prosedur Penelitian

Langkah yang dilakukan terbagi atas tahap-tahap sebagai berikut: 3.4.1. Sterilisasi

Sterilisasi terbagi atas 2 proses, yaitu: 1. Sterilisasi alat

Tahap awal dilakukan dengan menyiapkan dan melakukan sterilisasi pada perangkat alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian. Sterilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan dapat dilakukan dengan cara:

1. Perendaman dalam larutan kaporit/chlorine 150 ppm.

2. Autoklaf pada temperatur 1210 C dengan tekanan 1 atm selama 20 menit.

2. Sterilisasi media (Air)

Sterilisasi air laut dilakukan melalui 3 tahapan, fisik, mekanik kemudian kimiawi. Sterilisasi pertama secara fisik dengan menyaring air laut dengan filter air (pasir silica, arang dan zeolit), dilanjutkan secara mekanik dengan menampung air pada bak yang dilengkapi dengan perangkat ultraviolet (UV), kemudian dilanjutkan dengan filter kimiawi dengan penebaran larutan Chlorine 60 ppm kemudian dinetralkan dengan Natrium Thiosulfat 20 ppm.

3.4.2. Persiapan wadah dan media penelitian

Penelitian dilakukan di dalam laboratorium Budidaya Perairan Universitas Lampung. Wadah yang digunakan adalah toples dengan volume 3 L. Persiapan diawali dengan sterilisasi kemudian pengisian wadah dengan air laut dengan salinitas 34 ppt, kemudian dilanjutkan dengan penebaran pupuk. Setelah persiapan media selesai, media kemudian diaerasi selama 24 jam. Fungsi aerasi untuk


(30)

16 menghomogenkan pupuk dengan air sehingga tercampur sempurna. Setelah aerasi 24 jam, dilakukan penebaran Nannochloropsis sp.. Kondisi media penelitian dijaga tetap optimum bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp hingga fase kematian.

3.5. Parameter yang diamati

Penelitian dilakukan selama 7 hari dengan fotoperiodisme terang : gelap = 12:12 jam dibawah penerangan lampu TL 40 watt dan Kepadatan Awal Inokulum (KAI) 3x106 sel/ml. Berikut adalah parameter pertumbuhan yang akan diamati:

3.5.1. Perhitungan kepadatan plankton

Pengamatan dan perhitungan kepadatan Nannochloropsis sp diulang sebanyak 3 kali tiap Aplikasi dan dilakukan setiap 6 jam sekali. Metode penghitungan kepadatan Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut:

1. Diambil sampel media sebanyak 1 ml dengan pipet tetes

2. Sampel media diteteskan pada Haemocytometer, kemudian diamati menggunakan mikroskop

3. Dihitung populasi dengan cara mengambil 5 titik sampel, dirata-ratakan kemudian dikalikan dengan 25 kotak dikalikan 104.

Perhitungan jumlah Nannochloropsis sp. menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x10 dengan menggunakan rumus:

K1-K5 = jumlah Nannochloropsis sp. dalam kotak hitungan ke 1 s/d 5 K1+K2+K3+K4+K5 x 25.104


(31)

17 K = ln Kt - ln K0

Tt - T0

Selain kepadatan sel, dihitung pula kecepatan laju pertumbuhan Nannochloropsis

sp. dengan persamaan:

Keterangan:

K = Kecepatan Laju Pertumbuhan Kt = Kepadatan sel waktu ke t K0 = Kepadatan sel waktu ke 0 Tt = Waktu pengamatan ke t T0 = Waktu pengamatan ke 0

3.5.2. Diameter Sel Nannochloropsis sp.

Diameter tubuh Nannochloropsis sp. diamati setiap 6 jam bersamaan dengan pengamatan kepadatan, pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk TNF terhadap pertumbuhan diameter tubuh Nannochloropsis sp.. Diameter tubuh Nannochoropsis sp. diukur menggunakan mikrometer. Metode perhitungan diameter sel adalah sebagai berikut:

1. Diambil 1 ml dengan pipet tetes

2. Sampel diteteskan pada preparat dan diukur dengan bantuan mikrometer yang diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400 x.

