S PAUD 1003404 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Upaya pendidikan diselenggarakan bagi semua usia, salah satunya yaitu

penyelenggaraan pendidikan bagi anak pada usia dini. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang Standar
PAUD yang menyebutkan bahwa “Pendidikan anak usia dini merupakan
pembinaan bagi anak yang diberikan sejak lahir sampai usia enam tahun dengan
memberikan rangsangan pendidikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak
berkembang secara optimal dan anak siap memasuki jenjang pendidikan yang
lebih tinggi atau jenjang sekolah dasar”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa
perlu adanya pemberian rangsangan secara optimal terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak. Upaya tersebut tentunya membutuhkan keterlibatan langsung
orang dewasa di dalamnya yaitu guru. Guru adalah salah satu komponen
pendidikan yang memiliki peran besar dalam penyelenggaran pendidikan
khususnya pada pendidikan anak usia dini.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal

I ayat 1 menyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selanjutnya ditegaskan kembali pada BAB II Pasal 4 bahwa “kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”.
Peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional tentunya harus
ditunjang dengan memenuhi kewajiban guru. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 8 juga
menyatakan bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
Siti Alpiah Hasanah, 2014
Tingkat pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini tentang kompetensi profesional
mengajar ditinjau dari latar belakang kualifikasi akademiknya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2


sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa seorang guru wajib
memiliki kompetensi yang profesional dalam melaksanakan tugas utamanya dan
wajib memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan peraturan pemerintah.
Adapun kompetensi memiliki keterkaitan dengan profesionalisme guru.
Kompetensi guru yang baik mencerminkan bahwa guru tersebut profesional dan
guru yang profesional adalah guru yang kompeten dalam bidangnya. Hal ini
ditegaskan dengan penyataan Sari (2014.

hlm

2)

yaitu “Kompetensi

profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi”.
Kompetensi profesional seorang guru yaitu “seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas

mengajarnya dengan berhasil” (Uno, 2009, hlm 18). Adapun kompetensikompetensi yang harus dimiliki pada kompetensi profesional guru ini diantaranya
“kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional mengajar”
(Uno, 2009, hlm 18). Fokus kajian penelitaian ini yaitu tentang kompetensi
profesional mengajar seorang guru. Seorang guru PAUD dalam memenuhi
kompetensi profesional mengajarnya harus memiliki “kemampuan merencanakan
sistem pembelajaran…, melaksanakan sistem pembelajaran…, mengevaluasi
sistem pembelajaran dan mengembangkan sistem pembelajaran…”(Uno, 2009,
hlm 19). Penguasaan guru terhadap sistem pembelajaran dapat mencerminkan
bahwa seorang guru menguasai kompetensi profesional sebagai guru.
Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum
mempunyai kompetensi profesional mengajar yang baik. Hal ini berhubungan
dengan masih minimnya guru PAUD yang belum memenuhi kualifikasi akademik
sesuai peraturan pemerintah, sehingga guru saat ini masih membutuhkan upaya
peningkatan kualitasnya agar menjadi guru PAUD yang memiliki kompetensi
yang profesional. Kenyataan tersebut mengimplikasikan adanya praktek-praktek
pembelajaran yang memberikan dampak negatif bagi perkembangan karakter anak

Siti Alpiah Hasanah, 2014
Tingkat pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini tentang kompetensi profesional
mengajar ditinjau dari latar belakang kualifikasi akademiknya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

antara lain: pelaksanaan mengajar di PAUD yang dilaksanakan tanpa perencanaan
yang baik, sehingga pelaksanaan mengajar tidak sesuai dengan harapan, proses
belajar yang pasif dan tidak melibatkan pengalaman konkrit dalam mengajar
seperti menghafal abjad, pengisian LK dan materi yang abstrak, sehingga anak
merasa bosan dan tidak memahami pelajaran yang diberikan guru, penilaian yang
berorientasi pada rapor dengan memberikan nilai angka atau huruf bahkan
ranking, sehingga hal ini dapat membuat anak tertekan jika hasil kerja anak tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan guru, proses pembelajaran yang bersifat satu
arah, anak hanya duduk,menulis dan mendengarkan guru selama pembelajaran
berlangsung dan pembelajaran yang orientasinya terhadap metode membaca,
menulis dan berhitung, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akademik anak
saja yang diutamakan dan mengesampingkan kemampuan lain seperti kemampuan
sosial emosional anak yang semestinya diperhatikan oleh guru. Hal ini selaras
dengan pernyataan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Nonformal
Informal, Muhammad Hamid, yang menyatakan bahwa:
Kondisi pendidikan PAUD saat ini orientasinya lebih kepada model baca

tulis dan berhitung. Padahal seharusnya, model membaca, menulis, dan
berhitung (calistung) baru diajarkan pada level pendidikan dasar. Kondisi
tersebut juga didukung dengan fakta bahwa sebanyak 3.298.428 atau 40,5
persen anak usia 5-6 tahun telah menjalani pendidikan di level sekolah
dasar. Fakta lain, saat ini APK provinsi tertinggi PAUD ada di
Yogyakarta, sedang APK terendah ada di Nusa Tenggara Timur. (Aline,
2011)
Selain kompetensi profesional mengajar, guru wajib memiliki kualifikasi
akademik. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru bahwa yang harus dipenuhi
oleh seorang guru PAUD yaitu minimal S1 atau DIV. Kenyataan menunjukkan
bahwa saat ini masih banyak sekali guru-guru PAUD yang tidak memenuhi
standar kualifikasi akademik yang sudah ditentukan. Hal ini ditegaskan pula oleh
hasil penelitian dalam Statistik Nasional yang tercantum dalam buku Pengantar
Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan yang bersumber dari Balitbang tahun 2004 yang menyatakan
Siti Alpiah Hasanah, 2014
Tingkat pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini tentang kompetensi profesional
mengajar ditinjau dari latar belakang kualifikasi akademiknya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

bahwa “pada program pendidikan Taman Kanak-Kanak jumlah guru sebanyak
137.069 orang yaitu dengan presentase