s fis 0809658 chapter1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006
(Puskur, 2006) tentang Standar Kompetensi Kelulusan menyatakan bahwa
salah satu tujuan pendidikan adalah menunjukan kemampuan berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif. Kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu
kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika
tertentu (Otrina, 2010). Upaya untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir
logis dapat menjembatani pada hasil belajar fisika melalui pemahaman yang
benar terhadap konsep-konsep fisika. Peneliti mengidentifikasi kemampuan
berpikir logis dengan Test Of Logical Thinking (TOLT).
Kemampuan berpikir logis ini dapat dibangun pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga suatu proses penemuan
atau penyelidikan ilmiah (Standar Isi Permen No. 22 tahun 2006).
Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun
IPA. Pembelajaran fisika memiliki ciri khas sendiri yaitu berhubungan erat
dengan fenomena dan konsep. Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah
agar siswa paham terhadap fenomena alam secara ilmiah, memahami konsep,
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
dan menerapkan atau mengaplikasikannya secara fleksibel dalam kehidupan
sehari-hari.
Terkait dengan pembelajaran fisika di SMP, terdapat konsep-konsep
abstrak yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti
kemampuan berpikir logis. Salah satu tingkatan kemampuan berpikir logis yaitu
tahap operasional formal dengan ciri dapat berpikir abstrak. Berdasarkan teori
Piaget (1958) (Dahar, 1989: 155) bahwa siswa SMP yang berusia antara 13-15
tahun telah berada pada tingkat operasional formal. Dengan demikian, siswa
seharusnya mampu mempelajari konsep fisika yang bersifat abstrak. Contoh
konsep fisika yang bersifat abstrak diantaranya adalah pemantulan cahaya.
Fakta dilapangan, pembelajaran berpusat pada guru, akibatnya siswa
lebih mampu menguasai materi pada tingkat hafalan dan kurang memahaminya.
Guru juga kurang memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa jarang
praktikum. Hal ini kurang mampu merangsang kemampuan berpikir logis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti melakukan
wawancara kepada guru fisika di salah satu SMP swasta di kota
Bandung. Hasil wawancara, guru mengatakan bahwa kemampuan
berpikir logis siswa belum pernah diukur dan untuk mengukur
pemahaman konsep fisika pada ulangan harian yaitu tes uraian.
Alasannya dari hasil tes uraian yaitu dapat mengetahui ketercapaian
indikator pembelajaran dan dapat mengidentifikasi tingkat pemahaman
konsep siswa. Soal uraian yang digunakan oleh guru kebanyakan bersifat
hitungan. Selain tes uraian, guru juga menggunakan tes pilihan ganda.
Tes pilihan ganda biasa digunakan pada saat UTS dan UAS, karena
semua materi fisika dapat diujikan, serta waktu pengerjaan relatif sedikit
daripada mengerjakan soal tes uraian. Soal Ujian Nasional (UN) juga
berupa soal pilihan ganda. Skor rata-rata siswa tentang konsep
pemantulan cahaya rendah, karena siswa tidak hafal dan tidak memahami
sinar-sinar istimewa pada cermin cekung maupun cembung. Siswa juga
mengalami kesulitan dalam menggambarkan bayangan pemantulan pada
cermin cekung maupun cembung, dan pemantulan cahaya merupakan
materi yang bersifat abstrak.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Peneliti menganalisis soal-soal IPA-fisika berupa pilihan ganda
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Analisis Soal IPA-Fisika
Soal IPA-Fisika
UKK IPA-fisika kelas VIII tahun
ajaran 2011/2012
Pra-UN IPA-fisika tahun ajaran
2011/2012
TO UN IPA-fisika SMP/MTs 2012
(buku Erlangga fokus UN SMP/MTs
2012)
UN IPA-fisika kode soal P1 tahun
ajaran 2009/2010
Jumlah
soal
20
Ingatan
(%)
30
Hitungan
(%)
25
Pemahaman
konsep (%)
45
17
12
53
35
17
18
47
35
20
35
40
25
Berdasarkan Tabel 1.1 bahwa soal fisika rata-rata lebih banyak bersifat
kuantitatif, sedangkan soal yang bersifat kualitatif sedikit. Diasumsikan jika
siswa sudah dapat mengerjakan soal fisika yang bersifat kuantitatif atau
hitungan, maka siswa dianggap sudah paham konsep. Berdasarkan pengamatan
dilapangan, skor rata-rata siswa terhadap soal konseptual lebih rendah daripada
skor rata-rata soal hitungan. Hal ini mengidentifikasi juga bahwa kemampuan
berpikir logis siswa kurang dilatih pada proses pembelajaran dan berdasarkan
bentuk soalnya juga kurang mendukung untuk menstimulus kemampuan
berpikir logis siswa.