3. Dihitung diameter sel Nannochloropsis spmenggunakan mikrometer sebanyak 5 sampel set

iap aplikasi, kemudian dirata-ratakan.

3.5.3. Kualitas air (Salinitas, pH, Suhu dan DO)

Data kualitas air yang akan diamati meliputi; salinitas, pH, suhu dan DO media budidaya. Adapun alat yang digunakan yaitu: refraktometer sebagai pengukur salinitas, Indikator pH sebagai pengukur pH, thermometer sebagai pengukur suhu


(32)

18 dan DO meter sebagai pengukur DO. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 24 jam sekali setelah biota uji ditebar kedalam media budidaya sampai fase kematian.

3.6. Analisis Data

Perbedaan laju pertumbuhan antar aplikasi dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) pada selang kepercayaan 95%.


(33)

19 0 2 4 6 8 10 12

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Ke p ad at an N a n n o ch lo ro p si s sp . (10 6 se l/ m l) pengamatan

ke-Pertumbuhan Populasi

Nannochloropsis

sp.

TNF 1ml/L TNF 5 ml/L TNF 10 ml/L Conwy

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pertumbuhan Populasi Nannochloropsis sp.

Pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. dalam media yang ditambahkan pupuk Conwy 1ml/L, pupuk organik cair TNF sebanyak 1ml/L, 5 ml/L, dan 10ml/L selama pengamatan menunjukan pola pertumbuhan sigmoid. Pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. selama budidaya disajikan pada Gambar 3.


(34)

20 Tabel 2. Fase Pertumbuhan Nannochloropsis sp.

No Perlakuan

Fase Pertumbuhan (Jam ke-) Lag Eksponensial

Awal

Eksponensial Akhir 1 Conwy 1 ml/L 0-24 30-144 150

2 TNF 1 ml/L 0-18 24-130 136

3 TNF 5 ml/L 0-24 30-130 136

4 TNF 10 ml/L 0-42 46-84 90

Hasil pertumbuhan populasi sel Nannochloropsis sp. yang didapat selama pengamatan berdasarkan gambar 3 adalah sebagai berikut:

1. Media dengan penambahan pupuk Conwy 1ml/L, fase lag berlangsungung pada jam ke 0-24, dilanjutkan dengan eksponensial yang berlangsung pada jam ke- 30-144, dan mengalami fase stasioner pada jam ke 150 dengan kepadatan sel sebesar 11,08 x 106 sel/ml dengan laju pertumbuhan sebesar 16,13sel/ml/jam.

2. Dalam media dengan penambahan pupuk TNF 1ml/L, fase lag berlangsung pada jam ke-0-18, dilanjutkan dengan fase eksponensial yang berlangsung pada jam ke-24-130 dan mengalami fase puncak pada jam ke 138 dengan kepadatan berkisar 8,3x106 sel/ml dengan laju pertumbuhan sebesar 15,83 sel/ml/jam.

3. Dalam media dengan penambahan pupuk TNF 5 ml/L, fase lag berlangsung pada jam ke 0-24, dilanjutkan dengan fase eksponensial yang berlangsung pada jam ke 30-130 dan mengalami fase stasioner pada jam ke 136 dengan kepadatan berkisar 10,3x106 sel/ml dengan laju pertumbuhan sebesar 16,04 sel/ml/jam.


(35)

21 4. Dalam media dengan penambahan pupuk TNF 10 ml/L, fase lag berlangsung pada jam ke 0-42, dilanjutkan dengan fase eksponensial yang berlangsung pada jam ke 46-84 dan mengalami fase stasioner pada jam ke 90 dengan kepadatan berkisar 5,3x106 sel/ml dengan laju pertumbuhan sel sebesar 15,32 sel/ml/jam.

Gambar 4. Pertumbuhan eksponensial akhir/puncak Nannochloropsis sp.

*Huruf yang sama menunjukkan aplikasi pupuk tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis ragam dalam lampiran 3, pada fase eksponensial akhir pupuk TNF dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp.. Berdasarkan uji anova, hanya Aplikasi TNF 5 ml/L terhadap kontrol yang tidak berbeda nyata sedangkan aplikasi yang lain berbeda nyata. Sehingga secara umum aplikasi TNF berbeda nyata terhadap Conwy.

