Pemantauan hama penyakit ikan hias golongan tetra dan evaluasinya terhadap parameter lingkungan aquatik di wilayah Jabotabek

PEMANTAUAN HAMA PENYAKIT IKAN HIAS
GOLONGAN TETRA DAN EVALUASINYA
TERHADAP PARAMETER LINGKUNGAN AQUATIK
DI WILAYAH JABOTABEK

DIKRY NOVEL SHATRIE

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN B'OGOR
BOGOK
2006

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
tesis saya yang berjudul : PEMANTAUAN HAMA PENYAKIT IKAN HIAS
GOLONGAN TETRA DAN EVALUASINYA TERHADAP PARAMETER
LINGKUNGAN AQUATIK DI WILAYAH JABOTABEK, merupakan gagasan
atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi
Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Tesis ini belurn pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program
sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Mei 2006

Dikry Novel Shatrie
NRP : B. 151020071

ABSTRAK
DIKRY NOVEL SHATRIE. Pemantauan Hama Penyakit Ikan Hias
Golongan Tetra Dan Evaluasinya Terhadap Parameter Lingkungan Aquatik
di Wilayah Jabotabek. Dibimbing oleh FACHRIYAN H. PASARIBU, ETTY
RIANI dan DEW1 RATIH AGUNGPRIYONO.
Ekspor ikan hias dari Indonesia hanya sebesar 15 % dari seluruh total
ekspor ikan hias dunia. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya penyakitpenyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri, parasit dan jamur. Pengamatan pada 4
lokasi ikan hias Tetra di Bogor, Cibinong, Bekasi dan Tangerang dilakukan
selama bulan Pebruari sampai Juli 2005. Data yang diambil ditujukan untuk
mengetahui hubungan antara parameter kualitas air, seperti suhu, pH, DO,
kesadahan, nitrat dan nitrit; dengan kejadian penyakit. Data yang didapat
kemudian dianalisa menggunakan analisa regresi sederhana dan T-test.
Berdasarkan pengarnatan diketahui bahwa 66% dari total 1500 ekor sampel ikan

tetra terinfeksi oleh bakteri, parasit dan jamur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
suhu air merupakan faktor yang paling berperan terhadap kejadian penyakit pada
ikan. Bila suhu air meningkat, maka jumlah kejadian penyakit bakterial
meningkat Persentase penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila
mencapai 23% dan Pseudomonas j7uorescens mencapai 14,80%. Sedangkan bila
suhu air menurun, maka angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh parasit
dan jamur akan meningkat. Persentase kejadian penyakit yang disebabkan oleh
Dactylogvrus sp adalah 10,13 %, sedangkan Gyrodactylus sp 9,87 %, Argulus sp
5,27 %. dan Saprolegnia sp 3,27 %. Dengan uji histopatologi ditemukan adanya
myositis, peritonitis dan enteritis dari non spesifik viral dan beberapa kista
Pleistophora sp. di dalam jaringan otot ikan yang sehat. Penelitian membuktikan
bahwa menj'aga suhu air sangat penting untuk meminimalisasi kerugian yang
disebabkan oleh organisme-organisme patogen pada ikan dan uji histopatologi
dapat dipertimbangkan sebagai cara yang efektif untuk memastikan kesehatan
ikan.

Abstract

DIKRY NOVEL SHATRIE. Tetra Fish Diseases Monitoring and Its Evaluation
to Aquatic Environment Parameters in the Jabotabek Area. Under the direction of

