Kontribusi Usaha Agribisnis Tanaman Hias Dalam Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara
KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
ASTI WULANDARI
077003014/PWD
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(2)
KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ASTI WULANDARI
077003014/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Asti Wulandari
Nomor Pokok : 077003014
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
(PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Dr. Ir. Tavi Supriana MS) (Kasyfull Mahalli, SE. M.Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana MS
2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si 3. Agus Suriadi, S.Sos., M.Si 4. Drs. Rujiman, MA
(5)
PERNYATAAN
KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, September 2009
(6)
ABSTRAK
Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.
Kata Kunci: Kontribusi, Tanaman Hias, Pendapatan Pengusaha, Pengembangan Wilayah.
(7)
ABSTRACT
Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.
This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.
The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.
Keywords: Contribution, Decorative Plants, Businessman Income, Regional Development.
(8)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya, serta tidak lupa shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini disusun guna menyempurnakan tugas-tugas dan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana (S2) Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana MS dan Bapak Kasyful Mahalli, SE. M.Si selaku Komisi Pembimbing.
Penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis sejak mengikuti perkuliahan hingga pada penulisan tesis ini, antara lain:
1. Rektor dan para Pembantu Rektor Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah.
2. Jajaran fungsionaris Fakultas Pertanian Universitas Muslim Nusantara Al
(9)
M.Si, Staff Pengajar, Sri Wahyuni, S.Sos pegawai Tata Usaha Fakultas Pertanian serta Sari Wulandari, SE pegawai Administrasi Fakultas Sastra.
3. Pegawai Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, pegawai Kantor Kelurahan Desa
Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
4. Bapak dan Ibu pengusaha tanaman hias yang menjadi sampel penelitian ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa atau alumni Program Studi PWD SPs USU Medan
angkatan 2007 atas kerjasama yang baik selama ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Ir. H. Suardi Santoso, BSc, dan Ibu Prof. Hj. Sri Sulistyawati SH, M.Si, P.hD yang mana beliau berdua merupakan orang tua wali dari penulis, dan Bagoes Árthiko, SE yang telah memberikan segala bantuan, dukungan dan perhatian yang tidak terkira kepada penulis.
Untuk yang terutama penulis mempersembahkan tesis ini untuk almarhumah Ayahanda Ir. Soedjiarno dan almarhumah Ibunda Yayuk Sri Rahayu, MBA. Untuk Kakanda Iwan Setiawan, SH, Fauziah Lubis, S.Pd, keponakan tersayang Rafif Taufiqurrahman dan Herwin Hermawan, SP yang telah sudi untuk memberikan dukungan sepenuhnya baik secara moril, material dan spiritual kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun dalam hal penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga pada akhirnya penulis dapat memperbaiki penelitian ini menjadi lebih baik.
(10)
Akhir kata dengan mengucapkan alhamdulillah, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Amin Ya Rabbal Alamin
Medan, September 2009
(11)
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
1. Nama : Asti Wulandari
2. NIM : 077003014
3. Program Studi : PWD – SPs USU
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Tempat/Tgl Lahir : Purwokerto/06 Oktober 1982
7. Alamat : Komp. TASBIH Blok YY No. 99 Medan
8. Anak Ke : 2 (Dua)
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Status : Belum Kawin
11. Nama Ayah : Ir. Soejiarno (Alm)
12. Nama Ibu : Dra. Yayuk Sri Rahayu, MBA (Alm)
PENDIDIKAN
1. Tamat SD di SD Negeri Sompok II Semarang pada tahun 1994.
2. Tamat SMP di SLTP Negeri 8 Semarang pada tahun 1997.
3. Tamat SMU di SMU Swasta Harapan pada tahun 2000.
4. Tamat Strata Satu (S1) Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara tahun 2005 di Medan.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Pengertian Agribisnis... 9
2.2. Pendapatan Usahatani ... 12
2.3. Pengembangan Wilayah ... 16
2.4. Penelitian Terdahulu ... 18
2.5. Kerangka Pemikiran ... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ... 24
3.1. Lokasi Penelitian... 24
3.2. Jenis dan Sumber Data... 24
3.3. Populasi dan Sampel ... 25
3.4. Metode Analisis Data... 26
3.5. Batasan Operasional ... 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang... 29
4.1.1. Letak Geografis ... 29
4.1.2. Kependudukan... 29
4.1.3. Prasarana Perhubungan ... 32
4.1.4. Prasarana Ekonomi... 33
4.1.5. Sarana Sosial Budaya ... 34
(13)
4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel ... 35
4.2.1. Umur Pengusaha Sampel... 35
4.2.2. Pendidikan ... 36
4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani ... 37
4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias ... 38
4.3.1. Identitas Usahatani ... 38
4.3.1.1. Penyediaan Sarana Produksi ... 39
4.3.1.2. Pemeliharaan Tanaman ... 47
4.3.1.3. Pengelolaan Tanaman ... 50
4.3.1.4. Pemasaran Tanaman Hias ... 51
4.3.1.5. Sub Sistem Penunjang... 52
4.3.1.6. Analisis Usahatani Tanaman Hias ... 55
4.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias ... 58
4.5. Analisis Kontribusi Usahatani Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang ... 63
4.5.1. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Pendapatan Daerah ... 63
4.5.2. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Perbaikan Infrastruktur... 64
4.5.3. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Peluang Kesempatan Kerja... 66
4.5.4. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Sektor Informal ... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia ... 4
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25
3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias... 25
4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa ... 30
4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa ... 31
4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa ... 32
4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 33
4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 34
4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 35
4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia... 36
4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha ... 36
4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani... 37
4.10. Data Toko dan Jumlah Sarana Produksi Pertanian yang Terjual/Bulan... 55
4.11. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda... 58
4.12. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2007 ... 65
(15)
4.13. Banyaknya Sarana Angkutan di Kecamatan Tanjung Morawa
Tahun 2007 ... 73 4.14. Peranan Sub Sistem Agribisnis dan Sub Sistem Penunjang dalam Kegiatan Usahatani Tanaman Hias ... 74
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Bagan Agribisnis ... 10
2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani ... 14
2.3. Skema Kerangka Berpikir ... 22
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Karakteristik Pengusaha Tanaman Hias ... 81
2. Rekapitulasi Data Modal... 82
3. Rekapitulasi Data Pupuk ... 83
4. Rekapitulasi Data Pembelian Pestisida ... 85
5. Rekapitulasi Pembuatan Pondokan ... 86
6. Rekapitulasi Alat Pertanian... 87
7. Rekapitulasi Data Lahan ... 88
8. Rekapitulasi Data Tenaga Kerja ... 89
9. Rekapitulasi Data Subsistem Perawatan Jenis dan Kegiatan Perawatan yang Dilakukan Pengusaha Sampel ... 90
10. Rekapitulasi Data Pengolahan ... 92
11. Rekapitulasi Data Daerah Asal Konsumen ... 93
12. Rekapitulasi Data Kepemilikan Alat Transportasi... 94
13. Rekapitulasi Data Penjualan Jenis Tanaman Hias ... 95
14. Rekapitulasi Data Perhatian dari Pemerintah Daerah Setempat ... 99
15. Rekapitulasi Data Pendapatan... 100
16. Rekapitulasi Data Pungutan Retribusi ... 101
17. Analisis Regresi Linier Berganda ... 102
(18)
ABSTRAK
Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.
Kata Kunci: Kontribusi, Tanaman Hias, Pendapatan Pengusaha, Pengembangan Wilayah.
(19)
ABSTRACT
Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.
This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.
The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.
Keywords: Contribution, Decorative Plants, Businessman Income, Regional Development.
(20)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas lahan pertanian yang cukup besar. Salah satu kegiatan yang banyak digeluti masyarakat Indonesia adalah bertani (usahatani), yakni menanam berbagai jenis tanaman yang menghasilkan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk diperdagangkan.
Usahatani tersebut bukan berasal dari keajaiban, tetapi hasil dari kerja keras dan efisiensi oleh banyak orang dalam suatu sistem yang mencakup kegiatan-kegiatan
atas bahan masukan (input), produksi (farm), pengolahan (proccesing), dan
pemasaran bahan pangan (output factor). Sistem tersebut dimulai dari berbagai
kegiatan dalam sektor barang perlengkapan pertanian yang memasok berbagai macam
input produksi barang dan jasa (sarana produksi pertanian-saprotan) kepada usaha tani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemrosesan/pengolahan, pemasaran/ tataniaga, dan distribusi barang kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Semakin lama sesuai dengan perkembangan zaman, proses produksi hasil-hasil pertanian menjadi semakin bertambah kompleks dan terspesialisasi. Di lain pihak, penghasilan konsumen semakin meningkat sehingga mereka menuntut pelayanan dan kualitas yang lebih baik dalam pembelian produk-produk pertanian. Kecenderungan ini terus berlanjut sehingga keberadaan sektor agribisnis menjadi
(21)
semakin penting karena tidak saja bertanggung jawab untuk menyediakan berbagai jenis dan jumlah bahan input yang tepat, tetapi juga bertanggung jawab terhadap
bauran pemasaran (marketing mix) yang tepat untuk produk, pada saat tersebut
produk bergerak melalui sistem pengolahan bahan pangan sampai dengan ke konsumen terakhir (Firdaus, 2008).
Sejak dekade terakhir kegiatan usaha tanaman hias berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias dilakukan secara komersial, Usahatani tanaman hias mampu menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usaha tanaman hias di dalam negeri berhubungan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran. Pengembangan usaha tanaman hias perlu didorong agar mampu memberi peran yang lebih besar terhadap pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan tanaman hias juga diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi.
Kegiatan usaha tanaman hias dilakukan di berbagai daerah dengan melibatkan keluarga petani kecil maupun pengusaha. Sejak dahulu tanaman hias telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman hias banyak dimanfaatkan untuk menyemarakkan berbagai acara, seperti selamatan, kelahiran perkawinan dan
(22)
kematian. Bahkan di beberapa daerah, tanaman hias digunakan untuk acara keagamaan. Seiring dengan masuknya pengaruh peradaban Barat, penggunaan tanaman hias semakin meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah. Bahkan, pemanfaatan tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib. Dengan makin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias permintaan pasar domestik dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam (Direktorat Tanaman Hias, 2004).
Semakin meningkat permintaan pasar dunia untuk bunga-bungaan tropis, maka semakin terbuka prospek wirausaha bagi para pengusaha dan petani bunga di Indonesia. Keberhasilan pembangunan agribisnis tanaman hias dan bunga diperlukan keterpaduan para pelaku yang bergerak di bidang bisnis komoditas tersebut. Salah satu cara yang ditempuh oleh para petani adalah mengubah arah menjadi lebih profesional. Prospek agribisnis tanaman hias dan bunga potong amat cerah, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sasaran ekspor. Permintaan pasar dunia terhadap tanaman hias dan bunga-bungaan cenderung terus meningkat (Rukmana, 1995).
(23)
Perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Orchid (Ton) 4.450.787 4.995.735 6.904.109 8.127.528 7.902.403
Anthurium (Ton) 773.299 1.006.075 1.263.770 1.112.724 2.615.999
Gladiolulus (Ton) 4.448.199 10.876.948 7.114.382 14.416.172 14.512.619
Heliconia (Ton) 448.338 797.139 681.920 823.747 1.131.568
Crisantenum (Ton) 7.387.737 25.804.630 27.406.464 29.503.257 47.465.794
Rose (Ton) 84.951.741 55.708.137 50.766.656 57.983.747 60.719.517
Tuberose (Ton) - - 16.139.563 33.226.112 32.611.284
Yasmine (Ton) - - 15.740.955 21.622.699 22.552.537
Palm (Ton) - - 668.154 445.126 751.505
Dracaena (Ton) - - 2.553.020 1.778.582 1.131.621
Anyelir (Ton) - - 2.391.113 2.196.377 2.216.123
Hebras (Ton) - - 3.071.903 2.349.399 4.065.057
Sumber: BPS Data Produksi Tanaman Hias Indonesia, 2005.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pemasaran tanaman hias diantaranya:
1. Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap proaktif
mengikutinya.
2. Data dan informasi mengenai tanaman hias jumlahnya terbatas, perlu
sosialisasi antara sesama pelaku pasar sejenis. 3. Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.
Penjelasan di atas dapat mewakili beberapa permasalahan yang dialami oleh pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu:
1. Pola permintaan pasar yang tidak menentu.
Bagi pengusaha tanaman hias, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya. Pada masyarakat modern, hasil produksi selalu dijual. Produksi yang
(24)
dihasilkan untuk dijual kepasaran harus disesuaikan dengan permintaan pasar, baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya. Permasalahan yang terdapat di pasaran adalah keinginan pasar akan suatu jenis komoditas tanaman hias cenderung berubah-ubah. Saat trend pasar menyukai suatu jenis tanaman hias maka harga tanaman hias tersebut mampu meningkat dengan tajam, namun hanya berselang beberapa waktu saja harga tanaman tersebut akan jatuh. Hal ini terjadi karena selera pasar berubah pada jenis tanaman yang lain. Perubahan pola selera pasar yang cenderung tajam, mendorong kinerja pengusaha untuk selalu memantau perkembangan pasar tanaman hias.
2. Produksi yang dihasilkan.
Permasalahan yang dialami berkaitan dengan penyediaan input adalah apabila permintaan tanaman hias dalam jumlah besar, pengusaha banyak yang tidak mampu untuk memenuhinya. Pengusaha mengatasi kekurangan jumlah tanaman hias dengan membeli kekurangan tersebut dari pengusaha lain. Kenyataan ini tentu dapat mengurangi pendapatan yang pengusaha peroleh.
Hal ini sesuai dengan tulisan yang dibuat oleh Riskomar dalam harian Pikiran
Rakyat tertanggal 20 Juli 2002 dengan judul Industri Agribisnis Bunga Tunggu
Investor yaitu salah satu kendala terbesar bagi pengusaha yang ingin terjun dalam bidang ini adalah pola permintaan pasar yang tidak menentu. Permintaan produk-produk tanaman hias cenderung terus meningkat. Saat ini pasar-pasar dalam negeri, secara spesifik juga memerlukan produk-produk tersebut dalam volume dan kualitas yang semakin besar. Bahkan ditingkat produsen, baik domestik maupun internasional menuntut ketersediaan dalam jumlah banyak dengan beberapa syarat, kualitas
(25)
maupun kwantumnya harus kontinyu. Sayangnya, dalam pemenuhan kebutuhan permintaan pasar tersebut, dinilai masih sangat terbatas.
Di dalam memasarkan produknya, pengusaha tanaman hias di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru telah memiliki pasar tersendiri di masyarakat. Konsumen berasal dari Aceh, Medan, Riau, Pekanbaru, Padang, maupun Batam. Pembelian selain dalam jumlah besar, tidak menutup kemungkinan untuk pembelian dalam jumlah satuan. Permintaan akan tanaman hias cukup berkesinambungan, namun tidak semua pengusaha tanaman hias merasa bahwa dari usaha taninya tersebut mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini disebabkan jumlah pengusaha tanaman hias di daerah tersebut cukup banyak, sehingga persaingan diantara pengusaha ketat.
Dengan semakin berkembangnya sektor agribisnis tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa ini, maka dapat dikatakan bahwa Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru merupakan sentral penjualan tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang. Usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru pernah menjadi juara III tingkat Provinsi Sumatera Utara pada kategori Desa Sentral Tanaman Hias. Dengan alasan tersebut, Pemerintah setempat menjadikan wilayah ini sebagai lokasi pariwisata tanaman hias. Pemerintah mencanangkan Desa Bangun Sari menuju Desa Wisata tahun 2008.
Keberadaan usahatani tanaman hias tidak saja memberikan keuntungan pada pengusaha yang berkecimpung di sektor ini, namun diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang. Manfaat usahatani
(26)
tersebut selain menyumbang retribusi sebagai salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun juga menciptakan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar maupun orang luar.
1.2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan keterangan yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu diperoleh beberapa permasalahan untuk dikaji meliputi:
a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman
hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?
b. Bagaimana kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan
wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman
hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
b. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah
(27)
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu:
a. Memberi sumbangan pemikiran kepada para pengusaha tanaman hias dalam
rangka mendorong dan mengembangkan kegiatan usaha.
b. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam
menyusun perencanaan pengembangan usaha agribisnis tanaman hias. c. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Agribisnis
Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian” (Soekartawi, 2005).
Keterkaitan antara industri hulu, industri hilir, kegiatan usahatani dan subsistem pendukungnya digambarkan pada Gambar 2.1.
(29)
Kegiatan usaha yang Agribisnis
menghasilkan/menye-diakan prasarana/ sarana/input bagi kegiatan pertanian (industri pupuk, alat-alat pertanian, pestisida, dsb)
Kegiatan Pertanian
Kegiatan usaha yang menggunakan hasil pertanian sebagai input (industri pengolahan hasil pertanian, perdagangan, dsb) Sub Sistem Pendukung
Gambar 2.1. Bagan Agribisnis
Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan dan upaya memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Maksud dari memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang dibutuhkan, irigasi dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim
hujan, memanen dalam musim kering atau menanam perennial crops pada tanah
miring/lereng dan sebagainya (Siagian, 2003).
Potensi pengembangan sektor agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari sisi
penawaran (supply side) maupun sisi permintaan (demand side). Potensi sisi
penawaran antara lain:
a. Indonesia memiliki sumber daya agroklimat yang sangat besar dan terlengkap di dunia, sehingga hampir semua komoditas agribisnis dapat dihasilkan dari Indonesia.
(30)
b. Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati (biodervisity) yang terbesar di dunia namun belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya tanaman obat-obatan (bahan farmasi) dihasilkan dari seluruh bumi Indonesia.
c. Indonesia memiliki sumber tenaga kerja yang masing-masing terakomodasi
dalam agribisnis.
d. Terdapat lembaga penelitian dan pengembangan agribisnis dari departemen,
perguruan tinggi yang didukung oleh kwalitas sumber daya manusia, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal.
e. Lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat yang ada di setiap daerah telah berpengalaman dan mempunyai akumulasi pengetahuan dalam membangun agribisnis (Saragih, 1999).
Secara operasional, pembangunan agribisnis pada tingkat wilayah dilaksanakan dengan mengoptimalkan pengembangan sentra-sentra produksi komoditi unggulan. Prinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah pendayagunaan secara optimal sumber daya yang ada melalui pengembangan komoditas yang berorientasi pasar dalam dan luar negeri dengan memperhatikan perwilayahan komoditas secara regional maupun nasional serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan industri hulu dan hilir.
Sektor agribisnis memberikan peran yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia dalam hal:
a. Sumber pertumbuhan ekonomi.
(31)
c. Mengembangkan pembangunan daerah. d. Sumber devisa negara.
Menurut Supardi (2001) bahwa akhir tahun 1998 sektor agribisnis memperlihatkan pertumbuhan yang positif sebesar 0,26% sementara sektor lain memperlihatkan pertumbuhan yang negatif. Sistem pertanian agribisnis merupakan model pertanian yang paling cocok untuk dikembangkan saat ini, yang mana terdapat keterkaitan antara sub sektor dan akan menimbulkan perubahan struktural.
2.2. Pendapatan Usahatani
Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi di Indonesia bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang usaha pertanian (petani, nelayan dan peternak) di pedesaan. Hal ini dapat tercapai bila pendapatannya ditingkatkan dari sumber pendapatannya baik dari pertanian maupun non pertanian.
Pendapatan merupakan fungsi dari jumlah yang terjual dan harga jual. Artinya pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual. Dalam kenyataan bisnis, pendapatan dan laba terbesar tidak dicapai pada produksi dan penjualan terbanyak. Dalam memperoleh pendapatan atau keuntungan dari usaha taninya, petani harus
membandingkan antara hasil yang dicapai (total revenue) dengan biaya yang
dikeluarkan (total cost). Dengan demikian pengusaha perlu memutuskan untuk
(32)
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR – TC TR = Y. Py TC = FC + VC Di mana:
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total Penerimaan (total revenue) TC = Total Biaya (total cost)
FC = Biaya Tetap (fixed cost) VC = Biaya Variabel (variabel cost)
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y (Rahim, 2007).
Prawirokusumo (1990), menggambarkan bagaimana dalam suatu usahatani terjadi arus input yang pada akhirnya menjadi output dalam suatu usaha, bagan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
(33)
Material
Rumah Tangga
Penjualan
Tanaman - Ternak Tenaga Kerja
Usaha Tani
Capital Manajemen
Pengadaan
Pangan
Konsumsi Cash Income
Pinjaman Pendapatan dari sektor lain
Gambar 2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani
Ada beberapa pembagian tentang pendapatan (income) yaitu:
1. Gross dan net income: Gross income adalah pendapatan usahatani yang belum direduksi dengan biaya, sedang net income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.
2. Gross income dapat pula dibagi ke dalam dua bentuk yaitu bentuk cash dan non cash.Cash berdasar dari penjualan hasil produksinya, dapat dari tanaman maupun
(34)
ternak. Sedang yang non-cash dapat berupa produk yang dikonsumsi langsung oleh petani atau ditukar komoditi lain atau didonasikan, atau dapat berupa barang dan service. Hasil usaha yang ditimbun (perubahan inventaris) juga termasuk non cash.
3. Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan bagi si pengelola. Merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Sisa ini merupakan jumlah tersisa setelah semua input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan telah dijumlahkan. Pendapatan ini biasanya pendapatan negatif bagi usaha tani kecil ataupun keluarga. Pada usaha komersial laba ini harus ada, malah setelah pendapatan pengelola masih harus dibayarkan lagi kedalam:
3. Imbalan jasa manajemen (upah petani sebagai pengelola).
4. Net profit yang disebut pula pure profit yang merupakan imbalan bagi resiko perusahaan.
4. Pendapatan tenaga kerja petani yaitu pendapatan pengelola ditambah upah tenaga kerja petani. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung. Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri, sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani merupakan pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani
(35)
dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (Soekartawi, 1995).
Simanjuntak (1986), menyatakan kita harus menentukan suatu saat (musim) yang tepat untuk memilih harga tertentu yang akan digunakan dalam menentukan analisa pasar yang menguntungkan. Harga tidak stabil karena pasar tidak sempurna, antara lain lembaga pemasaran yang tidak fleksibel, pengawasan harga, informasi yang tidak sempurna mengenai harga yang tidak ditawarkan oleh penjual dan pembeli saingan, unsur-unsur monopoli, harga tradisionil dan sebagainya. Untuk menghindari resiko ketidakpastian yaitu memperhitungkan pengeluaran biaya, penggunaan waktu (musiman), selera konsumen serta perubahan tekhnologi baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
2.3. Pengembangan Wilayah
Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk
memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Alkadri dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999)
pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan. Pengembangan juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi, belajar memanfaatkan kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses belajar (learning process). Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas
(36)
hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan. Mengacu pada filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah merupakan upaya memberdayakan stakeholders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah,
terutama dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungandi wilayah tersebut
dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Pengembangan
wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, manusia dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.
Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum pusat/inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman atau penduduk,
(b) pemusatan industri (c) tempat pemasaran bahan-bahan mansion dan (d) tempat
pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi sebagai tempat proses bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran produk-produk industri (Sunyoto, 1998).
Pengembangan wilayah dapat diartikan pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah pedesaan yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).
(37)
Suryana (1998), menyatakan bahwa pengembangan agribisnis pada konsepsi pembangunan pertanian yang modern dan kompetitif pada daerahnya berdasar pada upaya untuk menumbuhkan sistem agribisnis yang terpadu dan utuh yaitu dengan menghadirkan seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis pada suatu wilayah pengembangan. Menghadirkan di sini memiliki pengertian baik secara fisik ataupun keterjangkauan untuk mengembangkan suatu usaha pertanian secara utuh.
Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung oleh penyediaan sarana-sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi dan organisasi pemasaran yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan baik, maka produktivitas hasil pertanian menjadi tinggi sehingga pendapatan petani meningkat di samping menyumbangkan devisa negara.
Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat (social system) dan lingkungan hidup
serta sumber-sumber daya alamnya (ecosystem). Konsepsi pembangunan regional
selain menjamin keserasian pembangunan antar daerah, akan menjembatani pula hubungan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan agribisnis tanaman hias antara lain
(i) Rahmat (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Perspektif Pengembangan
(38)
pertumbuhan baru sektor pertanian baik sebagai sumber devisa maupun sumber pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
potensi pasar domestik maupun pasar ekspor (ii) dalam penelitiannya Analisis
Kelayakan Usaha Komoditi Tanaman Hias Bunga Potong Non Anggrek, Arini Agustini (1999) menyatakan bahwa kuantitas penjualan berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh pedagang bunga potong non Anggrek.
2.5. Kerangka Pemikiran
Agribisnis adalah suatu konsep yang utuh terdiri dari proses produksi, mengolah hasil dan pemasaran. Kegiatan agribisnis merupakan suatu rangkaian kegiatan sub sistem berupa penyediaan sarana produksi, usaha tani, pengolahan serta pemasaran. Di mana keseluruhan sub sistem dan pelaksanaannya ditunjang oleh kegiatan jasa yang dapat berupa jasa transportasi ataupun jasa keuangan. Pengusaha tanaman hias yang berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru melakukan kegiatan agribisnis ini.
Kegiatan agribisnis yang dijalankan pengusaha terdiri dari serangkaian perlakuan terhadap tanaman komoditi. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas penyediaan sarana produksi yaitu penyediaan modal, tenaga kerja, lahan komoditi dan manajemen usaha. Pengusaha melakukan usahatani yang terdiri dari penanaman, pembibitan serta perawatan tanaman. Pemasaran tanaman hias itu sendiri telah mencakup daerah Medan, luar Sumatera bahkan telah ke luar negeri.
(39)
Kegiatan agribisnis dapat berjalan dengan baik karena adanya jasa penunjang yaitu berupa jasa transportasi. Seluruh rangkaian kegiatan agribisnis dilakukan dengan harapan untuk dapat meningkatkan mutu ataupun kualitas tanaman sehingga harga jual tanaman dapat terdongkrak naik yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan mereka.
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.
Apabila jumlah faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka ongkos produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Jika jumlah suatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka ongkos produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya adalah tetap nilainya.
Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan
(40)
wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang bersangkutan.
Apabila memandang suatu wilayah minimal ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi, selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang mempunyai sumber daya yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan tekhnologi akan cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya.
Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka disusun skema kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 2.3:
(41)
Harga tanaman hias:
- Biaya
- Selera pasar Kegiatan agribisnis terdiri
dari:
- Penyediaan Saprodi
- Usahatani
- Pengolahan
- Pemasaran
Pendapatan pengusaha
Pengembangan Wilayah Produksi dipengaruhi:
- Modal
- PAD
- Infrastruktur
- Kesempatan
kerja
- Sektor-sektor informal lain
- Tenaga Kerja
- Pengalaman
Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis:
1. Modal, tenaga kerja, pengalaman, dan kemampuan pengusaha untuk
melakukan ekspektasi selera pasar berpengaruh positif dan nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias.
4. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah
di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang terdiri atas penambahan pemasukan pada Pendapatan Asli Daerah, perbaikan
(42)
infrastruktur, membuka peluang kesempatan kerja serta peningkatan pada sektor-sektor informal lainnya.
(43)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 2 (dua) desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi terhadap kedua desa meliputi: Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
Pemilihan lokasi penelitian pada kedua desa tersebut dengan ketentuan bahwa dijumpai pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis tanaman hias. Pengusaha yang lokasi usahanya berada di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru berjumlah total sebanyak 350 buah nursery.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan kedua jenis data digunakan 3 macam teknik, yaitu:
1. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meminta
keterangan melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Pencatatan, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data
yang telah ada pada dinas maupun instansi terkait dengan penelitian.
3. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
(44)
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengusaha sampel. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari literatur, tulisan ilmiah, buku, dan dinas instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti BPS, Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan.
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber Data
1. Gambaran Umum Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru
Sekunder Kantor Camat,
Kelurahan, BPS
2. Identitas pedagang tanaman hias Primer Survey/kuisioner
3. Usahatani agribisnis tanaman hias Primer Survey/kuisioner
4. Jumlah produksi tanaman hias Primer Survey/kuisioner
5. Sub sistem penunjang yang tersedia Primer Survey/kuisioner
6. Sektor informal yang terkait dengan usaha
agribisnis tanaman hias
Primer Survey/kuisioner
7. Pengembangan wilayah (PAD, kesempatan
kerja, infrastruktur dan sektor lain)
Primer Survey/kuisioner
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian terdiri dari para pengusaha agribisnis tanaman hias yang usahanya berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
Tabel 3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias
No Desa Pengusaha (Orang) Sampel (Orang)
1. Bangun Sari 228 23
2. Bangun Sari Baru 122 12
Jumlah 350 35 Sumber: Kantor Kepala Desa Masing-masing, 2008
(45)
3.3.2. Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara random sampling.
Teknik random sampling ini digunakan karena populasi yang terdapat di lokasi
penelitian adalah homogen. Arti homogen adalah setiap pedagang yang berlokasi di Desa Bangun Sari dan Bangun Sari Baru mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel.
Sampel yang digunakan sebanyak 23 orang untuk pengusaha di Desa Bangun Sari dan 12 orang pengusaha di Desa Bangun Sari Baru sehingga total sampel sebanyak 35 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang menyatakan sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana.
3.4. Metode Analisis Data
a. Untuk menjawab perumusan masalah (1) dilakukan dengan menggunakan
metode Regresi Linear Berganda, dengan persamaan: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D + e
Di mana:
Y = Pendapatan pengusaha (Rp)/bulan
β0 = Konstanta
(46)
X1 = Modal (Rp)
X2 = Tenaga Kerja (HKP)
X3 = Pengalaman (Tahun)
D = 1 = Pengusaha mampu untuk melakukan ekspektasi selera pasar = 0 = Pengusaha tidak mampu untuk melakukan ekspektasi selera
pasar
e = Term Error
Dengan kriteria uji : Terima H1, tolak H0 jika t hit > t tabel (0,05)
Terima H0, tolak H1 jika t hit < t tabel (0,05)
b. Untuk menjawab perumusan masalah (2) dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif yang akan menganalisis seberapa besar kontribusi yang diberikan usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), penciptaan peluang kesempatan kerja, infrastruktur dan pengembangan sektor-sektor usaha yang lain.
3.5. Batasan Operasional
1. Pengusaha dalam penelitian ini adalah pengusaha tanaman hias yang usahanya berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
2. Agribisnis adalah usaha-usaha atau kegiatan yang terkait erat dengan produksi (farm production) yaitu pengadaan input produksi (agro input), kegiatan pengolahan (processing) hasil dan pemasaran hasil.
3. Pendapatan adalah penerimaan dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya produksi yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
(47)
4. Tenaga kerja adalah pencurahan atau pemakaian tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola usaha tani tanaman hias dengan menggunakan tenaga kerja keluarga atau luar keluarga (HKP).
5. Modal meliputi segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan digunakan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan. Diukur dalam satuan rupiah (Rp).
6. Pengalaman kerja seseorang akan menentukan tingkat atau ketrampilannya.
Semakin berpengalaman seseorang dalam suatu bidang pekerjaan maka ketrampilannya dalam pekerjaan tersebut akan semakin tinggi. Diukur dalam satuan tahun (Thn).
7. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan. Diukur dalam satuan rupiah (Rp).
8. Harga jual adalah harga tanaman hias yang ditentukan dengan menambahkan
biaya yang dikeluarkan dengan laba yang diinginkan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
9. Jumlah produksi adalah jumlah tanaman hias yang dihasilkan dari kegiatan
agribisnis yang dilakukan dalam suatu periode tertentu, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
(48)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di daerah
Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 131,75 Km2
atau 13,175 Ha. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terletak di 03030’ sampai dengan 11060’ Lintang Utara dan 98046’ sampai dengan 103083’ Bujur Timur. Memiliki suhu udara rata-rata 230 – 330 Celcius.
