Pergub Nomor 6 Tahun 2013
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 6 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG
TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG
BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan
pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
1
Mengingat
: 1. UndangUndang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4033);
2. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
3. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangundangan
(Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
5. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Repubrik Indonesia Nomor 4400);
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan antara Pemerintah pusat dan
pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 rahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyerenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran, Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 4090);
2
9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5165);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
15. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokokpokok
pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008
Nomor 1 seri E);
16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 2
3
Seri D);
MEMUTUSKAN :
menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TATA
CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 33 Tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diubah
sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) diubah dan ayat (6)
huruf a dihapus, huruf b dan c diubah sehingga
Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya,
Perusahaan Daerah, Masyarakat dan Organisasi
Kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan
hibah secara tertulis kepada Gubernur dengan
dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA
dan PPAS ditetapkan.
(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
4
untuk permohonan hibah berupa uang paling
sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan yang melatar
belakangi dilaksanakannya kegiatan dan
diajukannya usulan hibah oleh calon
penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan dilaksanakannya
kegiatan yang akan dibiayai dari dana hibah;
c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan yang mengajukan
usulan hibah;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana
anggaran biaya: berisi uraian tentang
perhitungan mengenai kebutuhan biaya
pelaksanaan kegiatan, termasuk rincian
kebutuhan bahan dan peralatan serta
kebutuhan lainnya.
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan hibah berupa barang/jasa
paling sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan yang melatar
belakangi diajukannya usulan hibah oleh
calon penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya
permohonan hibah oleh calon penerima
hibah kepada Pemerintah Provinsi;
c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan;
d. Jenis dan jumlah barang/jasa yang dimohon
oleh calon penerima hibah.
(4) Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk
melakukan evaluasi usulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) adalah:
a. Untuk hibah dalam bentuk uang adalah :
5
1) Sekretariat Daerah Cq. Biro Pemerintahan;
yang melakukan evaluasi usulan hibah
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Lainnya dan Perusahaan Daerah
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1);
ayat (2) dan ayat (3);
2) Sekretariat Daerah cq. Biro Kesejahteraan
Ralryat; yang melakukan evaluasi hibah
dari masyarakat dibidang perekonomian,
kesehatan, keagamaan, olah raga non
profesional, kesenian, adat istiadat
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (4)
dan organisasi kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (5)
kecuali organisasi kemasyarakatan bidang
pendidikan;
3) Dinas Pendidikan; yang melakukan
evaluasi usulan hibah dari masyarakat
dibidang pendidikan sebagaimana
dimaksud pasal 6 ayat (4) dan organisasi
kemasyarakatan bidang pendidikan;
4) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
perlindungan Masyarakat; yang
melakukan evaluasi usulan hibah dari
KPU Provinsi, Panwaslukada Provinsi dan
Pengamanan Pemilu Kepala Daerah
Provinsi.
b. Untuk hibah dalam bentuk barang/jasa
adalah SKPD yang secara fungsional
melaksanakan kegiatan tersebut.
(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
bertujuan untuk :
a. Dihapus
b. Mengetahui keberadaan organisasi
kemasyarakatan/ kelompok orang yang
mengajukan usulan hibah);
c. Mengetahui domisili/alamat sekretariat
(organisasi kemasyarakatan/kelompok orang)
sebagaimana tercantum dalam proposal yang
diajukan oleh calon penerima hibah;
d. meneliti dokumendokumen pendukung yang
disampaikan sesuai kebutuhan, antara lain:
1) Foto copy dokumen pendirian/
6
pembentukan organisasi kemasyarakatan/
kelompok orang atau penunjukan/
pengangkatan sebagai pengurus, dapat
berupa akta notaris/ keputusan
penunjukan/ pengangkatan sebagai
pengurus atau dokumen lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan;
2) Surat keterangan terdaftar yang
dikeluarkan oleh Badan Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat bagi
organisasi kemasyarakatan;
(7) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) menyampaikan hasil evaluasi
berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
(8) TAPD memberikan pertimbangan atas
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) sesuai dengan prioritas dan kemampuan
keuangan daerah.