FACHRIYAN H. PASARIBU, ETTY RIANI and DEW1 RATIH
AGUNGPRIYONO
Indonesian ornamental freshwater fish only retain 15% of total exporting
ornamental freshwater fish all over the world. This matter is due by numerous
causes offish disease such as bacterial, parasites and fungal infection. Disease of
tetrafish which sampled from some fishes collectedfrom Bogor, Cibinong, Bekasi
and Tangerang areas were monitored during February up to July 2005. The data
were interrelated with water quality parameters such as air and water
temperature, pH, DO, hardness, ammonia and nitrite content and analyzed using
simple linear regression and T-test. Disease monitoring showed that 66% from
1500 tetra fishes were infected by bacterial, parasite and fungi. The data's
statistic evaluation demonstrated that the water temperature was appeared to be
the most significant factor that influences the appearance of variousfish diseases.
The incidence of Aeromonas hydrophila got to 23.07% and Pseudomonas
fluorescens was 14.80%. The incidences of bacterial disease rose when the water
temperature increases. However, the parasites and fungal infection had a
tendency to increase while water ternperature was decreased. The incidence of
parasites such as Dacfylogyrus sp., Gyrodactylus sp., and Argulus sp. are
10.13%, 9.87%, and 5.2 7%, respectively and Saprolegnia sp., fungal infection is
3.27%. Myositis, peritonitis and non spec@c viral enteritis were observed by

histopathology examination and some protozoan Pleistophora sp. cyst observed
within the muscular tissue from fish which clinically healthy. The study pointed
that maintaining water temperature is very important in order to minimize several
damages from pathogenic organism infish and histopathology examination could
be a handy tool to ensure health status offish.

O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor,,tahun 2006

Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
beniuk apapun, baik cetak,fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya

PEMANTAUAN HAMA PENYAKIT IKAN HIAS
GOLONGAN TETRA DAN EVALUASINYA
TERHADAP PARAMETER LINGKUNGAN AQUATIK
DI WILAYAH JABOTABEK

DIKRY NOVEL SHATRIE


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tesis

: Pemantauan Harna Penyakit Ikan Hias Golongan Tetra Dan

Nama
NRP

Evaluasinya Terhadap Parameter Lingkungan Aquatik di
Wilayah Jabotabek
: Dikry Novel Shatrie

: B 151020071

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. drh. Fachriyan H.Pasaribu
Ketua

Dr. Ir. dttv Riani. M.S.
Anggota

drh. Dewi Ratih Anunapriyono, Ph.D.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Sains Veteriner

n


ah Pascasarjana

f
M.S.

PRAKATA
Segala puji bagi Allah Azza Wa Ja'Alla, pencipta langit dan burni, pemilik
sekalian ilmu dan hakim atas segala sesuatu urusan. Sesungguhnya karena berkah
dan rahrnatNya penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam proses
penyelesaian studi di Program Sains Veteriner - Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Tema penelitian yang dikerjakan adalah pemantauan dan evaluasi hama
penyakit untuk mengetahui korelasi dan pola penyebaran penyakit ikan hias
golongan tetra di wilayah Jabotabek dengan perubahan suhu udara.
Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada para dosen
pembimbing, Prof. Dr.drh. Fachriyan H. Pasaribu, Dr. Ir. Etty Riani, MS. d m
drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D., yang telah bersedia untuk menjadi
pembimbing kami, dan membagikan ilmunya yang tidak ternilai kepada kami
selaku mahasiswa. Demikian juga kepada anak dan isteri tercinta atas dukungan

dan doanya.
Disadari bahwa banyak kekurangan yang ada dalam penelitian ini, oleh
karena itu diperlukan saran dan pertimbangan untuk menyempurnakannya lebih
lanjut.
Bogor,

Mei 2006

Dikry Novel Shatrie

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 20 November 1968 dari
pasangan Moedrik Shatrie (Alm.) dan Nurlaila. Penulis merupakan anak pertarna
dari dua bersaudara.
Tahun 1987 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun 1988
melanjutkan ke Sekolah Ahli Usaha Perikanan, Jurusan Akuakultur di Jakarta, dan
lulus pada tahun 1991. Pada tahun 1994 melanjutkan ke Fakultas Perikanan,
Jurusan Budidaya, Universitas Juanda Bogor. Pada tahun 2002 menempuh
pendidikan pada program Magister Sains Veteriner di Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Sejak tahun 1992 penulis bekerja sebagai staff pada Balai Karantina Ikan

Soekarno-Hatta, Pusat Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Tahun 2001
sampai sekarang penulis bekerja pada Pusat Karantina Ikan, Departemen Kelautan
dan Perikanan, di Jakarta.