Jarak kantor kecamatan dengan ibukota kabupaten 12 Km, sedangkan jarak kantor kecamatan dengan ibukota propinsi adalah 16 Km. Secara administrasi Kecamatan Tanjung Morawa berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin.
Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hilir.
Sebelah Barat : Kecamatan Patumbak, Percut Sei Tuan dan Kota Medan.
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagan Merbau.
4.1.2. Kependudukan
Kecamatan Tanjung Morawa memiliki jumlah penduduk 175.703 jiwa yang terdiri dari 88.272 laki-laki, dan 87.431 perempuan dengan jumlah rumah tangga 39.799 kepala keluarga (KK). Keseluruhan penduduk Kecamatan Tanjung Morawa
(49)
adalah warga negara Indonesia yang sebahagian besar berasal dari suku atau etnis Jawa, Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Tapsel, Minang, Banjar, Aceh dan lainnya. Agama yang dianut adalah Islam, Protestan, Katholik, Budha dan Hindu. Untuk mengetahui distribusi luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Luas Desa
(Km)
Penduduk Kepadatan Penduduk
1. Medan Senembah 3.50 6359 1817
2. Bandar Labuhan 2.70 4978 1844
3. Bangun Rejo 6.92 9790 1415
4. Aek Pancur 5.01 444 89
5. Naga Timbul 5.00 3697 739
6. Lengau Seprang 4.25 4293 1010
7. Sei Merah 22.04 1628 74
8. Dagang Kerawan 1.96 5269 2688
9. Tanjung Morawa Pekan 0.50 7878 15756
10. Tanjung Morawa A 3.07 11949 3892
11. Limau Manis 8.11 15810 1949
12. Ujung Serdang 3.93 3262 830
13. Bangun Sari 6.61 14748 2231
14. Bangun Sari Baru 6.53 6046 926
15. Buntu Bedimbar 3.00 15880 5293
16. Telaga Sari 2.00 5631 2816
17. Dagang Kelambir 1.25 3177 2542
18. Tanjung Morawa B 6.00 15289 2548
19. Tanjung Baru 5.07 8230 1623
20. Punden Rejo 1.10 2350 2136
21. Tanjung Mulia 1.57 1666 1061
22. Pardamean 4.06 5061 1247
23. Wonosari 7.14 10510 1472
24. Dalu Sepuluh A 4.90 5803 1184
25. Dalu Sepuluh B 10.00 5567 557
26. Penara Kebun 5.53 388 70
Jumlah 131.75 175703 1334
(50)
Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa desa yang paling luas adalah Desa Sei Merah, dan yang paling banyak penduduknya adalah Desa Buntu Bedimbar.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan menurut desa di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Tani Indus
tri Perke bu-nan Peda gang Ang-kutan Jasa Masya-rakat PNS/ TNI Polri Lain nya
1. Medan Senembah 185 355 1 39 13 8 45 21
2. Bandar Labuhan 35 71 - 44 180 5 113 16
3. Bangun Rejo 105 602 1 77 22 159 47 17
4. Aek Pancur - - 73 8 4 - 5 10
5. Naga Timbul 430 38 1 43 15 30 9 10
6. Lengau Seprang 479 56 - 35 16 10 27 6
7. Sei Merah - 62 77 12 - 1 30 4
8. Dagang Kerawan 20 13 5 87 1 37 52 11
9. Tanjung Morawa Pekan 5 40 - 410 568 61 69 10
10. Tanjung Morawa A 203 1479 - 124 36 86 65 19
11. Limau Manis 490 762 23 119 75 270 895 31
12. Ujung Serdang 142 2013 - 48 20 8 46 20
13. Bangun Sari 323 2213 - 106 - 25 111 10
14. Bangun Sari Baru 600 424 3 73 23 923 69 8
15. Buntu Bedimbar 88 2277 25 126 78 123 564 14
16. Telaga Sari 90 1152 2 72 - 33 23 20
17. Dagang Kelambir 177 604 - 30 42 8 22 12
18. Tanjung Morawa B 357 9931 - 227 58 31 139 18
19. Tanjung Baru 394 2053 - 81 5 46 64 9
20. Punden Rejo 366 - - 20 9 22 29 7
21. Tanjung Mulia 750 14 - 15 25 9 31 8
22. Pardamean 887 80 - 79 35 31 218 11
23. Wonosari 1220 203 - 110 59 187 365 10
24. Dalu Sepuluh A 970 1429 - 60 - 183 29 14
25. Dalu Sepuluh B 608 200 - 57 - 82 36 34
26. Penara Kebun - 28 90 7 4 - 14 28
Jumlah 8924 26099 301 2115 1286 2301 3117 378
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sektor industri dan tani merupakan jenis pekerjaan utama penduduk Kecamatan Tanjung Morawa.
(51)
4.1.3. Prasarana Perhubungan
Prasarana perhubungan (jalan) sebagai urat nadi perekonomian suatu wilayah terlihat sudah memadai di Kecamatan Tanjung Morawa. Panjang jalan di Kecamatan Tanjung Morawa tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Aspal
(Km)
Diperkeras (Km)
Tanah (Km)
1. Medan Senembah 4 8 3
2. Bandar Labuhan 3 4 3
3. Bangun Rejo 3 8 11
4. Aek Pancur - 11 9
5. Naga Timbul 6 3 1
6. Lengau Seprang - 6 3
7. Sei Merah 5 13 13
8. Dagang Kerawan 7 1 1
9. Tanjung Morawa Pekan 4 - 2
10. Tanjung Morawa A 5 1
-11. Limau Manis 5 9 3
12. Ujung Serdang 4 1 1
13. Bangun Sari 10 5 4
14. Bangun Sari Baru 1 10 2
15. Buntu Bedimbar 4 3 2
16. Telaga Sari 2 4 1
17. Dagang Kelambir 2 3 1
18. Tanjung Morawa B 6 7 3
19. Tanjung Baru 3 6 1
20. Punden Rejo - 6 2
21. Tanjung Mulia 1 3 4
22. Pardamean 4 9 4
23. Wonosari 5 6 2
24. Dalu Sepuluh A 2 6 1
25. Dalu Sepuluh B 3 8 3
26. Penara Kebun - 7 6
Jumlah 89 148 86
(52)
Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa prasarana jalan yang terdapat pada daerah penelitian, untuk jalan yang diaspal dan diperkeras merupakan yang terpanjang dari seluruh desa di Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini, dapat dimaklumi karena daerah Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru merupakan sentral usaha tani tanaman hias, yang mana jalan merupakan syarat mutlak untuk alur mobilitas perdagangannya.
4.1.4. Prasarana Ekonomi
Prasarana ekonomi di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)
1. Bank 3
2. BPR 4
3. Pengadaian 1
4. Pasar Desa/Kelurahan 6
5. Toko 286
6. Kios 393
7. Warung 519
Sumber : BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008
Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa prasarana ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa cukup banyak.
(53)
4.1.5. Sarana Sosial Budaya
Sarana sosial budaya di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Sarana Sosial Budaya Jumlah (Unit)
Sarana Pendidikan
TK (Taman Kanak-kanak) 16
SD (Sekolah Dasar) 68
SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) 19
1.
SMU (Sekolah Menengah Umum) 23
Sarana Keagamaan
Mesjid 74 Musholla 55 Gereja 12 2.
Wihara 9
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit 4
Puskesmas 2 Pustu 9 Poliklinik 28 3
Rumah Bersalin 7
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Tanjung Morawa sudah berkembang dengan baik. Sarana pendidikan telah tersedia dari tingkat TK sampai dengan SMU. Untuk pendidikan tingkat Perguruan Tinggi masyarakat Tanjung Morawa dapat meneruskan di daerah Medan yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kecamatan Tanjung Morawa.
Sarana kesehatan di Kecamatan Tanjung Morawa terdiri atas rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya, telah tersedia dalam jenis bidang sarana kesehatan yang berbeda.
(54)
4.1.6. Sarana Pemerintahan
Untuk mengarahkan roda pemerintahan yang baik dibutuhkan sarana pemerintahan yang memadai, dan hal tersebut telah cukup terpenuhi di Kecamatan Tanjung Morawa. Mengenai sarana pemerintahan dapat dilihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)
1. Kantor Kecamatan 1
2. Kantor Desa 12
3. Balai Desa 1
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sarana pemerintahan telah memadai. Hal ini, ditandai dengan tiap-tiap desa telah memiliki kantor Kepala Desa dan terdapat 1 Balai Desa yang digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul dan mengadakan rapat.
4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel 4.2.1. Umur Pengusaha Sampel
Berdasarkan penelitian ini, usia yang dimaksud adalah umur pengusaha (sampel) pada saat penelitian dilakukan, usia petani bervariasi yaitu antara 25 sampai dengan 60 tahun dengan rata-rata 43,17 tahun atau 43 tahun (Lampiran 2). Usia pengusaha sampel menurut kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.7:
(55)
Tabel 4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia
No Kelompok Usia
(Tahun)
Jumlah
Pengusaha Persentase (%)
1. 25 – 35 1 2,86
2. 36 – 45 22 62,86
3. 46 – 55 10 28,57
4. > 56 2 5,7
Total 35 100
Sumber: Data primer, 2009.
Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa golongan usia pengusaha yang terbesar adalah berusia antara 36-45 tahun yaitu sebanyak 22 pengusaha atau sebesar 62,86% dari total jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil berusia 25-35 tahun yaitu sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh pengusaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang pendidikan pengusaha bervariasi dari yang tidak sekolah sampai pada tingkat S1 (Lampiran 2). Tabel 4.8 menyajikan jenjang pendidikan pengusaha di Kota Medan.
Tabel 4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha
No Tingkat
Pendidikan Jumlah Sampel Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 1 2,86
2. SD 6 17,14
3. SLTP 7 20
4. SLTA 17 48,6
5. Diploma 1 2,86
6. Strata Satu (S1) 3 8,6
Total 35 100
(56)
Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengusaha yang terbesar adalah tamatan SLTA yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 48,6% dari total jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.
4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani
Pengalaman bertani yang dimaksudkan adalah lamanya pengusaha menekuni usaha tanaman hias. Pengalaman berusaha para pengusaha bervariasi seperti dirangkum pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani
No Pengalaman
(Tahun)
Jumlah
Sampel Persentase (%)
1. 5-10 29 82,86
2. 11-15 2 5,7
3. 15-20 4 11,43
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2009.
Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pengalaman pengusaha dalam menekuni usahatani tanaman hias sebagian besar adalah antara 5 sampai dengan 10 tahun yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 82,86% dari total jumlah pengusaha sampel, sedangkan paling sedikit adalah 15 atau 20 tahun sebanyak 4 pengusaha atau sebesar 11,43% (Lampiran 2).
(57)
4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias 4.3.1. Identitas Usahatani
Usahatani tanaman hias adalah suatu jenis usaha pertanian yang banyak diusahakan oleh penduduk Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Sistem pengusahaan dilaksanakan dalam kegiatan agribisnis yang artinya pedagang menjalankan kegiatan-kegiatan subsistem dari hilir ke hulu.
Untuk memudahkan dan mengarahkan penjelasan mengenai sistem agribisnis yang dijalankan oleh pengusaha maka disusun skema usahatani tanaman hias pada Gambar 4.1:
PENYEDIAAN SAPRODI : - Modal
- Lahan - Tenaga Kerja
- Komoditi (Tanaman Hias) - Toko Penyediaan Sarana
Produksi
PENGELOLAAN : - Repotting - Stek
PEMASARAN
BUDIDAYA : - Penanaman - Penyiraman - Pemangkasan dan
Penyiangan - Pemupukan - Pencegahan dan
pemberantasan hama dan penyakit
Sub Sistem Pendukung : - Transportasi
- Lembaga Keuangan
PENDAPATAN
AGRIBISNIS
Sumber: Soekartawi (2005), dimodifikasi.
(58)
Berikut ini adalah uraian tentang aspek budidaya usahatani tanaman hias di daerah penelitian:
4.3.1.1. Penyediaan sarana produksi
Bahan baku tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan suatu usaha tanaman hias. Apabila penyediaan bahan baku terhenti, akan menyebabkan terhambatnya kegiatan usaha. Kegiatan usaha menjadi terhambat karena perbanyakan tanaman membutuhkan waktu dalam pengelolaannya. Jeda waktu pengelolaan yang lama dapat menyebabkan larinya konsumen ke pengusaha lain. Kejadian tersebut dapat mengurangi pendapatan pengusaha.
Berikut ini adalah sarana produksi yang akan diteliti:
a. Modal
Pada dasarnya rata-rata pengusaha tanaman hias memulai usahanya dengan menggunakan uang sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan pengusaha lebih senang untuk menggunakan modal dari uang mereka sendiri daripada meminjam bank atau ke orang lain. Alasan tersebut adalah:
1) Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil.
Karakteristik usahatani tanaman hias sedikit berbeda dari usaha pertanian atau usaha agribisnis lain. Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan lahan yang sempit. Pada umumnya, para pengusaha memulai usahanya dari pekarangan rumah mereka sendiri. Penggunaan pekarangan rumah sendiri menyebabkan pengusaha tidak perlu membeli ataupun
(59)
menyewa lahan dari orang lain. Hal ini dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk lahan, karena itu biaya yang dikeluarkan masih bisa dijangkau oleh uang simpanan mereka.
2) Pembelian bahan baku dapat dilakukan secara bertahap.
Pembelian bahan baku produksi pada saat pengusaha memulai usahanya tidak dalam jumlah besar serta jenis yang bermacam-macam. Pengusaha melihat kearah mana minat pembeli. Pengusaha pada mulanya hanya mengusahakan tanaman yang memang sedang trend di pasaran. Hal ini menyebabkan modal yang mereka keluarkan dapat ditekan dan modal tersebut juga dapat diputar untuk mengembangkan usahanya.
3) Para pengusaha telah berusaha tani sejak lama.
Rata-rata pengusaha telah berusahatani sejak 10 tahun yang lalu, di mana pada saat itu harga-harga masih stabil. Pada masa 10 tahun yang lalu harga tidak sering berfluktuasi dengan tajam, terutama untuk bahan baku tanaman hias. Fluktuasi harga tidak terjadi pada harga tanaman hias, disebabkan tanaman hias bukanlah suatu kebutuhan primer. Rata-rata pengusaha memulai dengan modal Rp 3.037.143,- (Lampiran 3).
4) Birokrasi bank yang berbelit-belit.
Peminjaman modal dari bank memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syarat tersebut adalah calon pengusaha harus mampu memberikan suatu agunan baik itu berupa rumah, tanah ataupun usahataninya tersebut. Pengusaha pada saat memulai usahanya belum memiliki tanah atau barang yang dapat diagunkan kepada bank.
(60)
Syarat yang berbelit-belit dan lamanya pengurusan peminjaman modal dari bank menyebabkan calon pengusaha enggan untuk menjadikan bank tempat meminjam modal usaha.
5) Usaha tani yang turun temurun.
Pengusaha memilih untuk menggunakan modal sendiri adalah dikarenakan usaha ini telah turun temurun. Usahatani tanaman hias relatif telah stabil, baik dari manajemen maupun keuangan. Modal yang digunakan untuk pengembangan usaha diperoleh dari keuntungan penjualan tanaman hias.
Modal pengusaha digunakan untuk lajunya usahatani. Modal tersebut salah satunya dipergunakan untuk membeli berbagai macam sarana produksi yang terdiri:
1. Pupuk (kompos, kandang, NPK),
2. Pestisida (Antracol, Matador), 3. Bibit tanaman,
4. Peralatan pertanian (cangkul, grobak sorong, sparayer, pompa), 5. Perlengkapan usahatani (rak, pondok).
Pengusaha mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, rata-rata sebesar Rp 114.000,-/pickup, kompos Rp 5.318,-/goni, Urea Rp 5.000,-/Kg dan NPK Rp 11.300, Pedagang saprotan setiap minggu datang untuk mengantar pupuk tersebut kepada pengusaha. Pengusaha juga dapat memesan pupuk lebih dahulu di toko-toko yang menjual sarana produksi baik di sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa (Lampiran 4).
(61)
Jenis pestisida yang sering digunakan oleh pengusaha adalah jenis Antracol seharga Rp 42.000,-/botol dan Matador seharga Rp 45.000,-/botol. Pengusaha memperoleh pestisida dengan membeli dari agen atau toko yang menjual sarana produksi baik di daerah sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa (Lampiran 5).
Rak maupun pondokan sangat diperlukan dalam usahatani tanaman hias untuk menjaga kualitas tanaman, untuk memperindah lokasi usaha, dan tempat beristirahat pekerja. Rak atau pondokan dapat dibuat sendiri ataupun dengan memesan pada tukang pembuat rak atau pondokan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membuat pondokan sebesar Rp 1.396.970,-/pondok dan rak sebesar Rp 383.333,-,/rak (Lampiran 6).
Biaya penyusutan pondokan dan rak biasanya selama 5 tahun atau 1/60 dari biaya pembuatan yang dikeluarkan. Peralatan pertanian biasanya telah dimiliki oleh pengusaha pada awal pendirian usahanya, hal ini dimaklumi karena peralatan memiliki ketahanan yang lebih lama daripada pupuk atau pestisida yang pemakaiannya hanya sekali periode (baik per sekali masa tanam ataupun per bulan).
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan usaha tani rata-rata Rp 310.857,-/pengusaha (Lampiran 7). Peralatan memiliki biaya penyusutan yang dihitung tiap tahunnya sebesar 1/12 harga pembelian peralatan.
b. Lahan
Penelitian menunjukkan bahwa dalam usahatani tanaman hias, luas lahan memiliki pengaruh terhadap kegiatan usaha. Luas lahan yang dimiliki oleh pengusaha
(62)
bervariasi, mulai dari pekarangan rumah sampai dengan memiliki lahan tersendiri yang memang diperuntukkan sebagai tempat pembudidayaan tanaman hias.
Pengusaha mengukur luas lahan dengan ukuran rante, di mana 1 rante 400 m2
sedangkan 1 rante 0,25 Ha. Lahan yang dimiliki oleh pengusaha rata-rata 0,24 Ha. Kontur lahan rata-rata datar (Lampiran 8).
Dilihat dari kepemilikan lahan, status lahan terbagai atas 2 yaitu lahan sewa dan lahan milik sendiri. Jika lahan yang dimiliki pengusaha adalah lahan sewa maka penyewa diwajibkan untuk membayar uang sewa setiap tahunnya. Besarnya uang sewa tergantung kepada luas lahan yang disewa serta lokasi lahan yang disewa. Rata-rata uang sewa yang dibayarkan Rp 1.500.000,- untuk tiap 1 Ha lahan yang disewakan (Lampiran 8).
Lahan merupakan lahan sendiri ketika pengusaha membeli lahan dari pemilik sebelumnya dengan harga yang telah disepakati atau lahan tersebut merupakan lahan turun temurun yang dimiliki oleh pengusaha. Jumlah pengusaha yang banyak serta lokasi usaha yang telah dikenal sebagai pusat tanaman hias menyebabkan persaingan untuk membeli lahan cukup ketat.
Pemilihan lokasi lahan yang akan dibeli atau disewa biasanya dipilih yang berdekatan dengan tempat usaha. Pertimbangan pemilihan letak lokasi dekat dengan tempat usaha adalah dapat menghemat waktu, uang serta tenaga. Di dalam usaha tanaman hias bisa dikatakan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, maka semakin besar usaha tanaman hias tersebut.
(63)
c. Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha dilihat dari besar kecilnya usahatani. Semakin besar usahatani yang dijalankan, maka dapat dipastikan memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak.
Tenaga kerja yang digunakan oleh pengusaha dapat berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga terdiri dari suami, istri serta anak-anak mereka. Tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga biasanya tinggal di sekitar lokasi tempat mereka usaha dan ada juga yang berasal dari luar daerah.
Tenaga kerja sendiri terdiri atas tenaga kerja harian dan tenaga kerja bulanan (tetap). Pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang ini meliputi pengolahan tanah yang mana akan digunakan sebagai media tanam, penanaman, pembibitan tanaman hias, perawatan tanaman hias seperti penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pemberian pestisida serta pengangkutan jika ada bibit tanaman yang masuk serta ada pembelian dalam jumlah besar. Untuk pemasaran ataupun pembelian tanaman hias biasanya ditangani oleh pemilik.
Mengenai waktu bekerja, biasanya untuk tenaga kerja yang tetap jam kerja mulai dari Pukul 07.00 wib sampai dengan Pukul 17.00 wib. Istirahat mulai dari Pukul 13.00 sampai dengan pukul 14.00 wib. Jam kerja tenaga kerja harian sama dengan tenaga kerja tetap sampai selesai hari kerjanya sesuai dengan perjanjian.
Mengenai gaji ataupun upah sangat tergantung dengan besar kecilnya usaha tani tempat mereka bekerja. Upah tenaga kerja harian biasanya akan diberikan kepada
(64)
mereka setiap harinya selama mereka bekerja. Besar upah untuk tenaga kerja harian lebih besar daripada gaji tenaga kerja bulanan jika dirata-ratakan per harinya. Upah tenaga kerja harian lebih besar, karena pada tenaga kerja harian biasanya ada tenggat waktu yang harus terpenuhi selama menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja harian baru akan dipekerjakan oleh pengusaha jika ada pesanan dalam jumlah besar. Pekerjaan tenaga kerja harian menyangkut pengolahan tanah, penanaman tanaman hias ke dalam polybag serta pengangkutan tanaman.
Rata-rata tenaga kerja harian yang digunakan pengusaha berjumlah 1 orang dan memperoleh upah rata-rata sebesar Rp 44.242,-/hari. Tenaga kerja bulanan (tetap) rata yang dipekerjakan berjumlah 1 orang dengan gaji yang mereka peroleh rata-rata Rp 612.766,-/bulan (Lampiran 9).
d. Komoditi yang Diperdagangkan
Komoditi yang diperjualbelikan merupakan tanaman hias dan terbagi atas tanaman hias koleksi atau musiman, tanaman buah-buhan serta tanaman proyek.
1) Tanaman Hias Koleksi atau Musiman.
Tanaman hias musiman, bersifat menurut dengan selera pasar. Bagi pengusaha, tanaman hias jenis musiman bukan merupakan jenis komoditi yang disenangi. Pengusaha tidak menyukai jenis tanaman hias musiman, karena selain harga modal yang cukup tinggi, pembelian biasanya dilakukan di luar negeri ataupun luar daerah (misal: Thailand ataupun Jakarta), sehingga perawatan harus disesuaikan dengan kebiasaan yang dilakukan pengusaha di negeri atau daerah tersebut.
(65)
Harga jual tanaman musiman cepat turun karena jika pasar sudah beralih ke jenis lain maka permintaan akan jenis tanaman hias tersebut akan menurun. Pengalaman serta kemampuan pengusaha dalam ekspektasi selera pasar sangat berpengaruh dalam menentukan pendapatan pengusaha.
Jenis tanaman yang termasuk kedalam golongan jenis tanaman musiman adalah: Anthrium, Euphorbia milii, Sansiviera, keladi, cemara kipas, ekor tupai dan Aglonema. Dengan harga rata-rata pada saat penelitian dilakukan sebesar Rp 35.942,- (Lampiran 14).
2) Tanaman Buah-buahan.
Tanaman buah-buahan selalu ada di dalam persediaan usahatani tanaman hias, karena permintaan dan harga jual yang stabil. Pemeliharaan tanaman buah-buahan pun cukup mudah, bahkan semakin besar tanaman harga jual akan semakin tinggi.
Jenis tanaman yang termasuk kedalam buah-buahan adalah: mangga, rambutan, kelengkeng, sawo dan durian harga rata-rata tanaman buah-buahan adalah Rp 14.895,- (Lampiran 14).
3) Tanaman Proyek.
Pengusaha menyebutnya dengan bunga proyek, hal ini karena jenis tanaman ini sering digunakan untuk menghias taman kantor, taman rumah, taman kota ataupun untuk mempercantik pinggiran jalan raya. Konsumen untuk tanaman proyek adalah perusahaan swasta, instansi ataupun individu. Bagi pengusaha, tanaman inilah yang permintaannya selalu ada dan cenderung stabil, walaupun harga jenis tanaman ini
(66)
yang murah dapat tertutupi oleh permintaan yang sangat banyak sampai mencapai ribuan.
Termasuk kedalam tanaman proyek adalah ilalang putih, dracena, pedang-pedangan, cemara taman, melati, mawar taman, asoka, lili putih, palem-paleman (Lampiran 14).
e. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud di sini adalah lama dari para responden di dalam menggeluti usahanya berdagang tanaman hias. Lamanya pengalaman berusaha dapat membuat pengusaha dapat mengetahui teknik-teknik baru di dalam pengembangan tanaman hias serta lebih tanggap atas permintaan pasar. Pengalaman juga dapat membuat pengusaha mengambil keputusan untuk menentukan komoditi yang akan mereka perdagangkan, mengikuti trend pasar atau tetap memperdagangkan komoditi yang mereka yakini akan stabil permintaannya. Lamanya pengusaha sampel berusaha di tempat penelitian rata-rata adalah 9,7 atau 10 tahun (Lampiran 2).
4.3.1.2. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman di sini meliputi berbagai kegiatan yaitu penanaman, penyiraman, pemangkasan, pemupukan serta pemberantasan hama dan penyakit.
a. Penanaman
Berdasarkan penelitian, pengusaha di dalam melakukan kegiatan penanaman melihat dari sifat dan karakter tanaman. Untuk melakukan penanaman maka pengusaha harus menyediakan alat-alat serta bahan sebagai berikut:
(67)
a. Alat-alat pertanian, terdiri atas:
1) Polybag ataupun pot, digunakan sebagai media tumbuh tanaman.
2) Sekop, digunakan untuk mengaduk media tanam.
3) Angkung atau sorongan.
Digunakan untuk mengangkut bibit ataupun tanaman ke tempat pembibitan. b. Bahan-bahan produksi, terdiri dari:
1) Bibit atau tanaman dewasa.
2) Pupuk yang terdiri dari pupuk kandang, kompos, NPK dan Urea.
Rata- rata untuk kegiatan penanaman, pengusaha biasanya melakukannya 8 kali dalam setiap bulan (Lampiran 10).
b. Penyiraman
Penyiraman paling baik dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan sore hari pukul 15.00 – 16.00 wib. Penyiraman tanaman juga bergantung pada cuaca. Ketika cuaca sedang panas maka tanaman dapat disiram 1 kali dalam sehari biasanya pada sore hari, namun jika cuaca sedang mendung tanaman akan disiram 2 hari sekali. Alat yang digunakan pengusaha dalam menyiram tanaman dapat bermacam-macam misalnya menggunakan gembor, selang air, ember ataupun dengan pompa.
c. Pemangkasan dan Penyiangan
Penyiangan dan pemangkasan merupakan hal yang cukup penting di dalam perawatan tanaman hias, karena jika gulma dan rumput liar ikut tumbuh dalam satu polybag atau pot dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi.
(1)
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Perhatian dari Pemerintahan Daerah Setempat
No. Perhatian dari PemdaSetempat
Bentuk perhatian
1. 1 -
2. 1 -
3. 1 -
4. 1 -
5. 1 -
6. 1 -
7. 1 -
8. 1 -
9. 1 -
10. 2 1. Rencana organisasi Tanaman Hias 2. Pembentukan daerah wisata
11. 1 -
12. 1 -
13. 1 -
14. 1 -
15. 1 -
16. 1 -
17. 1 -
18. 1 -
19. 1 -
20. 1 -
21. 1 -
22. 1 -
23. 1 -
24. 1 -
25. 1 -
26. 1 -
27. 1 -
28. 1 -
29. 2 1. Peminjaman ke Bank 2. Pengurusan ijin dipermudah 30. 2 1. Perbaikan Jalan
31. 1 -
32. 1 -
33. 1 -
34. 1 -
35. 1 -
Total 38 -
(2)
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Pendapatan
No.
Pendapatan Harian
Pendapatan Bulanan
1. 300.000
9.000.000
2. 35.000
1.050.000
3. 150.000
4.500.000
4. 50.000
1.500.000
5. 100.000
3.000.000
6. 170.000
5.100.000
7. 70.000
2.100.000
8. 67.000
2.010.000
9. 500.000
15.000.000
10. 200.000
6.000.000
11. 67.000
2.010.000
12. 35.000
1.050.000
13. 67.000
2.010.000
14. 25.000
750.000
15. 75.000
2.250.000
16. 85.000
2.550.000
17. 100.000
3.000.000
18. 67.000
2.010.000
19. 50.000
1.500.000
20. 35.000
1.050.000
21. 50.000
1.500.000
22. 35.000
1.050.000
23. 50.000
1.500.000
24. 30.000
900.000
25. 42.000
1.260.000
26. 33.000
1.000.000
27. 100.000
3.000.000
28. 112.500
3.375.000
29. 35.000
1.050.000
30. 35.000
1.050.000
31. 50.000
1.500.000
32. 25.000
750.000
33. 500.000
15.000.000
34. 170.000
5.100.000
35. 100.000
3.000.000
Total 3.592.500
108.475.000
(3)
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Pungutan Retribusi
No. Pungutan Retribusi Biaya Retribusi Perbaikan Infrastruktur
1. 1 - -
2. 1 - -
3. 1 - -
4. 1 - -
5. 1 - -
6. 1 - Perbaikan jalan. Penambahan angkutan umum
7. 1 - Perbaikan jalan
8. 1 - -
9. 1 - -
10. 1 - Perbaikan jalan 11. 1 - Perbaikan jalan. Penambahan
angkutan umum
12. 1 - Perbaikan jalan 13. 1 - Perawatan jalan 14. 1 - Perawatan jalan 15. 1 - Perbaikan jalan 16. 1 - Perawatan jalan 17. 1 - Perbaikan jalan 18. 1 - Perbaikan jalan 19. 1 - Perbaikan jalan 20. 1 - Pembuatan dan perbaikan jalan 21. 1 - Perawatan jalan desa
22. 1 - Perbaikan jalan 23. 1 - Perbaikan jalan
24. 1 - -
25. 1 - Penambahan angkutan umum 26. 1 - Perbaikan jalan
27. 1 - Penambahan angkutan umum 28. 1 - Penambahan angkutan umum 29. 1 - Perbaikan jalan
30. 1 - Penambahan angkutan umum 31. 1 - Kebersihan ditingkatkan 32. 1 - Pembangunan jalan.selokan
33. 1 - -
34. 1 - Penambahan angkutan umum 35. 1 - Perbaikan jalan
Total 35 - -
(4)
Lampiran 17. Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics3079286 3465050,747 35 5492886 5460865,762 35
2,29 2,539 35
9,74 4,245 35
,11 ,323 35
Pendapatan Modal Tenaga kerja Pengalaman Kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar
Mean Std. Deviation N
ANOVAb
3E+014 4 8,593E+013 39,976 ,000a
6E+013 30 2,150E+012
4E+014 34 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ekspektasi pengusaha, Modal, Pengalaman, Tenaga kerja a.
Dependent Variable: Pendapatan b.
Model Summaryb
,918a ,842 ,821 1466160,129 ,842 39,976 4 30 ,000 2,008
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Durbin-Watson Predictors: (Constant), Ekspektasi pengusaha, Modal, Pengalaman, Tenaga kerja
a.
Dependent Variable: Pendapatan b.
Coefficientsa
-1892180 697511,2 -2,713 ,011 -3316688,251 -467672,406
,127 ,126 ,201 1,009 ,321 -,130 ,385 ,863 ,181 ,073 ,133 7,520
805889,0 266306,1 ,590 3,026 ,005 262019,457 1349758,515 ,870 ,484 ,220 ,138 7,230
238094,3 70040,248 ,292 3,399 ,002 95053,034 381135,574 ,609 ,527 ,247 ,715 1,398
958960,5 853911,5 ,089 1,123 ,270 -784959,525 2702880,549 -,253 ,201 ,081 ,832 1,202
(Constant) Modal Tenaga kerja Pengalaman Kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial Part
Correlations Collinearity Statistics Tolerance VIF
(5)
Lampiran 18. Foto-foto Dokumentasi
1. Beberapa Kegiatan Usaha Tani yang Dilakukan oleh Pengusaha
Penanaman
Pemasaran
(6)