IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI LAMPUNG BARAT

ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COMMUNITY FORESTRY
POLICY IN LAMPUNG BARAT

BY
NURKA CAHYANINGSIH

Community Forestry Policy was appeared since 1995 in SK of Forest Minister
No. 622/Kpts-II/1995 and have pass some revisions. The recent policy is aimed to
realize the forest conservation and prosperous society by involving the society as
the program agent. The implementation on the field was focused on three
principal aspects, they were : social , ecology, and economy. The application of
this policy was done in Indonesia. DIY, NTB and Lampung became the pilot
provinces of this program. From those implementation process, in the three
provinces, West Lampung was faster than the other provinces in responding those
policy, if it was seen from the policy commitment, estimation, control and plan.
The research problem is that how is the application of HKm in West lampung,
How is the respond to the HKm policy revision, and how the model formulation
of HKm application?
The research was done in West Lampung in SumberJaya, Way Tenong, and
Gedung Serian. The method which was used was descriptive method. Informant

selecting process was done by using snowball system. Data collecting technique
was done through indept interview and continued by Focus Group Discussion.
Analyzing technique which was used was qualitative analysis.
The research result showed that, 1. The application of HKm in West Lampung run
well, suitable to P.37/menhut-II/2007, but there were still some weaknesses in
field facilitation and understanding acception of some sides; 2. Generally, the
change of SK Menhut 31/Kpts-II/2001 to Permenhut 37/Menhut-II/2007, were
responded positively in society, and 3. Model formulation of HKm in West
Lampung showed the strong support from the government, society, and the third
side. Some critical points to P.37/Menhut-II/2007 could be found in : 1. The
Tenurial System after 35 years, 2. the provision of forest resources, 3. The use of
wood in the HKm area, 4. Government Facilitation and 5. The limit criteria of
area management.

Keywords : Implementation, Policy, Community Forestry (HKm)

ABSTRAK
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HUTAN KEMASYARAKATAN
DI LAMPUNG BARAT
Oleh

Nurka Cahyaningsih

Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat setempat. Kebijakan Hutan Kemasyarakatan dikeluarkan
sejak tahun 1995 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan no 622/Kpts-II/1995,
setelah mengalami beberapa revisi hingga yang berlaku sekarang adalah Peraturan
Menteri Kehutanan nomor P.37/Menhut-II/2007 Junto P. 18/Menhut-II/2009. Kebijakan
tersebut bertujuan agar hutan lestari dan masyarakat sejahtera dengan melibatkan
masyarakat sebagai pelaku utama kegiatan. Implementasi di lapangan mengacu pada tiga
aspek yaitu sosial, ekologi dan ekonomi. Pelaksanaan kebijakan tersebut
diimplementasikan di seluruh Indonesia, termasuk Propinsi Lampung. Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat termasuk paling maju dalam merespon baik dari segi
komitmen kebijakan, anggaran, pendampingan dan perencanaan. Pertanyaan penelitian
adalah bagaimana pelaksanaan HKm di Lampung Barat, bagaimana respon terhadap
revisi kebijakan HKm dan seperti apa formulasi model pelaksanaan HKm di Lampung
Barat?
Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Barat pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Sumber Jaya, Kecamatan Way Tenong dan Kecamatan Gedung Serian, pada bulan April
2009 sampai dengan Agustus 2009. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan sistem purposive. Proses pengambilan

data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan dan
dilanjutkan dengan Diskusi Kelompok Terfokus/FGD (Focus Group Discussion), dengan
menggunakan alat bantu Teknik Delphi dan Sistem Analisa Sosial.
Analisa
menggunakan adalah analisa kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1/. Pelaksanaan HKm di Lampung Barat berjalan
sesuai dengan P.37/Menhut-II/2007. Tetapi terdapat
beberapa kelemahan yakni
kurangnya ketersediaan Sumberdaya yang menyebabkan fasilitasi lapangan belum
optimal;
Sosialisasi belum semua sampai pada tingkat akar rumput sehingga

menyebabkan
penerimaan pemahaman yang berbeda pada beberapa pihak; Tata
hubungan kerja yang belum jelas antar satuan kerja terkait lingkup pemda dalam
mendukung pelaksanaan HKm terpadu; 2/. Secara umum, Pergeseran SK Menhut
31/Kpts-II/2001 menjadi Permenhut 37/Menhut-II/2007, disikapi dan direspon dengan
persiapan yang baik di tingkat masyarakat dan pemerintah, dan 3. Formulasi model
kebijakan HKm Lampung Barat menunjukkan adanya dukungan yang kuat berupa kerja
sama yang harmonis antara pihak Dinas Kehutanan, masyarakat dan pihak ketiga, yang

merupakan salah satu penentu keberhasilan pelaksanaan HKm di Lampung Barat. Tetapi
tidak semua pihak ketiga dapat menjadi mitra yang sesuai, tergantung pada kapasitas,
komitmen dan visi yang searah.. Beberapa kritikal point terhadap P.37/Menhut-II/2007
terdapat pada: 1. Sistem Tenurial paska 35 tahun, 2. Provisi sumberdaya hutan, 3.
Pemanfaatan kayu dari areal HKm, 4. Fasilitasi Pemerintah, dan 5. kriteria batas
wilayah pengelolaan.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Hutan Kemasyarakatan (HKm)