2. Ketentuan dalam Pasal 14 ditambahkan 2 (dua) ayat
baru, yaitu ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 14
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Gubernur menetapkan penerima hibah beserta
besaran uang atau jenis barang atau jasa yang
akan dihibahkan dengan Keputusan Gubernur
berdasarkan usulan proposal pencairan yang
dilengkapi dengan Pakta Integritas yang
disampaikan oleh penerima hibah.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat penyaluran/penyerahan hibah.
(3) Penyaluran/penyerahan hibah dari Pemerintah
provinsi hibah dilakukan setelah
penandatanganan NPHD.
(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
dengan mencantumkan rekening bank organisasi
penerima.
(5) Pengajuan Proposal Pencairan hibah
7
sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima
hibah kepada Gubernur melalui SKPD terkait
untuk diteliti dilakukan paling lambat tanggal 30
November Tahun Anggaran berkenaan.
(6) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait
kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember
Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan
persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima hibah
kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan
penerima dan besaran hibah;
c. NPHD;
d. Pakta Integritas;
e. Surat Pernyataan tanggung jawab penerima
hibah;
f. Fotokopi KTP penerima hibah;
g. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi
penerima hibah;
3. Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2), ayat (3) huruf e,
ayat (a) dan ayat (6) diubah sehingga Pasal 15
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 15
(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penggunaan hibah
kepada Gubernur melalui PPKD dengan
tembusan kepada SKPD terkait yang melakukan
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal B
ayat (5) dan Inspektorat Provinsi.
(2) SKPD terkait sebagaimana dimaksud ayat (1)
meneliti kesesuaian penggunaan dana hibah
yang
tercantum
dalam
laporan
pertanggungjawaban dengan NPHD dan
memberitahukan hasil penelitian tersebut
kepada PPKD.
(3) Laporan penggunaan Hibah berupa uang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat :
a. pendahuluan: berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai pelaksanaan
8
kegiatan yang telah dilakukan oleh penerima
hibah:
b. maksud dan tujuan: berisi uraian tentang
maksud dan tujuan disusunnya laporan
penggunaan hibah;
c. hasil kegiatan, berisi uraian tentang hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan proposal hibah yang telah diajukan
kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD;
d. realisasi penggunaan dana: berisi uraian
tentang anggaran yang telah dibelanjakan
termasuk sisa anggaran yang tidak
digunakan untuk membiayai kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan proposal
hibah yang telah diajukan kepada
Pemerintah Provinsi dan NPHD;
e. penutup.
f. lampiran: berisi foto dokumentasi/kegaiatan
yang telah dilaksanakan.
(4) Apabila sampai dengan tanggal 31 Desember
masih terdapat sisa penggunaan bantuan hibah
dalam bentuk uang, maka sisa hibah tidak perlu
dikembalikan namun tetap dilaporkan dengan
melampirkan rekening koran. Sisa dana tersebut
dapat digunakan pada tahun selanjutnya dengan
mengajukan perubahan penggunaan dana hibah
kepada Gubernur untuk mendapatkan
persetujuan.
(5) Penerima Hibah berupa barang/jasa
menyampaikan laporan penggunaan hibah
kepada Gubernur melalui Kepala SKPD terkait
dengan tembusan Inspektorat Provinsi.
(6) Laporan penggunaan hibah berupa barang/jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling
sedikit memuat penjelasan mengenai
penggunaan hibah berupa barang/jasa yang
telah sesuai dengan proposal pencairan hibah
dan NPHD.
4. Ketentuan dalam Pasal 22 huruf a diubah, sehingga
Pasal 22 berbunyi :
Pasal 22
9
Anggota dan/atau kelompok masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
meliputi:
a. Individu, keluarga, dan/ atau masyarakat yang
mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai
akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,
bencana, atau fenomena alam agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimum; dan
b. Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk
melindungi individu, kelompok, dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial.
5. Ketentuan dalam Pasal 23 diantara ayat (1) dan ayat
(2) disisipkan ayat baru yaitu ayat (1a) sehingga
Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 23
(1) Pemberian bantuan sosiai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) memenuhi
kriteria paling sedikit:
a. Selektif;
b. Memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. Bersifat sementara dan tidak terus menerus,
kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan; dan
d. Sesuai tujuan penggunaan.
(1a)Pemberian bantuan sosial kepada individu,
keluarga, dan/atau masyarakat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) dilengkapi
dengan Surat Keterangan Tidak Mampu bagi
penerima Bantuan Sosial sekurangkurangnya
dari Lurah/Kepala Desa setempat.
(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diartikan bahwa bantuan sosial
hanya diberikan kepada calon penerima yang
ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan
resiko sosial.
(3) Kriteria persyaratan penerima bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
10
meliputi:
a. Memiliki identitas yang jelas; dan
b. Berdomisili dalam Wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus
menerus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan
sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan
setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan
setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan
telah lepas dari resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d bahwa tujuan
pemberian bantuan sosial meliputi:
a. Rehabilitasisosial;
b. Perlindungan sosial;
c. Jaminan sosial:
b. Penganggulangan kemiskinan; dan
c. Penanggulangan bencana.
6. Ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) diubah ayat (6)
huruf a dihapus, huruf b dan c diubah, sehingga
Pasal 26 berbunyi:
Pasal 26
(1) Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan
usulan tertulis kepada Gubernur dengan
dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA
dan PPAS ditetapkan, kecuali untuk Bantuan
Sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya.
(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan bantuan sosial berupa uang
bagi kelompok masyarakat dan iembaga non
pemerintahan sebagaimana dimaksud Pasal 22
paling sedikit memuat:
a. Latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahan permasalahan yang
11
melatarbelakangi diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
c. Susunan kepengurusan (kelompok
masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi
uraian tentang susunan pengurus dari
kelompok masyarakat/lembaga non
pemerintah yang mengajukan usulan
bantuan sosial;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana
anggaran biaya, berisi uraian tentang
perhitungan mengenai biaya yang
dibutuhkan termasuk rincian kebutuhan
bahan dan peralatan serta kebutuhan
lainnya;
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan bantuan sosial berupa
barang bagi kelompok masyarakat dan lembaga
non pemerintahan sebagaimana pada Pasal 22
paling sedikit memuat:
a. Latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan
yang
melatarbelakangi diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya
permohonan bantuan sosial oleh calon
penerima bantuan sosial kepada Pemerintah
Provinsi;
c. Susunan kepengurusan (kelompok
masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi
uraian tentang susunan pengurus dari
kelompok masyarakat/lembaga non
pemerintah yang mengajukan usulan
bantuan sosial;
d. Jenis dan jumlah barang yang dimohon,
berisi uraian tentang jenis dan jumlah barang
12
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
yang dimohon oleh calon penerima bantuan
sosial kepada Pemerintah Provinsi.
Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk
melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) adalah:
a. Untuk bantuan sosial dalam bentuk uang
adalah Sekretariat Daerah c.q. Biro
Kesejahteraan Ralryat; dan
b. Untuk bantuan sosial dalam bentuk barang
adalah SKPD yang secara fungsional
melaksanakan kegiatan tersebut.
Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
bertujuan untuk:
a. Dihapus;
b. Mengetahui keberadaan anggota/ kelompok/
lembaga non pemerintah yang mengajukan
usulan bantuan sosial;
c. Mengetahui domisili/ alamat anggota/
kelompok masyarakat/ lembaga non
pemerintah sebagaimana tercantum dalam
proposal yang diajukan oleh calon penerima
bantuan sosial;
Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) menyampaikan hasil evaluasi
berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
TAPD memberikan pertimbangan atas
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) sesuai dengan priroritas dan kemampuan
keuangan daerah.
7. Ketentuan dalam Pasal 31 ditambahkan 3 (tiga) ayat
baru, yaitu ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga
Pasal 31 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 31
(1) Gubernur menetapkan daftar penerima dan
besaran bantuan sosial yang akan diberikan
dengan Keputusan Gubernur berdasarkan
usulan proposal pencairan yang dilengkapi
13
dengan Pakta Integritas yang disampaikan
olehpenerima bantuan sosial;
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi dasar
penyaluran/penyerahan bantuan sosial, kecuali
bantuan sosial kepada individu dan/atau
keluarga yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22A.
(2a)Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial
kepada individu dan/atau keluarga yang tidak
dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana
dimaksud Pasal 22A didasarkan pada
permintaan tertulis dari individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang serta
mendapat persetujuan Gubernur setelah
diverifikasi oleh SKPD terkait.
(3) Pencairan bantuan sosial dalam bentuk uang
dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).
(4) Penyaluran dana bantuan sosial kepada
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
ayat (3) dilengkapi dengan kuitansi bukti
penerimaan uang.
(5) Penyaluran bantuan sosial dalam bentuk barang
dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima
Barang.
(6) Pengajuan proposal pencairan bantuan sosial
sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima
bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD
terkait untuk diteliti, disampaikan paling lambat
tanggal 30 November tahun anggaran berkenaan,
kecuali untuk bantuan sosial yang tidak
direncanakan sebelumnya.
(7) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait
kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember
Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan
persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima bantuan
sosial kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan
penerima dan besaran bantuan sosial;
14
c. Pakta Integritas;
d. Surat Pernyataan tanggung jawab bantuan
sosial;
e. Fotokopi KTP penerima bantuan sosial;
f. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi
penerima bantuan sosial;
(8) Batas tanggal pencairan dan persyaratan huruf
b, c dan f sebagaimana dimaksud ayat (7)
dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi
individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.
Pasal II
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal 29 Januari 2013
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
EKO MAULANA ALI
Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 29 Januari 2013
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
15
IMAM MARDI NUGROHO
BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2013
NOMOR 5 SERI E
16
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR 6 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG
TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG
BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi permasalahan
pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
1
Mengingat
: 1. UndangUndang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4033);
2. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
3. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangundangan
(Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
5. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Repubrik Indonesia Nomor 4400);
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan antara Pemerintah pusat dan
pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 rahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyerenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran, Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 4090);
2
9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5165);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
15. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokokpokok
pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008
Nomor 1 seri E);
16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 2
3
Seri D);
MEMUTUSKAN :
menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TATA
CARA PENGELOLAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 33 Tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 56 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengelolaan Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diubah
sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) diubah dan ayat (6)
huruf a dihapus, huruf b dan c diubah sehingga
Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya,
Perusahaan Daerah, Masyarakat dan Organisasi
Kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan
hibah secara tertulis kepada Gubernur dengan
dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA
dan PPAS ditetapkan.
(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
4
untuk permohonan hibah berupa uang paling
sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan yang melatar
belakangi dilaksanakannya kegiatan dan
diajukannya usulan hibah oleh calon
penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan dilaksanakannya
kegiatan yang akan dibiayai dari dana hibah;
c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan yang mengajukan
usulan hibah;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana
anggaran biaya: berisi uraian tentang
perhitungan mengenai kebutuhan biaya
pelaksanaan kegiatan, termasuk rincian
kebutuhan bahan dan peralatan serta
kebutuhan lainnya.
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan hibah berupa barang/jasa
paling sedikit memuat:
a. latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan yang melatar
belakangi diajukannya usulan hibah oleh
calon penerima hibah;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya
permohonan hibah oleh calon penerima
hibah kepada Pemerintah Provinsi;
c. Susunan kepengurusan bagi masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan;
d. Jenis dan jumlah barang/jasa yang dimohon
oleh calon penerima hibah.
(4) Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk
melakukan evaluasi usulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(5) SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) adalah:
a. Untuk hibah dalam bentuk uang adalah :
5
1) Sekretariat Daerah Cq. Biro Pemerintahan;
yang melakukan evaluasi usulan hibah
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Lainnya dan Perusahaan Daerah
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (1);
ayat (2) dan ayat (3);
2) Sekretariat Daerah cq. Biro Kesejahteraan
Ralryat; yang melakukan evaluasi hibah
dari masyarakat dibidang perekonomian,
kesehatan, keagamaan, olah raga non
profesional, kesenian, adat istiadat
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (4)
dan organisasi kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (5)
kecuali organisasi kemasyarakatan bidang
pendidikan;
3) Dinas Pendidikan; yang melakukan
evaluasi usulan hibah dari masyarakat
dibidang pendidikan sebagaimana
dimaksud pasal 6 ayat (4) dan organisasi
kemasyarakatan bidang pendidikan;
4) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
perlindungan Masyarakat; yang
melakukan evaluasi usulan hibah dari
KPU Provinsi, Panwaslukada Provinsi dan
Pengamanan Pemilu Kepala Daerah
Provinsi.
b. Untuk hibah dalam bentuk barang/jasa
adalah SKPD yang secara fungsional
melaksanakan kegiatan tersebut.