Idealnya, guru memberikan soal kepada siswa tidak hanya bersifat
kuantitatif atau hitungan saja. Siswa yang dapat mengerjakan soal hitungan
belum tentu paham konsep fisika. Oleh karena itu, peneliti menggunakan soal
konseptual untuk mengukur pemahaman konsep fisika, dimana soal konseptual
yaitu menghindari soal hitungan dan jawabannya tidak berupa angka serta
berkaitan dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Solusi alternatif untuk mengukur pemahaman konsep, yaitu dengan
wawancara, tes uraian, atau pilihan ganda multi-tier. Wawancara dan tes uraian
dapat mengukur pemahaman konsep secara mendalam. Namun, kurang efektif
untuk skala besar, membutuhkan waktu yang relatif lama, dan sulit
menganalisisnya.
Bentuk soal pilihan ganda yang ada di sekolah, yaitu pilihan ganda biasa
atau pilihan ganda satu tingkat. Akan tetapi, soal pilihan ganda biasa atau satu
tingkat yaitu kurang menggali pemahaman konsep siswa, tidak dapat
mengidentifikasi antara siswa yang tidak paham konsep, dan miskonsepsi serta
kemungkinan siswa menebak jawaban sangat besar. Untuk mengatasi
kekurangan pilihan ganda biasa, peneliti mengembangkan pilihan ganda menjadi
beberapa tingkat atau multi-tier test.
Pilihan ganda dua tingkat atau two tier test pertama kali dikembangkan
oleh Treagust (Treagust, et, al, 2007). Two-tier test yaitu pengembangan pilihan
ganda menjadi dua tingkat. Tingkat pertama yaitu pertanyaan pilihan ganda
biasa. Tingkat kedua yaitu pilihan alasan menjawab soal tingkat pertama dengan
empat pilihan jawaban.
Menurut Hasan, Bagoyo, dan Kelley (Pesman dan Erylimas, 2010)
bahwa two-tier test tidak dapat membedakan antara miskonsepsi dan tidak
paham konsep. Oleh karena itu, two-tier test dikembangkan lagi menjadi tiga
tingkat dengan menambahkan tingkat keyakinan pada tingkat ketiga. Pilihan
ganda tiga tingkat ini di sebut three-tier test.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Oleh karena itu, peneliti menggunakan TOLT untuk mengidentifikasi
profil kemampuan berpikir logis dan menyusun three-tier test untuk mengukur
pemahaman konsep pemantulan cahaya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
penelitian ini berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Logis dan Pemahaman
Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelas VIII”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: ”Bagaimana profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman
konsep pemantulan cahaya pada siswa SMP?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil TOLT
standar dan TOLT modifikasi?
2.
Bagaimanakah profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP
dengan three-tier test?
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
1. Profil kemampuan berpikir logis dilihat dari hasil skor TOLT standar
maupun modifikasi, kemudian skor total disesuaikan dengan kriteria Tobin
dan Copie.
2. Profil pemahaman konsep dilihat dari hasil skor C dengan kriteria yang telah
dikembangkan oleh Katlacki dan Nilufer, kemudian dideskripsikan.
3. Proses kognitif yang digunakan adalah pemahaman konsep (C2) berdasarkan
taksonomi kognitif Anderson dan di batasi pada aspek
menafsirkan,
menjelaskan, membandingkan, mencontohkan, serta memprediksi. Soal yang
digunakan bersifat konseptual.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Menjelaskan profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil tes
TOLT standar dan modifikasi.
2. Menjelaskan profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP
dengan three-tier test.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman tes berpikir logis dengan TOLT
dan tes pemahaman konsep dengan bentuk soal three-tier test.
2.
Bagi
guru
fisika,
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya terhadap asesmen alternatif untuk mengukur pemahaman
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
konsep fisika, serta sebagai feedback untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran fisika.
3.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang memodifikasi TOLT yang berisi konsep fisika, serta
penyusunan soal three-tier test.
4.
Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan sebagai rujukan
alternatif dalam penelitian selanjutnya.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis dan pemahaman
konsep pemantulan cahaya.
G. Definisi Operasional
1.
Kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini adalah kemampuan
menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu
sehingga
diperoleh
kebenaran
secara
rasional.
Tobin
dan
Copie
(Valanides,1997: 169) mengembangkan Test Of Logical Thinking (TOLT)
yang terdiri atas 10 butir tes. Untuk mengukur kemampuan berpikir logis,
peneliti menggunakan soal TOLT standar dan TOLT modifikasi.
