Spatial planning model base on ecosystem services (case study of Tual District)

MODEL PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG
BERBASIS JASA EKOSISTEM
(Studi Kasus Kota Tual)

MOHAMAD SUBHAN LABETUBUN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Model Perencanaan Pemanfaatan
Ruang Berbasis Jasa Ekosistem (Studi Kasus Kota Tual) adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Disertasi ini.
Bogor,


Januari 2012

Mohamad Subhan Labetubun
P062050181

ABSTRACT
MOHAMAD SUBHAN LABETUBUN. Spatial Planning Model Base On Ecosystem
Services (Case study of Tual District). Under direction of DUDUNG DARUSMAN,
I NENGAH SURATI JAYA, and BUDI KUNCAHYO.
Modeling land allocation for different land uses at regional level is a multidimensional problem, as it is influenced by spatial, temporal and dynamics of
environmental and socio-economic factors in the complex process of land use
change. This study examined the use of Markov chain cellular automata (MCCA)
for predicting dynamic changes of land use in Dullah island in Tual Municipality.
Multi-temporal remotely sensed data, thematic and spatially-explicit data
combined with, a set of analytic results were used in dynamic modeling
approaches to describe and explore the cause and effect of land use changes.
The models were also linked to spatially referenced biophysical and socio
economic coverages as input data. The models were then used to develop
dynamic simulations to explore land use changes due to biophisic and
socioeconomi factors in 2020 and 2030. The study found that the main driving

factors of land use changes identified in Dullah island are distance to agricultural
land, distance to maket, distance to road, distance to housing, distance to
center of goverment and elevation. The CA model developed using TPM 2000-2010
could predict land use in 2020 and 2030 having Kappa Accuracy of 91,15%.
Keywords: land allocation, land use change, spatial modeling, cellular automata,
Markov chain, ecosystem services

RINGKASAN
MOHAMAD SUBHAN LABETUBUN. Model Perencanaan Pemanfaatan Ruang
Berbasis Jasa Ekosistem (Studi Kasus Kota Tual). Dibimbing Oleh DUDUNG
DARUSMAN, I NENGAH SURATI JAYA, dan BUDI KUNCAHYO.
Kota Tual merupakan kota kepulauan di Provinsi Maluku yang terdiri dari
66 pulau kecil. Pulau yang berpenghuni hanya ada 13 pulau sedangkan sisanya
tidak berpenghuni. Dari pulau yang berpenghuni tersebut, pulau yang terbesar
adalah Pulau Dullah dengan luasan 9.405 ha sebagai pusat perkotaan Kota Tual.
Dari penduduk Kota Tual sebanyak 58.241 jiwa (BPS Kota Tual, 2011),
sebanyak 49.899 jiwa (82,24%) berada di pulau Dullah. Pertumbuhan penduduk
rata-rata sebesar 4,46 % pada 10 tahun terakhir.
Penelitian ini dilakukan di Pulau Dullah Kota Tual, Provinsi Maluku.
Penelitian lapangan dilakukan selama 4 bulan yaitu Juli sampai Oktober 2011.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu data utama dan pendukung. Data utama meliputi (1) peta penggunaan
lahan dan penutupan lahan yang diturunkan dari data citra LANDSAT, peta
kelas kemiringan lereng, peta kelas elevasi yang diturunkan dari citra SRTM,
peta jaringan jalan raya, peta permukiman, pasar, dan pusat perkantoran. Data
pendukung lainnya adalah data sosial yang meliputi kepadatan penduduk, mata
pencaharian dari data Potensi Desa, serta data peruntukkan lahan yang
bersumber dari Draf RTRW Kota Tual 2011-2031.
Data penginderaan jauh multi waktu, data spasial dan tematik dikombinasi
dengan hasil analisis digunakan untuk pendekatan pemodelan dinamika untuk
menjelaskan dan mengeksplorasi penyebab dan dampak perubahan
penggunaan dan penutupan lahan. Model digunakan untuk menghubungkan
secara spasial input data biofisik dan sosial ekonomi. Kemudian model
digunakan untuk mengembangkan simulasi dinamika perubahan penggunaan
dan penutupan lahan pada tahun 2020 dan 2030.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang cenderung
mengalami penambahan adalah lahan pemukiman, dan pertanian lahan kering.
Penambahan lahan permukiman terutama di Kecamatan Dullah Selatan yang
dominan kawasan urban. Sedangkan penambahan pertanian lahan kering
sebagian besar merupakan hasil konversi dari semak belukar dan hutan lahan

kering sekunder.
Penggunaan lahan yang cenderung mengalami pengurangan adalah hutan
lahan kering sekunder, semak belukar dan kebun campuran pada periode tahun
1990 sampai 2010. Perubahan pengurangan lahan berupa hutan sebagian besar
menjadi semak belukar dan pertanian lahan kering. Perubahan pengurangan
lahan pertanian sebagian besar menjadi lahan permukiman dan semak belukar.
Penggunaan lahan yang cenderung tetap adalah danau, hutan mangrove,
padang rumput, dan tanah terbuka.
Faktor penentu utama perubahan penggunaan lahan di Pulau Dullah
adalah jarak ke lahan pertanian, jarak ke pasar, jarak ke jalan raya, jarak ke
permukiman, jarak ke pusat pemerintahan dan elevasi. Model CA yang
dikembangkan menggunakan TPM2000-2 010 dapat menduga penggunaan lahan
tahun 2020 dan 2030 dengan akurasi Kappa 91,15%.