(6) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
bertujuan untuk :
a. Dihapus
b. Mengetahui keberadaan organisasi
kemasyarakatan/ kelompok orang yang
mengajukan usulan hibah);
c. Mengetahui domisili/alamat sekretariat
(organisasi kemasyarakatan/kelompok orang)
sebagaimana tercantum dalam proposal yang
diajukan oleh calon penerima hibah;
d. meneliti dokumendokumen pendukung yang
disampaikan sesuai kebutuhan, antara lain:
1) Foto copy dokumen pendirian/
6
pembentukan organisasi kemasyarakatan/
kelompok orang atau penunjukan/
pengangkatan sebagai pengurus, dapat
berupa akta notaris/ keputusan
penunjukan/ pengangkatan sebagai
pengurus atau dokumen lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan;
2) Surat keterangan terdaftar yang
dikeluarkan oleh Badan Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat bagi
organisasi kemasyarakatan;
(7) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) menyampaikan hasil evaluasi
berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
(8) TAPD memberikan pertimbangan atas
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) sesuai dengan prioritas dan kemampuan
keuangan daerah.
2. Ketentuan dalam Pasal 14 ditambahkan 2 (dua) ayat
baru, yaitu ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 14
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 14
(1) Gubernur menetapkan penerima hibah beserta
besaran uang atau jenis barang atau jasa yang
akan dihibahkan dengan Keputusan Gubernur
berdasarkan usulan proposal pencairan yang
dilengkapi dengan Pakta Integritas yang
disampaikan oleh penerima hibah.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat penyaluran/penyerahan hibah.
(3) Penyaluran/penyerahan hibah dari Pemerintah
provinsi hibah dilakukan setelah
penandatanganan NPHD.
(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
dengan mencantumkan rekening bank organisasi
penerima.
(5) Pengajuan Proposal Pencairan hibah
7
sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima
hibah kepada Gubernur melalui SKPD terkait
untuk diteliti dilakukan paling lambat tanggal 30
November Tahun Anggaran berkenaan.
(6) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait
kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember
Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan
persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima hibah
kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan
penerima dan besaran hibah;
c. NPHD;
d. Pakta Integritas;
e. Surat Pernyataan tanggung jawab penerima
hibah;
f. Fotokopi KTP penerima hibah;
g. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi
penerima hibah;
3. Ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2), ayat (3) huruf e,
ayat (a) dan ayat (6) diubah sehingga Pasal 15
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 15
(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penggunaan hibah
kepada Gubernur melalui PPKD dengan
tembusan kepada SKPD terkait yang melakukan
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal B
ayat (5) dan Inspektorat Provinsi.
(2) SKPD terkait sebagaimana dimaksud ayat (1)
meneliti kesesuaian penggunaan dana hibah
yang
tercantum
dalam
laporan
pertanggungjawaban dengan NPHD dan
memberitahukan hasil penelitian tersebut
kepada PPKD.
(3) Laporan penggunaan Hibah berupa uang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat :
a. pendahuluan: berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai pelaksanaan
8
kegiatan yang telah dilakukan oleh penerima
hibah:
b. maksud dan tujuan: berisi uraian tentang
maksud dan tujuan disusunnya laporan
penggunaan hibah;
c. hasil kegiatan, berisi uraian tentang hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan proposal hibah yang telah diajukan
kepada Pemerintah Provinsi dan NPHD;
d. realisasi penggunaan dana: berisi uraian
tentang anggaran yang telah dibelanjakan
termasuk sisa anggaran yang tidak
digunakan untuk membiayai kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan proposal
hibah yang telah diajukan kepada
Pemerintah Provinsi dan NPHD;
e. penutup.
f. lampiran: berisi foto dokumentasi/kegaiatan
yang telah dilaksanakan.
(4) Apabila sampai dengan tanggal 31 Desember
masih terdapat sisa penggunaan bantuan hibah
dalam bentuk uang, maka sisa hibah tidak perlu
dikembalikan namun tetap dilaporkan dengan
melampirkan rekening koran. Sisa dana tersebut
dapat digunakan pada tahun selanjutnya dengan
mengajukan perubahan penggunaan dana hibah
kepada Gubernur untuk mendapatkan
persetujuan.
(5) Penerima Hibah berupa barang/jasa
menyampaikan laporan penggunaan hibah
kepada Gubernur melalui Kepala SKPD terkait
dengan tembusan Inspektorat Provinsi.
(6) Laporan penggunaan hibah berupa barang/jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling
sedikit memuat penjelasan mengenai
penggunaan hibah berupa barang/jasa yang
telah sesuai dengan proposal pencairan hibah
dan NPHD.
4. Ketentuan dalam Pasal 22 huruf a diubah, sehingga
Pasal 22 berbunyi :
Pasal 22
9
Anggota dan/atau kelompok masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
meliputi:
a. Individu, keluarga, dan/ atau masyarakat yang
mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai
akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,
bencana, atau fenomena alam agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimum; dan
b. Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk
melindungi individu, kelompok, dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial.
5. Ketentuan dalam Pasal 23 diantara ayat (1) dan ayat
(2) disisipkan ayat baru yaitu ayat (1a) sehingga
Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 23
(1) Pemberian bantuan sosiai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) memenuhi
kriteria paling sedikit:
a. Selektif;
b. Memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. Bersifat sementara dan tidak terus menerus,
kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan; dan
d. Sesuai tujuan penggunaan.
(1a)Pemberian bantuan sosial kepada individu,
keluarga, dan/atau masyarakat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) dilengkapi
dengan Surat Keterangan Tidak Mampu bagi
penerima Bantuan Sosial sekurangkurangnya
dari Lurah/Kepala Desa setempat.
(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diartikan bahwa bantuan sosial
hanya diberikan kepada calon penerima yang
ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan
resiko sosial.
(3) Kriteria persyaratan penerima bantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
10
meliputi:
a. Memiliki identitas yang jelas; dan
b. Berdomisili dalam Wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus
menerus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan
sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan
setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan
setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan
telah lepas dari resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d bahwa tujuan
pemberian bantuan sosial meliputi:
a. Rehabilitasisosial;
b. Perlindungan sosial;
c. Jaminan sosial:
b. Penganggulangan kemiskinan; dan
c. Penanggulangan bencana.
6. Ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) diubah ayat (6)
huruf a dihapus, huruf b dan c diubah, sehingga
Pasal 26 berbunyi:
Pasal 26
(1) Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan
usulan tertulis kepada Gubernur dengan
dilengkapi proposal paling lambat sebelum KUA
dan PPAS ditetapkan, kecuali untuk Bantuan
Sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya.
(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan bantuan sosial berupa uang
bagi kelompok masyarakat dan iembaga non
pemerintahan sebagaimana dimaksud Pasal 22
paling sedikit memuat:
a. Latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahan permasalahan yang
11
melatarbelakangi diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
c. Susunan kepengurusan (kelompok
masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi
uraian tentang susunan pengurus dari
kelompok masyarakat/lembaga non
pemerintah yang mengajukan usulan
bantuan sosial;
d. Rincian kebutuhan anggaran/rencana
anggaran biaya, berisi uraian tentang
perhitungan mengenai biaya yang
dibutuhkan termasuk rincian kebutuhan
bahan dan peralatan serta kebutuhan
lainnya;
(3) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk permohonan bantuan sosial berupa
barang bagi kelompok masyarakat dan lembaga
non pemerintahan sebagaimana pada Pasal 22
paling sedikit memuat:
a. Latar belakang, berisi uraian tentang
gambaran umum mengenai faktafakta dan
permasalahanpermasalahan
yang
melatarbelakangi diajukannya usulan
bantuan sosial oleh calon penerima bantuan
sosial;
b. Maksud dan tujuan, berisi uraian tentang
maksud dan tujuan diajukannya
permohonan bantuan sosial oleh calon
penerima bantuan sosial kepada Pemerintah
Provinsi;
c. Susunan kepengurusan (kelompok
masyarakat/lembaga non pemerintah), berisi
uraian tentang susunan pengurus dari
kelompok masyarakat/lembaga non
pemerintah yang mengajukan usulan
bantuan sosial;
d. Jenis dan jumlah barang yang dimohon,
berisi uraian tentang jenis dan jumlah barang
12
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
yang dimohon oleh calon penerima bantuan
sosial kepada Pemerintah Provinsi.
Gubernur menunjuk SKPD terkait untuk
melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) adalah:
a. Untuk bantuan sosial dalam bentuk uang
adalah Sekretariat Daerah c.q. Biro
Kesejahteraan Ralryat; dan
b. Untuk bantuan sosial dalam bentuk barang
adalah SKPD yang secara fungsional
melaksanakan kegiatan tersebut.
Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
bertujuan untuk:
a. Dihapus;
b. Mengetahui keberadaan anggota/ kelompok/
lembaga non pemerintah yang mengajukan
usulan bantuan sosial;
c. Mengetahui domisili/ alamat anggota/
kelompok masyarakat/ lembaga non
pemerintah sebagaimana tercantum dalam
proposal yang diajukan oleh calon penerima
bantuan sosial;
Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) menyampaikan hasil evaluasi
berupa rekomendasi kepada Gubernur melalui
TAPD.
TAPD memberikan pertimbangan atas
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) sesuai dengan priroritas dan kemampuan
keuangan daerah.
7. Ketentuan dalam Pasal 31 ditambahkan 3 (tiga) ayat
baru, yaitu ayat (6), ayat (7) dan ayat (8), sehingga
Pasal 31 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 31
(1) Gubernur menetapkan daftar penerima dan
besaran bantuan sosial yang akan diberikan
dengan Keputusan Gubernur berdasarkan
usulan proposal pencairan yang dilengkapi
13
dengan Pakta Integritas yang disampaikan
olehpenerima bantuan sosial;
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi dasar
penyaluran/penyerahan bantuan sosial, kecuali
bantuan sosial kepada individu dan/atau
keluarga yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22A.
(2a)Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial
kepada individu dan/atau keluarga yang tidak
dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana
dimaksud Pasal 22A didasarkan pada
permintaan tertulis dari individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang serta
mendapat persetujuan Gubernur setelah
diverifikasi oleh SKPD terkait.
(3) Pencairan bantuan sosial dalam bentuk uang
dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung (LS).
(4) Penyaluran dana bantuan sosial kepada
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
ayat (3) dilengkapi dengan kuitansi bukti
penerimaan uang.
(5) Penyaluran bantuan sosial dalam bentuk barang
dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima
Barang.
(6) Pengajuan proposal pencairan bantuan sosial
sebagaimana dimaksud ayat (1) dari penerima
bantuan sosial kepada Gubernur melalui SKPD
terkait untuk diteliti, disampaikan paling lambat
tanggal 30 November tahun anggaran berkenaan,
kecuali untuk bantuan sosial yang tidak
direncanakan sebelumnya.
(7) Berkas pencairan disampaikan oleh SKPD terkait
kepada PPKD paling lambat tanggal 14 Desember
Tahun Anggaran berkenaan dilengkapi dengan
persyaratan:
a. Proposal pencairan dari penerima bantuan
sosial kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan
penerima dan besaran bantuan sosial;
14
c. Pakta Integritas;
d. Surat Pernyataan tanggung jawab bantuan
sosial;
e. Fotokopi KTP penerima bantuan sosial;
f. Nomor Rekening Bank instansi/organisasi
penerima bantuan sosial;
(8) Batas tanggal pencairan dan persyaratan huruf
b, c dan f sebagaimana dimaksud ayat (7)
dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi
individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.
Pasal II
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal 29 Januari 2013
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
EKO MAULANA ALI
Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 29 Januari 2013
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
15
IMAM MARDI NUGROHO
BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2013
NOMOR 5 SERI E
16