2. Kemampuan pemahaman konsep fisika adalah kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau konsep fisika yang telah dipelajari. Peneliti
menggunakan bentuk soal three-tier test untuk mengukur pemahaman
konsep pemantulan cahaya.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006
(Puskur, 2006) tentang Standar Kompetensi Kelulusan menyatakan bahwa
salah satu tujuan pendidikan adalah menunjukan kemampuan berpikir logis,
kritis, kreatif, dan inovatif. Kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu
kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika
tertentu (Otrina, 2010). Upaya untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir
logis dapat menjembatani pada hasil belajar fisika melalui pemahaman yang
benar terhadap konsep-konsep fisika. Peneliti mengidentifikasi kemampuan
berpikir logis dengan Test Of Logical Thinking (TOLT).
Kemampuan berpikir logis ini dapat dibangun pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga suatu proses penemuan
atau penyelidikan ilmiah (Standar Isi Permen No. 22 tahun 2006).
Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun
IPA. Pembelajaran fisika memiliki ciri khas sendiri yaitu berhubungan erat
dengan fenomena dan konsep. Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah
agar siswa paham terhadap fenomena alam secara ilmiah, memahami konsep,
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
dan menerapkan atau mengaplikasikannya secara fleksibel dalam kehidupan
sehari-hari.
Terkait dengan pembelajaran fisika di SMP, terdapat konsep-konsep
abstrak yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti
kemampuan berpikir logis. Salah satu tingkatan kemampuan berpikir logis yaitu
tahap operasional formal dengan ciri dapat berpikir abstrak. Berdasarkan teori
Piaget (1958) (Dahar, 1989: 155) bahwa siswa SMP yang berusia antara 13-15
tahun telah berada pada tingkat operasional formal. Dengan demikian, siswa
seharusnya mampu mempelajari konsep fisika yang bersifat abstrak. Contoh
konsep fisika yang bersifat abstrak diantaranya adalah pemantulan cahaya.
Fakta dilapangan, pembelajaran berpusat pada guru, akibatnya siswa
lebih mampu menguasai materi pada tingkat hafalan dan kurang memahaminya.
Guru juga kurang memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa jarang
praktikum. Hal ini kurang mampu merangsang kemampuan berpikir logis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti melakukan
wawancara kepada guru fisika di salah satu SMP swasta di kota
Bandung. Hasil wawancara, guru mengatakan bahwa kemampuan
berpikir logis siswa belum pernah diukur dan untuk mengukur
pemahaman konsep fisika pada ulangan harian yaitu tes uraian.
Alasannya dari hasil tes uraian yaitu dapat mengetahui ketercapaian
indikator pembelajaran dan dapat mengidentifikasi tingkat pemahaman
konsep siswa. Soal uraian yang digunakan oleh guru kebanyakan bersifat
hitungan. Selain tes uraian, guru juga menggunakan tes pilihan ganda.
Tes pilihan ganda biasa digunakan pada saat UTS dan UAS, karena
semua materi fisika dapat diujikan, serta waktu pengerjaan relatif sedikit
daripada mengerjakan soal tes uraian. Soal Ujian Nasional (UN) juga
berupa soal pilihan ganda. Skor rata-rata siswa tentang konsep
pemantulan cahaya rendah, karena siswa tidak hafal dan tidak memahami
sinar-sinar istimewa pada cermin cekung maupun cembung. Siswa juga
mengalami kesulitan dalam menggambarkan bayangan pemantulan pada
cermin cekung maupun cembung, dan pemantulan cahaya merupakan
materi yang bersifat abstrak.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Peneliti menganalisis soal-soal IPA-fisika berupa pilihan ganda
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Analisis Soal IPA-Fisika
Soal IPA-Fisika
UKK IPA-fisika kelas VIII tahun
ajaran 2011/2012
Pra-UN IPA-fisika tahun ajaran
2011/2012
TO UN IPA-fisika SMP/MTs 2012
(buku Erlangga fokus UN SMP/MTs
2012)
UN IPA-fisika kode soal P1 tahun
ajaran 2009/2010
Jumlah
soal
20
Ingatan
(%)
30
Hitungan
(%)
25
Pemahaman
konsep (%)
45
17
12
53
35
17
18
47
35
20
35
40
25
Berdasarkan Tabel 1.1 bahwa soal fisika rata-rata lebih banyak bersifat
kuantitatif, sedangkan soal yang bersifat kualitatif sedikit. Diasumsikan jika
siswa sudah dapat mengerjakan soal fisika yang bersifat kuantitatif atau
hitungan, maka siswa dianggap sudah paham konsep. Berdasarkan pengamatan
dilapangan, skor rata-rata siswa terhadap soal konseptual lebih rendah daripada
skor rata-rata soal hitungan. Hal ini mengidentifikasi juga bahwa kemampuan
berpikir logis siswa kurang dilatih pada proses pembelajaran dan berdasarkan
bentuk soalnya juga kurang mendukung untuk menstimulus kemampuan
berpikir logis siswa.
Idealnya, guru memberikan soal kepada siswa tidak hanya bersifat
kuantitatif atau hitungan saja. Siswa yang dapat mengerjakan soal hitungan
belum tentu paham konsep fisika. Oleh karena itu, peneliti menggunakan soal
konseptual untuk mengukur pemahaman konsep fisika, dimana soal konseptual
yaitu menghindari soal hitungan dan jawabannya tidak berupa angka serta
berkaitan dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Solusi alternatif untuk mengukur pemahaman konsep, yaitu dengan
wawancara, tes uraian, atau pilihan ganda multi-tier. Wawancara dan tes uraian
dapat mengukur pemahaman konsep secara mendalam. Namun, kurang efektif
untuk skala besar, membutuhkan waktu yang relatif lama, dan sulit
menganalisisnya.
Bentuk soal pilihan ganda yang ada di sekolah, yaitu pilihan ganda biasa
atau pilihan ganda satu tingkat. Akan tetapi, soal pilihan ganda biasa atau satu
tingkat yaitu kurang menggali pemahaman konsep siswa, tidak dapat
mengidentifikasi antara siswa yang tidak paham konsep, dan miskonsepsi serta
kemungkinan siswa menebak jawaban sangat besar. Untuk mengatasi
kekurangan pilihan ganda biasa, peneliti mengembangkan pilihan ganda menjadi
beberapa tingkat atau multi-tier test.
Pilihan ganda dua tingkat atau two tier test pertama kali dikembangkan
oleh Treagust (Treagust, et, al, 2007). Two-tier test yaitu pengembangan pilihan
ganda menjadi dua tingkat. Tingkat pertama yaitu pertanyaan pilihan ganda
biasa. Tingkat kedua yaitu pilihan alasan menjawab soal tingkat pertama dengan
empat pilihan jawaban.
Menurut Hasan, Bagoyo, dan Kelley (Pesman dan Erylimas, 2010)
bahwa two-tier test tidak dapat membedakan antara miskonsepsi dan tidak
paham konsep. Oleh karena itu, two-tier test dikembangkan lagi menjadi tiga
tingkat dengan menambahkan tingkat keyakinan pada tingkat ketiga. Pilihan
ganda tiga tingkat ini di sebut three-tier test.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Oleh karena itu, peneliti menggunakan TOLT untuk mengidentifikasi
profil kemampuan berpikir logis dan menyusun three-tier test untuk mengukur
pemahaman konsep pemantulan cahaya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
penelitian ini berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Logis dan Pemahaman
Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelas VIII”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: ”Bagaimana profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman
konsep pemantulan cahaya pada siswa SMP?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil TOLT
standar dan TOLT modifikasi?
2.
Bagaimanakah profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP
dengan three-tier test?
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
1. Profil kemampuan berpikir logis dilihat dari hasil skor TOLT standar
maupun modifikasi, kemudian skor total disesuaikan dengan kriteria Tobin
dan Copie.
2. Profil pemahaman konsep dilihat dari hasil skor C dengan kriteria yang telah
dikembangkan oleh Katlacki dan Nilufer, kemudian dideskripsikan.
3. Proses kognitif yang digunakan adalah pemahaman konsep (C2) berdasarkan
taksonomi kognitif Anderson dan di batasi pada aspek
menafsirkan,
menjelaskan, membandingkan, mencontohkan, serta memprediksi. Soal yang
digunakan bersifat konseptual.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Menjelaskan profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil tes
TOLT standar dan modifikasi.
2. Menjelaskan profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP
dengan three-tier test.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman tes berpikir logis dengan TOLT
dan tes pemahaman konsep dengan bentuk soal three-tier test.
2.
Bagi
guru
fisika,
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuannya terhadap asesmen alternatif untuk mengukur pemahaman
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
konsep fisika, serta sebagai feedback untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran fisika.
3.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang memodifikasi TOLT yang berisi konsep fisika, serta
penyusunan soal three-tier test.
4.
Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan sebagai rujukan
alternatif dalam penelitian selanjutnya.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis dan pemahaman
konsep pemantulan cahaya.
G. Definisi Operasional
1.
Kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini adalah kemampuan
menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu
sehingga
diperoleh
kebenaran
secara
rasional.
Tobin
dan
Copie
(Valanides,1997: 169) mengembangkan Test Of Logical Thinking (TOLT)
yang terdiri atas 10 butir tes. Untuk mengukur kemampuan berpikir logis,
peneliti menggunakan soal TOLT standar dan TOLT modifikasi.
2. Kemampuan pemahaman konsep fisika adalah kemampuan untuk menyerap
arti dari materi atau konsep fisika yang telah dipelajari. Peneliti
menggunakan bentuk soal three-tier test untuk mengukur pemahaman
konsep pemantulan cahaya.
Uswatun Khasanah, 2013
Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu