Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi)

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR
PARIWISATA DI KOTA BENGKULU
( Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang
dan Tapak Paderi )

BARIKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Dampak
Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan
Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi) adalah merupakan karya saya
dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor,

Januari 2009

Barika
NIM : H051060031

ABSTRACT
BARIKA. A Study Effect On Developing Tourism Sector In Bengkulu City
(Case Study of Developing Tourism Region of Pantai Panjang and Tapak
Paderi). Under direction of BAMBANG JUANDA, SAID RUSLI

Tourism is one of the development sectors having double benefits or
multiplier effects. For the government revenue it takes place through increasing of
PAD and for society welfare through the extension of job opportunities and
income improvements. In Bengkulu province tourism has become one of priority
programs, because Bengkulu has natural and cultural tourism objects. At present,
the priority of tourism development is allocated at Pantai Panjang and Tapak

Paderi which are located in the Bengkulu city. This research aims to investigate
how local society participation and perception on tourism development programs
in Bengkulu.
The findings of the research indicate that most societies members are only
involved in the utilization of result while process of planning, evaluation and
execution are conducted by government. For economic aspect the tourism
development in Bengkulu can improve family earnings, improve of PAD, the
extension of job opportunity and the change of life patterns. Multiple regression
analysis shows that education level, amount of family members and expenditure
are variables that are statistically significant effect on family income. Therefore
activities of tourism at Pantai Panjang and Tapak Paderi have significant effect on
local society income. There is a difference between per capita income of people
involving tourism activity and people not involving tourism activity. According to
AHP analysis, alternative programs for tourism development in Bengkulu are the
development of Pantai Panjang and Tapak Paderi, the development of Pantai
Panjang, and the development of Tapak Paderi.
Keywords: Tourism, Participation, perception, local society income and welfare

RINGKASAN
BARIKA. Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu

(Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi).
Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA dan SAID RUSLI
Penerapan otonomi daerah memberikan konsekwensi logis bagi daerah
untuk mampu mengurus rumahtangga sendiri, dan memiliki tanggung jawab yang
intens terhadap kemakmuran rakyatnya melalui kegiatan pembangunan. Sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang mempunyai manfaat
ganda atau multiplier effect secara ekonomi bagi pemerintah daerah melalui
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi masyarakat melalui
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.
Upaya pemerintah kota Bengkulu yang baru untuk mengangkat
perekonomian rakyat melalui sektor pariwisata dan menjadikan Bengkulu menjadi
kawasan wisata internasional merupakan upaya yang bagus, namun berhasil atau
tidaknya upaya mewujudkan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional
tergantung pada keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi
lainnya dan dibantu oleh masyarakat dalam mengembangkan bisnis pariwisata di
kota Bengkulu, juga diperlukan partisipasi dari berbagai unsur untuk dapat
mencapainya termasuk partsisipasi aktiv dari masyarakat sekitar lokasi wisata.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan pariwisata berbasis partisipasi
masyarakat perlu adanya kajian tentang pandangan atau persepsi masyarakat
mengenai pembangunan objek wisata tersebut, karena masyarakat selaku

produsen dan juga konsumen merupakan fokus dari kegiatan pembangunan, dan
mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini mengandung nilai jual sehingga dari
sisi ekonomi dapat dilihat kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat
sekitar.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji
bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap pengembangan
wisata Pantai Panjang dan pantai Tapak Paderi kota Bengkulu secara ekonomi dan
sosial. (2) Menelaah Sejauh mana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap
kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun yang tidak
memanfaatkan. (3) Mengetahui bagaimana proses perencanaan pembangunan
pariwisata di kota Bengkulu dan mengetahui alternatif kawasan mana yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan dimasa yang akan datang
Penelitian ini menggunakan data yang terdiri dari data primer dan data
sekunder, di mana pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder di dapatkan dari dinas
dan instansi yang terkait dengan penelitian ini diantaranya dari BPS, Dinas
Pariwisata, Bappeda Provinsi Bengkulu, Bappeda Kota Bengkulu dan Bapedalda
Provinsi Bengkulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi masyarakat lokal terhadap
pengembangan wisata Pantai Panjang dan pantai Tapak Paderi kota Bengkulu

secara ekonomi, sosial, dan lingkungan memperlihatkan bahwa masyarakat setuju
dengan adanya pengembangan kawasan wisata pantai di kota Bengkulu khususnya
kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi. Secara ekonomi umumnya
masyarakat menilai bahwa kegiatan pengembangan sektor pariwisata bermanfaat

dalam meningkatkan pendapatan keluarga yang terlibat memanfaatkan potensi
pariwisata, membuka peluang usaha di sektor informal, peningkatan PAD,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan jasa. Keterlibatan atau partisipasi
masyarakat lokal lebih pada aspek pemanfaatan hasil dimana aspek perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Masyarakat lokal
umumnya menyatakan setuju jika pengelolaan kawasan wisata dilaksanakan oleh
masyarakat karena masyarakat lokal selaku orang yang terdekat dengan kawasan
wisata merasa lebih mengetahui tentang kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak
Paderi. (2) Dampak dari kegiatan kepariwisataan terhadap kesejahteraan masyarakat
di sekitar kawasan dianalisis dengan pendekatan perkapita perbulan dengan melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan perkapita masyarakat yakni
umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah pengeluaran perkapita serta
keikutsertaan dalam memanfaatkan potensi pariwisata ( dummy ). (3) Berdasarkan
analisis yang di lakukan terhadap manfaat dari pengembangan kawasan wisata
Pantai Panjang dan Tapak Paderi, pendapat gabungan responden perumus kebijakan

menunjukkan bahwa aspek ekonomi menjadi prioritas pertama untuk memperoleh
manfaat dari pengembangan sektor pariwisata di ikuti dengan aspek sosial. Dampak
negatif dari pengembangan kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi
menurut responden yang dirasakan adalah kerugian dari segi lingkungan,
selanjutnya kerugian ekonomi dan kerugian sosial. Alternatif pengembangan Sektor
Pariwisata di Kota Bengkulu berdasarkan rasio Manfaat – Biaya adalah
Pengembangan Kawasan Pantai Panjang dan Tapak Paderi dengan rasio 1,0162,
Pengembangan Pantai Panjang saja dengan rasio 1,0049 dan Pengembangan Tapak
Paderi saja dengan rasio 0,9296. Berdasarkan hasil SWOT di dapatkan strategi yang
dapat di lakukan yakni melakukan pengembangan kawasan wisata berbasis
partisipasi masyarakat untuk meningkatakan peran serta masyarakat, untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja yang pada
akhirnya meningkatkan PAD. Selanjutnya strategi yang dapat dilakukan adalah
pembinaan masyarakat yang sadar wisata, strategi diversivikasi usaha dan strategi
menciptakan produk wisata yang menjadi ciri khas daerah Bengkulu yang berbeda
dengan daerah lain
Untuk mengatasi masalah – masalah pemanfaatan ruang yang saling
tumpang tindih dan adanya kerusakan lingkungan maka pemerintah dapat
melakukan strategi pengembangan kawasan wisata dengan tetap mengacu pada
aturan – aturan yang berlaku seperti mengacu pada Undang-Undang Tata Tuang

No 26 tahun 2007 dan mengacu pada RTRW Kota Bengkulu. Agar efek – efek
negatif dari pengembangan sektor wisata dapat ditekan maka harus ada strategi
penegakan hukum yang tegas terhadap setiap kegiatan-kegiatan yang
mengakibatkan kerugian pada lingkungan, dan sosial masyarakat. Agar kota
Bengkulu dapat dikenal oleh daerah lain maka di lakukan strategi promosi –
promosi daya tarik wisata Kota Bengkulu
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan beberapa hal yaitu : Agar
masyarakat sekitar lokasi wisata yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata lebih
meningkatkan lagi kapasitasnya supaya pendapatan yang di peroleh bisa lebih
besar. Masyarakat harus bisa membaca peluang yang ada di sektor pariwisata
dengan menawarkan sesuatu yang bisa menjadi event untuk memicu jumlah
wisatawan meningkat dan kembali berkunjung ke kota Bengkulu. Pemerintah agar
bisa melakukan pembinaan pada masyarakatnya untuk bisa menjadi masyarakat

yang sadar wisata, masyarakat yang bisa melihat dan menjual daya tarik
pariwisatanya dengan tetap mempertahankan nilai – nilai lokal dan keagamaan.
Perubahan pola pikir masyarakat sangat diperlukan untuk memajukan sektor
pariwisata maka diharapkan pemerintah dan stakeholder pariwisata lainnya
bersama-sama mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui
pendidikan formal mupun informal di bidang pariwisata. Akademisi agar

melakukan kajian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui dampak dan
keberhasilan dari pengembangan sector pariwisata di Bengkulu.
Kata kunci : Pariwisata, kesejahteraan, masyarakat lokal, kawasan wisata Pantai
Panjang dan Tapak Paderi

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang – undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR
PARIWISATA DI KOTA BENGKULU
( Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang
dan Pantai Tapak Paderi )


BARIKA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Luky Adrianto, M.sc

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian

: Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota
Bengkulu
(Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang

dan Tapak Paderi)

Nama

: Barika

NRP

: H051060031

Program Studi

: Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan ( PWD )

Menyetujui
Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Juanda. MS
Ketua


Ir. Said Rusli, MA
Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi
Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Bambang Juanda. MS

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,MS

Tanggal Ujian :06 Januari 2009

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah dengan judul Kajian Dampak Pengembangan Sektor
Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata
Pantai Panjang dan Tapak Paderi) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2
dan memperoleh gelar Magister Sains dari program studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Bambang Juanda, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Said Rusli,MA
selaku Anggota Komisi Pembimbing serta Prof. Ir. Isang Gonarsyah,Ph.D yang
telah banyak memberi arahan dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulisan
penelitian ini. Disamping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada
keluarga besar penulis dan rekan-rekan di Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) yang telah banyak memberikan
bantuan dan dukungan selama ini.
Kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar
Notodiputro,MS dan Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan, Bapak Dr. Ir. Bambang Juanda,MS penulis ucapkan
terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk mengikuti pendidikan
magister, serta penulis juga menghaturkan terima kasih kepada para Dosen
PS.PWD atas bekal ilmu yang telah diberikan pada penulis yang sangat berguna
bagi penulis di masa yang akan datang.
Terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Depdiknas atas kesempatan untuk memperoleh beasiswa dan juga kepada pihak
Universitas Ratu Samban Bengkulu Utara atas dukungan yang telah diberikan
selama penulis menempuh studi.
Kepada Bapak, A. Ramli Musa dan Ibu, Helda, Bapak mertua, Pairan dan
Ibu mertua, Zulaiha(alm) terima kasih atas doa yang senantiasa diberikan
dimanapun penulis berada. Pada saudara – saudaraku Nikson, Eva, Halim - Dini,
Chairil Ansorie dan terutama ”Mem” yang telah membantu penelitian di lapangan

terima kasih atas dukungannya, Keponakanku Lala, Sari dan juga pada keluarga
besarku di Timur Indah Bengkulu: kel Margono, kel Zumrawi, kel Akmaludin, kel
Habibi dan kel Hamka
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada K’ Pensi, Y’ Iin, Erik, Jajak,
Iyang, Fattah, bapak Atim&mak yam sekeluarga terima kasih atas doanya dan
juga pada semua keluarga besar di Palembang.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada rekan-rekan PWD 06
(Sury_ Abul, Anne_Lili’, Novi, Paulin, Weren, Laode, Nelson, Galuh, P’ Maman)
dan mb’ elva yang senantiasa membantu penulis selama menempuh studi di
PS.PWD. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih pada Dian Novita, Daner
Sagala, Epry dan rekan – rekan mahasiswa dari Bengkulu atas kebersamaan yang
terjalin selama di IPB semoga terus berlanjut dikemudian hari.
Terkhusus Karya ini saya persembahkan kepada Suami tercinta, Aan
Zulyanto, SE yang senantiasa selalu ikhlas mendoakan, memberikan dukungan
untuk keberhasilan penulis, terima kasih atas penantian dan pengorbanan yang
telah di lakukan.
Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, segala kritik, saran, dan tanggapan sangat diharapkan dari para pembaca dan
penulis akan menerima dengan baik.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

Barika

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukarami Pagaralam pada tanggal 11 September 1978
sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan A.Ramli Musa dan Helda.
Menikah dengan Aan Zulyanto, SE pada tahun 2006.
Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) sampai
Perguruan Tinggi di Provinsi Bengkulu. Tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1
Bengkulu dan pada tahun yang sama lulus seleksi UMPTN di Universitas
Bengkulu Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan.
Kesempatan untuk memperoleh gelar magister pada program studi Ilmuilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan pada tahun 2006 dengan
beasiswa pascasarjana dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas.
Penulis bekerja pada Fakultas Ekonomi Universitas Ratu Samban Bengkulu
Utara sejak tahun 2001 hingga sekarang.

1

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
keuangan pusat dan daerah ( sebagai revisi UU N0.22 dan No.25 Tahun 1999 ),
pemerintah dituntut untuk semakin kreatif dalam menggali potensi daerahnya
untuk dapat memberikan sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), termasuk
didalamnya adalah potensi pariwisata. Penerapan otonomi daerah memberikan
konsekwensi logis bagi daerah untuk mampu dan mengurus rumahtangga sendiri,
dan memiliki tanggung jawab yang intens terhadap kemakmuran rakyatnya
melalui kegiatan pembangunan.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang
mempunyai manfaat ganda atau

multiplier effects secara ekonomi bagi

pemerintah daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
ekonomi masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan. Pembangunan kepariwisataan mempunyai beragam manfaat dalam
aspek sosial, politik dan ekonomi. Secara ekonomi investasi kegiatan
pembangunan kepariwisataan akan lebih mempercepat sirkulasi ekonomi suatu
negara atau daerah karena bermanfaat ganda dari adanya kunjungan wisatawan
baik asing maupun domestik yang dapat menciptakan pendapatan dalam
perekonomian termasuk membantu pelaksanaan pembangunan pada daerah
terpencil yang memiliki daya tarik wisata.
Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah
Provinsi dan Kota Bengkulu mengambil langkah mengembangkan sektor
pariwisata karena Provinsi Bengkulu memiliki sejarah yang unik dan kaya akan
potensi wisata dimana terdapat 80 objek wisata yang meliputi wisata alam dan
budaya, diantaranya wisata bahari atau wisata pantai. Pantai Panjang atau yang
biasa disebut long beach merupakan pantai yang membentang sepanjang 7 km
terkenal dengan pasir putihnya yang bersih yang terletak di Kecamatan Ratu
Samban. Di sepanjang pantai terdapat banyak pohon cemara dan beberapa rumah
makan, side cottage dan kolam renang. Pantai panjang terletak sekitar 3 km dari
pusat kota. Tapak Paderi yang berada di Kecamatan Teluk Segara juga merupakan

2

objek wisata yang banyak menarik minat wisatawan (Dinas Pariwisata Provinsi
Bengkulu, 2002).
Peranan sektor pariwisata dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB.
Walaupun tidak ada angka pasti untuk sektor pariwisata dalam catatan statistik,
tetapi meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
disumbangkan untuk PRDB merupakan peranan dari sektor pariwisata. Dalam
struktur perekonomian Kota Bengkulu berdasarkan lapangan usaha dan atas dasar
harga konstan diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan
penyumbang urutan pertama diikuti sektor jasa-jasa dan keuangan, persewaan &
jasa perusahaan terhadap PDRB. Pada tahun 2000 sektor ini memberikan
sumbangan pada PDRB sebesar Rp.433.938 juta atau sebesar 35.14 persen dan
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2006 menjadi 613.355 juta sedikit lebih tinggi
dari tahun 2005 yakni sebesar 571.434 juta. Meskipun sektor perdagangan, hotel
dan restoran merupakan penyumbang urutan pertama akan tetapi kontribusi dari
sektor hotel dan restoran sangatlah kecil yakni di bawah 2 persen. Pada tahun
2006 sumbangan hotel dan restoran sebesar 1.79 persen menurun sekitar 0.02
persen dari tahun sebelumnya, untuk lebih jelas kontribusi sektor pariwisata dapat
di lihat pada tabel 1.
Tabel 1 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap PDRB Kota
Bengkulu tahun 2000-2006 ( Juta Rupiah )
Tahun

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Total Sektor
Perdagngan,
Hotel dan
Restoran
433,938
461,460
486,486
515,567
543,565
571,434
613,355

Sektor
Hotel dan
Restoran

Total
PDRB

23,29
24,37
25,53
27,23
27,83
28,93
30,33

1,234,825
1,289,993
1,356,890
1,431,098
1,503,901
1,598,060
1,694,655

% Sektor
Perdangan,Hotel &
Restoran terhadap
PDRB
35,14
35,77
35,85
36,03
36,14
35,76
36,19

% Sektor Hotel
dan Restoran
terhadap PDRB
1,89
1,89
1,88
1,90
1,85
1,81
1,79

(Sumber : BPS ; Kota Bengkulu dalam angka. data diolah )

Perhatian pemerintah daerah Provinsi Bengkulu terhadap pengembangan
pariwisata tertuang dalam strategi pengembangan pembangunan wisata yang
meliputi : (1) Kebijakan investasi (investment policy) melalui penerapan kebijakan
yang

kondusif

terhadap

pembangunan

usaha

pariwisata

baru

maupun

pengembangan usaha yang telah ada. (2) Pengembangan infrastruktur dengan
memperbesar aksesibilitas menuju dan dalam destinasi pariwisata melalui

3

pembangunan serta perluasan jaringan jalan, bandara, pelabuhan laut, jaringan
telekomunikasi, penyediaan listrik dan air bersih. (3) Ketersediaan infrastruktur
yang memadai akan meningkatkan daya saing serta daya tarik dalam penyediaan
fasilitas kepariwisataan di suatu kawasan. (4) Pengembangan SDM melalui
peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal guna
mengembangkan kompetensi masyarakat dalam penyediaan barang dan jasa
kepariwisataan serta pelayanan bagi wisatawan baik mancanegara maupun
nusantara.
Pelaksanaan kebijakan tersebut tercermin dari pelaksanaan program
pembangunan sektor pariwisata yang dirintis sejak tahun 2006 hingga saat ini.
Untuk menunjang keberhasilan program pengembangan wisata ini, maka sangat
diperlukan adanya partisipasi masyarakat disekitar lokasi objek wisata dan
keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi lainnya dalam
mengembangkan bisnis pariwisata di Kota Bengkulu.
Kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi merupakan salah satu
kawasan yang menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung ke Provinsi Bengkulu,
hal ini akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata,
karena walau bagaimanapun kegiatan wisata tidak terlepas dari interaksi
masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu seyogyanya jika ada pengembangan
pariwisata akan diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Untuk
menunjang keberhasilan pengembangan wisata ini, maka sangat diperlukan
adanya partisipasi masyarakat disekitar lokasi objek wisata.
Penelitian ini perlu dilakukan karena untuk melaksanakan pembangunan
pariwisata berbasis partisipasi masyarakat perlu adanya pandangan atau persepsi
masyarakat mengenai pembangunan objek wisata tersebut, karena masyarakat
selaku produsen dan juga

konsumen merupakan

fokus dari kegiatan

pembangunan, dan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini mengandung
nilai jual sehingga dari sisi ekonomi dapat dilihat kontribusinya terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar.

4

1.2. Perumusan Masalah
Tujuan pengembangan sektor pariwisata adalah agar sektor ini dapat
memberikan multiplier effect bagi masyarakatnya seperti perluasan kesempatan
kerja di bidang pariwisata melalui pembangunan objek wisata dan industri
pariwisata, meningkatkan PAD, meningkatkan kunjungan wisatawan asing dan
wisatawan nusantara.
Jumlah wisatawan yang datang terlihat dari jumlah kunjungan tamu yang
menginap di hotel. Meskipun jumlah tamu hotel tidak selalu identik dengan
wisatawan. Pada gambar 1 dapat dilihat perkembangan jumlah wisatawan yang
datang ke Provinsi Bengkulu, pada tahun 2000 total wisatawan yang ke Bengkulu
adalah sebanyak 44.289 orang dan karena adanya gempa di tahun 2000 jumlah
wisatawan menurun pada tahun 2002 menjadi sebanyak 30.688 orang dan terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2006 menjadi sebanyak 91.513orang.
Kunjungan wisatawan ke Bengkulu setiap tahun paling banyak terjadi
pada bulan Muharram dalam kalender Islam karena setiap tanggal 1 – 10
Muharram itu dilaksanakan perayaan ritual budaya daerah Bengkulu yaitu
perayaan Tabut yakni perayaan untuk memperingati kematian Husein cucu Nabi
Muhammad SAW di Padang Karbala. Akhir dari perayaan adalah Tabut yang
berbentuk bangunan kerucut yang berhiaskan bunga - bunga dan telah disucikan
oleh keluarga Tabut dibuang di daerah Karbala yang jaraknya hanya 3,5 km dari
pusat kota, wisatawan yang datang pada saat pembuangan Tabut terdiri dari
masyarakat Provinsi Bengkulu, dari Sumatera Selatan, Padang dan Lampung.
Puncak perayaan Tabut mampu menyerap wisatawan yang jumlahnya cukup
tinggi dikerenakan daerah pembuangan Tabut berada di pusat kota, maka pada
saat-saat ini lokasi wisata yang berada di dalam kota juga mengalami peningkatan
terutama Pantai Panjang dan juga Tapak Paderi.
Tabel 2 Perkembangan Jumlah Wisatawan Ke Bengkulu Tahun 2000-2006
Tahun
Wisman
2000
531
2001
542
2002
195
2003
292
2004
313
2005
295
2006
419
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dalam Angka ( 2006 )

Wisnus
43.758
40.548
30.493
42.026
43.710
63.313
91.094

Total
44.289
41.090
30.688
42.318
44.023
63.608
91.513

5

Aksesibilitas menuju Bengkulu saat ini masih terganjal oleh terbatasnya
transportasi. Oleh karena itu, transportasi, terutama jasa penerbangan, menjadi
prioritas pembangunan industri pariwisata di Provinsi/Kota Bengkulu. Selain
sulitnya transportasi ke Bengkulu, kurang dikenalnya Bengkulu di daerah atau di
negara lain juga disebabkan kurang gencarnya promosi. Adapun sarana dan
prasarana penunjang industri pariwisata di Kota Bengkulu yakni terdapat 4 hotel
berbintang dan 34 hotel kelas melati dengan jumlah kamar sebanyak 907 kamar.
Banyaknya jumlah wisatawan dari luar ke Kota Bengkulu akan berakibat
pada tinggi rendahnya PAD dari komponen pajak dan retribusi. Melalui
pembangunan sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
besar terhadap PAD. Adapun kontribusi sektor pariwisata yang di dapatkan dari
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, retribusi tempat rekreasi, retribusi
penginapan serta retribusi biro wisata yang kesemuanya merupakan unsur
pendapatan sektor pariwisata masih relatif kecil dimana kontribusi sektor
pariwisata masih kurang dari 6 persen.
Tabel 3 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PAD Kota Bengkulu Tahun 2003-2006
Sektor Pariwisata
PAD Bengkulu
% Pariwisata thd
PAD
Rp(Juta)
%
Naik-turun
Rp(Juta)
%
Naik-turun
Tahun
2003
485,797
9.685,850
5,02
2004
547,058
0,13
15.495,500
0,60
3,53
2005
619,666
0,13
13.920,330
-0,10
4,45
2006
752,482
0,21
18.326,770
0,32
4,11
Sumber : Dispenda Kota Bengkulu ( data di olah )

Pengembangan pariwisata di Bengkulu saat ini tertuang dalam program
pengembangan pariwisata Bengkulu menuju kawasan wisata internasional yang
meliputi pembangunan infrastruktur seperti sarana transportasi, pengembangan
daya tarik kawasan atau objek wisata unggulan seperti pengembangan kawasan
pantai panjang dan pantai tapak paderi, penyiapan sosial, penyiapan kelembagaan
serta promosi yang di lakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang. Dalam proses
perencanaannya pengembangan kawasan wisata dilakukan oleh pemerintah
Provinsi Bengkulu melalui dinas instansi terkait.
Dukungan dari pemerintah daerah Provinsi Bengkulu sebagai upaya
meningkatkan peluang berusaha bagi masyarakat di sektor pariwisata dapat di
lihat dari biaya pengembangan sektor pariwisata Biaya pembangunan di sektor

6

pariwisata dan telekomunikasi daerah, pada tahun 2000 adalah Rp. 533,66 juta
atau sebesar 0,09 persen dari total dana pembangunan dan tahun 2001 meningkat
menjadi sebesar Rp. 637,88 juta atau sebesar 1,74 persen dari total dana
pembangunan yaitu sebesar Rp. 36,595,74 juta. Begitu juga dengan sektor
transportasi pada tahun 2000 sebesar Rp. 4,743,89 juta menjadi Rp. 6,103,62 juta
pada tahun 2002 atau sebesar 11,8 persen dari total dana pembangunan.
Industri pariwisata akan berkembang jika didukung oleh keadaan eksternal
yang baik. Masyarakat disekitar kawasan wisata merupakan lingkungan eksternal
yang berpengaruh besar. Masyarakat sekitar/masyarakat lokal merasakan dampak
langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pengembangan kawasan objek
wisata secara sosial, ekonomi dan budaya. Meskipun pembangunan kawasan
wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi masih sedang dilaksanakan namun
keluhan – keluhan dari masyarakat sekitar mulai timbul. Dari segi ekonomi
dengan adanya pembangunan Mega Mall di kawasan wisata akan berdampak pada
pendapatan pedagang kecil. Dari sudut sosial budaya terdapat kalangan
masyarakat yang mempersepsikan pengembangan kawasan wisata hanya akan
meningkatkan pergaulan bebas dan kehidupan malam dengan menjamurnya
diskotik dan tempat karaoke di kawasan wisata tersebut serta masih adanya
tindakan premanisme di pantai panjang dan pantai tapak paderi (Pascal, 2007).
Pendapat dari kalangan akademisi (mahasiswa) menyatakan bahwa sikap
masyarakat terkesan acuh tak acuh dengan program pengembangan pariwisata
karena mereka berpendapat hasil pembangunan ini hanya akan dinikmati
golongan menengah ke atas.
Upaya pemerintah Provinsi dan Kota Bengkulu untuk mengangkat
perekonomian rakyat melalui sektor pariwisata dan menjadikan Bengkulu menjadi
kawasan wisata internasional sangatlah bagus, namun berhasil atau tidaknya
upaya mewujudkan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional tergantung
pada keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi lainnya dan
dibantu oleh masyarakat dalam mengembangkan bisnis pariwisata di kota
Bengkulu, juga diperlukan partisipasi dari berbagai unsur untuk dapat
mencapainya. Bertolak dari keadaan dan permasalahan yang diketahui

7

sehubungan dengan pengembangan sektor pariwisata di Kota Bengkulu yang telah
dikemukakan, maka masalah yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana

persepsi

dan partisipasi masyarakat

lokal

terhadap

pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi Kota Bengkulu
secara ekonomi, sosial, dan lingkungan ?
2. Bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan
masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun yang tidak
memanfaatkan?
3. Bagaimana

kebijakan

pemerintah

daerah

Bengkulu

dalam

pengembangan pariwisata dan kawasan mana yang menjadi prioritas
untuk dikembangkan dimasa yang akan datang ?

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengkaji bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap
pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi Kota Bengkulu
secara ekonomi dan sosial dan lingkungan.
2) Menelaah sejauh mana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap
kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun
yang tidak memanfaatkan.
3) Mengetahui bagaimana proses perencanaan pembangunan pariwisata di
Kota Bengkulu dan mengetahui alternatif kawasan mana yang menjadi
prioritas untuk dikembangkan di masa yang akan datang

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan kepada pihak yang terkait dalam menetapkan kebijakan
perencanaan

pembangunan

sektor

pariwisata,

guna

peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata.
2. Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran bagi
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan sebagai dasar
bagi penelitian sejenis dalam bidangnya sebagai pengembangan iptek.

8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan
Sebenarnya dalam banyak hal istilah pembangunan dan pengembangan
banyak digunakan dalam hal yang sama yang dalam bahasa inggrisnya adalah
development. Pengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari nol
melainkan melakukan sesuatu yang sebelumnya sudah ada namun kualitas dan
kuantitasnya saja yang ditingkatkan atau diperluas (Rustiadi dan Saefulhakim,
2007)
Menurut Todaro ( 2004) pembangunan adalah merupakan suatu proses
yang multidimensional yang mencakup beberapa perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusional-institusional nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya
pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atas
perubahan sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman
kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial di dalamnya
untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara
material maupun spiritual.
Sedangkan

Amartya

Sen

dalam

Todaro

mengemukakan

bahwa

pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat dianggap sebagai tujuan
akhir. Pembangunan haruslah lebih memperhatikan peningkatan kualitas hidup
yang dijalani dan kebebasan yang dimiliki. Sen juga menyatakan bahwa
kapabilitas untuk berfungsi adalah yang paling menentukan status miskin tidaknya
seseorang, dimana kapabilitas adalah sebagai kebebasan yang dimiliki sesorang
dalam arti pilihan function dengan kontrol yang dimiliki terhadap komoditi.
Nilai dasar dalam pembangunan yang paling hakiki adalah kecukupan
(sustenance), harga diri ( self-esteem) dan Kebebasan ( freedom ). Adapun tiga
tujuan inti pembangunan adalah (1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan
distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup, (2) Peningkatan standar hidup

9

dan (3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu dan
bangsa.
Menurut Kay dan Alder ( 1999 ) dalam Rustiandi dan Saefulhakim (2007)
perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin kita capai di masa
yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahap yang di butuhkan untuk
mencapainya. Dengan demikian proses perencanaan dilakukan dengan menguji
arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur
kemampuan (capability) kita untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah
terbaik untuk mencapainya.
Perencanaan

pembangunan

dimaksudkan

untuk

membangun

perekonomian secara keseluruhan. Yang mencakup penerapan sistem pemilihan
yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembangunan
lainnya

yang layak.

Di

bawah perencanaan

pembangunan

pemerintah

merumuskan rencana pembangunan bagi perekonomian secara keseluruhan.
Perencanaan pembangunan ekonomi mempertimbangkan semua agregat ekonomi
yang penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan
transaksi luar negeri. Investasi negara mencakup keseluruhan sarana dan
prasarana perekonomian termasuk investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan
latihan. Sektor swasta dianggap sebagai mitra dalam usaha pembangunan
ekonomi. Dalam melaksanakan rencana pemerintah tidak memaksa sektor swasta
malah memberi rangsangan melalui kebijakan moneter, fiskal dan pengawasan
langsung ( Jhingan, 2004 ).

2.1.2. Pengembangan Pariwisata
Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia wisata didefinisikan sebagai kegiatan bepergian bersama untuk
memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Hilyana (2001)
menyatakan bahwa pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat
ditentukan oleh baik buruknya lingkungan dan selanjutnya di sebutkan bahwa
tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan rekreasi.

10

Untuk menciptakan kondisi wisata yang baik maka diperlukan kegiatan
pengelolaan yang dikembangkan secara professional. Mackinnon et al (1986)
dalam Hilyana (2001) menyatakan bahwa faktor – faktor yang membuat kawasan
menarik bagi pengunjung adalah :
1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh terhadap bandara internasional atau
pusat wisata.
2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha,
sulit atau berbahaya.
3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol misalnya satwa liar
yang menarik atau khas tempat tertentu
4. Kemudahan untuk melihar atraksi atau satwa terjamin
5. Memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda
6. Memiliki budaya yang menarik
7. Unik dalam penampilannya
8. Mempunyai objek rekreasi pantai, danau, sungai, air terjun, kolam renang
atau rekreasi lainnya
9. Cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik bagi wisatawan sehingga
dapat menjadi bagian dari kegiatan wisata lain
10. Sekitar kawasan memiliki pemandangan sangat indah
11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata,
tujuan pengembangan pariwisata tidak lain adalah untuk menciptakan multiplier
effect , diantaranya adalah :
1) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
2) Meningkatkan

Pendapatan

Nasional

dalam

rangka

meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
3) Mendorong Pendayagunaan produksi nasional.
Dengan kata lain, pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata
selalu akan diperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak (Yoeti,
1997).
Melihat begitu banyaknya unsur yang berinteraksi dalam suatu kegiatan
pariwisata serta beratnya misi yang diembannya, maka dalam pengembangan

11

pariwisata diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya
berbagai dampak negatif dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah
serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh
masyarakat, khususnya masyarakat yang bermukim di wilayah objek pariwisata
dan tentunya melalui pengambangan pariwisata kesejahteraan masyarakat
disekitar lokasi wisata dapat ditingkatkan.
Dari segi peluang usaha dan kesempatan kerja, pengembangan pariwisata
berpengaruh positif. Peluang usaha atau kesempatan kerja tersebut lahir karena
adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu
daerah akan membuka peluang bagi masyarakat daerah tersebut untuk menjadi
pengusaha

hotel,

wisma,

homestay,

restoran,

cafe,

warung,

angkutan,

perdagangan, sarana olahraga, dan jasa lainnya. Peluang usaha tersebut akan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sekaligus dapat
meningkatkan pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya.
Sosial budaya juga merupakan satu aspek penunjang karakteristik suatu
kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sosial budaya dapat
memberikan ruang bagi kelestarian sumberdaya alam, sehingga hubungan antar
sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya alam memiliki keterkaitan
yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan budaya
yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan lapisan sosial masyarakat.

2.1.2.1. Ekowisata
Definisi

ekowisata

yang

pertama

diperkenalkan

oleh

organisasi

Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di
daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan
masyarakatnya tetap terjaga.
Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources) dalam Winarno (2004), ekowisata adalah perjalanan dan
kunjungan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan yang relatif tidak

12

mengganggu kawasan alami dalam hal menikmati alam, studi dan apresiasi alam
termasuk aspek budayanya, untuk menunjang konservasi yang semua aktivitas
pengunjung berdampak negatif rendah dan mendukung kesejahteraan masyarakat
sekitar (Ceballos-Lascurain, 1996)
The Ecotourism Society (Eplerwood, 1999) dalam Fandeli (2000)
menyebutkan ada delapan prinsip ekowisata yaitu :
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam
dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat
setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat
dilakukan langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan
untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat
menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation
tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan
meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan,
peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan
alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk
wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak,
mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.

13

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian
atau pemerintah daerah setempat.

2.1.2.2. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply) Pariwisata
Untuk merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata
dapat dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata
(Gold, 1980 dalam Hilyana, 2004). Sediaan rekreasi atau penawaran rekreasi
merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan,
sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang permintaan akan
kegiatan dan perilaku rekreasi.
Konsep perencanaan wisata adalah sistem hubungan interaksi antara faktor
permintaan (demand) dan penawaran (supply).

Faktor



faktor

yang

mempengaruhi permintaan wisatawan domestik dan internasional serta penduduk
lokal diantaranya adalah atraksi wisatawan, fasilitas dan pelayanan. Sedangkan
faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran pariwisata diantaranya atraksi dan
aktivitasnya, akomodasi, pelayanan dan aktivitas lain. Atraksi wisata termasuk
atraksi alam, budaya dan pemandangan spesial serta aktivitas yang berhubungan
dengan atraksi tersebut.
Adapun bentuk – bentuk akomodasi pariwisata diantaranya adalah tempat
wisatawan bermalam seperti hotel, motel, guest house dan tipe penginapan
lainnya. Fasilitas dan pelayanan wisata di antaranya operasional tour dan travel,
restoran, tempat perbelanjaan, money changer, bank, fasilitas kesehatan dan
pelayanan. Elemen lain yang berhubungan dengan faktor penawaran termasuk
infrastruktur seperti transportasi (udara, air, darat), jaringan air, energi listrik,
telekomunikasi dan pembuangan limbah. Elemen lainnya adalah institusi, legislasi
dan regulasi, ketersediaan dana, pemasaran dan promosi ( WTO, 1995 dalam
Winarno 2004)

14

2.1.3. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pariwisata
Soemarwoto dalam Sulaksmi ( 2006 ) menyatakan bahwa masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama

menghasilkan kebudayaannya,

mempunyai hubungan yang erat antar warganya yang di dalamnya terdiri dari
struktur dan stratifikasi yang khusus serta sadar sebagai suatu kesatuan. Dikaitkan
antara masyarakat dengan wisata, masyarakat lokal adalah sekumpulan orang
yang terkait secara langsung ( masyarakat disekitar objek wisata ) maupun
masyarakat yang tidak terkait secara langsung, yaitu masyarakat yang dipengaruhi
oleh lokasi dan jarak.
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik melalui
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi ( Thoha, 1999 ).
Menurut Litterer ( Asngari, 1984 ), persepsi adalah ” the understanding or
view people have of things in the world around them “. Dalam hal ini berarti
bahwa persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang segala
sesuatu yang ada di sekitarnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa persepsi orang
dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan.
Karena itu individu perlu mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang
dipikulkan kepadanya.
Theodorson ( 1979 ) menyatakan persepsi adalah “ the selection,
organization, and interpretation by an indiviual of specific stimuli in a situation,
according to prior learning, activities, interest. perception is a process and
pattern of response to stimuli. it is an function of situational field, that is, of total
configuration of stimuli, as well as of previous social and cultural conditioning,
recognition or awareness of an object or event through the sense organs” yang
berarti bahwa persepsi merupakan pemilihan, pengorganisasian, dan penafsiran
oleh seorang individu dari stimuli yang spesifik di suatu situasi, menurut hasil
belajar sebelumnya, aktivitas, minat. persepsi adalah suatu proses dan pola dari
tanggapan pada stimuli. Satu fungsi yang bersifat situational, yang merupakan

15

konfigurasi total dari stimuli, seperti juga dari kondisi sosial budaya sebelumnya.
Persepsi merupakan pengenalan atau kesadaran dari suatu obyek atau peristiwa
melalui panca indera.
Desirato ( Rakhmat, 2000 ) mengatakan bahwa persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan
stimulasi inderawi ( sensory stimuli ). Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan
faktor situasional ( Rakhmat, 2000 ).
Partisipasi oleh banyak ahli dinyatakan sebagai keikutsertaan masyarakat
dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan, maka berarti
keikutsertaan dalam pembangunan. Slamet ( 1990 ) dalam Winarto ( 2003 )
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya
suatu program pembangunan. Dapat dikatakan bahwa tanpa adanya partisipasi
masyarakat maka setiap pembangunan akan kurang berhasil. Lebih lanjut
dikatakan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan
akan melalui suatu proses belajar. Oleh karena itu, masyarakat perlu belajar untuk
mengetahui kesempatan-kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, dan
seringkali kemampuan dan keterampilan mereka masíh harus ditingkatkan agar
dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut.
Sastroputro ( 1988 ) berpendapat bahwa secara umum faktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah (1)
kedaan sosial masyarakat, (2) kegiatan program pembangunan dan (3) keadaan
alam sekitar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keadaan sosial masyarakat berupa
pendidikan,

pendapatan,

kebiasaan,

kepemimpinan,

keadaan

keluarga,

kemiskinan, kedudukan sosial dan sebagainya. Bentuk program pembangunan
merupakan kegiatan yang dirumuskan serta dikendalikan oleh pemerintah dapat
berupa

organisasi

kemasyarakatan

dan

tindakan-tindakan

kebijaksanaan.

Sedangkan keadaan alam sekitar adalah faktor fisik daerah yang ada pada
lingkungan tempat hidup masyarakat.

16

2.1.4. Kesejahteraan Masyarakat
Konsep tentang kesejahteraan juga berkaitan dengan konsep kemiskinan.
Pengaitan dua konsep ini semata-mata dimaksudkan untuk menentukan
penggolongan yang lebih objektif mengenai batas kemiskinan. Klasifikasi
kemiskinan menurut Sayogyo dalam Budiarta (1999 ) didasarkan pada nilai
pengeluaran perkapita pertahun yang diukur dengan nilai beras yaitu :
1. Miskin, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara 320
kg beras dan untuk perdesaan 480 kg beras untuk daerah kota.
2. Miskin sekali, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara
240 kg beras dan untuk perdesaan 360 kg beras untuk daerah kota.
3. Paling miskin, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara
180 kg beras dan untuk perdesaan 270 kg beras untuk daerah kota.
Membicarakan kesejahteraan, tidak terlepas dari konsep kemiskinan
karena dengan demikian dapat ditentukan tingkat taraf hidup. Kemiskinan dapat
didefenisikan sebagai situasi serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan
oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan,
rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil
produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan dalam pembangunan.
Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang
mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda terhadap faktorfaktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.
Menurut Adam Smith dalam Asdi ( 2006 ) ekonomi kesejahteraan
menggunakan ukuran fisik, berdasarkan pada jumlah barang yang dikonsumsi dan
menggunkan produk perkapita sebagai ukuran kesejahteraan. Bila produk
perkapita meningkat, kesejahteraan pun meningkat yang disini berarti bahwa
kesejahteraan berkorelasi positif dengan produk perkapita. Dan dalam hal ini
berarti

bahwa

dengan

adanya

peningkatan

kesejahteraan

maka

terjadi

pertumbuhan ekonomi.
Biro Pusat Statistik ( 1998 ) dalam menganalisis kesejahteraan rumah
tangga berdasarkan kepada komponen-komponen kebutuhan hidup antara lain
pendapatan, pemilikan barang tahan lama berikut fasilitasnya, tingkat kesehatan,
kondisi lingkungan dan tempat tinggal, gizi, pendidikan, pangan dan pakaian dan

17

kebutuhan dasar manusia lainnya. Sedangkan Supriatna ( 1997 ) menyatakan
bahwa strategi kesejahteraan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki
taraf hidup atau kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pelayanan dan
peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau
nasional seperti peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi,
penanggulangan urbanisasi, perbaikan pemukiman penduduk, pembuatan sarana
dan prasarana sosial lainnya seperti transportasi, pendidikan, tempat ibadah dan
fasilitas umum lainnya diperdesaan.
Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan sumber dana bagi negara /
daerah dimana pariwisata itu berada. Dengan semakin meningaktnya kunjungan
wisata maka berarti bahwa semakin bertambah pengeluaran wisatawan, yang
berakibat naiknya permintaan terhadap barang atau jasa-jasa yang diperlukan
wisatawan tersebut yang berakibat bertambahnya lapangan kerja yang dapat
meningkatkan pe