commit to user
22
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri-dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam usaha penelitian Nazir
1998 : 51-52 dalam Arikunto S, 1998. Prosedur adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan urut-urutan pekerjaan dalam penelitian. Ditinjau dari
permasalahan dan tujuan dalam penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yang pendekatan variabelnya dilakukan
dengan survey lapangan dan penggunaan data sekunder. Tujuan dari penelitian jenis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Menurut Moleong dalam Sukandar 2006 analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai obyek penelitian berdasarkan data dari hasil
wawancara, catatan pengamatan dari kelompok obyek yang diteliti. Analisis deskriptif pada penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap data primer dari
hasil wawancara dan kuesioner juga data sekunder, kemudian disajikan secara deskriptif. Menurut Arikunto 1996, jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah
termasuk pendekatan non eksperimen dan deskriptif, karena dalam penelitian ini tidak melakukan suatu percobaan tetapi lebih ke arah pendalaman suatu kasus atau keadaan
dan dideskripsikan secara mendalam.
commit to user
23 A.
Pendekatan penelitian dimulai dari : 1.
Alih fungsi lahan tahun 1997 dan 2007 2.
Alih Fungsi Lahan menyebabkan perubahan tata airkondisi kesehatan DAS 3.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan DAS terdapat lima 5 parameter yang perlu diukur antara lain Pedoman monev DAS, 2007 :
a. Koefisien Regim Sungai
KRS b.
Coefisien of Varians CV
c. Indeks Penggunaan Air
d. Koefisien Limpasan
C e.
Erosi, Sedimentasi dan SDR 4.
Rekomendasi kebijakan pengelolaan DAS B.
Pengumpulan Data Bahan-bahan penelitan disesuaikan dengan rumusan dan tujuan yang
diajukan sebelumnya yaitu keeratan hubungan dengan kondisi fisik wilayah Sub- Sub DAS Ngunut I dan Sub-Sub DAS Tapan, maka data yang dikumpulkan
meliputi : 1.
Peta Tata Guna Lahan Sub-Sub DAS Ngunut I dan Sub-Sub DAS Tapan 2.
Data debit harian Sub-Sub DAS Ngunut I dan Sub-Sub DAS Tapan tahun 1997 – 2007
3. Data curah hujan Sub-Sub DAS Ngunut I pada stasiun penakar hujan Gender
Jumantono dan Sub-Sub DAS Tapan pada stasiun penakar hujan pada stasiun Jumapolo tahun 1997 – 2007
commit to user
24 4.
Data tingkat erosi dan sedimentasi, koefisien limpasan Sub-Sub DAS Ngunut I dan Sub-Sub DAS Tapan, Jumantono – Karanganyar dari Balai Penelitian
Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS BPTKP DAS Solo 5.
Data penggunaan lahan dari Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS BPTKP DAS Solo, tahun 1997 dan 2007
6. Data keadaan umum wilayah, kondisi sosial ekonomi dan lain-lain yang
diperoleh dari laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal yang ada di Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS BPTKP DAS Solo
7. Data kependudukan yang masuk wilayah Sub-Sub DAS Ngunut I dan Sub-
Sub DAS Tapan C.
Analisa Data 1.
Metode Penghitungan KRS Koefisien Regim Sungai Koefisien Regim Sungai
KRS merupakan perbandingan debit maksimum dengan debit minimum dalam suatu DAS. Makin kecil nilai KRS
berarti makin kecil perbedaan debit maksimum dan minimum, sehingga kontinuitas aliran cukup terjaga. Kondisi demikian menunjukkan DAS yang
sehat yang dapat menyimpan air di musim penghujan dan mengeluarkannya pada musim kemarau. Nilai KRS dihitung melalui persamaan :
Dimana : Q maks m
3
det = debit harian rata-rata Q tahunan tertinggi 1
commit to user
25 Q min m
3
det = debit harian rata-rata Q tahunan terendah
Data Qmaks dan Qmin diperoleh dari nilai rata-rata debit harian Q dari hasil pengamatan SPAS pada
Sub-Sub DAS Ngunut I dan
Sub-Sub DAS Tapan
Klasifikasi nilai KRS untuk menunjukkan karakteristik tata air DAS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Nilai Koefisien Regim Sungai KRS No.
Kelas
1. 50
Baik 2.
50 – 120 Sedang
3. 120
Buruk
Nilai KRS yang tinggi menunjukkan kisaran nilai Q_maks dan Q_min sangat besar, semakin tinggi nilai KRS semakin jelek atau dapat dikatakan
bahwa pada musim penghujan terjadi banjir, sedang pada musim kemarau aliran air yang terjadi sangat kecil atau menunjukkan kekeringan. Secara tidak langsung
kondisi ini menunjukkan bahwa daya resap lahan di DASSub DAS kurang mampu menahan dan menyimpan air hujan yang jatuh dan air limpasannya
banyak yang terus masuk ke sungai dan terbuang ke laut sehingga ketersediaan air di DASSub DAS saat musim kemarau sedikit.
