6 flora dan fauna dari kerusakan yang semakin parah. Beberapa lembaga atau organisasi yang
bergerak  dibidang  lingkungan  hidup  menangkap  peluang  ini  dan  mulai  mengadakan  kegiatan reboisasi  beserta  dengan  masyarakat  luas  termasuk  peserta  ekowisata,  hingga  kepada
penggalangan dana dan penanaman pohon yang dapat diikuti melalui media internet. Belajar  dari  kesalahan-kesalahan  terdahulu  yang  menyebabkan  dampak  rusaknya
lingkungan,  pemerintah  Costa  Rica  memobilisasi  masyarakatnya  untuk  berperan  aktif  dalam kegiatan  ekowosata.  Tidak  ada  hotel  berbintang  dan  bandara  international  yang  dibangun  di
dekat  objek  wisata  alam.  Yang  ada  adalah  rumah-rumah  masyarakat  yang  terbuka  untuk ditinggali sementara oleh para wisatawan sekarang disebut home stay atau rumah singgah.
Masyarakatpun  tidak  menyediakan  menu  masakan  international  kepada  para  wisatawan, mereka menyuguhkan masakan tradisional dengan standar kebersihan yang tinggi. Pemerintah
Costarica  yakin  bahwa  peserta  ekowisata  bukan  hanya  tertarik  kepada  eksotisme  alam  dari negaranya, tetapi juga tertarik kepada eksotisme kebudayaan dan cara hidup masyarakatnya.
Di  Afrika,  evolusi  kegiatan  ekowisata  menarik  untuk  dicermati.  Kegiatan  perburuan  binatang singa,  kerbau,  gajah,  badak  dan  lain  sebagainya  yang  sebelumnya  dianggap  dapat
mengganggu  kelestarian  suatu  spesies  ternyata  kalau  dilakukan  secara  selektif  justru  dapat meningkatkan  populasi  spesies  tersebut  atau  spesies  yang  lainnya.  Membunuh  singa  jantan
yang tua ternyata membuka peluang bagi singa jantan yang muda, sehat dan produktif untuk meminpin  kelompok  tersebut  dan  kembali  meneruskan  garis  keturunannya.  Semenjak  itulah
kegiatan  perburuan  singa  dan  beberapa  spesies  lainnya  mulai  diadakan  kembali  di  Kenya, tentunya dengan spesfikasi dan pengawasan yang ketat dari petugas taman nasional.
2.2. Ekowisata di Indonesia
Di  Indonesia  kegiatan  ekowisata  mulai  dirasakan  pada  pertengahan  1980-an,  dimulai dan dilaksanakan oleh orang atau biro wisata asing, salah satu yang terkenal adalah Mountain
Travel  Sobek –  sebuah  biro  wisata  petualangan  tertua  dan  terbesar.  Bebepa  objek  wisata
terkenal yang dijual oleh Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di garis khatulistiwa  -  Gunung  Kerinci  3884  m,  pendakian  danau  vulkanik  tertinggi  kedua  di  dunia  -
Danau Gunung Tujuh dan kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia - Danau Toba.
7 Beberapa  biro  wisata  lain  maupun  perorangan  yang  dijalankan  oleh  orang  asing  juga
melaksanakan  kegiatan  kunjungan  dan  hidup  bersama  suku-suku  terasing  di  Sumatera, Kalimantan,  Jawa,  Sulawesi  dan  Papua.  Salah  satu  dari  proyek  ekowisata  yang  terkenal  yang
dikelola pemerintah bersama dengan lembaga asing adalah ekowisata orang hutan di Tanjung Puting, Kalimantan.
2.3. Ekowisata Berbasis Masyarakat
Kegiatan ekowisata di Indonesia diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.  Secara  umum  objek  kegiatan  ekowisata  tidak  jauh  berbeda  dari  kegiatan  wisata  alam
biasa,  namun  memiliki  nilai-nilai  moral  dan  tanggung  jawab  yang  tinggi  terhadap  objek wisatanya.
Wisata pemandangan:
o
Objek-objek alam pantai, air terjun, terumbu karang
o
Flora hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan
o
Fauna hewan langka dan endemik
o
Perkebunan teh, kopi
Wisata petualangan:
o
Kegiatan alam bebas lintas alam, berselancar
o
Ekstrem mendaki gunung, paralayang
o
Berburu babi hutan
Wisata kebudayaan dan sejarah:
o
Suku terasing orang Rimba, orang Kanekes
o
Kerajinan tangan batik, ukiran
o
Peninggalan bersejarah candi, batu bertulis, benteng kolonial
Wisata penelitian:
o
Pendataan spesies serangga, mamalia dan seterusnya
o
Pendataan kerusakan alam lahan gundul, pencemaran tanah
o
Konservasi reboisasi, lokalisasi pencemaran
Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:
o
Pembangunan  fasilitas  umum  di  dekat  objek  ekowisata  pembuatan  sarana komunikasi, kesehatan
8
o
Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka
o
Pendidikan  dan  pengembangan  sumber  daya  masyarakat  di  dekat  objek  ekowisata pendidikan bahasa asing, sikap
Istilah  ekowisata   dapat  diartika   sebagai  perjala a   oleh  seora g  turis  ke  daerah terpencil  dengan  tujuan  menikmati  dan  mempelajari  mengenai  alam,  sejarah  dan  budaya  di
suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian  alam.  Para  pelaku  dan  pakar  di  bidang  ekowisata  sepakat  untuk  menekankan
bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatk an pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat
dan nilai konservasi. Pola  ekowisata  berbasis  masyarakat  adalah  pola  pengembangan  ekowisata  yang
mendukung  dan  memungkinkan  keterlibatan  penuh  oleh  masyarakat  setempat  dalam perencanaan,  pelaksanaan,  dan  pengelolaan  usaha  ekowisata  dan  segala  keuntungan    yang
diperoleh.  Ekowisata berbasis masyarakat merupakan  usaha ekowisata yang menitikberatkan peran  aktif  komunitas.  Pola  ekowisata  berbasis  masyarakat  mengakui  hak  masyarakat  lokal
dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola.  Ekowisata  berbasis  masyarakat  dapat  menciptakan  kesempatan  kerja  bagi
masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay ; menjual kerajinan,
dll.  Ekowisata  membawa  dampak  positif  terhadap  pelestarian  lingkungan  dan  budaya  asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga
antar  penduduk  setempat  yang  tumbuh  akibat  peningkatan  kegiatan  ekowisata.  Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di daerahnya, dengan
dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat nilai partisipasi masyarakat dan edukasi Prinsip local ownership pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat.
9
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Lokasi kegiatan pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan ini adalah di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pelaksanaan
kegiatan dilakukan mulai bulan April tahun 2015 sd Oktober 2015.
3.2. Metodologi
Metode  yang  digunakan  adalah  metode  survei  dengan  purposive  random  sampling, pengambilan sampel dilapangan dilakukan baik langsung maupun berdasarkan data sekunder.
Penelitian lapangan dan wawancara, pemeriksaan dokumen khususnya monografi atau profil desa,  atau  statistik  desa,  atau  data  lainnya  yang  ada  serta  melalui  FGD.  Pemberdayaan
masyarakat community  based development; Enterpreneurship model.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan yang  dilakukan adalah : -
Melakukan survey untuk kajian potensi ekowisata Subak Kerdung. -
Melakukan  pertemuan  dengan  petani  dan  aparat  Desa  untuk  persepsi  tentang ekowisata
- Menentukan  program  aksi  yang  dapat  dilakukan  baik  itu  sarana  dan  ide  yang  dapat
dilakukan di lokasi studi; -
Program pembersihan saluran irigasi -
Memberdayakan masyarakat  dengan  partisipasi aktif  masyarakat  mulai  perencanaan pemanfaatan dan pengendalian ekowisata di daerah penelitian.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Kondisi  Fisik  Subak Kerdung
Luas  subak  di  Kecamatan  Denpasar  Selatan  adalah  935  Ha,  sedangkan  luas  Subak Kerdung  saat  ini  tinggal  215  Ha  saja.  Secara  geografi  Subak  Kerdung  terletak  di  Kelurahan
Pedungan,  Kecamatan  Denpasar  Selatan  dan  secara  geografi  terletak  antara  garis  bujur 115
o
’ ’’  da
o
’ ’’ BT serta di a tara garis lintang 8
o
’ ’’ L“ da
o
’ ’’  L“.
a. Iklim