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................

...

Vlll

DAFTAR GAMBAR .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................
Perumusan Masalah Penelitian ...................................................
Hipotesa ......................................................................................

Manfaat Penelitian ......................................................................
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Kualitas Air dan Kesehatan Ikan ................................................
Suhu Air ......................................................................................
pH (Derajat Keasaman) ..............................................................
Oksigen Terlarut .........................................................................
Kesadahan ...................................................................................
Kadar Amonia (NH3) .................................................................
Kadar Nitrit (N02) .....................................................................
Ikan Hias Golongan Tetra...........................................................
Penyakit-penyakit pada Ikan .....................................................
Sistem dan Regulasi Karantina ..................................................
BAHAN DAN METODA ......................................................................
Tempat dan Waktu ....................................................................
Sampel Ikan dan Metode Pemeriksaan .......................................
Sampel Air dan Metode Pemeriksaan ..........................................
..
Kerangka Kerja Penelltian ..........................................................
Analisis Pengolahan Data ...........................................................


22
22
22
23
23
24

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Parameter Kualitas Air ................
......
......................................
Suhu Air .....................................................................................
pH ...............................................................................................
Oksigen Terlarut (DO) ...............................................................
Kesadahan Air ...........................................................................
Amonia .......................................................................................
Nitrit ...........................................................................................
Persentase Kejadian Penyakit .....................................................
A eromonus hydrophila ...............................................................
P.seudomonus.fluorcscens ..........................................................
Korelasi antara Suhu Air dan Prevalensi Penyakit Bakterial .....
Hasil Pemeriksaan Histopatologi .............................................
Argulu.s.sp ...................................................................................
Dactylo~ru.s.sl~
..........................................................................

25
31
32
33
33
34
35
35
36
37
38
39
41
42
44

Gyrodactylus sp ..........................................................................

Korelasi antara Suhu Air dan Prevalensi Penyakit Parasiter ......

Saprolegnia sp ............................................................................

Korelasi antara Suhu Air dan Prevalensi Penyakit Fungi ...........
Daerah Identifikasi Penyakit ......................................................
KESIMPULAN ......................................................................................
SARAN ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan ..............................
Hubungan kadar oksigen terlarut dengan suhu air ..............................
Kation penyusun kesadahan dan anion penyusunnya ..........................
Klasifikasi nilai kesadahan air ..............................................................
Toksisitas akut (LDS096 jam) arnonia tak terionisasi pada organisme
akuatik ..................................................................................................
Hubungan pH dan suhu terhadap kadar amonia total ..........................
Parameter kualitas air yang diamati dan lokasi pengamatannya..........
Rata-rata kualitas air dan persentase penyakit pada sampel ikan di
lokasi A (Bogor) per bulan penelitian ..................................................
Rata-rata kualitas air dan persentase penyakit pada sampel ikan di
lokasi B (Cibinong) per bulan penelitian .............................................
Rata-rata kualitas air dan persentase penyakit pada sampel ikan di
lokasi C (Bekasi) per bulan penelitian .................................................
Rata-rata kualitas air dan persentase penyakit pada sarnpel ikan di
lokasi D (Tangerang) per bulan penelitian ...........................................
Rata-rata kualitas air dan persentase penyakit pada sampel ikan.
..
selama 25 minggu penelltian ................................................................
Perbandingan kualitas air penelitian dengan standar Langdon ...........
Rata-rata suhu air dan angka prevalensi (%) penyakit dari 4 daerah
penelitian ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Serpae tetra longfin (Hyphessobrycon serpae) .......................................
2. Rossy tetra (Hyphessobrycon roseus) .....................................................
3. Neon tetra (Paracheirodon innesi)..........................................................

4 . Red nose tetra (Hemigrammus bleheri) ..................................................
5 . Emperor tetra (Nematobrycon palmery) .................................................
..
........................................................................
6 . Kerangka kerja penel~t~an

7. Grafik hubungan suhu air dengan prevalensi penyakit ikan tetra di
lokasi A (Bogor)......................................................................................
8 . Grafik hubungan suhu air dengan prevalensi penyakit ikan tetra di
lokasi B (Cibinong) .................................................................................
9. Grafik hubungan suhu air dengan prevalensi penyakit ikan tetra di
lokasi C (Bekasi) .....................................................................................
10. Grafik hubungan suhu air dengan prevalensi penyakit ikan tetra di
lokasi D (Tangerang)...............................................................................
11. Grafik hubungan suhu air rata-rata dengan prevalensi penyakit ikan
tetra di semua lokasi penelitian ...............................................................
12 Sebaran suhu air dengan prevalensi penyakit .........................................
13. Ikan tetra dengan infeksi Aeromonas hydrophila ...................................
14. Ikan tetra dengan infeksi Pseudomonas.fluorescens...............................
15. Korelasi suhu air dengan penyakit bakterial ...........................................
16. Kista Pleistophora sp..............................................................................

17. Arplus sp................................................................................................

18. Dactylogirus sp.......................................................................................
19. Gyrodactylus sp..............................
....

..............................................

20. Korelasi suhu air dengan penyakit parasiter ...........................................
2 1. Ikan tetra dengan infeksi Saprolegnia sp................................................

22. Korelasi suhu air dengan penyakit fungi ..................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kualitas air dan kejadian penyakit yang ditemukan................................ 57
Hasil pemeriksaan kualitas air dan persentase kejadian penyakit ........... 59
Rata-rata seluruh kualitas air dan prevalensi kejadian penyakit ............. 61
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi A.hydrophila ........ 62
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi P.Juorescens ........ 63
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi Argulus sp............ 64
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi Dactylog~russp ... 65
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi Gyrodactylus sp ... 66
Analisa regresi dan korelasi suhu air dan prevalensi Saprolegnia sp..... 67
Data hama dan penyakit ikan yang dilalulintaskan................................. 68
Rataan data penelitian selama bulan Februari-April 2005 ...................... 69
Rataan data penelitian selama bulan Mei - Juli 2005 .............................. 70
Rataan data penelitian selama bulan Agustus 2005 ................................ 71
Metoda pemeriksaan sampel ikan ........................................................... 72
Hasil isolasi dan identifikasi bakteri .....................................................

85

Data curah hujan ...................................................................................... 87
Lampiran KEPMEN . NO . 17/MEN/2003............................................

88

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kegiatan perikanan di Indonesia terus mengalami kemajuan dengan
semakin meningkatnya lalu lintas komoditas perikanan antar pulau maupun antar
negara. Kegiatan ekspor perikanan mempunyai peranan cukup strategis bagi
Indonesia, karena saat ini ikan merupakan komoditi ekspor non migas yang cukup
banyak menyumbang devisa negara. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya
pengusaha ikan, baik skala kecil maupun skala besar dan meningkatnya aktifitas
ekspor dan impor. Komoditas yang diperdagangkan tidak hanya ikan-ikan
konsumsi, tapi juga komoditas ikan hias.
Tingginya minat para pengusaha ini didorong oleh tingginya permintaan
akan komoditas perikanan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Namun
berbagai kendala, terutama hama dan penyakit ikan, seringkali menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit bagi para petanilpengusaha ikan.
Semakin maraknya perdagangan antar pulau dan antar negara,
memberikan peluang semakin banyaknya penyakit-penyakit ikan yang ditemukan
di Indonesia. Penyakit golongan bakteri yang banyak ditemukan dalam budidaya
perikanan di Indonesia, seperti Aeromanas sp., Vibrio sp., Pseudomonas sp. dan
lain-lain, telah menimbulkan kerugian bagi para petanilpengusaha ikan. Selain
penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri, ditemukan pula penyakit ikan yang
disebabkan oleh parasit seperti Argulus sp., Dactylogvrus sp., Gyrodactylus sp.,
Lerneae sp. dan fungi (Saprolegnia sp).

Ikan-ikan jenis tetra merupakan ikan yang banyak dibudidayakan oleh
petani di Indonesia, karena permintaan terhadap jenis ini sangat besar, sehingga
menarik bagi para petani untuk membudidayakannya. Narnun ikan sangat
bergantung pada lingkungannya, terutarna kualitas air tempat hidupnya, yang
bukan saja akan mempengaruhi kehidupan ikan, namun juga merupakan ha1 yang
mempengaruhi kesehatan ikan.
Ada beberapa parameter kualitas air yang hams selalu dipantau, parameter
tersebut adalah: suhu air, pH, oksigen terlarut (DO), kesadahan, kadar amonia dan
kadar nitrit. Perubahan pada salah satu parameter kualitas air secara mendadak,

terutarna suhu air akan menyebabkan perubahan-perubahan pada parameter
kualitas air yang lainnya, sehingga perubahan-perubahan ini akan menyebabkan
stres pada ikan yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit (Langdon 1988;
Effendi 2000). Bila dalam suatu perairan terjadi peningkatan kadar arnonia dan
nitrat, terjadi perubahan pH (tidak optimum) dan kesadahan serta tingginya bahan
organik, maka akan menyebabkan stres pada ikan.
Stres adalah kondisi dimana ikan tidak mampu mempertahankan keadaan
fisiologis norrnalnya karena berbagai faktor penyebab:
Penyebab kimiawi, seperti: kualitas air yang buruk, rendahnya DO, pH yang
tidak tepat, polusi, komposisi diet, nitrat dan buangan metabolisme.
Penyebab biologis, seperti: padat tebar tinggi, spesies ikan lain, mikroorganisme
patogenik dan non patogenik, serta parasit internal dan eksternal.
Penyebab fisik, seperti: suhu yang merupakan salah satu parameter kualitas air
yang paling berpengaruh pada sistem imun ikan, cahaya, suara dan kadar gasgas terlarut
Penyebab prosedural, seperti: handling, shipping dan pengobatan terhadap suatu
penyakit (Floyd 200 1).
Kesehatan ikan merupakan syarat utama kelayakan sebagai ikan hias
komersial. Kondisi ikan hias yang sehat sangat dibutuhkan dalam pemasaran
maupun pengangkutan, terutarna untuk ekspor, karena membutuhkan waktu
perjalanan yang lama.
Untuk mengetahui ikan hias yang benar-benar sehat dan tidak membawa
bibit penyakit dibutuhkan pemeriksaan laboratoriurn, yang pada saat ini harus
dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan. Bila ikan dinyatakan sehat,
maka ikan diberikan ijin untuk dilalulintaskan dan

Unit Pelaksana Teknis

Karantina 1kan akan mengeluarkan swat keterangan layak ekspor.
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan adalah lembaga pemerintah yang
berfungsi mencegah masuknya dan tersebarnya penyakit ikan karantina yang
berpotensi menyebarkan penyakit ke dalam lingkungan keldi dalarn wilayah
Republik Indonesia, baik yang berasal dari luar negeri maupun dari suatu daerah
ke daerah lain di dalam wilayah Republik Indonesia. Program kzrantina untuk
ikan secara khas melibatkan suatu protokol pemeriksaan yaitu penggunaan hewan

'

uji coba untuk mengetahui adanya agen penyakit, sertifikasi, pengeluaran suatu
sertifikat yang menyatakan bahwa kelompok hewan tertentu atau suatu fasilitas
produksi telah diperiksa dan bebas dari infeksi oleh patogen tertentu (Arthur
1996).
Karantina Indonesia sudah selangkah lebih maju, karena Indonesia
merupakan negara Asia Tenggara pertama yang menetapkan jasa pemeriksaan
karantina yang diatur dalam UU Karantina tahun 1992 (Arthur 1995), yang
implementasinya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No 17 tahun 2003. Selain ha1 tersebut di atas, juga dilakukan kerjasama regional
dan internasional untuk mencegah masuknya suatu penyakit baru.

Di dalam pelaksanaannya, petugas karantina ikan hams mengetahui jenisjenis hama dan penyakit karantina beserta media pembawanya yang ada di suatu
daerah. Hal ini diperlukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit ikan karantina dari suatu area ke area lain. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu datatinformasi mengensti penyebaran hama dan penyakit ikan karantina di
dalam wilayah negara Indonesia dalam bentuk peta daerah sebar hama dan
penyakit ikan karantina, sehingga dapat dilakukan prediksi mengenai penyakit
yang biasanya terjadi pada suatu spesies ikan dalam suatu musim.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi prevalensi
hama penyakit ikan bakterial, ektoparasit dan fungi pada ikan hias golongan tetra
terhadap parameter kualitas air di lokasi ekspotir ikan hias di daerah Bogor,
Cibinong, Bekasi dan Tangerang .
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi informasi tentang prevalensi
penyakit ikan khususnya ikan hias golongan tetra di daerah Bogor, Cibinong,
Bekasi dan Tangerang yang banyak dilalulintaskan di sekitar Jabotabek.

Perurnusan Masalah Penelitian
Berdasarkan data pemantauan yang dilakukan oleh Balai Karantina Ikan
Soekarno-Hatta, Jakarta, antara tahur. 2000 - 2004, diketahui bahwa tingkat
penyebaran penyakit-penyakit parasiter, bakterial dan jamur pada ikan-ikan yang

'

dibudidayakan, semakin meningkat. Hal ini sangat mempengaruhi mutu dan
jumlah ikan yang diekspor dari Indonesia. Tingginya permintaan pasar terhadap
ikan-ikan jenis tetra dan mudah dalarn pembudidayaannya, menyebabkan ekspor
ikan hias dari Indonesia, terutama ikan hias air tawar, didominasi oleh ikan jenis
ini. Selain masalah yang disebabkan oleh penyakit, rendahnya tingkat ekspor ikan
hias ~ndonesiajuga disebabkan kurangnya pengetahuan para eksportir tentang
negara-negara importir di luar negeri, sehingga hampir semua eksportir ikan hias
di Indonesia hanya mengekspor ke Singapura, yang kemudian mengekspor lagi
ikan-ikan tersebut ke seluruh dunia. Sampai saat ini Singapura merupakan negara
pengekpor ikan hias terbesar di dunia (Dinas Perikanan - Jabar 2005).
Mutu ikan hias sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatannya, yang
berkaitan langsung dengan kualitas air di lingkungan hidupnya.

Parameter-

parameter kualitas air saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga pola
penyebaran penyakit ikan diduga mempunyai hubungan dengan parameter
kualitas air.
Di antara masalah-masalah tersebut di atas, informasi tentang hubungan
antara kualitas ikan di tingkat eksportir dan kualitas air tempat ikan itu dipelihara
masih minim, untuk itu diperlukan suatu penelitian yang mengamati hubungan
antara liejadian penyakit dengan parameter kualitas air. Bila didapatkan suatu pola
hubungan antara parameter kualitas air dan kemungkinan penyebaran penyakit
ikan, maka langkah-langkah antisipatif dan preventif dapat segera diambil untuk
mencegah kerugian yang lebih meluas.

Hipotesa
Diduga terdapat suatu pola hubungan antara kualitas air (suhu, pH,
kesadahan, kadar amonia, kadar nitrit dan jumlah oksigen terlarut) dengan
penyebaran beberapa penyakit ikan yang akan digambarkan oleh angka persentase
kejadian penyakit untuk mendapatkan skala rasio yang akan digunakan dalam
pengujian hipatesa secara kuantitatif.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam
melakukan prediksi penyebaran penyakit ikan berdasarkan perubahan-perubahan
pada parameter kualitas air. Sehingga dapat segera diambil tindakan antisipatif
dan preventif untuk mencegah meluasnya kerugian.
Mengetahui pola penyebaran penyakit ikan dan korelasinya dengan
perubahan kualitas air akan membentuk suatu sistem deteksi dini yang sangat
bermanfaat untuk perkembangan dan perlindungan pada kegiatan budidaya ikan di
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air dan Kesehatan Ikan
Studi mengenai penyebaran penyakit pada suatu populasi sangat
membutuhkan pemahaman mengenai asosiasi atau hubungan-hubungan yang
terjadi antara inang, agen dan lingkungan sekitarnya. Tingkat hubungan ini akan
menentukan tingkat kerapatan ruang dan waktu kejadian infeksi penyakit, iklim
akan sangat mempengaruhi daya hidup inang, vektor dan agen patogen, serta
mempengaruhi secara langsung tingkat distribusi vektor (Thrusfield 1995). Agen
patogen yang terlibat pada timbulnya penyakit pada ikan, tidak dapat bekerja
sendiri untuk menimbulkan infeksi pada ikan, harus terdapat faktor predisposisi
sebagai pemicu stres (stressor), ha1 ini dapat berupa perubahan kualitas air, toksin
dan perubahan siklus hidup (Hanson & Grizzle 1985).
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun

1990, tentang pengendalian

pencemaran air, mendefinisikan kualitas air adalah sifat air dan kandungan
mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air. Kualitas air dinyatakan
dengan beberapa parameter (Anonim 1990), yaitu:
1. Parameter fisika (suhu; kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya.)
2. Parameter kimia (pH, oksigen terlarut, kadar logam d m sebagainya.j

3. Parameter biologi blankton, bakteri dan sebagainya.)
Kualitas air dalam suatu usaha akuakultur harus diperhatikan dengan
seksama karena sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, adapun
beberapa parameter kualitas air yang sangat berpengaruh pada ikan adalah suhu,
pH, oksigen terlarut, kesadahan, kadar NO2 dan kadar NH3 (Alabaster & Loyd
1980).

Suhu Air
Ikan adalah hewan ektoterm atau poikiloterm yang suhu tubuhnya
tergantung pada suhu lingkungannya. Oleh karena itu suhu lingkungan sangat
besar pengaruhnya bagi kesehatan ikan, terutama apabila suhu berada di luar
kisaran suhu optimalnya.

'

Suhu air dipengaruhi oleh musim, letak geografis, ketinggian, sirkulasi
udara, penutupan awan, adanya aliran dan kedalaman. Perubahan suhu akan
berpengaruh secara langsung terhadap proses fisika, kimia dan biologi air.
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,
volatilisasi, dan akan mengakibatkan penurunan kadar kelarutan gas dalam air,
seperti : 02, C02, N2, CH4 dan sebagainya. (Effendi 2000).
Kecepatan metabolisme ikan tergantung pada suhu air. Penurunan suhu air
akan menyebabkan kecepatan metabolisme ikan akan menurun, demikian juga
sebaliknya metabolisme ikan akan meningkat sejalan dengan peningkatan suhu
air. Beberapa faktor lain seperti : sistem imun, proses penyembuhan penyakit dan
proses pencemaan makanan juga sangat dipengaruhi oleh suhu air. Penurunan
suhu akan menyebabkan daya tahan ikan menurun, sehingga ikan mudah
terinfeksi oleh agen patogen (Langdon 1988).
pH (Derajat Keasaman)

Menurut Effendi (2000) pH atau derajat keasaman menggambarkan
keberadaan ion hidrogen yang bersifat asam, konsentrasi ion hidrogen pada air
murni netral adalah 1 x

gll, sedangkan nilai disosiasi air (Kw) adalah 10-l4

pada suhu 25' C, sehingga nilai pH dapat digambarkan sesuai dengan reaksi
sebagai berikut :
2 H 2 0 +========l)
H30+ + OH-

H20
[H']

+========+

+ [OH] = Kw

H+ + OH-

; KW = 10-l4

[ ~ ~ ] = ~ w / [ 0 ~ ~ = 1 0 ~ ~ ~ / 1 0; -O~H=- =1l 0~ -~~~g /gl ./ l

p H = -Log

lo

[H']

= Log lo

1 / [H']

Sehingga klasifikasi nilai pH air adalah :
pH=7

: netral

7