Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi)

(1)

PARIWISATA DI KOTA BENGKULU

( Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang

dan Tapak Paderi )

BARIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi) adalah merupakan karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Barika


(3)

(Case Study of Developing Tourism Region of Pantai Panjang and Tapak Paderi). Under direction of BAMBANG JUANDA, SAID RUSLI

Tourism is one of the development sectors having double benefits or multiplier effects. For the government revenue it takes place through increasing of PAD and for society welfare through the extension of job opportunities and income improvements. In Bengkulu province tourism has become one of priority programs, because Bengkulu has natural and cultural tourism objects. At present, the priority of tourism development is allocated at Pantai Panjang and Tapak Paderi which are located in the Bengkulu city. This research aims to investigate how local society participation and perception on tourism development programs in Bengkulu.

The findings of the research indicate that most societies members are only involved in the utilization of result while process of planning, evaluation and execution are conducted by government. For economic aspect the tourism development in Bengkulu can improve family earnings, improve of PAD, the extension of job opportunity and the change of life patterns. Multiple regression analysis shows that education level, amount of family members and expenditure are variables that are statistically significant effect on family income. Therefore activities of tourism at Pantai Panjang and Tapak Paderi have significant effect on local society income. There is a difference between per capita income of people involving tourism activity and people not involving tourism activity. According to AHP analysis, alternative programs for tourism development in Bengkulu are the development of Pantai Panjang and Tapak Paderi, the development of Pantai Panjang, and the development of Tapak Paderi.


(4)

(Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi). Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA dan SAID RUSLI

Penerapan otonomi daerah memberikan konsekwensi logis bagi daerah untuk mampu mengurus rumahtangga sendiri, dan memiliki tanggung jawab yang intens terhadap kemakmuran rakyatnya melalui kegiatan pembangunan. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang mempunyai manfaat ganda atau multiplier effect secara ekonomi bagi pemerintah daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.

Upaya pemerintah kota Bengkulu yang baru untuk mengangkat perekonomian rakyat melalui sektor pariwisata dan menjadikan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional merupakan upaya yang bagus, namun berhasil atau tidaknya upaya mewujudkan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional tergantung pada keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi lainnya dan dibantu oleh masyarakat dalam mengembangkan bisnis pariwisata di kota Bengkulu, juga diperlukan partisipasi dari berbagai unsur untuk dapat mencapainya termasuk partsisipasi aktiv dari masyarakat sekitar lokasi wisata. Untuk dapat melaksanakan pembangunan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat perlu adanya kajian tentang pandangan atau persepsi masyarakat mengenai pembangunan objek wisata tersebut, karena masyarakat selaku produsen dan juga konsumen merupakan fokus dari kegiatan pembangunan, dan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini mengandung nilai jual sehingga dari sisi ekonomi dapat dilihat kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata Pantai Panjang dan pantai Tapak Paderi kota Bengkulu secara ekonomi dan sosial. (2) Menelaah Sejauh mana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun yang tidak memanfaatkan. (3) Mengetahui bagaimana proses perencanaan pembangunan pariwisata di kota Bengkulu dan mengetahui alternatif kawasan mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan dimasa yang akan datang

Penelitian ini menggunakan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder, di mana pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder di dapatkan dari dinas dan instansi yang terkait dengan penelitian ini diantaranya dari BPS, Dinas Pariwisata, Bappeda Provinsi Bengkulu, Bappeda Kota Bengkulu dan Bapedalda Provinsi Bengkulu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata Pantai Panjang dan pantai Tapak Paderi kota Bengkulu secara ekonomi, sosial, dan lingkungan memperlihatkan bahwa masyarakat setuju dengan adanya pengembangan kawasan wisata pantai di kota Bengkulu khususnya kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi. Secara ekonomi umumnya masyarakat menilai bahwa kegiatan pengembangan sektor pariwisata bermanfaat


(5)

masyarakat lokal lebih pada aspek pemanfaatan hasil dimana aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Masyarakat lokal umumnya menyatakan setuju jika pengelolaan kawasan wisata dilaksanakan oleh masyarakat karena masyarakat lokal selaku orang yang terdekat dengan kawasan wisata merasa lebih mengetahui tentang kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi. (2) Dampak dari kegiatan kepariwisataan terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan dianalisis dengan pendekatan perkapita perbulan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan perkapita masyarakat yakni umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah pengeluaran perkapita serta keikutsertaan dalam memanfaatkan potensi pariwisata ( dummy ). (3) Berdasarkan analisis yang di lakukan terhadap manfaat dari pengembangan kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi, pendapat gabungan responden perumus kebijakan menunjukkan bahwa aspek ekonomi menjadi prioritas pertama untuk memperoleh manfaat dari pengembangan sektor pariwisata di ikuti dengan aspek sosial. Dampak negatif dari pengembangan kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi menurut responden yang dirasakan adalah kerugian dari segi lingkungan, selanjutnya kerugian ekonomi dan kerugian sosial. Alternatif pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu berdasarkan rasio Manfaat – Biaya adalah Pengembangan Kawasan Pantai Panjang dan Tapak Paderi dengan rasio 1,0162, Pengembangan Pantai Panjang saja dengan rasio 1,0049 dan Pengembangan Tapak Paderi saja dengan rasio 0,9296. Berdasarkan hasil SWOT di dapatkan strategi yang dapat di lakukan yakni melakukan pengembangan kawasan wisata berbasis partisipasi masyarakat untuk meningkatakan peran serta masyarakat, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan PAD. Selanjutnya strategi yang dapat dilakukan adalah pembinaan masyarakat yang sadar wisata, strategi diversivikasi usaha dan strategi menciptakan produk wisata yang menjadi ciri khas daerah Bengkulu yang berbeda dengan daerah lain

Untuk mengatasi masalah – masalah pemanfaatan ruang yang saling tumpang tindih dan adanya kerusakan lingkungan maka pemerintah dapat melakukan strategi pengembangan kawasan wisata dengan tetap mengacu pada aturan – aturan yang berlaku seperti mengacu pada Undang-Undang Tata Tuang No 26 tahun 2007 dan mengacu pada RTRW Kota Bengkulu. Agar efek – efek negatif dari pengembangan sektor wisata dapat ditekan maka harus ada strategi penegakan hukum yang tegas terhadap setiap kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan kerugian pada lingkungan, dan sosial masyarakat. Agar kota Bengkulu dapat dikenal oleh daerah lain maka di lakukan strategi promosi – promosi daya tarik wisata Kota Bengkulu

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan beberapa hal yaitu : Agar masyarakat sekitar lokasi wisata yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata lebih meningkatkan lagi kapasitasnya supaya pendapatan yang di peroleh bisa lebih besar. Masyarakat harus bisa membaca peluang yang ada di sektor pariwisata dengan menawarkan sesuatu yang bisa menjadi event untuk memicu jumlah wisatawan meningkat dan kembali berkunjung ke kota Bengkulu. Pemerintah agar bisa melakukan pembinaan pada masyarakatnya untuk bisa menjadi masyarakat


(6)

pariwisata maka diharapkan pemerintah dan stakeholder pariwisata lainnya bersama-sama mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan formal mupun informal di bidang pariwisata. Akademisi agar melakukan kajian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui dampak dan keberhasilan dari pengembangan sector pariwisata di Bengkulu.

Kata kunci : Pariwisata, kesejahteraan, masyarakat lokal, kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi


(7)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang – undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB


(8)

( Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang

dan Pantai Tapak Paderi )

BARIKA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

(10)

Bengkulu

(Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi)

Nama : Barika

NRP : H051060031

Program Studi : Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan ( PWD )

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Juanda. MS Ir. Said Rusli, MA

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Dr. Ir. Bambang Juanda. MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,MS


(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari program studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Said Rusli,MA selaku Anggota Komisi Pembimbing serta Prof. Ir. Isang Gonarsyah,Ph.D yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulisan penelitian ini. Disamping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar penulis dan rekan-rekan di Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama ini.

Kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS dan Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Bapak Dr. Ir. Bambang Juanda,MS penulis ucapkan terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk mengikuti pendidikan magister, serta penulis juga menghaturkan terima kasih kepada para Dosen PS.PWD atas bekal ilmu yang telah diberikan pada penulis yang sangat berguna bagi penulis di masa yang akan datang.

Terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas atas kesempatan untuk memperoleh beasiswa dan juga kepada pihak Universitas Ratu Samban Bengkulu Utara atas dukungan yang telah diberikan selama penulis menempuh studi.

Kepada Bapak, A. Ramli Musa dan Ibu, Helda, Bapak mertua, Pairan dan Ibu mertua, Zulaiha(alm) terima kasih atas doa yang senantiasa diberikan dimanapun penulis berada. Pada saudara – saudaraku Nikson, Eva, Halim - Dini,


(12)

Habibi dan kel Hamka

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada K’ Pensi, Y’ Iin, Erik, Jajak, Iyang, Fattah, bapak Atim&mak yam sekeluarga terima kasih atas doanya dan juga pada semua keluarga besar di Palembang.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada rekan-rekan PWD 06

(Sury_ Abul, Anne_Lili’, Novi, Paulin, Weren, Laode, Nelson, Galuh, P’ Maman) dan mb’ elva yang senantiasa membantu penulis selama menempuh studi di

PS.PWD. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih pada Dian Novita, Daner Sagala, Epry dan rekan – rekan mahasiswa dari Bengkulu atas kebersamaan yang terjalin selama di IPB semoga terus berlanjut dikemudian hari.

Terkhusus Karya ini saya persembahkan kepada Suami tercinta, Aan Zulyanto, SE yang senantiasa selalu ikhlas mendoakan, memberikan dukungan untuk keberhasilan penulis, terima kasih atas penantian dan pengorbanan yang telah di lakukan.

Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan tanggapan sangat diharapkan dari para pembaca dan penulis akan menerima dengan baik.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2009


(13)

sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan A.Ramli Musa dan Helda. Menikah dengan Aan Zulyanto, SE pada tahun 2006.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) sampai Perguruan Tinggi di Provinsi Bengkulu. Tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Bengkulu dan pada tahun yang sama lulus seleksi UMPTN di Universitas Bengkulu Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan.

Kesempatan untuk memperoleh gelar magister pada program studi Ilmu-ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan pada tahun 2006 dengan beasiswa pascasarjana dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas.

Penulis bekerja pada Fakultas Ekonomi Universitas Ratu Samban Bengkulu Utara sejak tahun 2001 hingga sekarang.


(14)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan pusat dan daerah ( sebagai revisi UU N0.22 dan No.25 Tahun 1999 ), pemerintah dituntut untuk semakin kreatif dalam menggali potensi daerahnya untuk dapat memberikan sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), termasuk didalamnya adalah potensi pariwisata. Penerapan otonomi daerah memberikan konsekwensi logis bagi daerah untuk mampu dan mengurus rumahtangga sendiri, dan memiliki tanggung jawab yang intens terhadap kemakmuran rakyatnya melalui kegiatan pembangunan.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang mempunyai manfaat ganda atau multiplier effects secara ekonomi bagi pemerintah daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Pembangunan kepariwisataan mempunyai beragam manfaat dalam aspek sosial, politik dan ekonomi. Secara ekonomi investasi kegiatan pembangunan kepariwisataan akan lebih mempercepat sirkulasi ekonomi suatu negara atau daerah karena bermanfaat ganda dari adanya kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik yang dapat menciptakan pendapatan dalam perekonomian termasuk membantu pelaksanaan pembangunan pada daerah terpencil yang memiliki daya tarik wisata.

Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Provinsi dan Kota Bengkulu mengambil langkah mengembangkan sektor pariwisata karena Provinsi Bengkulu memiliki sejarah yang unik dan kaya akan potensi wisata dimana terdapat 80 objek wisata yang meliputi wisata alam dan budaya, diantaranya wisata bahari atau wisata pantai. Pantai Panjang atau yang biasa disebut long beach merupakan pantai yang membentang sepanjang 7 km terkenal dengan pasir putihnya yang bersih yang terletak di Kecamatan Ratu Samban. Di sepanjang pantai terdapat banyak pohon cemara dan beberapa rumah makan, side cottage dan kolam renang. Pantai panjang terletak sekitar 3 km dari pusat kota. Tapak Paderi yang berada di Kecamatan Teluk Segara juga merupakan


(15)

objek wisata yang banyak menarik minat wisatawan (Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, 2002).

Peranan sektor pariwisata dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB. Walaupun tidak ada angka pasti untuk sektor pariwisata dalam catatan statistik, tetapi meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran yang disumbangkan untuk PRDB merupakan peranan dari sektor pariwisata. Dalam struktur perekonomian Kota Bengkulu berdasarkan lapangan usaha dan atas dasar harga konstan diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang urutan pertama diikuti sektor jasa-jasa dan keuangan, persewaan & jasa perusahaan terhadap PDRB. Pada tahun 2000 sektor ini memberikan sumbangan pada PDRB sebesar Rp.433.938 juta atau sebesar 35.14 persen dan cenderung fluktuatif. Pada tahun 2006 menjadi 613.355 juta sedikit lebih tinggi dari tahun 2005 yakni sebesar 571.434 juta. Meskipun sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang urutan pertama akan tetapi kontribusi dari sektor hotel dan restoran sangatlah kecil yakni di bawah 2 persen. Pada tahun 2006 sumbangan hotel dan restoran sebesar 1.79 persen menurun sekitar 0.02 persen dari tahun sebelumnya, untuk lebih jelas kontribusi sektor pariwisata dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap PDRB Kota Bengkulu tahun 2000-2006 ( Juta Rupiah )

Tahun Total Sektor Perdagngan, Hotel dan

Restoran

Sektor Hotel dan

Restoran

Total PDRB

% Sektor Perdangan,Hotel &

Restoran terhadap PDRB

% Sektor Hotel dan Restoran terhadap PDRB

2000 433,938 23,29 1,234,825 35,14 1,89

2001 461,460 24,37 1,289,993 35,77 1,89

2002 486,486 25,53 1,356,890 35,85 1,88

2003 515,567 27,23 1,431,098 36,03 1,90

2004 543,565 27,83 1,503,901 36,14 1,85

2005 571,434 28,93 1,598,060 35,76 1,81

2006 613,355 30,33 1,694,655 36,19 1,79

(Sumber : BPS ; Kota Bengkulu dalam angka. data diolah )

Perhatian pemerintah daerah Provinsi Bengkulu terhadap pengembangan pariwisata tertuang dalam strategi pengembangan pembangunan wisata yang meliputi : (1) Kebijakan investasi (investment policy) melalui penerapan kebijakan yang kondusif terhadap pembangunan usaha pariwisata baru maupun pengembangan usaha yang telah ada. (2) Pengembangan infrastruktur dengan memperbesar aksesibilitas menuju dan dalam destinasi pariwisata melalui


(16)

pembangunan serta perluasan jaringan jalan, bandara, pelabuhan laut, jaringan telekomunikasi, penyediaan listrik dan air bersih. (3) Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan daya saing serta daya tarik dalam penyediaan fasilitas kepariwisataan di suatu kawasan. (4) Pengembangan SDM melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal guna mengembangkan kompetensi masyarakat dalam penyediaan barang dan jasa kepariwisataan serta pelayanan bagi wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.

Pelaksanaan kebijakan tersebut tercermin dari pelaksanaan program pembangunan sektor pariwisata yang dirintis sejak tahun 2006 hingga saat ini. Untuk menunjang keberhasilan program pengembangan wisata ini, maka sangat diperlukan adanya partisipasi masyarakat disekitar lokasi objek wisata dan keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi lainnya dalam mengembangkan bisnis pariwisata di Kota Bengkulu.

Kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi merupakan salah satu kawasan yang menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung ke Provinsi Bengkulu, hal ini akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata, karena walau bagaimanapun kegiatan wisata tidak terlepas dari interaksi masyarakat disekitarnya. Oleh karena itu seyogyanya jika ada pengembangan pariwisata akan diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Untuk menunjang keberhasilan pengembangan wisata ini, maka sangat diperlukan adanya partisipasi masyarakat disekitar lokasi objek wisata.

Penelitian ini perlu dilakukan karena untuk melaksanakan pembangunan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat perlu adanya pandangan atau persepsi masyarakat mengenai pembangunan objek wisata tersebut, karena masyarakat selaku produsen dan juga konsumen merupakan fokus dari kegiatan pembangunan, dan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini mengandung nilai jual sehingga dari sisi ekonomi dapat dilihat kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

n n


(17)

1.2.Perumusan Masalah

Tujuan pengembangan sektor pariwisata adalah agar sektor ini dapat memberikan multiplier effect bagi masyarakatnya seperti perluasan kesempatan kerja di bidang pariwisata melalui pembangunan objek wisata dan industri pariwisata, meningkatkan PAD, meningkatkan kunjungan wisatawan asing dan wisatawan nusantara.

Jumlah wisatawan yang datang terlihat dari jumlah kunjungan tamu yang menginap di hotel. Meskipun jumlah tamu hotel tidak selalu identik dengan wisatawan. Pada gambar 1 dapat dilihat perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke Provinsi Bengkulu, pada tahun 2000 total wisatawan yang ke Bengkulu adalah sebanyak 44.289 orang dan karena adanya gempa di tahun 2000 jumlah wisatawan menurun pada tahun 2002 menjadi sebanyak 30.688 orang dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2006 menjadi sebanyak 91.513orang.

Kunjungan wisatawan ke Bengkulu setiap tahun paling banyak terjadi pada bulan Muharram dalam kalender Islam karena setiap tanggal 1 – 10 Muharram itu dilaksanakan perayaan ritual budaya daerah Bengkulu yaitu perayaan Tabut yakni perayaan untuk memperingati kematian Husein cucu Nabi Muhammad SAW di Padang Karbala. Akhir dari perayaan adalah Tabut yang berbentuk bangunan kerucut yang berhiaskan bunga - bunga dan telah disucikan oleh keluarga Tabut dibuang di daerah Karbala yang jaraknya hanya 3,5 km dari pusat kota, wisatawan yang datang pada saat pembuangan Tabut terdiri dari masyarakat Provinsi Bengkulu, dari Sumatera Selatan, Padang dan Lampung. Puncak perayaan Tabut mampu menyerap wisatawan yang jumlahnya cukup tinggi dikerenakan daerah pembuangan Tabut berada di pusat kota, maka pada saat-saat ini lokasi wisata yang berada di dalam kota juga mengalami peningkatan terutama Pantai Panjang dan juga Tapak Paderi.

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Wisatawan Ke Bengkulu Tahun 2000-2006

Tahun Wisman Wisnus Total

2000 531 43.758 44.289

2001 542 40.548 41.090

2002 195 30.493 30.688

2003 292 42.026 42.318

2004 313 43.710 44.023

2005 295 63.313 63.608

2006 419 91.094 91.513


(18)

Aksesibilitas menuju Bengkulu saat ini masih terganjal oleh terbatasnya transportasi. Oleh karena itu, transportasi, terutama jasa penerbangan, menjadi prioritas pembangunan industri pariwisata di Provinsi/Kota Bengkulu. Selain sulitnya transportasi ke Bengkulu, kurang dikenalnya Bengkulu di daerah atau di negara lain juga disebabkan kurang gencarnya promosi. Adapun sarana dan prasarana penunjang industri pariwisata di Kota Bengkulu yakni terdapat 4 hotel berbintang dan 34 hotel kelas melati dengan jumlah kamar sebanyak 907 kamar.

Banyaknya jumlah wisatawan dari luar ke Kota Bengkulu akan berakibat pada tinggi rendahnya PAD dari komponen pajak dan retribusi. Melalui pembangunan sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap PAD. Adapun kontribusi sektor pariwisata yang di dapatkan dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, retribusi tempat rekreasi, retribusi penginapan serta retribusi biro wisata yang kesemuanya merupakan unsur pendapatan sektor pariwisata masih relatif kecil dimana kontribusi sektor pariwisata masih kurang dari 6 persen.

Tabel 3 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PAD Kota Bengkulu Tahun 2003-2006 Tahun

Sektor Pariwisata PAD Bengkulu % Pariwisata thd

PAD

Rp(Juta) % Naik-turun Rp(Juta) % Naik-turun

2003 485,797 - 9.685,850 - 5,02

2004 547,058 0,13 15.495,500 0,60 3,53

2005 619,666 0,13 13.920,330 -0,10 4,45

2006 752,482 0,21 18.326,770 0,32 4,11

Sumber : Dispenda Kota Bengkulu ( data di olah )

Pengembangan pariwisata di Bengkulu saat ini tertuang dalam program pengembangan pariwisata Bengkulu menuju kawasan wisata internasional yang meliputi pembangunan infrastruktur seperti sarana transportasi, pengembangan daya tarik kawasan atau objek wisata unggulan seperti pengembangan kawasan pantai panjang dan pantai tapak paderi, penyiapan sosial, penyiapan kelembagaan serta promosi yang di lakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang. Dalam proses perencanaannya pengembangan kawasan wisata dilakukan oleh pemerintah Provinsi Bengkulu melalui dinas instansi terkait.

Dukungan dari pemerintah daerah Provinsi Bengkulu sebagai upaya meningkatkan peluang berusaha bagi masyarakat di sektor pariwisata dapat di lihat dari biaya pengembangan sektor pariwisata Biaya pembangunan di sektor


(19)

pariwisata dan telekomunikasi daerah, pada tahun 2000 adalah Rp. 533,66 juta atau sebesar 0,09 persen dari total dana pembangunan dan tahun 2001 meningkat menjadi sebesar Rp. 637,88 juta atau sebesar 1,74 persen dari total dana pembangunan yaitu sebesar Rp. 36,595,74 juta. Begitu juga dengan sektor transportasi pada tahun 2000 sebesar Rp. 4,743,89 juta menjadi Rp. 6,103,62 juta pada tahun 2002 atau sebesar 11,8 persen dari total dana pembangunan.

Industri pariwisata akan berkembang jika didukung oleh keadaan eksternal yang baik. Masyarakat disekitar kawasan wisata merupakan lingkungan eksternal yang berpengaruh besar. Masyarakat sekitar/masyarakat lokal merasakan dampak langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pengembangan kawasan objek wisata secara sosial, ekonomi dan budaya. Meskipun pembangunan kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi masih sedang dilaksanakan namun keluhan – keluhan dari masyarakat sekitar mulai timbul. Dari segi ekonomi dengan adanya pembangunan Mega Mall di kawasan wisata akan berdampak pada pendapatan pedagang kecil. Dari sudut sosial budaya terdapat kalangan masyarakat yang mempersepsikan pengembangan kawasan wisata hanya akan meningkatkan pergaulan bebas dan kehidupan malam dengan menjamurnya diskotik dan tempat karaoke di kawasan wisata tersebut serta masih adanya tindakan premanisme di pantai panjang dan pantai tapak paderi (Pascal, 2007). Pendapat dari kalangan akademisi (mahasiswa) menyatakan bahwa sikap masyarakat terkesan acuh tak acuh dengan program pengembangan pariwisata karena mereka berpendapat hasil pembangunan ini hanya akan dinikmati golongan menengah ke atas.

Upaya pemerintah Provinsi dan Kota Bengkulu untuk mengangkat perekonomian rakyat melalui sektor pariwisata dan menjadikan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional sangatlah bagus, namun berhasil atau tidaknya upaya mewujudkan Bengkulu menjadi kawasan wisata internasional tergantung pada keseriusan pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi lainnya dan dibantu oleh masyarakat dalam mengembangkan bisnis pariwisata di kota Bengkulu, juga diperlukan partisipasi dari berbagai unsur untuk dapat mencapainya. Bertolak dari keadaan dan permasalahan yang diketahui


(20)

sehubungan dengan pengembangan sektor pariwisata di Kota Bengkulu yang telah dikemukakan, maka masalah yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi Kota Bengkulu secara ekonomi, sosial, dan lingkungan ?

2. Bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun yang tidak memanfaatkan?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah Bengkulu dalam pengembangan pariwisata dan kawasan mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan dimasa yang akan datang ?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengkaji bagaimana persepsi dan partisipasi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi Kota Bengkulu secara ekonomi dan sosial dan lingkungan.

2) Menelaah sejauh mana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata maupun yang tidak memanfaatkan.

3) Mengetahui bagaimana proses perencanaan pembangunan pariwisata di Kota Bengkulu dan mengetahui alternatif kawasan mana yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di masa yang akan datang

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan kepada pihak yang terkait dalam menetapkan kebijakan perencanaan pembangunan sektor pariwisata, guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata. 2. Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran bagi

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan sebagai dasar bagi penelitian sejenis dalam bidangnya sebagai pengembangan iptek.


(21)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan

Sebenarnya dalam banyak hal istilah pembangunan dan pengembangan banyak digunakan dalam hal yang sama yang dalam bahasa inggrisnya adalah

development. Pengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari nol melainkan melakukan sesuatu yang sebelumnya sudah ada namun kualitas dan kuantitasnya saja yang ditingkatkan atau diperluas (Rustiadi dan Saefulhakim, 2007)

Menurut Todaro ( 2004) pembangunan adalah merupakan suatu proses yang multidimensional yang mencakup beberapa perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusional-institusional nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atas perubahan sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.

Sedangkan Amartya Sen dalam Todaro mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat dianggap sebagai tujuan akhir. Pembangunan haruslah lebih memperhatikan peningkatan kualitas hidup yang dijalani dan kebebasan yang dimiliki. Sen juga menyatakan bahwa kapabilitas untuk berfungsi adalah yang paling menentukan status miskin tidaknya seseorang, dimana kapabilitas adalah sebagai kebebasan yang dimiliki sesorang dalam arti pilihan function dengan kontrol yang dimiliki terhadap komoditi.

Nilai dasar dalam pembangunan yang paling hakiki adalah kecukupan (sustenance), harga diri ( self-esteem) dan Kebebasan ( freedom ). Adapun tiga tujuan inti pembangunan adalah (1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup, (2) Peningkatan standar hidup


(22)

dan (3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu dan bangsa.

Menurut Kay dan Alder ( 1999 ) dalam Rustiandi dan Saefulhakim (2007) perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin kita capai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahap yang di butuhkan untuk mencapainya. Dengan demikian proses perencanaan dilakukan dengan menguji arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (capability) kita untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah terbaik untuk mencapainya.

Perencanaan pembangunan dimaksudkan untuk membangun perekonomian secara keseluruhan. Yang mencakup penerapan sistem pemilihan yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembangunan lainnya yang layak. Di bawah perencanaan pembangunan pemerintah merumuskan rencana pembangunan bagi perekonomian secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan ekonomi mempertimbangkan semua agregat ekonomi yang penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi luar negeri. Investasi negara mencakup keseluruhan sarana dan prasarana perekonomian termasuk investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan latihan. Sektor swasta dianggap sebagai mitra dalam usaha pembangunan ekonomi. Dalam melaksanakan rencana pemerintah tidak memaksa sektor swasta malah memberi rangsangan melalui kebijakan moneter, fiskal dan pengawasan langsung ( Jhingan, 2004 ).

2.1.2. Pengembangan Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Dalam kamus besar bahasa Indonesia wisata didefinisikan sebagai kegiatan bepergian bersama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Hilyana (2001) menyatakan bahwa pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan dan selanjutnya di sebutkan bahwa tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan rekreasi.


(23)

Untuk menciptakan kondisi wisata yang baik maka diperlukan kegiatan pengelolaan yang dikembangkan secara professional. Mackinnon et al (1986) dalam Hilyana (2001) menyatakan bahwa faktor – faktor yang membuat kawasan menarik bagi pengunjung adalah :

1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh terhadap bandara internasional atau pusat wisata.

2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit atau berbahaya.

3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol misalnya satwa liar yang menarik atau khas tempat tertentu

4. Kemudahan untuk melihar atraksi atau satwa terjamin 5. Memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda 6. Memiliki budaya yang menarik

7. Unik dalam penampilannya

8. Mempunyai objek rekreasi pantai, danau, sungai, air terjun, kolam renang atau rekreasi lainnya

9. Cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik bagi wisatawan sehingga dapat menjadi bagian dari kegiatan wisata lain

10.Sekitar kawasan memiliki pemandangan sangat indah 11.Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan pengembangan pariwisata tidak lain adalah untuk menciptakan multiplier effect , diantaranya adalah :

1) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja 2) Meningkatkan Pendapatan Nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

3) Mendorong Pendayagunaan produksi nasional.

Dengan kata lain, pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak (Yoeti, 1997).

Melihat begitu banyaknya unsur yang berinteraksi dalam suatu kegiatan pariwisata serta beratnya misi yang diembannya, maka dalam pengembangan


(24)

pariwisata diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya berbagai dampak negatif dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang bermukim di wilayah objek pariwisata dan tentunya melalui pengambangan pariwisata kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi wisata dapat ditingkatkan.

Dari segi peluang usaha dan kesempatan kerja, pengembangan pariwisata berpengaruh positif. Peluang usaha atau kesempatan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat daerah tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, cafe, warung, angkutan, perdagangan, sarana olahraga, dan jasa lainnya. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sekaligus dapat meningkatkan pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya.

Sosial budaya juga merupakan satu aspek penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumberdaya alam, sehingga hubungan antar sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya alam memiliki keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan lapisan sosial masyarakat.

2.1.2.1. Ekowisata

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi

Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam Winarno (2004), ekowisata adalah perjalanan dan kunjungan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan yang relatif tidak


(25)

mengganggu kawasan alami dalam hal menikmati alam, studi dan apresiasi alam termasuk aspek budayanya, untuk menunjang konservasi yang semua aktivitas pengunjung berdampak negatif rendah dan mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar (Ceballos-Lascurain, 1996)

The Ecotourism Society (Eplerwood, 1999) dalam Fandeli (2000) menyebutkan ada delapan prinsip ekowisata yaitu :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya

dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.


(26)

8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.1.2.2. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply) Pariwisata

Untuk merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold, 1980 dalam Hilyana, 2004). Sediaan rekreasi atau penawaran rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan, sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang permintaan akan kegiatan dan perilaku rekreasi.

Konsep perencanaan wisata adalah sistem hubungan interaksi antara faktor permintaan (demand) dan penawaran (supply). Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan domestik dan internasional serta penduduk lokal diantaranya adalah atraksi wisatawan, fasilitas dan pelayanan. Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran pariwisata diantaranya atraksi dan aktivitasnya, akomodasi, pelayanan dan aktivitas lain. Atraksi wisata termasuk atraksi alam, budaya dan pemandangan spesial serta aktivitas yang berhubungan dengan atraksi tersebut.

Adapun bentuk – bentuk akomodasi pariwisata diantaranya adalah tempat wisatawan bermalam seperti hotel, motel, guest house dan tipe penginapan lainnya. Fasilitas dan pelayanan wisata di antaranya operasional tour dan travel, restoran, tempat perbelanjaan, money changer, bank, fasilitas kesehatan dan pelayanan. Elemen lain yang berhubungan dengan faktor penawaran termasuk infrastruktur seperti transportasi (udara, air, darat), jaringan air, energi listrik, telekomunikasi dan pembuangan limbah. Elemen lainnya adalah institusi, legislasi dan regulasi, ketersediaan dana, pemasaran dan promosi ( WTO, 1995 dalam Winarno 2004)


(27)

2.1.3. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pariwisata

Soemarwoto dalam Sulaksmi ( 2006 ) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaannya, mempunyai hubungan yang erat antar warganya yang di dalamnya terdiri dari struktur dan stratifikasi yang khusus serta sadar sebagai suatu kesatuan. Dikaitkan antara masyarakat dengan wisata, masyarakat lokal adalah sekumpulan orang yang terkait secara langsung ( masyarakat disekitar objek wisata ) maupun masyarakat yang tidak terkait secara langsung, yaitu masyarakat yang dipengaruhi oleh lokasi dan jarak.

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi ( Thoha, 1999 ).

Menurut Litterer ( Asngari, 1984 ), persepsi adalah ” the understanding or view people have of things in the world around them “. Dalam hal ini berarti

bahwa persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Karena itu individu perlu mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya.

Theodorson ( 1979 ) menyatakan persepsi adalah “ the selection, organization, and interpretation by an indiviual of specific stimuli in a situation, according to prior learning, activities, interest. perception is a process and pattern of response to stimuli. it is an function of situational field, that is, of total configuration of stimuli, as well as of previous social and cultural conditioning, recognition or awareness of an object or event through the sense organs” yang berarti bahwa persepsi merupakan pemilihan, pengorganisasian, dan penafsiran oleh seorang individu dari stimuli yang spesifik di suatu situasi, menurut hasil belajar sebelumnya, aktivitas, minat. persepsi adalah suatu proses dan pola dari tanggapan pada stimuli. Satu fungsi yang bersifat situational, yang merupakan


(28)

konfigurasi total dari stimuli, seperti juga dari kondisi sosial budaya sebelumnya. Persepsi merupakan pengenalan atau kesadaran dari suatu obyek atau peristiwa melalui panca indera.

Desirato ( Rakhmat, 2000 ) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan stimulasi inderawi ( sensory stimuli ). Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional ( Rakhmat, 2000 ).

Partisipasi oleh banyak ahli dinyatakan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan, maka berarti keikutsertaan dalam pembangunan. Slamet ( 1990 ) dalam Winarto ( 2003 ) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya suatu program pembangunan. Dapat dikatakan bahwa tanpa adanya partisipasi masyarakat maka setiap pembangunan akan kurang berhasil. Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan akan melalui suatu proses belajar. Oleh karena itu, masyarakat perlu belajar untuk mengetahui kesempatan-kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, dan seringkali kemampuan dan keterampilan mereka masíh harus ditingkatkan agar dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut.

Sastroputro ( 1988 ) berpendapat bahwa secara umum faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah (1) kedaan sosial masyarakat, (2) kegiatan program pembangunan dan (3) keadaan alam sekitar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keadaan sosial masyarakat berupa pendidikan, pendapatan, kebiasaan, kepemimpinan, keadaan keluarga, kemiskinan, kedudukan sosial dan sebagainya. Bentuk program pembangunan merupakan kegiatan yang dirumuskan serta dikendalikan oleh pemerintah dapat berupa organisasi kemasyarakatan dan tindakan-tindakan kebijaksanaan. Sedangkan keadaan alam sekitar adalah faktor fisik daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat.


(29)

2.1.4. Kesejahteraan Masyarakat

Konsep tentang kesejahteraan juga berkaitan dengan konsep kemiskinan. Pengaitan dua konsep ini semata-mata dimaksudkan untuk menentukan penggolongan yang lebih objektif mengenai batas kemiskinan. Klasifikasi kemiskinan menurut Sayogyo dalam Budiarta (1999 ) didasarkan pada nilai pengeluaran perkapita pertahun yang diukur dengan nilai beras yaitu :

1. Miskin, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara 320 kg beras dan untuk perdesaan 480 kg beras untuk daerah kota.

2. Miskin sekali, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara 240 kg beras dan untuk perdesaan 360 kg beras untuk daerah kota.

3. Paling miskin, apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih rendah dari setara 180 kg beras dan untuk perdesaan 270 kg beras untuk daerah kota.

Membicarakan kesejahteraan, tidak terlepas dari konsep kemiskinan karena dengan demikian dapat ditentukan tingkat taraf hidup. Kemiskinan dapat didefenisikan sebagai situasi serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Menurut Adam Smith dalam Asdi ( 2006 ) ekonomi kesejahteraan menggunakan ukuran fisik, berdasarkan pada jumlah barang yang dikonsumsi dan menggunkan produk perkapita sebagai ukuran kesejahteraan. Bila produk perkapita meningkat, kesejahteraan pun meningkat yang disini berarti bahwa kesejahteraan berkorelasi positif dengan produk perkapita. Dan dalam hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan kesejahteraan maka terjadi pertumbuhan ekonomi.

Biro Pusat Statistik ( 1998 ) dalam menganalisis kesejahteraan rumah tangga berdasarkan kepada komponen-komponen kebutuhan hidup antara lain pendapatan, pemilikan barang tahan lama berikut fasilitasnya, tingkat kesehatan, kondisi lingkungan dan tempat tinggal, gizi, pendidikan, pangan dan pakaian dan


(30)

kebutuhan dasar manusia lainnya. Sedangkan Supriatna ( 1997 ) menyatakan bahwa strategi kesejahteraan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional seperti peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, perbaikan pemukiman penduduk, pembuatan sarana dan prasarana sosial lainnya seperti transportasi, pendidikan, tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya diperdesaan.

Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan sumber dana bagi negara / daerah dimana pariwisata itu berada. Dengan semakin meningaktnya kunjungan wisata maka berarti bahwa semakin bertambah pengeluaran wisatawan, yang berakibat naiknya permintaan terhadap barang atau jasa-jasa yang diperlukan wisatawan tersebut yang berakibat bertambahnya lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pariwisata pada umumnya telah banyak dilakukan, baik penelitian wisata alam, bahari dan budaya. Terbukti di beberapa daerah sektor pariwisata cukup berperan dalam menopang perekonomian.

Menurut Putra ( 2006 ) dalam penelitiannya tentang persepsi masyarakat terhadap ekowisata perkampungan budaya betawi sebagai pelestarian situs dan cagar budaya menyimpulkan adanya persepsi yang berbeda antara warga asli betawi dan non betawi, dimana warga asli kawasan memiliki persepsi yang cukup baik terhadap ekowisata perkampungan budaya betawi sedangkan pemudik dan pemerhati memiliki persepsi yang baik. Namun warga pendatang masih kurang baik. Kurang baiknya persepsi warga pendatang diduga karena kurangnya intensitas kontrak dengan kawasan akibatnya intensitas pesan ekotourisme kawasan yang diterima warga pendatang menjadi sangat terbatas dan menyebabkan ekotourisme tidak menarik perhatian warga pendatang. Hal lain karena mereka kurang dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di kawasan.


(31)

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pengembangan wisata adalah penelitian dari Hastari ( 2005 ) yang membahas karakteristik objek wisata dan persepsi masyarakat sebagai dasar dalam pengembangan wisata alam yang dilakukan di Arboretum Nyaru Enteng Palangkaraya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa persepsi masyarakat pada umumnya baik dan positif terhadap kegiatan wisata yang berlangsung di ANM maupun pengembangannya di masa depan, meskipun tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan wisata masih rendah yang ditunjukkan dengan masih sedikitnya pekerjaan sampingan yang ditekuni masyarakat yang berhubungan dengan wisata. Hal ini perlu menjadi motivasi dalam pengembangan dan pengelolaan wisata alam ANM yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Prawiranegara ( 2002 ) dalam penelitiannya tentang kajian hubungan kesejahteraan nelayan dengan keterlibatan nelayan pada industri pariwisata pesisir pantai carita di Kecamatan Labuan menyimpulkan bahwa industri pariwisata berdasarkan skor dari indikator kesejahteraan keluarga berhubungan nyata terhadap kesejahteraan masyarakat yang berarti industri pariwisata memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap kesejahteraan masyarakat. Dimana nilai X2

hitung sebesar 35.718 lebih besar dari X2 tabel sebesar 5.99 artinya industri pariwisata memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap kesejahteraan masyarakat. Manfaat lebih besar daripada kerugian, bahwa faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap masyarakat lokal terutama peluang. Peluang tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat, hal ini berkaitan dengan sumberdaya manusia yang masih rendah dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu strategi bagaimana memaksimalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan industri pariwisata dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman pada kegiatan tersebut.

Penelitian Wulaningsih ( 2004 ), menemukan bahwa dalam kegiatan pengembangan pariwisata di kawasan Gunung Salak Endah, kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kepariwisataan cukup tinggi. Masyarakat lokal GSE sangat tergantung pada kawasan ini untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Tingkat partisipasi masyarakat lokal GSE dalam


(32)

pengembangan pariwisata cukup tinggi ( aktif dan sangat aktif ) terutama pada tahap pelaksanaan.

Penelitian lain yang berhubungan dengan kepariwisataan adalah yang membahas dampak pariwisata terhadap perekonomian wilayah. Dalam penelitiannya Safri ( 1996 ) di Kabupaten Dati II Batang Hari Jambi menyatakan bahwa berdasarkan nilai Location Quotient atas dasar indikator pendapatan maupun tenaga kerja masih kecil sumbangan pariwisata ini terhadap perekonomian wilayah dan juga terdapat perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat pariwisata dengan non pariwisata. Adapun Sari ( 2007 ) dalam penelitiannya tentang dampak multiplier ekonomi sektor pariwisata berdasarkan tabel I-O jawa tengah menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Jateng relatif kecil. Dari sektor pembentukan struktur permintaan, total permintaan sektor pariwisata menduduki peringkat ke empat setelah sektor pertambangan.

Rampon ( 2006 ) menyatakan bahwa sektor pariwista di Tana Toraja berada pada kelompok tersier dan merupakan sektor non basis. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan objek wisata Londa Lembang Sandai Wai relatif kurang, hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang peluang yang ada, mengakibatkan keputusan yang ada belum aspiratif dan terbatasnya waktu anggota masyarakat mengakibatkan kurangnya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata. Pengembangan pariwista di Kabupaten Tana Toraja secara kumulatif menunjukkan bahwa hanya dampak ekonomi yang relatif memberikan manfaat, karena angka rasionya lebih besar dari satu.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitan tentang pariwisata tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi yang positif dari masyarakat terhadap kegiatan pembangunan akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam memanfaatkan pembangunan serta akan ada tanggung jawab dari masyarakat untuk menjaga pembangunan tersebut. Dengan kegiatan pembangunan pariwisata masyarakat dapat meningkatkan pendapatan melalui usaha-usaha di bidang kepariwisataan.


(33)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya tujuan utama dalam pembangunan suatu wilayah adalah mencapai suatu pembangunan wilayah yang berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara sosial, ekonomi dan budaya konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembangunan serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar kegiatan tersebut, terutama bagi mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi lemah. Hal ini bertujuan untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Dengan penerapan UU no. 22 tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU no. 32 tahun 2004 di Indonesia tentang pemerintahan daerah, menjadi peluang pada tiap daerah di Indonesia untuk memanfaatkan potensi yang ada dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka Pemerintah Propinsi Bengkulu melakukan kegiatan pembangunan pariwisata yang berbasis industri rakyat dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sumber PAD, serta meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar objek wisata.

Pelaksanaan kebijakan pengembangan sektor pariwisata di provinsi Bengkulu salah satunya tercermin dari program pengembangan sektor pariwisata yang meliputi pembangunan infrastruktur seperti sarana transportasi, pengembangan daya tarik kawasan atau objek wisata unggulan seperti pengembangan kawasan pantai panjang dan tapak paderi, penyiapan sosial, penyiapan kelembagaan serta promosi yang dirintis sejak tahun 2006.

Adanya program pengembangan sektor pariwisata yang telah dan sedang dilaksanakan memerlukan adanya penelitian untuk mengetahui apakah program pengembangan pariwisata dapat mendukung dan meningkatkan industri rakyat yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi objek wisata.

Berangkat dari pemikiran tersebut, penelitian ini diarahkan untuk mengkaji persepsi masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan pengembangan wisata tapak paderi, bagaimana persepsi masyarakat lokal


(34)

terhadap pembangunan kawasan wisata ini dan juga tentang kebijakan pembangunan wisata yang telah dilakukan pemerintah selama ini untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Disamping itu diharapkan dapat diketahui sejauh mana tingkat pengetahuan, keinginan serta partisipasi yang telah dilakukan oleh masyarakat disekitar lokasi wisata selama ini.

Mengacu pada kajian teoritik dapat dikemukan bahwa partisipasi positif terhadap program pengembangan pariwisata dapat terjadi jika masyarakat memiliki persepsi yang positif pada kegiatan tersebut. Persepsi masyarakat ini menyangkut pandangan dan interpretasi terhadap makna kegiatan pengembangan pariwisata Pantai Panjang & Tapak Paderi yang akan mempengaruhi partisipasi. Partisipasi lebih diorientasikan pada keterlibatan emosional dan mental serta kontribusi terhadap kegiatan pengembangan kawasan wisata tersebut. Secara umum, dengan adanya partisipasi masyarakat, maka peluang masyarakat untuk meningkatkan pendapatan akan semakin terbuka dan selanjutnya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

 Peluang bekerja / berusaha

 Pendapatan masyarakat

 Kontrbusi terhadap PDRB / PAD

 Kamauan berpartisipasi

 Kemampuan berpartisipasi

 Peluang berpartisipasi

Pengembangan objek wisata pantai panjang dan tapak paderi

Kebijakan/program - Peningkatan Infrastruktur

- Pengembangan DTOW

- Penyiapan sosial kelembagaan - & Promosi

Persepsi Masyarakat thd

 Aspek ekonomi

pembangunan kwsn wst

 Aspek sosial

 Aspek ekologis

Partisipasi 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi

4. Pemanfaatan hasil

Karakteristik Masyarakat

 Umur

 Pendidikan

 Pendapatan

 Pengeluaran

 Jumlah tanggungan

Positif Mendukung

Negatif Menghambat

Who? How? What? Kesejahteraan - Pendapatan - Pengeluaran/konsumsi - Pendidikan - Kesehatan

- Kondisi perumahan

- Fasilitas rumah RT yang memanfaatkan

potensi pariwisata

RT yang tidak memanfaatkan potensi

pariwisata

Gambar 1 Kerangka Berpikir Untuk Menganalisis Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat Dengan Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Pengembangan Pariwisata Pantai Bengkulu.


(35)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, tujuan pengembangan pariwisata tidak lain adalah untuk menciptakan multiplier effects, diantaranya adalah memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan Pendapatan Nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, mendorong Pendayagunaan produksi nasional. Oleh karena itu pengembangan pariwisata di Kota Bengkulu juga di arahkan seperti tujuan di atas melalui tindakan – tindakan kebijakan. Berdasarkan identifikasi terhadap issu-issu permasalahan yang ada maka kemudian dilakukan analisis terhadap kenyataan – kenyataan di lapangan sehingga akan diketahui apakah sasaran dan tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau belum. Keluaran dari analisis ini adalah dipahaminya kondisi real yang terjadi dan bagaimana pendekatan kebijakan selanjutnya dapat digunakan untuk meminimalkan masalah dalam mencapai tujuan- tujuan pembangunan pariwisata.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kota Bengkulu.

Pencarian indikator sebagai ukuran-ukuran yang jelas pada dasarnya sangat diperlukan bagi perumusan kebijakan yang konsisten dengan skenario pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat digunakan

adalah dengan menilai manfaat ”dampak positif” dan biaya ”dampak negatif”

dari berbagai aspek yang sering disebut ekternalitas dalam ekonomi

Modus Empiris Kebijakan:

Pegembangan kegiatan pariwisata Sasaran:

 Pertumbuhan ekonomi

 Peningkatan sumber PAD

 Kesejahteraan masyarakat Alternatif Tindakan:

 Peningkatan Infrastruktur

 Pengembangan DTOW

 Penyiapan social kelembagaan Isu Kebijakan:

 Kurangnya investor

 Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Evaluasi Kebijakan Apakah relevan dengan

sasaran

Ya Tidak

Alternatif Kabijakan Kebijakan yang sesuai


(36)

konvensional ke dalam skenario pembangunan berkelanjutan. Namun hal ini sulit dilakukan terhadap hal-hal yang tidak terukur secara kuantitatif, terutama hal-hal yang menyangkut pada persepsi stakeholders. Untuk itu melalui pendekatan PHA diharapkan masalah tersebut dapat diatasi. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun pendekatan operasional dalam penelitian ini yaitu:

3.2. Hipotesis

Berdasarkan uraian permasalahan dan kerangka pikir yang digunakan maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Rata – rata pendapatan perkapita masyarakat di sekitar objek wisata yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata sama dengan rata – rata pendapatan perkapita masyarakat dengan yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata.

2. Partisipasi masyarakat terhadap sektor pariwisata memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Gambar 3 Pendekatan Operasional Pengembangan Pariwisata di Kota Bengkulu. Kondisi dan Potensi

Wisata

Pengembangan

Pariwisata Evaluasi

Persepsi Masyarakat

- Aspek ekonomis

- Aspek Sosial

- Aspek Lingkungan

Tingkat kesejahteraan masyarakat Pendapatan perkapita,

pengeluaran,pendidikan, kesehatan, perumahan, fasilitasrumah

Persepsi Pengambil Keputusan Manfaat dan kerugian

pembangunan pantai panjang & tapak paderi

Analisis Deskriptif

ANALISIS Analisis uji beda pendapatan

( Uji t ) & skoring

Analisis Deskriptif & AHP

Pendekatan baru dalam penyusunan dan strategi pengembangan pariwisata Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan

Persepsi Wisatawan Potensi objek wisata, ketersediaan sarana

dan prasarana dan lingkungan


(37)

3.3Definisi Operasional

1. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang menetap di sekitar kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi baik yang memanfaatkan maupun yang tidak memanfaatkan potensi pariwisata.

2. Masyarakat lokal yang memanfaatkan potensi pariwisata dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja di sektor swasta informal atau non formal yang berperan aktif secara ekonomi dalam kegiatan pariwisata seperti pedagang makanan dan minuman di lokasi wisata, penyewa penginapan, pedagang souvenir, karyawan hotel dan lain-lain yang berkenaan dengan industri pariwisata.

3. Masyarakat yang tidak memanfaatkan potensi wisata dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja di sektor swasta informal/ non formal akan tetapi tidak ikut terlibat secara ekonomi atau tidak ikut berusaha/mencari nafkah dengan adanya pembangunan di kawasan wisata seperti buruh bangunan, buruh kapal, pedagang kecil dan kaki lima di luar lokasi wisata, pekerja/karyawan swasta.

4. Tingkat kesejahteraan yang akan diukur adalah tingkat pandapatan perkapita, tingkat pengeluaran perkapita, pendidikan, kesehatan, kondisi perumahan dan fasilitas yang ada di rumah.

5. Pendapatan adalah semua pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga baik dari usaha memanfaatkan potensi pariwisata maupun bukan yang dinyatakan dalam rupiah, pendapatan perkapita adalah pendapatan dalam keluarga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga

6. Pengeluaran/konsumsi adalah seluruh pengeluaran untuk makanan maupun non makanan dalam sebulan dinyatakan dalam rupiah, pengeluaran perkapita adalah pengeluaran sebulan dari rumah tangga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga.

7. Pendidikan adalah pendidikan formal responden yang diperoleh secara resmi yang dinyatakan dalam lamanya tahun pendidikan yang dikecam. Tingkat pendidikan rumah tangga dilihat dari persentase tamat Sekolah Dasar


(38)

8. Kesehatan adalah kondisi kesehatan anggota keluarga selama 3 bulan terakhir yang dinyatakan dalam persentase sering sakit.

9. Kondisi perumahan adalah kondisi rumah responden baik yang bersifat permanen, semi permanen maupun non permanen.

10.Persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang objek wisata pantai panjang & tapak paderi. Dalam hal ini persepsi di ukur berdasarkan persentase dari pertanyaan tentang :

(a) Penilaian terhadap aspek ekonomi dari adanya pengembangan pariwisata pantai panjang dan tapak paderi.

(b) Penilaian terhadap aspek sosial budaya dari adanya pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi bagi masyarakat.

(c) Penilaian terhadap aspek lingkungan dari adanya pengembangan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi bagi masyarakat.

11.Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut.

12.Daerah tujuan wisata adalah suatu daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang dengan sarana dan prasarana serta masyarakat.

13.Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni budaya serta sejarah bangsa dan tepat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

14.Wisatawan adalah pengunjung objek wisata dengan motivasi tertentu seperti memperoleh kesenangan, kepuasan, pengujian, observasi dan penelitian. 15.Wisatawan manca negara adalah wisatawan yang berasal dari negara lain yang

melakukan perjalanan melampaui batas wilayah negaranya.

16.Wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negeri yaitu seorang warga negara melakukan perjalanan di wilayah negaranya sendiri tanpa melewati batas negara lain.

17.Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya kesediaan untuk mengambil bagian dalam


(39)

menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab demi pencapaian tujuan bersama.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi di Provinsi Bengkulu. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember 2008.

Gambar 4 Lokasi Penelitian di Kawasan Wisata Pantai Panjang & Tapak Paderi Kota Bengkulu.

3.5. Pengumpulan Data dan Informasi

Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder dimana pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner, yang mencakup persepsi responden terhadap kegiatan pembangunan kawasan wisata di objek wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi. Untuk melihat partisipasi masyarakat dan dampak pembangunan pariwisata khususnya perekonomian masyarakat disekitar wilayah pariwisata dilakukan terhadap sejumlah responden yang terlibat langsung dengan objek-objek wisata yang ada di kota Bengkulu diantaranya masyarakat disekitar Objek wisata, para pedagang disekitar objek dan pengunjung. Wawancara dengan kuisioner juga dilakukan pada responden yang mempunyai kemampuan dalam memahami permasalahan (Key Person) diantaranya adalah : DPRD Provinsi Bengkulu, Bappeda Provinsi Bengkulu, Bappeda Kota Bengkulu, Dinas

Kawasan Wisata Pantai Panjang Kecamatan Ratu Samban Kelurahan Penurunan Kawasan Wisata Tapak Paderi Kecamatan Teluk Segara


(40)

Pariwisata, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, tokoh masyarakat, LSM, Himpunan pedagang, Swasta dan Perguruan Tinggi.

Adapun pengumpulan data sekunder yang terkait dengan penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen atau monografi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti : Badan Pusat Statistik propinsi dan kota Bengkulu, Bappeda propinsi dan kota Bengkulu, Dinas Pariwisata Propinsi Bengkulu dan dari dinas instansi lainnya.

3.6. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Disproportional Stratified Sampling yaitu cara penentuan sampel dengan membagi populasi ke dalam beberapa sub kelompok dan penentuan sampel dari tiap kelompok ditentukan secara quota dan purposive sampling. Tujuan dari quota Sampling adalah untuk memastikan diri bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan dipilih. Sedangkan untuk informan kunci ( Stakeholders lainnya) diambil secara purposive sampling (Juanda, 2007). Adapun jumlah sampel responden dapat di lihat pada Tabel 4.


(41)

Tabel 4 Sebaran Jumlah Responden

No Jenis Responden

Pantai panjang

Tapak paderi

Jumlah Lk Pr Lk Pr

1

Masyarakat yang memanfaatkan potensi wisata Masyarakat yang tidak memanfaatkan potensi wisata

7 7 8 8 6 9 9 6 30 30

JUMLAH I 30 30 60

2

Stakeholder lainnya Bappeda provinsi dan kota Bengkulu Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu

Dinas perindustrian & perdagangan Prov. Bengkulu DPRD Prov Bengkulu

Tokoh masyarakat

Himpunan pedagang di kawasan wisata Pengusaha LSM Perguruan tinggi 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

JUMLAH II 10 10

Total Jumlah Responden 70

3.7. Metode Analisis

Berdasarkan pada data primer yang terkumpul kemudian dilakukan proses tabulasi dan pengelompokan data untuk dijadikan data base, lalu data tersebut dianalisis secara deksriptif dan kuantitatif melalui penyajian dalam bentuk tabel dan gambar. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 3.7.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap pengembangan sektor pariwisata. Dalam analisis ini akan dikaji bagaimana persepsi masyarakat pada : (a) aspek ekonomi, (b) aspek sosial , (c) aspek lingkungan dari pengembangan pariwisata di kota Bengkulu.dan juga di gunakan untuk mengkaji bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga masyarakat yang memanfaatkan potensi pariwisata dengan yang tidak memanfaatkan.


(42)

3.7.2. Analisis Uji Beda Pendapatan

Untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara karakteristik rumah tangga yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan potensi pariwisata (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran perkapita dan pendapatan perkapita ) dilakukan dengan menggunakan uji t dengan pengujian hipotesis Ho : � 1 = � 2, rata-rata pendapatan perkapita rumahtangga yang aktif

memanfatkan potensi pariwisata sama dengan rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga responden yang tidak aktif memanfaatkan. Ha : � 1 ≠ � 2, terdapat perbedaan rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata dengan yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata.

Kriteria pengujian :

Jika thitung ≤ ttabel pada taraf kepercayaan 95% ( =0,05)maka Ho diterima Ha ditolak sedangkan jika thitung ≥ ttabel maka Ha diterima Ho ditolak.

) / 1 /

1

( 1 2

2 2 1 n n S Y Y thitung    2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 1 2 2 2       n n n S n S S % 100 )

(Y x

S

KV

Dimana :

� 1

� 2 S1 S2 KV = = = = =

Nilai rata - rata pendapatan perkapita rumah tangga yang memanfaatkan potensi pariwisata.

Nilai rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga yang tidak memanfaatkan potensi pariwisata.

Varians pendapatan perkapita rumah tangga yang memanfaatkan potensi pariwisata.

Varians pendapatan perkapita rumah tangga yang tidak memanfaatkan potensi pariwisata.


(43)

3.7.3. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal/masyarakat setempat dapat dihitung dengan analisis regresi berganda, dengan fungsi regresi sebagai berikut :

Yi= α +β1X1i+β2X2i+β3X3i+β4X4i+β5Di+ε Untuk i = 1, 2, 3,...,n

Dimana :

Yi = Pendapatan rumah tangga(Rp/kapita/bulan) responden ke-i X1i = Umur kepala keluarga ( tahun ) responden ke-i

X2i = Tingkat pendidikan ( tahun ) responden ke-i

X3i = Pengeluaran rumah tangga ( Rp/kapita/bulan) responden ke-i X4i = Jumlah tanggungan kepala keluarga ( orang ) responden ke-i Di = Dummy keikutsertaan responden ke-i dalam kegiatan pariwisata, 1 jika aktif dan 0 jika tidak aktif dalam kegiatan pariwisata

α = Konstanta

β1–β5 = Koefisien Regresi

ε = Error term

Untuk tingkat kepercayaan ( level of significant ) α, maka kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah : jika Fhitung ≥ Ftabel pada level =0.05 maka kegiatan pemanfaatan potensi pariwisata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan. jika Fhitung ≤ Ftabel pada level =0.05 maka kegiatan pemanfaatan potensi wisata tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan.

3.7.4. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan rumah tangga yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan potensi pariwisata dilihat berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan dianalisis secara deskriptif dengan sistem skor dan uji statistik. Dalam hal penelitian ini dibedakan atas 3 (tiga) kelompok yang tinggi, sedang dan rendah serta digunakan indikator menurut SUSENAS, Dirjen Tata Guna Tanah, indikator Sajogyo. Indikator yang dipergunakan adalah pendapatan


(44)

perkapita rumah tangga, pengeluaran perkapita rumah tangga, Pendidikan keluarga, Kesehatan keluarga, Kondisi perumahan serta kelengkapan fasilitas perumahan. Indikator-indikator tersebut dapat di lihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Indikator Kesejahteraan

NO INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN SKOR

1. Tingkat pendapatan/penghasilan keluarga diukur berasarkan kriteria kemiskinan dari Dirjen Tata Guna Tanah melalui besarnya pengeluaran untuk sembilan bahan pokok

a. Tinggi atau tidak miskin ( pendapatan/kapita/tahun >200% dari total pengeluaran sembako dalam setahun)

b. Sedang atau hampir miskin ( 126% - 200 % ) c. Rendah atau miskin ( 75% - 125% )

d. Rendah sekali atau miskin sekali ( <75% )

Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 2. Tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga diukur berdasarkan kriteria

kemiskinan Sajogyo )

a. Tinggi atau tidak miskin (pengeluaran/kapita/tahun >320 kg beras b. Sedang atau miskin ( 240 – 320 Kg )

c. Rendah miskin sekali ( 180 – 240 Kg ) d. Sangat rendah atau paling miskin ( < 180 Kg )

Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 Skor 0 3. Pendidikan keluarga dibagi menjadi 3 kategori

a. > 60% jumlah keluarga tamat SD (tamat SD)

b. 30% - 60% jumlah keluarga tamat SD (tidak tamat SD) c. < 30% jumlah keluarga tamat SD (tidak sekolah)

Skor 3 Skor 2 Skor 1 4. Kesehatan keluarga dibagi menjadi 3 kategori

a. < 25% jumlah anggota keluarga sering sakit (baik) b. 25% - 50% jumlah anggota keluarga sering sakit (sedang) c. > 50% jumlah anggota keluarga sering sakit (buruk)

Skor 3 Skor 2 Skor 1 5. Kondisi perumahan keluarga dibagi 3 kategori

a. Keadaan permanen (skor 15-19) b. Keadaan semi permanen (skor 10 - 14) c. Keadaan tidak permanen (skor 5 - 9 )

Skor 3 Skor 2 Skor 1 6. Fasilitas rumah keluarga dibagi menjadi 3 kategori

a. Lengkap (skor 21-27) b. Semi lengkap (skor 14 - 20) c. Tidak lengkap (skor 7 - 1 3 )

Skor 3 Skor 2 Skor 1

dan kemudian membandingkan dengan klasifikasi bcrikut ini : a. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 14 - 18

b. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 10 - 13 c. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 6 - 9

3.7.5. Metode Analisis Hierarchy Process ( AHP )

Untuk mengetahui strategi kebijakan pengembangan pariwisata di Bengkulu dievaluasi dari tiga aspek yaitu dampaknya terhadap ekonomi, sosial serta lingkungan. Analisis hierararchy proses (AHP) digunakan dalam kerangka


(45)

kawasan wisata pantai panjang dan tapak paderi. Analisis hierararchy proses (AHP) bertujuan untuk mendapatkan prioritas pengembangan kawasan wisata yang terbaik pada masa yang akan datang. Alternatif yang dapat di uraikan dalam pendekatan AHP hal-hal yang bersifat kualitatif dapat di identifikasikan melalui sistem yang diamati dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum terhadap sistem yang dikaji. Selanjutnya dari hasil identifikasi tersebut akan diperoleh beberapa variabel yang cukup mendominasi dan signifikan yang menggambarkan dampak yang terjadi akibat adanya kebijakan pembangunan pariwisata.

Adapun langkah–langkah menganalisis data menurut Suryadi dan Ramdhani, (1998) adalah :

1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, subtujuan – subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan yang paling bawah.

3) Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau ktriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan didasarkan pada jugdement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibanding elemen lainnya.

4) Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment

seluruhnya sebanyak n x [(n-1/2)] buah. Dalam hal ini n adalah banyaknya elemen yang diinginkan.

5) Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambilan data diulangi lagi.

6) Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk setiap hierarki.

7) Meghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan, nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam menentukan pioritas-prioritas elemen-elemen pada hierarki terendah sampai pada pencapaian tujuan.

8) Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki.


(1)

129 Lampiran 16 Nilai AHP Terhadap Aspek Ekonomi Berdasarkan Dampak Negatif ” Biaya ” Dari Pengembangan Kawasan

Wisata Pantai Panjng dan Tapak Paderi

No. Responden

Biaya Sarana dan Prasarana

Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Pendapatan Masyarakat berkurang

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,443 0,387 0,169

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,405 0,481 0,114

3 Civitas Akademika 0,659 0,156 0,185

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,268 0,614 0,117

5 Dinas Pariwisata 0,481 0,405 0,114

6 DPRD Prov Bengkulu 0,481 0,405 0,114

7 Himp pedagang 0,156 0,185 0,659

8 LSM Walhi 0,405 0,481 0,114

9 Pengembang 0,481 0,405 0,114

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,114 0,481 0,405

Jumlah 3,893 4 2,105


(2)

130 Lampiran 17 Nilai AHP Terhadap Aspek Sosial Berdasarkan Dampak Negatif ” Biaya ” Dari Pengembangan Kawasan

Wisata Pantai Panjng dan Tapak Paderi

No. Responden

Penggusuran

Penduduk Perubahan Pola Hidup

Kesenjangan Kesempatan Kerja

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,114 0,481 0,405

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,113 0,709 0,179

3 Civitas Akademika 0,659 0,156 0,185

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,114 0,405 0,481

5 Dinas Pariwisata 0,14 0,528 0,333

6 DPRD Prov Bengkulu 0,126 0,416 0,458

7 Himp pedagang 0,126 0,416 0,458

8 LSM Walhi 0,333 0,14 0,528

9 Pengembang 0,14 0,528 0,333

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,105 0,258 0,637

Jumlah 1,97 4,037 3,997


(3)

131 Lampiran 18 Nilai AHP Terhadap Aspek Lingkungan Berdasarkan Dampak Negatif ” Biaya ” Dari Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi

No. Responden

Pencemaran Lingkungan

Degradasi

Lingkungan Perubahan Tata Ruang

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,26 0,327 0,413

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,443 0,387 0,169

3 Civitas Akademika 0,678 0,142 0,179

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,405 0,481 0,114

5 Dinas Pariwisata 0,481 0,114 0,405

6 DPRD Prov Bengkulu 0,481 0,405 0,114

7 Himp pedagang 0,481 0,405 0,114

8 LSM Walhi 0,499 0,396 0,105

9 Pengembang 0,659 0,156 0,185

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,481 0,405 0,114

Jumlah 4,868 3,218 1,912


(4)

132 Lampiran 19 Nilai AHP Alternatif Pengembangan Kawasan wisata Berdasarkan Kepentingan Pemerintah Dari ”Biaya”

Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi

No. Responden

Pengoptimalan kawasan wisata pantai panjang dan tapak

paderi

Pengembangan Pantai Panjang Saja

Pengembangan Kawasan Tapak Paderi Saja

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,637 0,105 0,258

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,584 0,184 0,232

3 Civitas Akademika 0,725 0,125 0,15

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,594 0,157 0,249

5 Dinas Pariwisata 0,659 0,156 0,185

6 DPRD Prov Bengkulu 0,659 0,185 0,156

7 Himp pedagang 0,691 0,149 0,16

8 LSM Walhi 0,481 0,114 0,405

9 Pengembang 0,773 0,088 0,139

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,694 0,132 0,174

Jumlah 6,497 1,395 2,108


(5)

133 Lampiran 20 Nilai AHP Alternatif Pengembangan Kawasan wisata Berdasarkan Kepentingan Pengusaha Dari ”Biaya”

Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi

No. Responden

Pengoptimalan kawasan wisata pantai panjang dan tapak paderi

Pengembangan Pantai Panjang Saja

Pengembangan Kawasan Tapak

Paderi Saja

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,333 0,528 0,14

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,659 0,156 0,185

3 Civitas Akademika 0,691 0,149 0,16

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,594 0,249 0,157

5 Dinas Pariwisata 0,659 0,156 0,185

6 DPRD Prov Bengkulu 0,747 0,119 0,134

7 Himp pedagang 0,709 0,179 0,113

8 LSM Walhi 0,731 0,188 0,081

9 Pengembang 0,709 0,179 0,113

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,634 0,192 0,174

Jumlah 6,466 2,095 1,442


(6)

134 Lampiran 21 Nilai AHP Alternatif Pengembangan Kawasan wisata Berdasarkan Kepentingan Masyarakat Dari ”Biaya”

Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi

No. Responden Pengoptimalan kawasan wisata

pantai panjang dan tapak paderi

Pengembangan Pantai Panjang Saja

Pengembangan Kawasan Tapak Paderi

Saja

1 Bappeda Kota Bengkulu 0,674 0,101 0,226

2 Bappeda Prov Bengkulu 0,55 0,24 0,21

3 Civitas Akademika 0,678 0,179 0,142

4 Deperindag Prov Bengkulu 0,725 0,125 0,15

5 Dinas Pariwisata 0,731 0,188 0,081

6 DPRD Prov Bengkulu 0,799 0,096 0,105

7 Himp pedagang 0,747 0,119 0,134

8 LSM Walhi 0,731 0,188 0,081

9 Pengembang 0,637 0,258 0,105

10 Tokoh adat/Tokoh masyarakat 0,659 0,156 0,185

Jumlah 6,931 1,65 1,419