Perubahan penggunaan lahan aktual dan hasil predikasi cenderung
menurunkan ketersediaan air sebesar 186.959 m 3 per tahun dan penyerapan
karbondioksida sebesar 3.507. ton per tahun. Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan lahan minimal untuk kawasan permukiman pada tahun 2030 adalah
1.196,6 ha sedangkan luas lahan minimal untuk areal pertanian lahan kering
adalah 3.212,2 ha. Luas hutan mangrove yang tetap dipertahankan sebagai

kawasan lindung seluas 164,7 ha. Hasil optimasi menunjukkan bahwa luas
kawasan hutan lahan kering yang optimal adalah 3.725 ha sedangkan luas
kebun campuran adalah 1.057,8 ha. Dengan komposisi luas penggunaan lahan
tersebut, apabila dilakukan penanaman untuk kawasan hutan maka hasil air yang
diperoleh terjadi surplus sebesar 649.873 m3 pada tahun 2030. Sedangkan
surplus karbondioksida sebesar 39.963.013 ton.
Implikasi kebijakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang adalah
kebijakan zonasi, kebijakan perijinan, kebijakan insentif dan disinsentif dan
kebijakan sanksi. Sedangkan strategi implementasi kebijakan adalah penguatan
kelembagaan, pengelolaan lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan
membangun komitmen bersama.

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

MODEL PERENCANAAN PEMANFAATAN RUANG
BERBASIS JASA EKOSISTEM
(Studi Kasus Kota Tual)

MOHAMAD SUBHAN LABETUBUN

Disertasi
sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Ujian Tertutup
Dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2012 Waktu Ujian : 13.00 – 17.30

Penguji Luar Komisi :
1. Dr. M. Buce Saleh, M.S.
2. Dr. Ir. Bahruni, M.Si.
Ujian Terbuka
Dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2012 Waktu Ujian : 09.00 – selesai
Penguji Luar Komisi :
1. Dr. Ir. Bedjo Santoso M.Si.
2. Dr. Ir. M. Ardiansyah, M.Sc.

Judul Disertasi

: Model Perencanaan Pemanfaatan Ruang Berbasis Jasa
Ekosistem (Studi Kasus Kota Tual)

Nama Mahasiswa : Mohamad Subhan Labetubun
NIM

: P062050181

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A.
Ketua

Prof. Dr. Ir.I. Nengah Surati Jaya. M.Agr.
Anggota

Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

.
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.


Tanggal Ujian: 26 Januari 2012

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Lulus: .................................

PRAKAT A
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang
berjudul ” Model Perencanaan Pemanfaatan Ruang Berbasis Jasa Ekosistem
(Studi Kasus Kota Tual). Disertasi ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penghargaan dan terima kasih yang tulus dan
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A., Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr.
dan Dr. Ir. Budi Kuncahyo, M.S., selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing atas waktu, perhatian, bimbingan dan dorongan semangat yang
tulus kepada penulis dalam penyusunan disertasi ini.
2. Ketua dan Staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB.

3. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel Tual Maluku Tenggara yang telah
memberi kesempatan kepada penulis melanjutkan pendidikan S3 di IPB.
4. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang telah
memberikan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) kepada penulis.
5. Walikota Tual atas ijin belajar dan bantuan penelitian.
Doa yang tulus penulis panjatkan, semoga Allah SWT membalas jasa dan
budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dari disertasi ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga
disertasi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2012

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langgur (Maluku Tenggara) pada tanggal 23 Juli 1975,
sebagai putra pertama dari empat


bersaudara pasangan Abdul Hamid

Labetubun dan Kalsum Narew. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah
pada SMA Negeri 1 Tual pada tahun 1992, kemudian menyelesaikan pendidikan
Sarjana Kehutanan pada Universitas Pattimura Ambon tahun 1998 dan meraih
gelar Magister Ilmu Pengetahuan Kehutanan di Institut Pertanian Bogor tahun
2004. Sejak 2005 penulis memulai pendidikan S3 pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Sejak
Tahun 2009 penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kota Tual Provinsi Maluku.

iii
DAFT AR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............. ................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

ix

I. PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ................................................................................
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................
1.5. Kerangka Pemikiran........................................................................
1.6. Novelty.............................................................................................

1
4
5
5
6
7

II.TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................

9

2.1. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil ......................................................
2.2. Penataan Ruang .............................................................................
2.3. Penggunaan Lahan.........................................................................
2.4. Perubahan Penggunaan Lahan......................................................
2.5. Perencanaan Penggunaan Lahan ..................................................
2.6. Kesesuaian Lahan ..........................................................................
2.7. Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pemanfaatan
Cellular Autamata ...........................................................................
2.8. Alokasi Pemanfataan Ruang ..........................................................
2.9. Pengambilan Keputusan Multi Kriteria ...........................................
2.10. Nilai Ekonomi Ekosistem ..............................................................
2.11. Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Ekosistem ...........................
2.12. Model dan Simulasi.......................................................................
2.13. Pendekatan Dinamika Sistem.......................................................

9
11
13
15
16
17
19
19
23
25
29
32
33

III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................

35

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................
3.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................................
3.3. Tahapan Penelitian .........................................................................
3.3.1. Identifikasi dan Penyusunan Basis Data..............................
3.3.2. Tahap Penyusunan Model Dinamika Spasial Penggunaan
Lahan.....................................................................................
3.3.3.Penilaian Jasa Ekosistem .....................................................
3.3.4.Tahap Pendekatan Sistem dalam Alokasi Lahan ................

35
35
37
40
43
46
51

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH ....................................................................

57

4.1. Administrasi.....................................................................................
4.2. Karakteristik Fisik Wilayah ..............................................................
4.2.1.Kemiringan Lereng ................................................................
4.2.2.Elevasi ..................................................................................
4.2.3.Tanah dan Geologi ................................................................
4.2.4.Pola Curah Hujan .................................................................
4.2.5.Penggunaan Lahan ...............................................................
4.2.6.Kesesuaian Lahan ................................................................
4.2.7.Tata Ruang (RTRW) .............................................................
4.3. Sosial dan Ekonomi ........................................................................

57
58
58
59
60
61
63
63
64
66

iv
4.4. Penyediaan Bahan Bakar Minyak di Kota Tual .............................
4.5. Keadaan Sarana Transportasi di Kota Tual...................................
4.6. Penyediaan Energi Listrik di Kota Tual ..........................................
4.7. Produksi Air Minum .......................................................................

66
67
68
69

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
5.1. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan........................................
5.1.1. Penggunaan Lahan Tahun 1990, 2000, dan 2010 ..............
5.1.2. Trend Perubahan Lahan Periode 1990-2000
dan 2000-2010.....................................................................
5.1.3. Trend Perubahan Tutupan Lahan Periode 1990-2000
dan 2000-2010 ....................................................................
5.2. Model Penduga Perubahan Penggunaan Lahan...........................
5.2.1. Model Penduga Deforestrasi................................................
5.2.2. Model Penduga Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian
Lahan Kering Menjadi Lahan Permukiman..........................
5.3. Penyusunan Model Dinamik Spasial Perubahan Penggunaan
Lahan ..............................................................................................
5.4. Penilaian Jasa Ekosistem..............................................................
5.4.1. Analisis Neraca Air ...............................................................
5.4.2. Neraca Karbon......................................................................
5.5. Tahap pendekatan sistem dalam alokasi lahan.............................
5.5.1. Konseptualisasi Model..........................................................
5.5.2. Spesifikasi Model Kuantitatif ...............................................
5.5.3. Evaluasi Model .....................................................................
5.5.4. Penggunaan Model...............................................................
5.6. Implikasi Kebijakan dan Strategi ....................................................
5.6.1. Implikasi Kebijakan ...............................................................
5.6.2. Strategi Implementasi Kebijakan ..........................................

71
71
71
73
75
79
79
83
87
93
93
95
98
98
99
100
101
103
103
111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 119
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 119
6.1. Saran............................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 121
LAMPIRAN ...................................................................................................... 129

v
DAFT AR TABEL
Halaman
1. Matriks Hubungan antara Tujuan, Peubah, Metode dan Keluaran
pada Setiap Tahapan Penelitian.............................................................

39

2. Komposisi Lahan Menurut Kelas Kemiringan Lereng Pulau Dullah
Kota Tual. ................................................................................................

58

3. Tingkat Elevasi Wilayah Pulau Dullah Kota Tual. ..................................

59

4. Struktur Geologi Wilayah Pulau Dullah Kota Tual..................................

60

5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan (2000-2010) Wilayah Pulau Dullah
Kota Tual. ................................................................................................

61

6. Rata-rata Suhu Bulanan (2000-2010) Wilayah Kota Tual (oC) ..............

61

7. Penggunaan Lahan di Kota Tual Tahun 2010........................................

62

8. Kesesuaian Penggunaan Lahan di Wilayah Pulau Dullah. ....................

63

9. Luas Peruntukkan Lahan di Pulau Dullah Kota Tual..............................

64

10.Jumlah dan Kepadatan Penduduk serta Jumlah Keluarga Tani di
Kota Tual 2010. .......................................................................................

65

11.Kuota Bahan Bakar Minyak Untuk Provinsi Maluku pada APBN
Tahun 2006-2009. ..................................................................................

66

12.Kuota BBM untuk Kota Tual pada APBN Tahun 2006-2009. .................

66

13.Jumlah dari Beberapa Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Tual
Tahun 2000-2010. ...................................................................................

67

14.Neraca Daya Sistem Kelistrikan PT PLN (Persero) Cabang Tual. .........

67

15.Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Pengguna serta Tenaga Listrik
yang Diproduksi dan Terjual di Kota Tual pada Tahun 2001-2010. .......

68

16.Banyaknya Pelanggan, Produksi, dan Nilai Produksi Air Minum yang
Diusahakan oleh PDAM Cabang Tual. ....................................................

68

17.Struktur Penggunaan Lahan Tahun 1990,2000,dan 2010. .....................

72

18.Penyimpangan antara Tutupan Lahan dan RTRW. ................................

73

19.Matriks Perubahan Penggunaan Lahan pada Periode Tahun 19902000..........................................................................................................

76

20.Matriks Perubahan Penggunaan Lahan Pada Periode Tahun 20002010..........................................................................................................

76

21.Matriks Peluang Perubahan 1990-2000 (TPM 1990-2000 ) .......................

87

22.Matriks Peluang Perubahan 2000-2010 (TPM 2000-2010 ) ......................

88

23.Matriks Peluang Perubahan 1990-2010 (TPM 1990-2010 ) ......................

88

3

24.Kebutuhan Air di Pulau Dullah Kota Tual (m ) . ....................................

94

vi

25.Emisi CO2 Hasil Respirasi manusia…………………………………..... 96
26.Emisi CO2 Antropogenik pada Kegiatan Transportasi di Pulau Dullah
Kota Tual …………………………………….....…………………………...…96
27.Emisi CO2 dari Proses Konsumsi Listrik ……………………………........ 97
28.Emisi CO2 Kegiatan Domestik …………………………………………....... 97
29.Total Emisi Antropogenik dari Kegiatan Respirasi, Transportasi,
Konsumsi Listrik dan Domestik …………………………..…………......... 98
30.Arahan RTRW Kota Tual dan Alokasi Lahan Optimal..……………........ 102

vii

DAFT AR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran.....................................................................................

8

2. Kerangka Penilaian Jasa Ekosistem ...........................................................

28

3. Tahapan Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung......................

31

4. Tahapan Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Tidak Langsung,
Nilai Pilihan, dan Nilai Keberadaan ............................................................

32

5. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................

35

6. Peta Citra Landsat Tahun 1990, 2000, dan 2010 .......................................

36

7. Peta Citra WorldView 2 Tahun 2010 ...........................................................

37

8. Tahapan Penelitian ......................................................................................

38

9. Tahapan Pemodelan Perencanaan Penggunaan Lahan Optimal dan
Berkelanjutan ..............................................................................................

52

10.Diagram Alir Sub Model Penduduk, Sub Model Neraca Karbon dan
Sub Model Neraca Air............................................................................

56

11.Peta Administrasi Pulau Dullah Kota Tual...................................................

58

12.Peta Kemiringan Lereng Pulau Dullah Kota Tual........................................

58

13. Peta Elevasi Pulau Dullah Kota Tual ..........................................................

59

14. Peta Struktur Geologi Pulau Dullah Kota Tual ...........................................

60

15. Peta Rencana Pola Ruang Pulau Dullah Kota Tual Tahun 2011-2031 .....

64

16. Persentase Tutupan Lahan Tahun 1990,2000 dan 2010 ..........................

72

17. Peta Tutupan Lahan Tahun 1990 ...............................................................

74

18. Peta Tutupan Lahan Tahun 2000 ...............................................................

74

19. Peta Tutupan Lahan Tahun 2010 ...............................................................

75

20. Model Prediksi Deforestasi Tahun 2010.....................................................

81

21. Deforestasi Aktual Pulau Dullah Tahun 2000-2010 ...................................

82

22. Hasil Overlay antara Model Prediksi Deforestasi Tahun 2000-2010
dengan Deforestasi Aktual Tahun 2000- 2010...........................................
23. Prediksi Deforestasi Pulau Dullah pada Tahun 2020.................................

82
83

24. Model Prediksi Perubahan Pertanian Lahan Kering Menjadi
Permukiman Tahun 2010............................................................................

85

25. Hasil Overlay antara Model Prediksi Perubahan Lahan Pertanian
Lahan Kering Menjadi Permukiman Tahun 2000-2010 dengan
Perubahan Pertanian Lahan Kering Menjadi Permukiman Aktual
Tahun 2000-2010 ........................................................................................

86

viii
26. Validasi antara Model Prediksi Penggunaan Lahan Model 1 dengan
Penggunaan Lahan Tahun 2010.............................................................

89

27. Validasi antara Model Prediksi Penggunaan Lahan Model 2 dengan
Penggunaan Lahan Tahun 2010.............................................................

89

28. Validasi antara Model Prediksi Penggunaan Lahan Model 3 dengan
Penggunaan Lahan Tahun 2010.............................................................

90

29. Prediksi Tutupan Lahan Pulau Dullah Kota Tual Tahun 2020.................

91

30. Prediksi Tutupan Lahan Pulau Dullah Kota Tual Tahun 2030……..........

92

31. Trend Tutupan Lahan Aktual dan Hasil Simulasi.....................................

92

32. Ketersediaan Air sesuai dengan Prediksi Perubahan Tutupan Lahan......

94

33. Trend Perubahan Penyimpanan Karbondioksida ...................................

95

34. Grafik Jumlah Penduduk Pulau Dullah Kota Tual Selama Periode
Simulasi...................................................................................................

100

35. Grafik Total Emisi CO2……………………………....................................

101

36.Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Dullah Kota Tual .....................

102

37.Peta Kesesuaian Arahan Pemanfaatan dan RTRW Kota Tual ................

102

ix

DAFT AR LAMPIRAN
Halaman
1. Bilangan Kurva Aliran Permukaan untuk Berbagai Komplek TanahPenutup Tanah.......................................................................................... 129
2. Matriks Kesalahan (error matrix) dari Hasil Klasifikasi Visual Pulau
Dullah Tahun 1990 .................................................................................... 130
3. Matriks Kesalahan (error matrix) dari Hasil Klasifikasi Visual Pulau
Dullah Tahun 2000 .................................................................................... 131
4. Matriks Kesalahan (error matrix) dari Hasil Klasifikasi Visual Pulau
Dullah Tahun 2010 .................................................................................... 132
5. Tabulasi Silang Prediksi Penggunaan Lahan 2010 (TPM90- 00 ) (kolom)
dan

133

Penggunaan Lahan 2010 (baris).............................................................
6. Tabulasi Silang Prediksi Penggunaan Lahan 2010 (TPM00- 10 ) (kolom)

134

dan
Penggunaan Lahan 2010 (baris)............................................................. 135
7. Tabulasi Silang Prediksi Penggunaan Lahan 2010 (TPM90- 10 ) (kolom)
dan
Penggunaan Lahan 2010 (baris).............................................................

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi sumberdaya alam daratan suatu pulau kecil seperti sumberdaya air
tawar, ruang, vegetasi, tanah, kawasan pantai, marga satwa dan sumberdaya
lainnya terbatas. Karena keterbatasannya ini, daya dukung pulau kecil dalam
menopang

kegiatan

pembangunan

secara

berkelanjutan

(sustainable

development) juga terbatas. Mudahnya keseimbangan ekologi lingkungan pulau
terganggu, membuat pulau kecil merupakan sebuah kasus dalam pengelolaan
lingkungan, baik dari segi sumberdaya alam (resources), ekonomi, maupun
kegiatan-kegiatan

yang

saling

berinteraksi

didalamnya.

Keterbatasan

sumberdaya alam membuat kemampuan mencukupi sendiri (self sufficiency)
sangat sulit dicapai. Oleh karena itu, secara ekologis maupun ekonomis, pilihanpilihan

pola

pengelolaan

sumberdaya

alam

dan

lingkungan

yang

berkesinambungan (sustainable development) di pulau-pulau kecil lebih sulit,
tetapi bukan tidak mungkin prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan
tersebut dapat diterapkan.
Kota Tual merupakan kota kepulauan di Provinsi Maluku yang terdiri dari 66
pulau kecil. Pulau yang berpenghuni sebanyak 13 pulau sedangkan sisanya tidak
berpenghuni. Dari pulau yang berpenghuni tersebut terdapat pulau yang terbesar
yaitu Pulau Dullah dengan luasan 9.405 ha yang merupakan pusat perkotaan
Kota Tual. Dari penduduk Kota Tual sebanyak 58.241 jiwa menurut BPS Kota
Tual 2011, sebanyak 49.899 jiwa (82,24%) berada di Pulau Dullah. Pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 4,46 % pada 10 tahun terakhir.
Peningkatan penduduk secara alami dan urbanisasi adalah dua faktor
utama yang berpengaruh terhadap percepatan pertumbuhan kota (Zhou and
Wang, 2011). Peningkatan jumlah penduduk kota yang cepat dan transformasi
ekonomi kota setiap waktu membutuhkan tambahan ruang. Di sisi lain ruang
bersifat tetap dalam arti luas, namun akan ada perubahan pemanfaatan ruang.
Peningkatan beban lingkungan kota sebagai akibat dari tekanan

laju

pertambahan penduduk menimbulkan masalah dalam hal pemusatan penyebaran
penduduk, ketidakcukupan fasilitas perumahan, kurangnya drainase, dan
kurangnya kenyamanan lain (Liu et al., 2007).
Ekosistem Kota memiliki mosaik penutupan lahan vegetasi dan berbagai
penggunaan lahan dari suatu lansekap yang sangat kompleks (Foresman et al.,

2
1997). Penggunaan lahan kota berkelanjutan adalah perubahan yang lebih
merupakan suatu norma daripada harapan (Colding, 2007). Dalam dinamika
transformasi penggunaan lahan, keadaan yang tidak diperlukan seperti
peningkatan kehilangan biota karena degradasi, fragmentasi dan kehilangan
habitat mengakibatkan pengurangan dan hilangnya jasa ekosistem; jasa provisi;
jasa pengaturan; jasa budaya; dan jasa pendukung (MA, 2005)
Salah satu komponen penting dari ekosistem kota yang kompleks adalah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berkontribusi signifikan terhadap lingkungan
ekologi dan kehidupan ekonomi dan budaya (Bradley, 1995; Shafer, 1999;
Tyrväinen, 2001; Lütz and Bastian, 2002). Manusia memperoleh manfaat secara
langsung dan tidak langsung dari fungsi ekosistem RTH (Costanza et al., 1997).
Kehilangan atau degradasi RTH mungkin dapat menghilangkan habitat,
mengurangi keanekaragaman hayati dan mengganggu struktur dan proses
ekosistem kota (Kim and Pauleut, 2007). Sebaliknya kehadiran RTH dapat
memitigasi dampak tersebut, seperti mengurangi dampak peningkatan suhu kota
di suatu pulau (Yuan and Bauer, 2007), memastikan aliran energi (Yeh and
Huang, 2009), menyimpan karbondioksida dan menghasilkan oksigen (Jo, 2002),
membersihkan udara dan air, mengatur iklim mikro, mengurangi kebisingan
(Bolund

and

Hunhammar,

1999;

Davies

et

al.,

2008),

memelihara

keanekaragaman hayati dan memiliki nilai rekreasi, sosial dan budaya.
Perbaikan RTH juga menawarkan kepuasan estetika dan kepuasan psikologi dan
fisik (Jim and Chen, 2003). Oleh karena itu RTH kota berkontribusi untuk
kesehatan publik dan memperbaiki kehidupan kota (Thompson, 2002) dengan
adanya manfaat jasa ekosistem yang dimiliki oleh RTH. Adanya jasa ekosistem
memberikan dampak yang substansial terhadap kualitas kehidupan di kawasan
perkotaan dan seharusnya direalisasikan dalam perencanaan penggunaan lahan
(Bolund and Hunhammar, 1999). Untuk merealisasikan pentingnya RTH dalam
ekosistem

kota

adalah

dengan

mempertimbangkan

pekerjaan

yang

memperhatikan perbaikan lingkungan kota dan peningkatan kualitas kehidupan
penduduk kota melalui perencanaan RTH perkotaan (Erickson, 2006).
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan keterbatasan lahan yang
dimiliki menyebabkan pertumbuhan pembangunan fisik di Kota Tual dilakukan
dengan mengkonversi lahan pertanian, hutan dan ruang terbuka lainnya menjadi
lahan terbangun dengan struktur perkerasan dan bangunan. Hal ini menyebabkan
berkurangnya luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga ruang resapan air

3
berkurang,

lingkungan

menjadi

gersang

dan

panas

serta

hilangnya

keanekaragaman flora dan fauna.
Pemodelan perubahan penggunaan lahan yang mempertimbangkan
interaksi yang rumit diantara penyebab sosio ekonomi dan kondisi biofisik dapat
digunakan untuk mengeksplorasi dinamika perubahan penggunaan lahan serta
karakteristik pengorganisasian mereka sendiri (Baredo et al., 2003; Verburg et al.,
2004). Pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan mengidentifikasi fungsi
dari kekuatan pendorong biofisik dan ekonomi merupakan salah satu teknik untuk
mengurai hubungan yang kompleks dan menghasilkan luas dan lokasi perubahan
penggunaan lahan yang dapat diterima (Verburg et al., 1999).
Berbagai model perubahahan penggunaan lahan dari bidang yang berbeda
seperti model berbasis persamaan (Cromley and Hanink, 1999), model
ekonometrika, model statistik empiris (Serneels and Lambin, 2001), model sistem
spasial (Boumans et al., 2001), cellular automata dan model berbasis agen (Loibl
and Toetzer, 2003; Matthews, 2006) telah diterapkan secara luas untuk simulasi
perubahan penggunaan lahan. Pendekatan tunggal yang sangat superior untuk
pemodelan perubahan penggunaan lahan belum ditemukan (Voinov et al., 2004).
Pendekatan cellular automata sangat nyata menjadi satu dari metode yang paling
efektif untuk mengeksplorasi perubahan penggunaan lahan secara spasial
melalui perhitungan keadaan berbasis piksel pada kondisi awal, kondisi piksel di
sekitarnya, dan sekumpulan aturan transisi.
Kebutuhan ruang boleh meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan aktivitas ekonomi, namun ruang memiliki daya dukung yang
terbatas. Dengan demikian diperlukan rekomendasi penataan ruang yang selalu
sesuai dengan perkembangan, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem dalam ruang itu sendiri. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan lebih lanjut yang diakibatkan oleh pertumbuhan pembangunan maka
diperlukan adanya perlindungan lingkungan, dimana setiap pembangunan yang
tengah berlangsung harus dapat mengedepankan keterbatasan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh lingkungan itu sendiri. Sebagai proses pembangunan,
penataan ruang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
melalui mobilisasi dan alokasi sumberdaya berdasarkan prinsip efisiensi dan
produktivitas, alat dan wujud distrbusi sumberdaya sesuai asas pemerataan,
keberimbangan dan keadilan, serta menjaga keberlanjutan pembangunan,
menciptakan rasa aman, dan kenyamanan ruang (Rustiadi et al. 2007).

4
Kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan kawasan perkotaan menunjukan
bahwa penataan ruang belum mencapai tujuannya.
Keterkaitan dan kompleksitas kegiatan dan fungsi di kawasan perkotaan
memerlukan model perencanaan penggunaan lahan yang dapat mengoptimalkan
pencapaian berbagai jasa ekosistem seperti air dan penyimpanan karbon, sesuai
dengan ketersediaan dan kebutuhan lahan yang ada.

Hal ini dikarenakan

berbagai kepentingan terhadap lahan memiliki potensi konflik. Pendekatan model
yang terintegrasi seperti optimasi dinamik melalui pendekatan sistem akan
mampu memberikan analisis yang komprehensif, sehingga memungkinkan
pencapaian optimal berbagai tujuan penggunaan lahan.
Dengan demikian penelitian mengenai model perencanaan pemanfatan
ruang optimal dan berkelanjutan berbasis jasa eksosistem sesuai ketersediaan
dan kebutuhan lahan di Pulau Dullah Kota Tual perlu dilakukan. Penelitian ini
dilakukan

melalui pendekatan spasial dan sistem dinamik yang dapat

memberikan arahan alokasi penggunaan lahan atau penataan ruang yang optimal
dan berkelanjutan.
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi sumberdaya alam daratan suatu pulau kecil, seperti sumberdaya
air tawar, ruang, vegetasi, tanah, kawasan pantai, marga satwa dan sumberdaya
lainnya yang terbatas, tidak akan mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk
yang tinggi dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi sehingga akan memaksa
terjadinya peningkatan penggunaan sumberdaya lahan dan menciptakan
kompetisi atau konflik diantara berbagai sektor dalam hal penggunaan lahan.
Konsekuensinya adalah terjadi alih fungsi lahan yang meyebabkan pemanfaatan
sumberdaya yang tidak optimal. Perubahan penggunaan lahan menjadi suatu hal
yang tidak bisa dihindari sebagai akibat dari pergeseran alokasi dan distribusi
sumberdaya menuju keseimbangan baru. Alih fungsi lahan sebagai konsekuensi
dari perkembangan wilayah ditambah dengan inkonsistensi penataan ruang
kawasan mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti degradasi sumberdaya
alam yang dapat menimbulkan bencana.
Proses perencanaan penggunaan lahan dan pembuatan keputusan
membantu mengidentifikasi pola pemanfaatan ruang yang paling sesuai dengan
permintaan lahan untuk penggunaan lahan ke depan yang sesuai dengan
manfaat jasa ekosistem yang ada. Proses tersebut kompleks, multi dimensi,

5
dinamik dan non linier yang mana melibatkan multi kriteria, multi tujuan dan multi
stakeholder. Kompleksitas, dinamik dan non linear dari satu pendekatan sistem
yang dinamik untuk analisa keputusan dalam suatu kerangka spasial dapat
menyediakan satu mekanisme efisien untuk mengeksplorasi masalah keputusan
yang kompleks.
Permasalahan utama

dalam penelitian ini adalah menentukan alokasi

pemanfaatan ruang berdasarkan ketersediaan lahan, kebutuhan lahan dan
manfaat jasa lingkungan air dan karbon melalui pendekatan spasial dan sistem
dinamik.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka
pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1.

Faktor-faktor

utama

apakah

yang

mempengaruhi

deforestasi

dan

perubahan tutupan lahan pertanian?
2.

Bagaimana model perubahan penggunaan lahan dengan metode Makov
Cellular Automata?

3.

Bagaimana

dampak

perubahan

penggunaan

lahan

tehadap

jasa

ekosistem?
4.

Bagaimana kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian uatam dalam penelitian ini adalah Menentukan alokasi
pemanfaatan ruang berdasarkan manfaat jasa ekosistem air dan karbon melalui
pendekatan spasial dan sistem dinamik. Tujuan tamabahan dari penelitian ini
adalah:
1.

Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi deforestasi dan
perubahan tutupan lahan pertanian.

2.

Menyusun model perubahan penggunaan lahan dengan metode Makov
Chain Cellular Automata.

3.

Menentukan

dampak

perubahan

penggunaan

lahan

tehadap

jasa

ekosistem.
4.

Menentukan kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1.

Sebagai masukan bagi pemerintah Kota Tual dalam proses perencanaan

6
dan pengendalian pemanfatan ruang di Pulau Dullah.
2.

Sebagai alat bantu untuk mengurangi konflik lintas sektor dan stakeholder
dalam usulan kebijakan, program dan kegiatan yang berhubungan dengan
pemanfaatan ruang di Kota Tual Kepulauan.

1.5. Kerangka Pemikiran
Kota Tual sebagai kota kecil kepulauan memiliki potensi jasa ekosistem
yang terbatas. Oleh karena itu pemanfaatan potensi sumberdaya alam pulaupulau kecil memerlukan pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan.
Pembangunan sosial ekonomi, lingkungan dan dampak dari kebijakan
berakibat pada tekanan penggunaan lahan. Adanya permintaan lahan (land
demand), perubahan penggunaan lahan menjadi suatu hal yang tidak bisa
dihindari sebagai akibat dari pergeseran alokasi dan distribusi sumberdaya
menuju keseimbangan baru. Di sisi lain ketersediaan lahan (land supply) tetap
dan terbatas.
Sistem perencaaan pemanfatan ruang di Pulau Dullah Kota Tual didasarkan
pada kondisi ketersediaan lahan (supply land), potensi permintaan lahan (Land
demand) dan dan pemanfaatan lahan saat ini (land existing). Potensi supply
adalah kondisi sumberdaya alam kawasan baik secara fisik, kimia maupun biologi
dan mempunyai interaksi satu sama lain yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat

untuk

memenuhi

kebutuhannya.

Potensi

permintaan

lahan

dipengaruhi oleh faktor biofisik dan sosial ekonomi lainnya yang dalam
perkembangannya membutuhkan pasokan sumberdaya alam yang memadai
serta kebijakan pemanfaatan agar dapat terjamin kelestariannya. Jenis
pemanfaatan ruang kawasan saat ini antara lain hutan, perkebunan, pertanian,
permukiman.
Aspek sosial ekonomi dan lingkungan, dan kondisi beberapa tahun
sebelumnya serta kondisi pemanfaatan saat ini menjadi bahan pertimbangan
dalam analisis dinamika penggunaan lahan. Analisis spasial perubahan
penggunaan lahan

ini akan menghasilkan dinamika spasial perubahan

penggunaan lahan.
Sebagai bahan pertimbangan dalam alokasi lahan maka dilakukan penilaian
ekonomi jasa eksosistem. Evaluasi lahan dilakukan melalui analisis manfaat jasa
ekosistem. Manfaat jasa ekosistem yang dinilai yaitu jasa lingkungan karbon dan
air. Berdasarkan dinamika perubahan penggunaan lahan, ketersediaan lahan

7
dan manfaat jasa lingkungan air dan karbon maka dilakukan analisis optimalisasi
alokasi pemanfaatan ruang. Alur dalam kerangka pemikiran penelitian ini
disajikan pada Gambar 1.
1.6. Novelty
Novelty dalam penelitian ini mempertimbangkan ketersediaan lahan,
kebutuhan lahan dan manfaat jasa ekosistem air dan karbon dalam optimasi
alokasi pemanfaatan ruang melalui pendekatan spasial dan sistem dinamik.

8

KOTA TUAL KEPULAUA N

POTE NS I
SUPPLY

KONDIS I DA N POTENS I
EKOSIS TEM

POTE NS I
DE MAND

PENGGUNAAN LAHAN SAAT INI

FAKTOR
• Biofisik
• Sosial
• Ekonomi

KESESUAIAN
LAHAN

1.

Hutan Produksi

2.

Pertanian

3.

Kebun Campuran

4.

Kawasan Terba ngun

5.

Kawasan Lin dung dan Hutan

6.

Kawasan Ko nserv asi

7.

Kawasan Pe rmukiman, dll

Lindung

PERUBAHAN
PENGGUNAAN
LAHAN

FAKTOR
• Kebijakan
• Teknologi
• Ekonomi
• Pasar
• Penduduk

MODEL DINAMIKA SPASIAL
PENGGUNAAN LAHAN

PETA KESESUAIAN
LAHAN

JASA EKOSISTEM:
(Karbon dan air)

ALOKASI
PEMANFAATAN RU ANG

KEBIJAKAN D AN STR ATEGI
PEMANFATAN RU ANG

MODEL PERENCAN AAN
PEMANFATAN RU ANG
OPTIMAL

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Definisi pulau secara umum menurut UNCLOS adalah suatu wilayah atau
area tanah (daratan) yang terbentuk secara alami, dikelilingi air, yang berada di
atas muka air pada pasang surut tinggi (tidak boleh tenggelam jika air dalam
keadaan pasang tertinggi). Hal ini dapat berupa area, populasi, kepadatan,
indikator ekonomi misalnya PDB, karakteristik fisik dan geografi, atau
kombinasinya. (Downes, 1988 dalam Srebrnik, 2004). Undang-Undang No. 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (PWKPPK), menyatakan bahwa pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 km 2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan
ekosistemnya, yang pemanfaatannya dilakukan berdasarkan kesatuan ekologis
dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau besar di dekatnya.
Hess (1990), Dahuri (1998), dan Bengen (2001) menyebutkan pulau kecil adalah
pulau yang berukuran kecil, yang secara ekologis terpisah dari pulau
induknya dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga
mempunyai sifat insular. Daratan yang pada saat pasang tertinggi permukaannya
ditutupi air tidak termasuk kategori pulau kecil.
Stratford (2003) menambahkan bahwa pulau (kecil atau sangat kecil)
peka terhadap perubahan budaya dan lingkungan eksternal. Selain itu terdapat
pula batasan yang menyebutkan pulau kecil adalah pulau dengan luas 10 000
km 2 atau kurang (Bell et.al. dalam

Dahuri, 1998; UNESCO, 1994 dalam

Sugandhy, 1999; Hess, 1990). Batasan lain yang juga dipakai adalah pulau
dengan luas 5 000 km 2 (Falkland, 1995) atau dengan luas 2.000 km 2
(Ongkosongo, 1998; Falkland, 1995). Untuk pulau sangat kecil dipakai ukuran
luas maksimum 1 000 km 2 dengan lebar kurang dari 3 km (Hehanusa, 1995;
Falkland, 1995).

UNESCO (1991)

dalam Bengen dan Retraubun (2006)

menyatakan pulau sangat kecil luasnya tidak lebih besar dari 100 km 2 atau
lebarnya tidak lebih besar dari 3 km.
Pengertian

pengelolaan

pulau-pulau

kecil

adalah

suatu

proses

perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pulaupulau kecil yang luas areanya≤ 2.000 km 2, secara fungsional saling berinteraksi
dari sisi ekologis, ekonomi, sosial budaya, baik secara individual maupun secara
sinergis dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

10
Dalam

kaitannya dengan pengelolaan banyak

faktor

yang harus

diperhatikan seperti: pulau kecil secara fisik memiliki sumberdaya daratan
(terestrial) yang sangat terbatas, habitatnya seringkali terisolasi dari habitat lain,
area tangkapan air terbatas dan mempunyai lingkungan yang khusus dengan
proporsi spesies endemik yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen,
secara ekologi memiliki kondisi yang sangat rentan, sehingga interaksi antara
lahan dan perairan laut melalui proses hidrologis dan arus laut sebagaimana
pergerakan biotanya, mempunyai karakteristik yang spesifik (Salm et al., 2000).
Menurut Adrianto (2004), dalam perspektif ekosistem wilayah pesisir, wilayah
pulau-pulau kecil dapat dibagi menjadi beberapa sub wilayah yaitu : (1) wilayah
perairan lepas pantai (coastal offshore zone); wilayah pantai (beach zone); (3)
wilayah dataran rendah pesisir (coastal lowland zone); (4) wilayah pesisir
pedalaman (inland zone). Selanjutnya dalam hubungannya dengan keterpaduan,
pendekatan berbasis keberlanjutan sistem wilayah pesisir di pulau-pulau kecil
menjadi syarat mutlak pengelolaan lingkungan wilayah pesisir di pulau-pulau
kecil harus mempertimbangkan faktor keterpaduan antar komponen yang secara
riil tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yang akan menjadi tercapainya
keberlanjutan pembangunan, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dari habitat lain sehingga
membentuk kehidupan unik di pulau tersebut.
Retraubun (2005) menyatakan bahwa beberapa karakteristik pulau-pulau
kecil yang dapat menjadi kendala pengembangannya antara lain adalah: (1)
Ukuran yang kecil dan terisolasi menyebabkan sangat mahalnya sarana dan
prasarana, serta minimnya sumberdaya manusia yang handal; (2) Kesulitan atau
ketidakmampuan

untuk

mencapai

skala

ekonomi

yang

optimal

dan

menguntungkan (dalam hal administrasi, usaha produksi, dan transportasi); (3)
Ketersediaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada pada
akhirnya akan menentukan daya dukung suatu sistem pulau-pulau kecil dalam
menopang

kehidupan

manusia

dan

kegiatan

pengembangannya;

(4)

Produktivitas sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada saling terkait
satu sama lain secara erat. Keberhasilan usaha pertanian, perkebunan atau
kehutanan di lahan darat yang melupakan prinsip-prinsip ekologis, dapat
mengancam industri perikanan pantai dan pariwisata bahari di pulau-pulau kecil;
dan (5) Budaya lokal yang kadangkala bertentangan dengan kegiatan
pembangunan (terutama pariwisata), karena budaya wisatawan (asing) yang

11
tidak sesuai dengan adat atau agama setempat.
2.2. Penataan Ruang
Sesuai dengan Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa tata ruang adalah wujud
struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat secara hirarki memiliki
hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
Ruang itu terbatas dan jumlahnya relatif tetap sedangkan aktifitas manusia
dan pesatnya perkembangan setiap hari sehingga kebutuhan akan ruang
semakin tinggi. Ruang merupakan sumberdaya alam yang harus dikelola bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33
ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa bumi air serta kekayaan alam yang
tergantung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Dalam konteks konstitusional ini ruang harus
dilindungi dan dikelola secara terkoordinasi, terpadu, dan berkelanjutan.
Ruang dalam wilayah nasional adalah wadah bagi manusia untuk
melakukan kegiatannya. Hal ini tidak berarti bahwa wilayah nasional akan habis
dibagi oleh ruang-ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan manusia (fungsi
budidaya) akan tetapi harus dipertimbangkan pula adanya ruang-ruang yang
mempunyai fungsi lindung dalam kaitannnya terhadap keseimbangan tata udara,
tata aiar, konservasi flora dan fauna serta kesatuan ekologi (Sugandhy,1999).
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata
ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan
ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program

12
beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang menurut UU No. 26 Tahun 2007.
Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan fungsi yang harus
diemban oleh masing-masing ruang/kawasan. Fungsi suatu kawasan akan
diperoleh jika penyusunan rencana tata ruang sebagai tahap awal dari proses
penataan ruang mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan, kemampuan lahan
dan ketersediaan lahan yang selanjutnya akan mendorong pembangunan
berkelanjutan (Azhari, 2004). Menurut Rustiadi, et al., ( 2004 ), penataan ruang
pada dasarnya merupakan perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya
sebagai proses pembangunan melalui upaya-upaya perubahan ke arah
kehidupan yang lebih baik, maka penataan ruang mempunyai tiga urgensi, yaitu:
1) optimalisasi pemanfaatan sumberdaya (prinsip produktifitas dan efisiensi), 2)
alat dan wujud distribusi sumberdaya (prinsip pemerataan, keberimbangan dan
keadilan ), 3) keberlanjutan prinsip (sustainability).
Rustiadi, et al. (2006) menyatakan bahwa tata ruang merupakan wujud
pola dan struktur pemanfaatan

ruang merupakan wujud dan struktur

pemanfaatan ruang yang terbentuk secara alamiah dan sebagai wujud dari hasil
pembelajaran (learning process). Selanjutnya proses ‘pembelajaran’ tersebut
merupakan rangkaian siklus tanpa akhir berupa pemanfaatan, monitoring,
evaluasi, tindakan pengendalian, perencanaan (untuk memperbaiki dan
mengantisipasi masa depan), pemanfaatan

dan