s fis 0809658 chapter3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil Test Of Logical Thingking
(TOLT) untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pilihan ganda multi tier berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta pemahaman konsep siswa dapat diketahui. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-shot Design dengan pola:
Gambar 3.1. One-Shot Design
(2)
B. Penyusunan Instrumen Penelitian
Penelitian ini menyusun alat ukur TOLT modifikasi untuk mengetahui profil kemampuan berpikir logis dan three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya.
1. Desain penyusunan TOLT
Kemampuan berpikir logis menggunakan TOLT berbasis konsep fisika dengan bentuk tes pilihan ganda dua tingkat. Model penyusunan TOLT mengadaptasi dari TOLT yang standar. Peneliti memodifikasinya dengan konten berbasis konsep fisika. Indikator TOLT ada lima aspek, yaitu kemampuan penalaran proporsional, penalaran probabilistik, pengontrolan variabel, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. Setelah soal TOLT dibuat oleh peneliti, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di judgement kepada pakar materi, ahli evaluasi, serta guru fisika. TOLT modifikasi diujikan ke lapangan. Validitas dan reliabilitas dihitung, kemudian dibandingkan hasilnya dengan hasil validitas dan reliabilitas TOLT yang standar. Adapun tahapan perancangan TOLT modifikasi ditunjukkan pada Gambar 3.2.
(3)
Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan TOLT Modifikasi
2. Desain penyusunan three-tier test
Model penyusunan tes pemahaman konsep berupa two-tier test terlebih dahulu dan mengadaptasi dari model Treaguts. Setelah dibuat, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di judgement kepada pakar materi ahli evaluasi serta guru fisika.
Two-tier test diujikan pada lingkup yang terbatas untuk mengetahui analisis butir soal, validitas, dan reliabilitas. Setelah itu two-tier test di tambahkan satu tingkat berupa respon keyakinan siswa dalam menjawab soal
two-tier test. Instrumen pada saat penelitian berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Adapun tahapan perancangan three-tier test ditunjukkan pada Gambar 3.3.
1.Studi literatur dan analisis materi pemantulan cahaya
5. Uji coba TOLT
6. Uji validitas, uji reliabilitas dan analisis butir 7. TOLT valid dan reliabel
4.Revisi
2.Merumuskanindikator-indikator TOLT dan menyusun TOLT 3. Konsultasi TOLT dengan pembimbing, judgement ke ahli materi dan ahli evaluasi
(4)
Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Three-Tier Test Pemantulan Cahaya
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas VIII di
Tahap 2: Mengumpulkan informasi konsep
Telaah literatur dan materi pemantulan cahaya Tahap 1: Menentukan konten atau isi
materi
Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengidentifikasikan konsep utama
Tahap 3:
Mengembangkan instrumen diagnosis
two-tier test
Rincian kisi-kisi soal one-tier test
Membuat draf instrumen two-tier test
Konsultasi dengan dosen pembimbing dan judgement ke ahli
Perbaikan instrumen
Uji coba dan analisis two-tier test
Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test
(5)
dipilih dengan teknik purposive sampling. Penentuan subyek ini menggunakan teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Selain mengetahui profil kemampuan berpikir logis, peneliti juga mempunyai tujuan untuk mengetahui profil pemahaman konsep pemantulan cahaya dengan bentuk soal three-tier test yang telah disusun dan di ujikan ke lapangan. Pemilihan subyek penelitian di SMP tersebut karena siswa kelas VIII sudah mendapatkan materi pemantulan cahaya. Kedua, siswa kelas VIII belum pernah mendapatkan soal TOLT dan three-tier test.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Telaah kompetensi mata pelajaran IPA SMP.
b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan.
d. Studi pendahuluan, meliputi wawancara dengan guru dan menganalisis soal-soal fisika.
e. Perumusan masalah penelitian.
f. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan penelitian mengenai TOLT dan three-tier test.
(6)
g. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian.
h. Menyusun instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two-tier test. i. Melakukan judgement instrumen TOLT modifikasi dan two-tier test. j. Melakukan uji coba instrumen.
k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes. l. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi
three-tier test.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas. b. Pelaksanaan tes TOLT standar.
c. Pelaksanaan tes TOLT modifikasi. d. Pelaksanaan tes three-tier test. 3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah data penelitian b. Menganalisis data penelitian c. Menarik kesimpulan dan saran d. Penyusunan
(7)
Gambar 3.4Bagan Prosedur Penelitian Studi
pendahuluan
Rumusan masalah
Studi literatur Solusi permasalahan
Studi kurikulum dan materi pemantulan cahaya
Penyusunan instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two tier test
Konsultasi dengan pembimbing
Judgement instrumen penelitian
Uji coba dan analisis intrumen penelitian
Menambahkan tingkat keyakinan pada two- tier test sehingga menjadi three-tier test Tahap Perencanaan
Melakukan penelitian dengan memberikan soal
TOLT standar TOLT modifikasi Three-tier test
Pengolahan data dan analisis data
Kesimpulan Tahap Pelaksanaan
(8)
E. Teknik Pengumpulan Data
Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT standar dan modifikasi. Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis, terlebih dahulu peneliti menyiapkan TOLT standar dan menyusun TOLT modifikasi. TOLT modifikasi isinya berkaitan dengan konsep pemantulan cahaya. Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes pilihan ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya.
Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil three-tier test. Sebelum melakukan tes pemahaman konsep bentuk three-tier test, terlebih dahulu peneliti menyusun two-tier test pemantulan cahaya dan diujikan pada siswa. Setelah diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi three-tier test. Three-tier test yaitu pilihan ganda tiga tingkat.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
a. Telaah literatur.
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
d. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.
(9)
Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif, yang termasuk data hasil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya.
1. Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak dukur. Agar data yang diperoleh valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Ada dua validitas yaitu validitas konstruksi dan validitas isi.
Validitas konstruksi dilakukan dengan meminta pertimbangan pakar terhadap three-tier test. ada tiga pakar yang diminta untuk memberikan pertimbangan. Satu orang pakar dari ahli materi gelombang optik, satu orang dari ahli evaluasi, dan satu orang guru Fisika SMP. Ketiga pakar diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan aspek pemahaman konsep dan indikator soal. Para pakar diminta untuk menuliskan pertimbangannya dalam lembar judgement (Lampiran B.3). Tiap butir soal diminta para pakar memberikan nilai 1 jika butir soal sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau sesuai dengan indikator soal, dan memberi nilai 0 jika butir soal tidak sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau indikator soal.
(10)
Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang digunakannya adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar
(3.1)
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.
Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
1,00 Sempurna
0,800-0,99 Sangat tinggi
0,600-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2010:75) 2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan/kekonsistenan suatu instrumen apabila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (Arikunto, 2010: 90).
(11)
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti melalui langkah membuat tabel analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah Alpha-Cronbach.
(3.2)
dengan:
r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir soal
Si² : jumlah varians skor setiap butir soal St² : varians total
Nilai ini kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi reliabilitas.
Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria
0.80 – 1.00 Sangat tinggi
0.60 – 0.79 Tinggi
0.40 – 0.59 Sedang
0.200 – 0.39 Rendah
0.00 – 0.19 Sangat rendah
3. Daya pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:
(12)
(3.3) dengan
D : daya pembeda
BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar
BB: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal itu. Klasifikasi daya pembeda.
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai D Kategori
0.00 Tidak mempunyai daya pembeda
1.00 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi
(13)
Nilai D Kategori tinggi.
Kunci jawaban tidak ada atau menimbulkan pengertian ganda < 0.20 Jelek (poor)
0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory) 0.41 – 0.70 Baik (good)
0.70 > Baik sekali (exellent)
(Arikunto, 2010:218 ) 4. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:
P = (3.4) (Arikunto, 2010:208)
Dengan
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan
Nilai f Kriteria
0.00 – 0.25 Sukar
0.26 – 0.75 Sedang
0.76 – 1.00 Mudah
(14)
5. TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis
Tes TOLT terdiri dari 10 nomor. Untuk penskoran nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1; selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 yaitu skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria: a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir
konkret.
b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi.
c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. (Valanides, 1997: 174).
6. Tes pemahaman konsep bentuk three-tier test
Pada awalnya, three-tier test pemantulan cahaya terdiri dari 22 soal, setelah di judgement dan direvisi, berdasarkan masukan dari pakar, diperoleh 15 butir soal yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini. Three-tier test
pemantulan cahaya berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga
(15)
yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.
Three-tier test digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal
three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2010: 39-40) yaitu: a. Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban
salah pada tingkat satu.
b. Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0.
c. Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.
d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.
Salah satu keuntungan three-tier test yaitu dapat mengkategorikan false negatif dan false positif berdasarkan hasil skor B. False negatif yaitu jawaban salah pada tingkat pertama dan jawaban benar pada tingkat kedua. False positif yaitu jawaban benar pada tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat kedua. Pada Tabel 3.5 merupakan kategori jawaban berdasarkan hasil skor B.
(16)
Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B
Nomor Tingkat satu Tingkat dua Kategori
1. Benar (1) Salah (0) False positif
2. Salah (0) Benar (1) False negatif
Selain itu, kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test
dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test.
Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan Skor C
Analisis tingkat
Kategori Tipe jawaban
Tingkat satu
Paham konsep 1.1 jawaban benar Miskonsepsi 1.2 jawaban salah Tingkat
dua
Paham konsep 2.1 jawaban benar+ alasan benar Error 2.2 jawaban salah+alasan benar
2.3.1 jawaban benar+ alasan salah 2.3.2 jawaban salah+alasan salah Tingkat
tiga
Paham konsep 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin Tidak paham
konsep (lack of knowledge)
3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin 3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin 3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin 3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin Error 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin Miskonsepsi 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin
3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)
Namun, penulis mengkategorikannya hanya berdasarkan hasil analisis skor C yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.
(17)
Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C Kategori Tingkat satu Tingkat dua Tingkat tiga
Paham konsep Benar Benar Yakin
Tidak paham konsep (lack of knowledge)
Benar Benar Tidak Yakin
Benar Salah Tidak Yakin
Salah Benar Tidak Yakin
Salah Salah Tidak Yakin
Error Salah Benar Yakin
Miskonsepsi Benar Salah Yakin
Salah Salah Yakin
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)
G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Hasil uji coba TOLT modifikasi
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 dengan kriteria tinggi dan validitasnya yaitu 0,69 dengan kriteria tinggi.
Tabel. 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal TOLT modifikasi Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan
Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1. 0,61 Baik 0,55 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan
2. 0,44 Baik 0,40 Sedang 0,70 Tinggi Digunakan
3. 0,5 Baik 0,50 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan
4. 0,28 Cukup 0,50 Sedang 0,83 Sangat tinggi Digunakan
5. 0,11 Rendah 0,45 Sedang 0,37 Rendah Digunakan
6. 0,28 Cukup 0,20 Sukar 0,54 Cukup Digunakan
7. 0,61 Baik 0,60 Sedang 0,55 Cukup Digunakan
8. 0,17 Rendah 0,15 Sangat sukar
0,37 Rendah Digunakan
9. 0,11 Rendah 0,95 Sangat mudah
0,16 Sangat rendah Digunakan
(18)
2. Hasil uji coba two-tier test
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 dengan kriteria sedang. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep berupa two-tier test dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel. 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Two-tier test Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan
Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1. 0,60 Baik 0,40 Sedang 0,597 Tinggi Digunakan
2. 0,40 Cukup 0,80 Mudah 0,409 Cukup Digunakan
3. -0,10 Kelompok
rendah lebih banyak menjawab
benar
0,05 Sangat sukar
-0,036 Sangat Rendah
Direvisi
4. -0,30 Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar
0,75 Mudah -0,335 Sangat
Rendah
Direvisi
5. -0,10 Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar
0,05 Sangat sukar
-0,068 Sangat Rendah
Direvisi
6. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,592 Tinggi Digunakan
7. 0,40 Cukup 0,40 Sedang 0,298 Rendah Digunakan
8. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,565 Tinggi Digunakan
9. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,544 Tinggi Digunakan
10. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,656 Tinggi Digunakan
11. -0,20 Kelompok rendah lebih
banyak menjawab
benar
0,10 Sangat sukar
-0,085 Sangat Rendah
Direvisi
12. 0,30 Cukup 0,25 Sukar 0,236 Rendah Digunakan
13. 0,50 Baik 0,65 Sedang 0,468 Cukup Digunakan
14. 0,00 Jelek 0,30 Sukar 0,024 Sangat
Rendah
Digunakan
(19)
Untuk nomor soal 3, 4,5, dan 11 tetap dipakai pada penelitian, karena ditinjau dari validitas konstruksi valid, maka tetap dipakai. Validitas two-tier test pemantulan cahaya dari penjudgement seperti ditunjukkan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Hasil Rekapitulasi Judgement Soal Two-Tier Test Pemantulan Cahaya dari Ahli
Aspek pemaha-man konsep
Indikator soal
Bu-tir soal
Jawa-ban
Penilaian Nilai
Vali-ditas kons-truksi Keputu -san Sesuai dengan
aspek pemahaman konsep Sesuai dengan indikator soal
I II III I II III
Menafsir-kan
Memilih hasil bayangan pada cermin datar
1 1.1 c
1.2 2
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Menafsir-kan
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung
2 2.1 b
2.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menafsir-kan
Menggambarkan bayangan pada cermin cekung
3 3.1 b
3.2 3
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Mengkla-sifikasi
Mengelompokkan benda yang tembus cahaya
4 4.1 c
4.2 1
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Mengkla-sifikasi
Mengelompokkan cermin cembung dari gambar
5 5.1 d
5.2 3
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Mencon-tohkan
Mengilustrasikan proses pemantulan cahaya pada bidang datar ke dalam bentuk tiga dimensi
6 6.1 c
6.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menjelas-kan
Menjelaskan karakteristik pemantulan baur dan teratur
7 7.1 a
7.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Memban-dingkan
Membandingkan tinggi benda dengan tinggi bayangan pada cermin datar
8 8.1 c
8.2 4
1 0 1 1 0 1 0,359 Valid
Memban-dingkan
Membandingkan
perbesaran bayangan pada cermin cembung
9 9.1 b
9.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menyim-pulkan
Menyimpulkan sifat bayangann pada cermin cekung
10 10.1 c 10.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menyim-pulkan
Meramalkan letak benda pada cermin cekung
11 11.1 c 11.2 1
1 0 1 1 1 1 0,359 Valid
Menjelas-kan
Menjelaskan pemanfaatan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari
12 12.1 d 12.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
(20)
Keterangan : I, II, dan III yaitu penjudgement. Catatan :
Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan aspek pemahaman konsep, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.
Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan indikator soal, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.
Dengan n = 37 orang, maka validitas kritisnya yaitu 0,325 (Sugiyono, 2011:455). Jika validitas konstruksi lebih besar daripada validitas kritis maka soal tersebut valid dan dipakai.
Aspek pemaha-man konsep
Indikator soal
Bu-tir soal
Jawa-ban
Penilaian Nilai
Vali-ditas kons-truksi
Keputu -san Sesuai dengan
aspek pemahaman konsep
Sesuai dengan indikator soal
I II III I II III
Menafsir-kan
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung
14 14.1 d 14.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Mencon-tohkan
Mengilustrasikan grafik antara jarak benda terhadap jarak bayangan
15 15.1 d 15.2 3
(1)
yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua
(two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.
Three-tier test digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep
siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari
hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal
three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2010: 39-40) yaitu:
a.
Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban
salah pada tingkat satu.
b.
Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan
tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi
skor 0.
c.
Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan
yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.
d.
Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada
tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.
Salah satu keuntungan
three-tier test yaitu dapat mengkategorikan false
negatif dan false positif berdasarkan hasil skor B. False negatif yaitu jawaban
salah pada tingkat pertama dan jawaban benar pada tingkat kedua. False positif
yaitu jawaban benar pada tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat
kedua. Pada Tabel 3.5 merupakan kategori jawaban berdasarkan hasil skor B.
(2)
Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B
Nomor Tingkat satu Tingkat dua Kategori
1. Benar (1) Salah (0) False positif 2. Salah (0) Benar (1) False negatif
Selain itu, kelebihan
three-tier test yaitu hasil penskoran
three-tier test
dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of
knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari
hasil skor three-tier test.
Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan
Skor C
Analisis tingkat
Kategori Tipe jawaban
Tingkat satu
Paham konsep 1.1 jawaban benar Miskonsepsi 1.2 jawaban salah Tingkat
dua
Paham konsep 2.1 jawaban benar+ alasan benar Error 2.2 jawaban salah+alasan benar
2.3.1 jawaban benar+ alasan salah 2.3.2 jawaban salah+alasan salah Tingkat
tiga
Paham konsep 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin Tidak paham
konsep (lack of knowledge)
3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin 3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin 3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin 3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin Error 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin Miskonsepsi 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin
3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)
Namun, penulis mengkategorikannya hanya berdasarkan hasil analisis
skor C yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.
(3)
Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C
Kategori Tingkat satu Tingkat dua Tingkat tigaPaham konsep Benar Benar Yakin
Tidak paham konsep (lack of knowledge)
Benar Benar Tidak Yakin Benar Salah Tidak Yakin Salah Benar Tidak Yakin Salah Salah Tidak Yakin
Error Salah Benar Yakin
Miskonsepsi Benar Salah Yakin
Salah Salah Yakin
(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)
G.
Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
1.
Hasil uji coba TOLT modifikasi
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu
SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 dengan kriteria
tinggi dan validitasnya yaitu 0,69 dengan kriteria tinggi.
Tabel. 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal TOLT modifikasi
Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan
Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1. 0,61 Baik 0,55 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan
2. 0,44 Baik 0,40 Sedang 0,70 Tinggi Digunakan
3. 0,5 Baik 0,50 Sedang 0,71 Tinggi Digunakan
4. 0,28 Cukup 0,50 Sedang 0,83 Sangat tinggi Digunakan
5. 0,11 Rendah 0,45 Sedang 0,37 Rendah Digunakan
6. 0,28 Cukup 0,20 Sukar 0,54 Cukup Digunakan
7. 0,61 Baik 0,60 Sedang 0,55 Cukup Digunakan
8. 0,17 Rendah 0,15 Sangat
sukar
0,37 Rendah Digunakan
9. 0,11 Rendah 0,95 Sangat
mudah
0,16 Sangat rendah Digunakan
(4)
2.
Hasil uji coba two-tier test
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu
SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 dengan
kriteria sedang. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep berupa
two-tier test dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel. 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Two-tier test
Hasil Uji
Coba Secara Keseluruhan
Butir soal
Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan
Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket
1. 0,60 Baik 0,40 Sedang 0,597 Tinggi Digunakan 2. 0,40 Cukup 0,80 Mudah 0,409 Cukup Digunakan 3. -0,10 Kelompok
rendah lebih banyak menjawab
benar
0,05 Sangat sukar
-0,036 Sangat Rendah
Direvisi
4. -0,30 Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar
0,75 Mudah -0,335 Sangat Rendah
Direvisi
5. -0,10 Kelompok rendah lebih banyak menjawab benar
0,05 Sangat sukar
-0,068 Sangat Rendah
Direvisi
6. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,592 Tinggi Digunakan 7. 0,40 Cukup 0,40 Sedang 0,298 Rendah Digunakan 8. 0,70 Baik 0,65 Sedang 0,565 Tinggi Digunakan 9. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,544 Tinggi Digunakan 10. 0,80 Baik sekali 0,40 Sedang 0,656 Tinggi Digunakan 11. -0,20 Kelompok
rendah lebih banyak menjawab
benar
0,10 Sangat sukar
-0,085 Sangat Rendah
Direvisi
12. 0,30 Cukup 0,25 Sukar 0,236 Rendah Digunakan 13. 0,50 Baik 0,65 Sedang 0,468 Cukup Digunakan 14. 0,00 Jelek 0,30 Sukar 0,024 Sangat
Rendah
Digunakan 15. 0,40 Cukup 0,70 Sedang 0,389 Rendah Digunakan
(5)
Untuk nomor soal 3, 4,5, dan 11 tetap dipakai pada penelitian, karena ditinjau dari
validitas konstruksi valid, maka tetap dipakai. Validitas two-tier test pemantulan cahaya
dari penjudgement seperti ditunjukkan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Hasil Rekapitulasi
Judgemen
t Soal
Two-Tier Test
Pemantulan
Cahaya dari Ahli
Aspek pemaha-man konsep
Indikator soal
Bu-tir soal
Jawa-ban
Penilaian Nilai
Vali-ditas kons-truksi Keputu -san Sesuai dengan
aspek pemahaman konsep Sesuai dengan indikator soal
I II III I II III
Menafsir-kan
Memilih hasil bayangan pada cermin datar
1 1.1 c 1.2 2
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Menafsir-kan
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung
2 2.1 b 2.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menafsir-kan
Menggambarkan bayangan pada cermin cekung
3 3.1 b 3.2 3
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Mengkla-sifikasi
Mengelompokkan benda yang tembus cahaya
4 4.1 c 4.2 1
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Mengkla-sifikasi
Mengelompokkan cermin cembung dari gambar
5 5.1 d 5.2 3
0 1 1 0 1 1 0,629 Valid
Mencon-tohkan
Mengilustrasikan proses pemantulan cahaya pada bidang datar ke dalam bentuk tiga dimensi
6 6.1 c 6.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menjelas-kan
Menjelaskan karakteristik pemantulan baur dan teratur
7 7.1 a 7.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Memban-dingkan
Membandingkan tinggi benda dengan tinggi bayangan pada cermin datar
8 8.1 c 8.2 4
1 0 1 1 0 1 0,359 Valid
Memban-dingkan
Membandingkan
perbesaran bayangan pada cermin cembung
9 9.1 b 9.2 1
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menyim-pulkan
Menyimpulkan sifat bayangann pada cermin cekung
10 10.1 c 10.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Menyim-pulkan
Meramalkan letak benda pada cermin cekung
11 11.1 c 11.2 1
1 0 1 1 1 1 0,359 Valid
Menjelas-kan
Menjelaskan pemanfaatan cermin cembung dalam
12 12.1 d 12.2 2
(6)
Keterangan : I, II, dan III yaitu penjudgement.
Catatan :
Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan aspek pemahaman konsep, maka
diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.
Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan indikator soal, maka diberi skor 1
dan jika tidak sesuai diberi skor 0.
Dengan n = 37 orang, maka validitas kritisnya yaitu 0,325 (Sugiyono, 2011:455).
Jika validitas konstruksi lebih besar daripada validitas kritis maka soal tersebut valid
dan dipakai.
Aspek pemaha-man konsep
Indikator soal
Bu-tir soal
Jawa-ban
Penilaian Nilai
Vali-ditas kons-truksi
Keputu -san Sesuai dengan
aspek pemahaman konsep
Sesuai dengan indikator soal
I II III I II III
Menafsir-kan
Menafsirkan sinar istimewa pada cermin cembung
14 14.1 d 14.2 2
1 1 1 1 1 1 1 Valid
Mencon-tohkan
Mengilustrasikan grafik antara jarak benda terhadap jarak bayangan
15 15.1 d 15.2 3