11,1±0,7 8,3±0,3 10,3±0,4 5,3±0,4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Conwy TNF 1 ml/L TNF 5 ml/L TNF 10 ml/L

ke p ad atan sel d al am 10 6sel /m l

Pertumbuhan Populasi Nannochloropsis sp. pada fase Eksponensial Akhir

a b a


(36)

22 3,46 ± 0,58 2,17 ± 0,7 3,19 ± 0,26 2,97 ± 0,16 1,39 ± 0,18 2,17 ± 0,43 3,04 ± 0,34 1,26 ± 0,06 2,34 ± 0,82 2, 76 ± 0, 49 2,43 ± 0,52 3,16 ± 0,1 0 1 2 3 4 5

Lag Eksponensial Awal Eksponensial Akhir

D ia m et er s el da la m µ m

2. Diameter Sel Nannochloropsis sp.

Pengukuran diameter sel Nannochloropsis sp. dalam media yang ditambahkan pupuk Conwy 1 ml/L, pupuk organik cair TNF sebanyak 1 ml/L, 5 ml/L, dan 10 ml/L selama pengamatan menunjukan hasil yang berbeda. Pengamatan diambil pada fase lag, eksponensial awal dan fase eksponensial akhir/puncak. Adapun hasil pengukuran diameter sel Nannochloropsis sp. disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Diameter Sel Nannochloropsis sp.

*Huruf yang sama menunjukkan aplikasi pupuk tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan.

Berdasarkan Gambar 5, terlihat tidak ada perbedaan ukuran diameter sel

Nannochloropsis sp pada fase lag pada pemberian pupuk TNF 1ml/L, 5 ml/L dan 10 ml/L dengan pupuk Conwy. Diameter sel pada fase lag berkisar 2,76 ± 0,49-3,46±0,58 µm.

Secara umum, perbedaan ukuran diameter sel Nannochloropsis sp. pada fase eksponensial awal, hanya terjadi pada pupuk Conwy dengan aplikasi pupuk TNF 5

ab

a b a

a

a a a

a b ab a Diameter sel Nannochloropsis sp.


(37)

23 ml/L. Sedangkan perbedaan diameter sel antar perlakuan, terjadi antara aplikasi TNF 10 ml/L dengan aplikasi TNF 1 ml/L dan 5 ml/L. Diameter sel

Nannochloropsis sp. pada fase eksponensial awal berkisar 1,26±0,06 - 2,43±0,52 µm.

Secara umum, fase puncak/eksponensial akhir pada aplikasi TNF dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ukuran diameter sel

Nannochloropsis sp.. Namun berdasarkan selang kelas, aplikasi yang berbeda nyata terjadi pada Aplikasi TNF 1 ml/L terhadap Conwy dan TNF 1ml/L terhadap TNF 10 ml/L.

3. Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan setiap 6 jam atau bersamaan dengan pengamatan pertumbuhan populasi. Kualitas air diukur mulai media siap untuk budidaya Nannochloropsis sp.. Data kualitas air dalam budidaya

Nannochloropsis sp. disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kualitas air selama budidaya Nannochloropsis sp. Parameter Kualitas

Air

Pupuk yang ditebar

Optimum

Conwy TNF 1

ml/L

TNF 5 ml/L

TNF 10 ml/L

Suhu (0C) 27 – 28 27 – 28 27 – 28 27 - 28 26 – 32 Salinitas (ppt) 32 - 33,5 32 - 33,5 32 - 33,5 32 - 33,5 33 – 35

pH 6 – 8 6 – 8 6 – 8 6 - 8 7 – 9

*Sumber: Efendi, 2003.

Kualitas air dijaga tetap dalam kisaran optimum sehingga tidak menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis sp. selama penelitian dan pertumbuhan Nannochloropsis sp. diasumsikan sepenuhnya disebabkan oleh aplikasi pupuk.


(38)

24 B. PEMBAHASAN

Pola pertumbuhan fitoplankton pada umumnya sigmoid yang terdiri dari 5 fase dalam 1 (satu) siklus pertumbuhan. Pola pertumbuhan dalam penelitian terjadi sebanyak 4 fase (Lag, eksponensial awal, eksponensial akhir/puncak dan deklinasi/kematian) dan didapatkan pola sigmoid dengan laju pertumbuhan yang beragam. Faktor eksternal seperti kualitas air dijaga dalam kisaran optimum dengan fluktuasi yang tidak signifikan sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan Nannochloropsis sp.

Aplikasi pupuk Conwy dalam budidaya fitoplankton menjadi pilihan utama pembudidaya karena pupuk Conwy memiliki kandungan nutrien yang disesuaikan dengan kebutuhan fitoplankton. Dalam penelitian ini, aplikasi pupuk Conwy 1 ml/L digunakan dalam kultur Nannochloropsis sp. skala lab.

Kandungan mikro dan makro nutrien pupuk organik cair TNF lebih sedikit dibandingkan dengan Conwy, sehingga aplikasi pupuk cair TNF untuk budidaya

Nannochloropsis sp. dalam penelitian lebih besar dibandingkan dengan penggunaan pupuk Conwy. Kandungan pupuk Conwy dan TNF disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Pupuk Conwy dan TNF

Parameter Satuan Pupuk Conwy Pupuk TNF

Besi (Fe) Boron (B) Phospat (P) Nitrogen (N) Kalium (K) Kalsium (Ca) Zink (Zn) Cobbalt (Co) Cupprum (Cu) Sulfur (S) gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L gr/L 0,45 5,88 5,16 16,48 - - 1,01 0,91 0,8 - 0,015 <0,01 0,046 9,6 17 0,085 2 - - <0,01


(39)

25 Media dengan pupuk TNF cenderung lebih mudah digunakan oleh

Nannochloropsis sp. untuk tumbuh dibandingkan pupuk Conwy, terlihat fase puncak/eksponensial akhir berlangsung lebih cepat (Gambar 4), terjadi pada budidaya Nannochloropsis sp. yang ditambahkan TNF 1 ml/L, 5 ml/L dan 10 ml/L. Nutrien yang terkandung didalam media lebih mudah dimanfaatkan oleh

Nannnochloropsis sp. sehingga pertumbuhan mencapai fase puncak lebih cepat. Pupuk yang berasal dari dekomposisi sisa organisme cenderung lebih mudah diserap oleh tanaman baik mikroskopik maupun makroskopik karena terdapat unsur humik yang membantu proses penyerapan unsur hara oleh tanaman (Goenadi dan Sudharama dalam Puspita, 2012).

Hasil analisis ragam pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. pada fase puncak/eksponensial akhir menunjukan perbedaan yang nyata antara aplikasi TNF 5 ml/L dengan TNF 1ml/L dan 10 ml/L. Prasetya, et.al, (2009), menjelaskan unsur N berperan dalam pembelahan sel dalam proses reproduksi serta pembentukan dinding sel. Kemungkinan dalam aplikasi TNF 1 ml/L, unsur N jumlahnya sedikit atau telah habis untuk pertumbuhan sel Nannochloropsis sp. sehingga fase eksponensial akhir kurang optimum atau masih dibawah pupuk TNF 5 ml/L dan Conwy. Pada aplikasi TNF 10 ml/L, pertumbuhan populasi cenderung lebih rendah dari aplikasi pupuk TNF 5 ml/L dan 1 ml/l, hal tersebut disebabkan adanya sel Nannochloropsis sp. yang menempel pada wadah media. Prasetya, et.al, (2009), menjelaskan unsur P digunakan oleh mikroalga untuk proses reproduksi. Kemungkinan di dalam pupuk TNF unsur P belum mencukupi atau jumlahnya sedikit yang terlihat pada kepadatan sel pada aplikasi TNF 1 ml/L, TNF 5 ml/L, dan TNF 10ml/L yang masih dibawah dari jumlah pupuk kontrol.


(40)

26 Pada fase eksponensial akhir, pertumbuhan populasi sel Nannochloropsis sp. dengan aplikasi pupuk TNF terlihat perbedaan yang nyata. Pupuk TNF 5 ml/L menghasilkan populasi tertinggi yaitu sebesar ±10,33x106 sel/ml sedangkan pada aplikasi TNF 1 ml/L dan 10 ml/L menghasilkan populasi sebesar ±8,33x106 sel/ml dan 5,33x106 sel/ml. Hal tersebut berarti ketersediaan makro dan mikro nutrien berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Nannochloropsis sp. Perbandingan unsur N:P pada pupuk TNF juga mempengaruhi pertumbuhan populasi sel karena pada aplikasi Conwy populasi sel sebesar 11,083x106 sel/ml atau persentase populasi Nannochloropsis sp. dengan pupuk kontrol lebih besar dari pupuk TNF sebesar 25%.

Secara umum, ukuran diameter sel Nannochloropsis sp. tidak dipengaruhi oleh aplikasi pupuk cair TNF. Pertumbuhan diameter sel Nannochloropsis sp. pada fase eksponensial awal pada pelakuan TNF terlihat nyata. Aplikasi dengan konsentrasi TNF 10 ml/L terlihat lebih besar dengan diameter sel sebesar 2,44 µm sedangkan pada Aplikasi TNF 1 ml/L sebesar 1,4 µm dan pada Aplikasi TNF 5 ml/L sebesar 1,26 µm. Hal tersebut diasumsikan karena ketersediaan unsur mikronutrien dan makronutrient (N, P, K, B, Fe) pada masing-masing Aplikasi berbeda dengan perbandingan 1:5:10. Perbandingan N:P bukan menjadi permasalahan bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp. karena pada fase puncak/eksponensial akhir besarnya diameter pada masing-masing aplikasi tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Perbandingan N:P pada pupuk Conwy sebesar ± 3:1 sedangkan TNF sebesar ± 21:1.

Selama penelitian, pada aplikasi pupuk TNF ditemukan adanya busa ketika aerasi dihidupkan yang menyebabkankan sel Nannochloropsis sp. menempel pada


(41)

27 dinding media. Semakin tinggi aplikasi TNF semakin banyak pula busa yang dihasilkan dalam media. Fenomena tersebut terjadi kemungkinan karena tingginya bahan organik surfaktan yang terlarut dalam pupuk cair TNF. Tingginya bahan organik dapat mengakibatkan tegangan permukaan pada media menjadi lebih rendah sehingga terbentuk emulsi yang dapat mendispersi Nannochloropsis

sp., akibatnya sel terangkat keluar yang kemudian menempel dalam wadah. Sehingga semakin tinggi konsentrasi TNF (>5ml/L), maka tingkat surfaktan juga semakin besar. Hal tersebut terlihat dalam aplikasi TNF 10 ml/L dalam Gambar 6.

(A) (B)

Gambar 6. A. Fenomena busa pada pupuk TNF

B. Penempelan sel Nannochloropsis sp. pada wadah budidaya

Kualitas air selama penelitian mulai dari awal tebar hingga fase kematian cenderung stabil. Dalam Tabel 4, disebutkan kisaran suhu selama penelitian yaitu sebesar 27-28 C, dengan suhu optimum bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp adalah 26-32 C. Ini berarti suhu bukan menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan Nannnochloropsis sp. selama penelitian. Parameter selanjutnya yaitu salinitas, dimana kisaraan salinitas selama penelitian sebesar 33-34,5 ppt, sedangkan salinitas optimum bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp sebesar 33-35 ppt. Ini berarti salinitas media dalam penelitian pun masih dalam kondisi


(42)

28 optimum bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp. Untuk kisaran pH media dalam penelitian sedikit asam, yaitu sebesar 6-9 dimana kondisi optimum bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp sebesar 7-9.

Dibandingkan dengan Conwy, aplikasi pupuk TNF dapat menekan biaya produksi dimana dalam produksi 1 Liter Nannochloropsis sp. dengan kepadatan maksimum 10x106 ± 0,75x106 sel/lml dan dengan diameter maksimum 3,28 µm, dibutuhkan biaya sebesar Rp.300,- (dengan konsentrasi pupuk TNF 5 ml/L) dan perkiraan biaya untuk 1 ton Nannochloropsis sp. diperlukan biaya sebesar Rp.300.000,-. Sedangkan Conwy, untuk produksi 1 L Nannochloropsis sp. dengan kepadatan 11,08x106 sel/ml, dibutuhkan biaya sebesar Rp.1.000,- dan perkiraan biaya produksi 1 ton Nannochloropsis sp. dibutuhkan biaya sebesar Rp.1.000.000,-. Aplikasi pupuk TNF untuk budidaya Nannochloropsis sp. dapat menekan biaya produksi sebesar 70 % atau senilai Rp.700.000,- jika dibandingkan dengan pupuk


(43)

29 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data dari pengamatan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aplikasi pupuk TNF dalam budidaya Nannochloropsis sp. berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi, kepadatan tertinggi sebesar 10,3x106 sel/ml dicapai pada aplikasi pupuk TNF sebanyak 5 ml/L.

2. Aplikasi pupuk TNF tidak berpengaruh nyata terhadap diameter sel

Nannochloropsis sp..

3. Aplikasi pupuk TNF untuk budidaya Nannochloropsis sp mampu menekan biaya produksi sebesar 70% dibanding pupuk Conwy, namun persentase hasil kepadatan tertinggi yang didapat selama penelitian lebih sedikit 6,8% dibandingkan pupuk Conwy.

5.2. Saran

Aplikasi pupuk cair TNF untuk budidaya fitoplankton khususnya

Nannochloropsis sp. sebaiknya ditambahkan unsur yang menghambat terjadinya busa (anti-surfaktan) untuk menahan agar sel Nannochloropsis sp. tetap tersuspensi dalam media budidaya. Aplikasi TNF 5 ml/L merupakan aplikasi yang menghasilkan populasi tertinggi pada kultur skala laboratorium, sehingga untuk kultur Nannochloropsis sp. selanjutnya disarankan menggunakan konsentrasi


(44)

30 tersebut. Rasio N:P belum efektif bagi pertumbuhan Nannochloropsis sp. sehingga disarankan untuk merubah perbandingan rasio didalam pupuk TNF sehingga unsur N (Nitrogen) tidak terlalu besar dibandingkan unsur P (fosfor).


(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk;

IBUNDA TERCINTA; UNTUK SEMUANYA YANG TELAH BELIAU BERIKAN YANG TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENANDINGINYA. SUNGGUH, BESAR RINTANGAN YANG MENGHADANG MENJADI LEBIH RINGAN KETIKA CINTA DAN DOA

MU MENGIRINGI LANGKAH KU. SEMOGA SEMUANYA MENJADI SUATU PELAJARAN UNTUK MENGGAPAI RIDHO-

N

YA. JUGA UNTUK

ADIK KU TERCINTA, SEMOGA KAMU DIBERIKAN KEMUDAHAN DALAM SEGALA HAL UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN.

SIMBAH KU TERCINTA, YANG SELALU MENGINGATKAN KU ATAS NILAI-NILAI LUHUR DALAM MENJALANI HIDUP.

SEMOGA KALIAN TERSENYUM MELIHAT KU DI SURGA. AMMIN.

UNTUK ALMAMATER KEBANGGAAN KU

UNIVERSITAS LAMPUNG.


(62)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah

keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.

(QS Ar-

Ra’d [13] : 11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS.

Alam-Nasyarah 6-7)

“Ibarat batu karang yang digerus deburan ombak” menggambarkan siklus

suatu permasalahan. Akan selesai dengan cepat atau perlahan. Hanya saja kita berani atau tidak untuk mulai menyelesaikan.

Salah satu teori keseimbangan tergambar dalam pasang-surut air

laut. Disaat belahan bumi terjadi pasang, belahan bumi yang lain

akan surut. Prinsip ini seperti prinsip hidup, selalu ada

keteraturan. Apa yang kita tanam suatu saat akan kita petik

hasilnya. Pahami, ketahui dan ingat maka akan menjadi pribadi


(63)

(64)

(65)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. ...

Sekretaris : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ...

Penguji

bukan Pembimbing : Henni Wijayanti M, S.Pi., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(66)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sripendowo tanggal 3 Juni 1988, anak pertama dari Bapak Bambang Guritno dan Ibu Muntiah.

Pendidikan di SDN 2 Bandar Sribhawono, selesai tahun 2000. Kemudian Pendidikan di SLTP N 1 Bandar Sribhawono selesai tahun 2003. Selanjutnya pendidikan di SMA N1 Bandar Sribhawono tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi kampus yaitu Pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (HIDRILA) pada tahun 2007-2008. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengembangan Benih Ikan Air Laut dan Payau (BPIAPL) tahun 2010.

Pada tahun 2011 untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi), penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi

yang berjudul ”Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis


(67)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk;

IBUNDA TERCINTA; UNTUK SEMUANYA YANG TELAH BELIAU BERIKAN YANG TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENANDINGINYA. SUNGGUH, BESAR RINTANGAN YANG MENGHADANG MENJADI LEBIH RINGAN KETIKA CINTA DAN DOA

MU MENGIRINGI LANGKAH KU. SEMOGA SEMUANYA MENJADI SUATU PELAJARAN UNTUK MENGGAPAI RIDHO-

N

YA. JUGA UNTUK

ADIK KU TERCINTA, SEMOGA KAMU DIBERIKAN KEMUDAHAN DALAM SEGALA HAL UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN.

SIMBAH KU TERCINTA, YANG SELALU MENGINGATKAN KU ATAS NILAI-NILAI LUHUR DALAM MENJALANI HIDUP.

SEMOGA KALIAN TERSENYUM MELIHAT KU DI SURGA. AMMIN.

UNTUK ALMAMATER KEBANGGAAN KU

UNIVERSITAS LAMPUNG.


(68)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah

keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.

(QS Ar-

Ra’d [13] : 11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS.

Alam-Nasyarah 6-7)

“Ibarat batu karang yang digerus deburan ombak” menggambarkan siklus

suatu permasalahan. Akan selesai dengan cepat atau perlahan. Hanya saja kita berani atau tidak untuk mulai menyelesaikan.

Salah satu teori keseimbangan tergambar dalam pasang-surut air

laut. Disaat belahan bumi terjadi pasang, belahan bumi yang lain

akan surut. Prinsip ini seperti prinsip hidup, selalu ada

keteraturan. Apa yang kita tanam suatu saat akan kita petik

hasilnya. Pahami, ketahui dan ingat maka akan menjadi pribadi

yang lebih baik.


(69)

SANWACANA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp. Skala Laboratorium”. Shalawat serta salam selalu tercureah kepada Nabi Muhamad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita.

Dengan terselesaikannya penelitian dan laporan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses pelaksanaan dan penyelesaiannya. Ucapan terimakasih tersebut penulis berikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas semua fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M. Sc., selaku Pembimbing I, atas semua waktu ekstra, motivasi, solusi alternatif terbaik hingga pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan Budidaya Perairan, atas waktu, saran, koreksi dan diskusi yang bermanfaat serta arahannya kepada penulis.

4. Ibu Henni Wijayanti M. S. Pi., M. Si., selaku Pembahas untuk semua saran yang membangun hingga selesainya penyusunan skripsi.


(70)

5. Bapak Ir. Suparmono M.T.A., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan bagi penulis.

6. Seluruh Dosen dan karyawan (mas Bambang) Jurusan Budidaya Perairan, Pertanian. Atas semua curahan ilmu serta dukungan moril hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibunda tercinta (Muntiah) serta adik (Aulia, Putra_Komber, dan Rudi_Codet) atas doa dan cintanya hingga kini.

8. Teman-teman se-perjuangan ( Leo_Gembul, Arif_Le’ong, Mamat, Desi, Mey, Belly, Aiqal, dan semua teman angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya) atas dukungan materi dan moril yang diberikan.

9. Teman-teman Luar Biasa ( Bedul, Donay, Dwi, Mardi_Kacung, Budimen, Cik dan Ferry) atas kerelaan untuk berbagi dalam segala hal.

10.Teman-teman jurusan Budidaya Perairan dari angkatan 1999 hingga 2012 atas motivasi dan dukungan yang diberikan.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, kesalahan dan jauh dari kata sempurna dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai dasar yang kuat agar selanjutnya dapat membuat skripsi yang lebih baik. Terimakasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.


(71)

Penulis


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sripendowo tanggal 3 Juni 1988, anak pertama dari Bapak Bambang Guritno dan Ibu Muntiah.

Pendidikan di SDN 2 Bandar Sribhawono, selesai tahun 2000. Kemudian Pendidikan di SLTP N 1 Bandar Sribhawono selesai tahun 2003. Selanjutnya pendidikan di SMA N1 Bandar Sribhawono tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi kampus yaitu Pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (HIDRILA) pada tahun 2007-2008. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Pengembangan Benih Ikan Air Laut dan Payau (BPIAPL) tahun 2010.

Pada tahun 2011 untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi), penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp. Skala Laboratorium”.


(2)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk;

IBUNDA TERCINTA; UNTUK SEMUANYA YANG TELAH BELIAU BERIKAN YANG TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENANDINGINYA. SUNGGUH, BESAR RINTANGAN YANG MENGHADANG MENJADI LEBIH RINGAN KETIKA CINTA DAN DOA

MU MENGIRINGI LANGKAH KU. SEMOGA SEMUANYA MENJADI SUATU PELAJARAN UNTUK MENGGAPAI RIDHO-NYA. JUGA UNTUK

ADIK KU TERCINTA, SEMOGA KAMU DIBERIKAN KEMUDAHAN DALAM SEGALA HAL UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN.

SIMBAH KU TERCINTA, YANG SELALU MENGINGATKAN KU ATAS NILAI-NILAI LUHUR DALAM MENJALANI HIDUP.

SEMOGA KALIAN TERSENYUM MELIHAT KU DI SURGA. AMMIN.

UNTUK ALMAMATER KEBANGGAAN KU

UNIVERSITAS LAMPUNG.


(3)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah

keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.

(QS Ar-

Ra’d [13] : 11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS.

Alam-Nasyarah 6-7)

“Ibarat batu karang yang digerus deburan ombak” menggambarkan siklus suatu permasalahan. Akan selesai dengan cepat atau perlahan. Hanya saja

kita berani atau tidak untuk mulai menyelesaikan.

Salah satu teori keseimbangan tergambar dalam pasang-surut air

laut. Disaat belahan bumi terjadi pasang, belahan bumi yang lain

akan surut. Prinsip ini seperti prinsip hidup, selalu ada

keteraturan. Apa yang kita tanam suatu saat akan kita petik

hasilnya. Pahami, ketahui dan ingat maka akan menjadi pribadi

yang lebih baik.


(4)

SANWACANA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan Pupuk Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp. Skala Laboratorium”. Shalawat serta salam selalu tercureah kepada Nabi Muhamad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita.

Dengan terselesaikannya penelitian dan laporan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses pelaksanaan dan penyelesaiannya. Ucapan terimakasih tersebut penulis berikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas semua fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M. Sc., selaku Pembimbing I, atas semua waktu ekstra, motivasi, solusi alternatif terbaik hingga pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan Budidaya Perairan, atas waktu, saran, koreksi dan diskusi yang bermanfaat serta arahannya kepada penulis.

4. Ibu Henni Wijayanti M. S. Pi., M. Si., selaku Pembahas untuk semua saran yang membangun hingga selesainya penyusunan skripsi.


(5)

5. Bapak Ir. Suparmono M.T.A., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan bagi penulis.

6. Seluruh Dosen dan karyawan (mas Bambang) Jurusan Budidaya Perairan, Pertanian. Atas semua curahan ilmu serta dukungan moril hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibunda tercinta (Muntiah) serta adik (Aulia, Putra_Komber, dan Rudi_Codet) atas doa dan cintanya hingga kini.

8. Teman-teman se-perjuangan ( Leo_Gembul, Arif_Le’ong, Mamat, Desi, Mey, Belly, Aiqal, dan semua teman angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya) atas dukungan materi dan moril yang diberikan.

9. Teman-teman Luar Biasa ( Bedul, Donay, Dwi, Mardi_Kacung, Budimen, Cik dan Ferry) atas kerelaan untuk berbagi dalam segala hal.

10.Teman-teman jurusan Budidaya Perairan dari angkatan 1999 hingga 2012 atas motivasi dan dukungan yang diberikan.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, kesalahan dan jauh dari kata sempurna dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai dasar yang kuat agar selanjutnya dapat membuat skripsi yang lebih baik. Terimakasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.


(6)

Penulis