Q max, dan Q min diperoleh
commit to user
26 dari data debit aliran sungai tahunan. Nilai banjir diperhitungkan dari nilai Q max
itu sendiri dengan satuan m3detik
2. Metode Penghitungan CV Coefisient of Varians
Koefisien of Variansi CV adalah gambaran kondisi variasi dari debit
aliran air Q tahunan dari suatu DAS. Nilai CV dicari dengan persamaan berikut :
Dimana : Sd = standar deviasi debit Q tahunan dari SPAS
Q rata-rata = data debit rata-rata taunan dari SPAS
Data debit diperoleh dari data debit taunan minimal selama 10 taun
Tabel 3. Klasifikasi Nilai Coefisien of Varians CV
No. Kelas
1. 0,1
Baik 2.
0,1 – 0,3 Sedang
3. 0,3
Buruk 2
commit to user
27 Jika variasi debit Q tahunan kecil maka kondisi debit Q dari tahun ke tahun
tidak banyak mengalami perubahan. Di sisi lain, jika variasi debit Q tahunan besar maka kondisi debit Q dari tahun ke tahun banyak mengalami perubahan,
yang menunjukkan kondisi DASSub DAS yang kurang stabil lampiran Peraturan Direktur jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2009.
3. Metode Penghitungan IPA Indeks Penggunaan Air
Indeks Penggunaan Air IPA diperoleh dengan persamaan sbb :
Persediaan air dapat dihitung langsung dari data debit aliran. Kebutuhan air dihitung berdasarkan jenis penggunaan lahan dan kebutuhan air pada masing-
masing luas penggunaan lahan yang ada serta kebutuhan air untuk penduduk. Perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam penggunaan lahan dapat dilihat
pada tabel 4 berikut : Kebutuhan m
3
atau mm Indeks Penggunaan Air IPA = ------------------------------
Persediaan m
3
atau mm 3
commit to user
28 Tabel 4. Perkiraan kebutuhan air pada tiap – tiap penutupan lahan
No
Jenis Penggunaan Lahan Kebutuhan
Air mmth Keterangan
1
Sawah irigasi 1 kali panen Sawah irigasi 2 kali panen
Sawah 1 kali panen + palawija 1200
2
Tegal palawija 1350
Jagung, kacang dan
singkong
3
Hutan daun jarum 1250
4
Hutan daun lebar 1000
5
Pemukiman 1200
Kepadatan 550 jiwakm280
ltoranghari
Sumber : Dumairi 1992, Asdak 1995 dan Coster 1983
4. Metode Penghitungan C Koefisien Limpasan
Koefisien Limpasan adalah perbandingan antara limpasan tahunan Q,mm dengan tebal hujan tahunan P, mm di DASSub DAS.
4
commit to user
29 Dimana : Q = debit dalam mm
P = hujan tahunan dalam mm
Tebal limpasan tahunan Q,mm diperoleh dari volume debit Q dari hasil pengamatan SPAS selama satu tahun dibagi dengan luas DAS A,
sedangkan tebal hujan tahunan P,mm diperoleh dari hasil pencatatan pada SPH dengan Ombrometer. Nilai C yang besar menunjukkan lebih banyak air hujan
yang menjadi limpasan. Sehingga ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar Asdak, 2004. Angka C berkisar antara 0 sampai 1. Apabila C
mempunyai nilai 0 berarti semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi dan infiltrasi. Apabila C mempunyai nilai 1 berarti semua air hujan mengalir sebagai
air larian. Klasifikasi koefisien limpasan C disajikan pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Limpasan C
No. Kelas
1. 0,25
Baik 2.
0,25 – 0,50 Sedang
3. 0,50
Buruk
Sumber : Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS, Direktorat Pengelolaan DAS, 2007
commit to user
30 5.
Metode Penghitungan SDR Erosi, Sedimentasi dan Sedimen Delivery Ratio Perkiraan besarnya erosi yang terjadi di suatu DAS menggunakan metode
USLE, menurut Asdak C 2207 dengan formulasi :
Dimana : E : Perkiraan besarnya erosi total tonhatahun
R : Faktor erosisvitas hujan K : Faktor erodibiltas lahan
LS : Panjang dan kemiringan lereng C : Faktor tanaman penutup lahan atau pengelolaan tanaman
P : Faktor tindakan konservasi lahan
Untuk menentukan nilai R, K, LS, C dan P diperoleh dengan menggunakan peta dan sumber data pendukung yang ada. Nilai erosivitas R
dilakukan dengan melihat kondisi atau keadaan curah hujan yang terjadi di Sub2 DAS Ngunut I dan Sub2 DAS Tapan. Faktor erodibiltas tanah K dilakukan
dengan melihat peta jenis tanah dan dilihat jenis tanah yang ada di sekitar Sub2 DAS ngunut I dan Sub2 DAS Tapan. Dan dihitung dengan monograf nilai K
Asdak C, 2007. Penghitungan nilai panjang L dan kemiringan lereng S E= R.K.LS.C.P
5
commit to user
31 dihitung dengan mengggunakan peta topografi. Penghitungan nilai penutup lahan
atau pengelolaan tanaman C dan tindakan konservasi tanah P dihitung dengan mengggunakan peta tata guna lahan Sub2 DAS Ngunut I dan Sub2 DAS Tapan.
Sedimentasi adalah pengendapan material tanah yang terangkut oleh aliran sungai yang berasal dari proses erosi di hulunya. Indikator terjadinya
sedimentasi dapat dilihat dari kandungan sedimen yang terangkut oleh aliran sungai Pedoman Monev Pengelolaan DAS, edisi revisi, BPK Solo, 2004.
Makin kecil konsentrasi sedimen yang terbawa oleh aliran berarti makin sehat kondisi DAS. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan
pengelolaan DAS bertujuan untuk mengurangi sedimentasi adalah besarnya kandungan sedimen di dalam aliran sungai. Besarnya kandungan sedimen
dinyatakan dalam besarnya laju sedimentasi per tahun. Hasil sedimen diperoleh melalui konversi nilai Qs dalam tonhari
menjadi tonhath dengan cara mengalikan jumlah hari dalam satu tahun. Hasil sedimen dalam satuan mmth dihitung dengan mengkonversikan nilai hasil
sedimen dalam satuan tonhath dengan berat jenis sedimen. Berat jenis tanah pada berbagai macam tekstur dapat dilihat pada tabel 6.
commit to user
32 Tabel 6. Berat Jenis Tanah pada Berbagai Macam Tekstur
NO TEKSTUR TANAH
BERAT JENIS 1.
Pasir sandy 1,65 1,55 – 1,85
2. Lempung berpasir sandy loam
1,50 1,40 – 1,60 3.
Lempung loam 1,40 1,35 – 1,50
4. Lempung berliat clay loam
1,35 1,30 – 1,40 5.
Liat berdebu silty clay 1,30 1,25 – 1,35
6. Liat clay
1,25 ,20 – 1,30
Sumber : Beasly Huggins 1991 Penghitungan besarnya Sedimen Delivery Ratio SDR atau Nisbah
Pelepasan Sedimen dihitung dengan menggunakan rumus :
Dimana : Y : Hasil sedimen per satuan luas
E : Jumlah erosi Ws : Luas Daerah Aliran Sungai DAS
SDR: Nisbah Pelepasan Sedimen 6
Y = E SDR Ws
7
commit to user
33 6.
Persamaan Regresi Linear Sederhana dan Uji Korelasi Regresi merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
ada atau tidaknya korelasi antar variabel, bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan. Analisis regresi mempelajari hubungan yang
diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Analisis regresi sederhana tunggal
menyatakan hubungan fungsional antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Analisis regresi lebih akurat karena kesulitan dalam menunjukkan slop
tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan sehingga peramalan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat.
Persamaan regresi linier dari Y terhadap X dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b X
Dimana : Y = variabel terikat
X = variabel bebas a = intersep
b = koefisien regresislop
Faktor yang mempengaruhi kondisi suatu DAS dianalisa dari salah satu faktor yang menunjukkan pengelolaan DAS atau output yakni nilai sedimen
sebagai akumulasi adanya erosi . Sehingga analisa diarahkan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya sedimen yakni : 1 luas tutupan
lahan lahan basah : luas sawah , lahan kering :luas kampung, tegal, kebun campur dan hutan ; 2 faktor debit dan 3 hujan. Faktor sedimen sebagai variabel
commit to user
34 terikat sedangkan faktor luas tutupan lahan, debit dan hujan sebagai variabel
bebas. Untuk menguji keeratan hubungan antara variabel terikat dan variabel
bebas menggunakan Uji Korelasi. Uji korelasi tidak membedakan jenis variabel. Keeratan hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi dengan Rumus
korelasi Pearson. Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan keeratan suatu hubungan antar variabel Sarwono,2006.
Rumus korelasi Pearson sbb :
= r
[ ]
[ ][
]
å å
å å å
å -
å -
-
n n
n Y
X XY
Y Y
X X
. .
2 2
2 2
a. Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1. Sifat nilai koefisien
korelasi adalah plus + atau minus -. Hal ini menunjukkan arah korelasi. Makna sifat korelasi :
b. Korelasi positif + berarti jika variabel x1 mengalami kenaikan maka
variabel x2 juga akan mengalami kenaikan, atau jika variabel x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan mengalami kenaikan
8
commit to user
35 c.
Korelasi negatif - berarti jika variabel x1 mengalami kenaikan maka variabel x2 akan mengalami penurunan, atau jika variabel x2 mengalami
kenaikan maka variabel x1 akan mengalami penurunan. d.
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Hasil korelasi pada penelitian menggunakan . Keeratan korelasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut Nugroho, 2005 : ·
0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
· 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah
· 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat
· 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
· 0,90 sampai dengan 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
sekali ·
1 berarti korelasi sempurna
commit to user
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN