Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ

LAMPIRAN 1
LITURGI GKJ FORMULA I
(KEBAKTIAN MINGGU I)
(P: Pemimpin; J: Jemaat; P+J: Pemimpin dan Jemaat)
Votum dan Salam (Jemaat berdiri)
P : TUHAN yang menciptakan langit dan bumi adalah sumber pertolongan kita.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus ada
pada saudara (kita) sekalian.
P+J : (Menyanyikan: Amin, amin, amin).
Nyanyian Pujian (Jemaat duduk)
P+J : Me ya yika Nya yia Pujia
Pengakuan Dosa
P : Me a aka
P+J : Me ya yika

.

Huku Kasih , dari Injil Matius 22:37—40).
Kidu g Pe yesala Dosa .

Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru

P : (Membacakan ayat-ayat dari Alkita
Hidup Baru .
Kesanggupan
P+J : Me ya yika

se agai Berita A ugerah da

Nya yia Kesa ggupa

Doa Syukur dan Doa Syafaat
P (+J) : Me ya paika Doa “yukur da

Petu juk

.

Doa Per oho a Khusus .

Persembahan
P : Me a aka Ayat Ajaka Perse aha .

P+J : Me gu pulka / e ghaturka perse aha , sa il
e ya yika
Nya yia
Pujia .
P : (Melayanka Doa Perse aha da Doa Pelaya a Fir a , setelah selesai
pengumpulan persembahan).
Pelayanan Firman
P : Me a aka
Ayat-Ayat Alkita
atau Nats Khot ah , diakhiri de ga
perkataan):
Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang
memeliharanya. Haleluya!
J : Me ya ut de ga ya yia Haleluya, A i . .
P : (Berkhotbah).
J : Melakuka “aat Teduh , setelah khot ah selesai disa paika .
Penutup
P : Me ya paika Doa Pe utup .
P+J : Me gu apka Doa Bapa Ka i .


193

Nyanyian Pujian Penutup (Jemaat berdiri)
P+J : Me ya yika Nya yia Pujia Pe utup .
Sahadat (Pengakuan Iman Rasuli)
P+J : Me gu apka Pe gakua I a ‘asuli .
Berkat
P : Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutu-an Roh Kudus
menyertai saudara (kita) sekalian. Amin.

194

LAMPIRAN 2
LITURGI GKJ FORMULA II
(KEBAKTIAN MINGGU II)
(P: Pemimpin; J: Jemaat; P+J: Pemimpin dan Jemaat)
Votum dan Salam (Jemaat berdiri)
P
: Marilah kebaktian in kita khususkan dengan pengakuan,
P+J : TUHAN yang menciptakan langit dan bumi adalah sumber pertolongan kita.

P
: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus,
ada pada saudara (kita) sekalian.
P+J : (Menyanyikan: Amin, amin, amin).
Pujian Bersahutan (Jemaat duduk)
P
: Tuhan adalah Allah. Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita; umatNya
dan kawanan domba gembalaanNya.
J
: marilah kita sujud menyembah, berlutut dihadapan TUHAN yang menjadikan kita.
P
: Marilah kita masuk ke dalam BaitNya dengan nyanyian syukur, dan dengan pujipujian. Bersyukurlah kepada Tuhan dan pujilah NamaNya.
J
: Sebab TUHAN itu baik, kasih setiaNya untuk selama-lamanya dan kesetiaanNya
tetap turun temurun. Haleluya!
Nyanyian Pujian
P+J : Me ya yika

Nya yia Pujia


.

Pengakuan Doa
P
: Me a aka Huku Kasih .
Marilah kita menyesali dosa-dosa kita.
Kasihilah aku ya Allah menurut kasih setiaMu.
J
: Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar.
P
: Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku.
J
: Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan
dosaku.
P
: Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berbuat dosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu,
bersih dalam penghukumanMu.
J
: Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung
ibuku.

P
: Sesungguhnya Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin dan dengan diamdiam Engkau memberitahukan hikamt kepadaku.
J
: Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir. Basuh
aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju.
P
: Biarlah aku emndengar kegirangan dan suka cita. Biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorak kembali.
J
: Sembunyikanlah wajahMu terhadap dosaku; hapuskanlah segala kesalahanku.
P
: Jadikanlah hatiku tahir ya Allah dan perbaruilah batinku dengan roh yang teguh.
J
: Janganlah membuang aku dari hadapanMu, dan janganlah mengambil RohMu
yang kudus dari padaku.
P
: Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari padaMu, dan
lengkapilah aku dengan Roh yang relah,

195


P+J

: Maka aku akan mengajarkan jalanMu kepada orang-orang yang melakukan
pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepadaMu.

Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru
P
: (Membacakan ayat-ayat Alkita se agai Berita A ugerah da
Baru .
Kesanggupan (Jemaat berdiri)
P+J : Me ya yika Nya yia Kesa ggupa

Petu juk Hidup

.

Doa Syukur dan Doa Syafaat (Jemaat duduk)
P (+J) : Me ya paika Doa “yukur da Doa Per oho a Khusus .
Pelayanan Firman
P

: Me a aka
Ayat-Ayat Alkita
atau Nats Khot ah , diakhiri de ga
perkataan):
Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang
memeliharanya. Haleluya!
J
: (Menyambut dengan nya yia Haleluya, A i . .
P
: (Berkhotbah).
J
: Melakuka “aat Teduh , setelah khot ah selesai disa paika .
Sahadat (Pengakuan Iman Rasuli)
P+J : Me gu apka Pe gakua I a ‘asuli .
Persembahan
P
: Me a aka Ayat Ajaka Perse aha .
P+J : (Me gu pulka / e ghaturka perse aha , sa il e ya yika Nya yia
Pujia .
Pmp : Melaya ka Doa Perse aha setelah selesai pe gu pula per-sembahan).

Nyanyian Pujian Penutup (Jemaat berdiri)
P+J : Me ya yika Nya yia Pujia Pe utup .
Berkat
P
: TUHAN memberkati saudara (kita) dan melindungi saudara (kita). TUHAN
menyinari saudara (kita) dengan wajahNya dan memberi saudara (kita) kasih
karunia. TUHAN menghadapkan wajahNya kepada saudara (kita) dan memberi
saudara (kita) damai sejahtera.
J
: Amin.

196

LAMPIRAN 3
LITURGI GKJ FORMULA III
(KEBAKTIAN MINGGU III)
(P: Pemimpin; J: Jemaat; P+J: Pemimpin dan Jemaat; WJ: Warga Jemaat; Mj: Majelis)
Votum dan Salam (Jemaat berdiri)
P
: Marilah kebaktian in kita khususkan dengan pengakuan,

P+J : TUHAN yang menciptkan langit dan bumi , adalah sumber pertolongan kita.
P
: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus
ada pada saudara (kita) sekalian.
P+J : (Menyanyikan: Amin, amin, amin).
Nyanyian Pujian (Jemaat duduk)
WJ
: Me i pi Je aat u tuk

e ya yika

Nya yia Pujia

.

Pengakuan Dosa
Mj
: Me a aka Huku Kasih .
Dengan mengaca pada hukum kasih ini, nyata sekali dosa kita, yaitu kita tidak
dapat elaksa aka Huku Kasih i i de ga sele gkap ya da seutuh ya.

Oleh sebab itu marilah kit amenyesali dosa kita seraya memohon pertolongan
Tuhan.
P+J : Dihadapan Allah dan di depan sesama aku mengakui dosa-dosaku, sebab aku
kurang mencintai sesama seperti diri sendiri. itulah dosaku, dosaku sendiri. Tuhan
kiranya mengampuni dosaku, dan mengaruniakan kuasa Roh Kudus kepadaku,
supaya aku dapat melakukan kehendak Tuhan.
Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru
P
: (Membacakan ayat-ayat Alkita se agai Berita A ugerah da
Baru .

Petu juk Hidup

Kesanggupan
P
: Marilah firman Tuhan itu kita tanggapi bersama-sama.
P+J : Semua firman Tuhan yang ku dengarkan hari ini akan ku lakukan.
WJ
: Me gajak Je aat erdiri u tuk e ya yika Nya yia Kesa ggupa

.

Doa Syukur dan Doa Syafaat (Jemaat duduk)
P (+J) : (Menyampaikan Doa “yukur da Doa Per oho a Khusus .
Persembahan
Mj
: Me a aka Ayat Ajaka Perse aha .
J
: Me gu pulka / e ghaturka perse aha , sa il e ya yika
Pujia .
P
: Me gajak Je aat erdiri da
elaya ka
Doa Perse aha
Pelaya a Fir a , setelah selesai pe gu pula perse aha .
Pelayanan Firman (Jemaat duduk)
P
: Me a aka
Ayat-Ayat Alkita
perkataan):

197

atau

Nya yia
da

Doa

Nats Khot ah , diakhiri de ga

J
P
J

Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang
memeliharanya. Haleluya!
: Me ya ut de ga ya yia Haleluya, A i . .
: (Berkhotbah).
: Melakuka “aat Teduh , setelah khot ah selesai disa paika .

Penutup
P
: Me ya paika Doa Pe utup .
P+J : Me gu apka Doa Bapa Ka i .
Nyanyian Pujian Penutup
P+J : Me ya yika Nya yia Pujia Pe utup .
Sahadat/Pengakuan Iman Rasuli (Jemaat berdiri)
P+J : Me gu apka Pe gakua I a ‘asuli .
Berkat
P
: TUHAN memberkati saudara (kita) dan melindungi saudara (kita). TUHAN
menyinari saudara (kita) dengan wajahNya dan memberi saudara (kita) kasih
karunia. TUHAN menghadapkan wajahNya kepada saudara (kita) dan memberi
saudara (kita) damai sejahtera.
P+J : Amin.

198

LAMPIRAN 4
LITURGI LEKSIONARI VARIASI 1
Votum dan Salam
- Pernyataan salam berkat.
- Amin.
Introitus
Nyanyian Pujian
Pengakuan Dosa
- Hukum Kasih.
- Nyanyian pengakuan dosa.
Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru
Nyanyian Kesanggupan
Doa Syukur dan Syafaat
Persembahan
- Ajakan persembahan.
- Nyanyian persembahan.
- Doa persembahan.
Pelayanan Firman
- Bacaan pertama dan tanggapan.
- Mazmur antar bacaan.
- Bacaan kedua dan tanggapan.
- Bacaan Injil dan tanggapan.
- Khotbah.
- Saat Teduh.
Dia Akhir Kebaktian
Nyanyian Akhir Kebaktian
Sahadat
Berkat
- Pernyataan berkat.
- Amin.
Nyanyian Penutup

199

200

LAMPIRAN 5
LITURGI LEKSIONARI VARIASI 2
Votum dan Salam
- Pernyataan salam berkat.
- Amin.
Introitus
Nyanyian Pujian
Pengakuan Dosa
- Hukum Kasih.
- Nyanyian pengakuan dosa.
Berita Anugerah
Pelayanan Firman
- Bacaan pertama dan tanggapan.
- Mazmur antar bacaan.
- Bacaan kedua dan tanggapan.
- Bacaan Injil dan tanggapan.
- Khotbah.
- Saat Teduh.
Sahadat
Persembahan
- Ajakan persembahan.
- Nyanyian persembahan.
- Doa persembahan.
Doa Syafaat
Nyanyian Akhir Kebaktian
Pengutusan dan Berkat
- Pernyataan berkat.
- Amin.
Nyanyian Penutup

201

202

LAMPIRAN 6
HASIL WAWANCANA DENGAN
BAPAK PETRUS DAN BAPAK SUGERNG SUGIARTO
TENTANG TATA CARA KEBAKTIAN JAMAN KYAI SADRACH
(13 & 20 November 2013, Pendapa GKJ Karangjasa)
‘ikâlâ pârâ wârgâ grejâ l t gapurâ ì gka g wô t sisìh l r pu ikâ, laj g sa i
lu gguha gaso sawātawìs si a i a
g-a
g ì g pā dhâpâ riki. Laj g w kdal
badhe mlêbêt dhatêng grejâ utawi rumiyìn ìngkang dipûn sebût mêsjid, sadâyâ sami
sêsuci. ... Wôntên padasan sacêlakipun gapurâ sisìh nglêbêt mrikâ kangge sêsuci. ...
Sasampûnipûn punikâ sami nuju kôri Grejâ kanthi ênìng. Dumugi mriku (kôri) lajêng
mêndhak, mlampah mlêbêt kaliyan jéngkéng lan tumungkûl, ngantôs linggìh kanthi
manah tidhêm. ... Mbôtên kengìng sami ngôbrôl malìh lan kêdah ndêdongâ ìng batôs. ...
Amargi wôntên ìng nglêbêt sadâyâ kêdah sampûn sumadyâ kangge madhêp Gusti. ...
Racakipûn ìngkang sami linggìh punikâ ngupêng wôntên ngajêng lan sakiwâ-têngênipûn
pamulang anggénipûn lênggah. ... ‘ikâlâ pā dhitâ utawi pa ula g sa pû l ggah la
samêktâ wôntên sangajêng mimbar mejâ alìt kangge papan Kitab Suci, pangabêkti
kawiwitan kanthi ngajak wargâ sami misungsûng. ... Sakêmpalipun, pisungsûng dipûn
atûrak ka thi pa do gâ. ... “āsar ga ugi Dongâ Râmâ Kawulâ. Nanging Dongâ Râmâ
Kawulanipûn wujûd kidungan, sami kaliyan pratelanìng Sahadat Rasuli sasampûnipûn
punikâ (Dongâ Râmâ Kâwulâ) wau. ... Maôs Kitab Suci lan khotbah punika katindakakên
lêbar sahadat. ... khotbahipûn sôk andharan, nangìng inggìh wôntên ugi têmbang ìngkang
isinipûn pitutûr. ... Sarampûngipûn khotbah dipûn lajêngakên pandongâ punâpâ dene
pāpujén kanthi kidûng. ... Pungkasanipû , sad r gipû katutûp la u ara , pā dhitâ
utawi pa ula g gla tarak
rkah.

Terjemahan Indonesia bebas:
“ewaktu warga Gereja e asuki ger a g ya g ada di se elah utara itu, ke udia duduk
istirahat bersama beberapa saat sambil berbincang di pendapa sini. Lalu ketika hendak
masuk ke Gereja atau dulu yang disebut masjid, semua membasuh diri bersama. ... Ada
padasan dekat gerbang sebelah dalam sana untuk berbasuh. ... Setelah itu bersama
menuju pintu Gereja dengan tenang. Sampai di depan pintu itu kemudian membungkung,
berjalan masuk dengan jongkok dan tertunduk, hingga duduk dengan batin hening. ...
Semua tidak boleh ngobrol lagi dan harus berdoa dalam hati. ... Karena di dalam semuanya harus sudah siap menghadap Tuhan. ... Formasi yang bersama duduk tersebut berkeliling di depan dan di kiri kanan pengajar duduk. ... Ketika pendeta atau pengajar telah
duduk dan siap di depan meja mimbar kecil untuk menempatkan Alkitab, kebaktian
dimulai dengan mengajak warga persembahan bersama. ... setelah terkumpul, persembahan dihaturkan dengan doa. ... Disertai juga Doa Bapa Kami. Tetapi Doa Bapa
Kaminya berupa nyanyian, seperti pengakuan Sahadat Rasuli setelah Doa Bapa Kami
tersebut. ... Membaca Alkitab dan khotbah dilakukan setelah sahadat. ... Terkadang
khotbahnya uraian, tetapi ada juga nyanyian yang isinya petunjuk. ... Selesai khotbah
diteruskan doa maupun pujian dengan nyanyian. ... akhirnya, sebelum ditutup dan
dibubarkan, pendeta atau pengajar e gha tarka erkat.

203

204

LAMPIRAN 7
TRANSKRIP REKORDER WAWANCANA DENGAN
PENDETA NOVEMBRI COELDAHANA
TENTANG PROSES PENYUSUNAN LITURGI GKJ
(9 Juli 2013, Gedung Semar GKJ Dagen Palur, Pukul 11.00 WIB)
...... Ya, artinya kalau di taraf sinodal waktu itu... pembaruan hanya mencari
beberapa model teologi yang kira-kira dipakai di gereja yang lebih bersifat partisipatif.
Belum mengarah kontekstualisasi. ... Makanya ada liturgi satu, liturgi dua, liturgi tiga. Jadi
orientasinya masih partisipatif waktu itu. … Dan mungkin sampai sekang... . Sampai
sekarang kalau dilihat liturgi itu tetep; itu cuman pengembangan redaksional karena
model-modelnya... itu cuman melibatkan partisipatif. Ada jemaatnya, ada ininya... Jadi
dari pendeta sentris: dari salam sampai berkat, semuanya pendeta; kemudian ada
pemuda, ada ini... dilibatkan partisipatif bersahut-sahutan.
[Itu dari liturgi dua dan tiga?]. Ya! Jadi arahnya waktu itu belum banyak memasukkan
kontekstualisasi. ... kontekstualisasi masih dianggap pergumulan yang lepas di Gereja. Jadi
itu belum berorientasi pada kontekstualisasi... .
[Jadi itu masih semacam kopi paste dari sumbernya sana?]. Iya! Cuma format satu itu
yang dikembangkan. ... Jadi unsur-unsur liturgi satu itu nggak boleh hilang: salam, berkat,
pengakuan dosa, pelayanan firman, orientasi tetap pelayanan firman. Cuma agen-agennya
sekang lebih partisipatif. Nah kontekstualisasi memang masih pergumulan karena
kelompok-kelompok tua masih menganggap sinkretisme...
[Artinya, … ketika mencoba untuk membangun atau menyusun liturgi pada waktu
itu, penggalian sumber-sumber, makna-makna, dan lain sebagainya tidak mencakup lebih
dalam baik secara sosiologis, dls, dan konteks-konteks tertentu juga tidak?]. Iya, Karena
itu ketika PPAG disahkan, gereja-gereja GKJ secara kreatif sangat bergantung pada gereja
lokal. Kalau anda bertanya sinodal ya sampai di situ tok. Makanya lahirlah bentuk liturgi
yang sebetulnya hanya bukan pada orientasi dan landasan teologisnya, pada sosiologisnya! Hanya soal susunannya aja yang beda. Persembahan yang ada di depan terus taruh
ada yang di belakang, ada yang dianggap sebagai jawaban atas pemberitaan firman, ada
yang sebelumnya sebagai ucapan syukur baru kita mendengar firman. … Tapi unsurnya aja
nggak berubah. Pengakuan dosa, petunjuk hidup baru...
[Tapi apakah mungkin dibikin seperti itu karena sebuah kondisi mendesak, atau sejak
didewasakan... kemudian ada semacam keputusan untuk segera menyusun tata peribadatan sehingga akhirnya tidak ada waktu khusus untuk bisa cukup menstudi … macammacam seperti itu?]. Endak! Waktu itu memang ada desakan untuk kontekstualisasi,
belajar dari gereja lokal. Sebetulnya waktu itu kan LSPnya Pak Prajarto CS dengan Niko L.
Kana, tetapi memang ada kekuatan juga sebetulnya yang lebih ingin bersifat
penyeragaman. ... Kalau kontekstualisasi, dia nggak boleh dibentuk oleh sinodal. ...
Makanya waktu itu perdebatannya banyak. … Kontekstualisasi itu misalnya dari
pentahbisan Pak Simon. Gambar Yesus kita hilangkan, tanpa wajah (tahun 2000). Nah itu
gejolak! ... Kita mau Yesus dibentuk oleh wajah perjumpaan masyarakat. Kemudian minta
restu para budayawan, tokoh agama masuk dalam prosesi. Kita didatangi klasis waktu itu.
[Jadi seperti … yang penjenengan katakan ini sebagai ide-ide yang sebenarnya juga
dulu ketika panjenengan masuk ke dalam tim itu juga sempat dimunculkan?]. Iya! Tapi kan
kalah, dalam arti format bahwa pokok-pokok ajaran kan belum berubah, masih
gereformeerd. Waktu itu masih Heidelberg. ... Jadi, perkembangan PPAG tidak berjalan
bersamaan dengan transformasi liturginya. … [Nah ini berarti ada sesuatu yang
miss/terputus di situ? Mestinya liturgi kan bisa mengungkapkan dari apa yang menjadi

205

pemahaman PPAG itu sebagai konfesi iman?]. Model kerjanya pada waktu itu, …, model
kerjanya beda-beda. Jadi tim revisi tata gereja ya tata gereja, tim revisi PPAG... PPAG.
Harusnya kan mulai dari PPAG, PPAG disahkan baru keluar model liturgi; liturgi untuk
kebangsaan, liturgi tanah air. Na... sampai terakhirnya pengakuan iman kalau memang
mau... Na di sini tidak jadi masalah, di tempat lain mungkin jadi masalah, pengakuan iman
diungkapkan seperti itu. ... Kami kembangkan sendiri. Dan pentahbisan pendeta sudah kita
legalkan di sini, selalu dengan tokoh-tokoh agama lain, cerita dari Bagawatgita, cerita dari
Mahabarata, untuk proses pentahbisan. Nah itu namanya kontekstualisasi. … Nah, waktu
seminar di Elika, … memang kelompok konservatif diadu ama kelompok liberal. … sampai
saya ada orang yang menuduh ndak pecaya pada Yesus Kristus, karena Alkitab menurut
saya bisa salah: Teks A, teks B, ... teks A ini dikontrol sama teks B juga. Teks B ini sejarahsejarah umat. Di sini ular sumber kejahatan, tapi di China dragon itu sumber kebaikan.
Maka Alkitab bisa dikritik.
[... tapi satu sisi bagaimana aktualisasi itu secara keumatan melalui liturgi, kok
ternyata tidak nyambung. Nah, seperti kok bisa kehilangan isi yang dikatakan dari PPAG
itu di mana?]. Ya... karena timnya beda-beda. Dan timnya itu tidak mencoba belajar dari
PPAG. Cuma memformatkan saja dan orientasinya seperti itu aja. [Jadi memang selain
bersumber kepada tradisi GKN sekaligus di situ memang ada suatu kekuatan status quo,
begitu? pada akhirnya itu tidak bisa merubah sesuatu apapun?]. Iya! Jaman aku memang
belum PPAG lo... Jaman aku masih katekismus. ... makanya kalau mau liat revisi sekarang
beda-beda. Jadi waktu itu pembahasannya deputat studi ditugaskan untuk membuat
liturgi, dah gitu aja! Berdebatannya bagai mana?: ya, masing-masing katekismus itu
pegangangnya. Kan PPAG belum lahir. [Tapi katanya PPAG juga dalam proses juga pada
waktu itu?]. Hm... PPAG kan apa... jatuh bangun terus! Tim yang terakhir baru pak Broto,
trus Pak Simon; itu juga ada konflik! Trus pak Broto mengundurkan diri, Pak Simon
mengundurkan diri. … Pak Broto kan kecenderungannya, … sebagai konseptor. Tapi kan
tim. Nah ketika ada kritik dan sebagainya, dia tidak mau; pakai ini total, atau tidak!?
Karena pak Broto kan pendekatannya Karl Barth, mulai dari soteriologis. Begitu... Padahal
kalau memang katekisasi itu kan harusnya dari penciptaan,... walaupun bisa ditarik tapi
kan dimulainya dari paradigma negatif: orang jatuh dalam dosa, terkutuk, terus
penyelamatan hanya bisa oleh Yesus. Nah... baru sikap Kristen terhadap budaya. …
… Jadi kebutuhan awalnya itu bukan dari tantangan realitas dan transformasi
kultural. Tantangannya adalah ... dari kehidupan internal: kejenuhan! Kejenuhan liturgi,
maka Cuma ditambah litugi alternatif 1, 2, 3 Minggu pertama, kedua, ketiga, dan lebih
partisipatif, begitu! Itu aja.
[… pandangan panjenengan selanjutnya untuk leksionari … serta dengan liturgi yang
ada itu sekarang bagai mana, pak... artinya menurut pandangan panjenengan, satu sisi
ada upaya untuk perbaikan dari semangat liturgi kita. Tapi satu sisi bentuk yang
dihasilkan untuk beberapa waktu yang cukup lama sebetulnya, ternyata kok munculnya
Cuma sekedar ..., kalau leksionarinya sebagai daftar bacaan mungkin tidak masalah,
tetapi kemudian liturgi yang digunakan untuk menterjemahkan itu jadi semakin ...
mengakar atau malah justru tidak?]. Nggak, … bahwa leksionari itu penyeragaman, justru
mengabaikan kontekstualisasi dan lokalitas. ... sehingga kalau sama seluruh dunia seolaholah sama. Bagus! Ya pakai aja kaya muslim, bahasanya Arab semua, semua seluruh
sholat..., kaya bahasa Latin semuanya begitu lo... . Menurut saya gereja GKJ ada
keuntungannya tidak terlalu sinodal itu, presbiterial sehingga gereja-gereja mengembangkan. Tapi saya yakin, liturgi di gereja GKJ semua masih formatnya leksionari itu. Karena
hari-hari nasional nggak dimasukkan dalam liturgi gerejawi. Kalau Dagen kita masukkan itu
sebagai liturgi gereja. Semua yang berbaikan humanitas, perbaikan alam dunia dan
kualitas manusia dan ciptaan kita masukkan sebagai liturgi gereja; itu kontekstualisasi.
Tapi itu nanti akan benturan. Saya dikritik sama temen-te e : kalau gitu jadika aja hari

206

kor a idhul adha se agai liturgi gereja. O, iya isa pri sip ya. Kare a itu pe gor a a .
Kita gabung. Makanya sura kita rayakan juga. Sura itu kan sebetulnya bukan mejik. Kerbau
dimandikan, semua dimandikan... karena itu alat produksi. Nah ketika alat produksi ini
bersih dan bagus dia kerja bagus. Nah trus kita simbolisasi dalam kegiatan. ...
Nah, perjamuan kudus seperti kontekstualisasi kan sebetulnya seperti itu. konteks
kita: pergumulan muslim—Kristen kita masukkan sebagai bagian. Walaupun isinya ibadah
tetapi sebetulnya sudah slameten RI! Iya! Unsur-unsurnya... Karena perjamuan kudus
pake ubi, tales saja di sinode udah jadi perdebatan rame. Jadi di situ persoalannya. Jadi
kalau melihat dari pergumulan sinode masih dangkal waktu masih jamannya saya. Karena
berangkat hanya dari akta.
... [Artinya bisa saya simpulkan … Sejak awal dari perumusan liturgi peribadatan GKJ
dalam sistem keumatan itu sendiri memang belum ada … atau miskin penggalian asasasas baik yang teologi, sosiologi, ataupun yang lainya?], … Sebetulnya kontekstualisasi
jangan hanya dimulai dari cuman unsur-unsur liturgi. … . Ya... saya kuatir kontekstualisasi
itu Cuma pendekatannya kaya budaya thok...! Ada kaya gamelan, dan lain sebagainya.
Padahal bukan itu! Itu hanya unsur. Namanya kontekstualisasi itu dia belajar dari
konteksnya. Konteksnya di kita: agama-agama, pluralitas, dls, na... mulailah dari situ;
Kontekstual yang sesungguhnya kan orang berteologi dari realitas sosial politik budayanya,
belajar dari sejarahnya, jadi kita tidak ditarik menjadi sejarah Israel! Kita berteologi dari
sejarah Indonesia, makanya kenapa kok HUT RI tidak masuk dalam kalender gereja
Indonesia? Itu keliru! Harusnya masuk, karena kita adalah gereja Indonesia,... . Jadi kalau
kita mau mengembangkan apa yang betul-betul disebut kontekstual sebetulnya sampai ke
ajaran. [Ajaran sebenarnya sudah cukup mewadahi?]. Iya, pak Broto itu! Tetapi bagaimana
itu divisualisasi masuk ke dalam liturgi nggak ada. Ketika kita menghormati agama lain
sebagai rahmat Allah yang memelihara, loh... dalam liturgi kita kok dia nggak masuk? [Ya
itu karena ada loncatan itu, pak? Liturgi dulu baru ajaran]. Tapi waktu tim kami memang
belum bicara itu banyak, mas. ... Karena itu berangkat dari akta. [Jadi Cuma sekedar yang
sudah dibaca bareng terus kemudian dirembug bagai mana ini bagusnya, bahasanya, dan
sebagainya?]. Makanya, itu perlawanan dari liturgi dari gereja-gereja pentakostal, anakanak muda... [Yang menjadi pergumulannya itu ya?]. Itu! Itu pergumulan sehingga
mencari liturgi yang tidak membosankan, alternatif seperti itu yang melibatkan anak
muda,... [Itupun membosankan...?]. Iya. Karena memang persoalan-nya. ... Dan itu
American culture, tapi karena anak-anak nggak punya pilihan, alternatif, sehingga
liturginya itu. Nah, dilawannya cuma dengan model-model liturgi yang berbeda itu!? ...
persoalan yang paling penting itu di paradigma, paradigma berteologinya! ... Lebih baik
pakai alat-alat tradisional. ... mengembangkan The Asia Culture itu. ... Ya, Asia s
I stitut of the Power Liturgy di Ma ila. Kuli ta g kita le gkap, a gklu g le gkap, ga ela
lengkap. Lagu-lagu kita udah dihi pu di sa a lo... “ou ds of the Ba oo , ... Jadi
gundul-gundul pacul ada, manuk dadali ada, waktu pakai liturgi mereka main musik korea,
indonesia, angklung dimainkan... wah... bergetar banget lo itu! liturgi betul, Asians for
Liturgies! Nah Indonesia ndak...! [Dan itulah nyawa kita ...? Kelihatan hidup banget ...?].
Iya!
[Artinya, sumber-sumber dalam penyusunan litrugi GKJ sendiri memang sangat
miskin. hanya kebutuhan mendesak, dan mungkin ditentukan lebih banyak pada orangorang yang memiliki ini?]. Pada problem thok... bukan pada program! [Berarti sangat
miskin sekali kita ini, sumber-sumbernya, asas-asasnya, dasar-dasarnya, ... Malah
mungkin seperti tadi saya matur seakan-akan malah tidak ada ini. ... Seperti diistilahkan
Pak Djoko Sutopo itu juga, kita itu sebetulnya hanya menyadur ... Di sadur, dikembangkan,
dan ya itu... Cuma diolah sendiri aja, tetapi nggak ada perubahan sama sekali... Yang
kelihatan Jawa itu Cuma karena bahasanya, makanya melibatkan pak Siman]. Unsurunsurnya nggak berkembang, unsur-unsur antropologisnya. Dls.

207

208

LAMPIRAN 8
TRANSKRIP VIDEO WAWANCANA DENGAN
PENDETA SIMAN WIDYATMANTO
TENTANG PROSES PENYUSUNAN LITURGI GKJ
(24 Juli 2013, Wisma Sabda Mulya GKJTU Salatiga, Pukul 20.00 WIB)
Kula tak crita sik wae, ... critanya yang namanya liturgi itu gambar perjumpaan antara
Tuhan dengan umatNya. Jadi itu gambar perjumpaan! Ha Tuhan dengan umatNya di situ,
Tuhan diwakili dalam tokoh yang namanya pendeta atau pelayan kebaktian. Tetapi di
dalam perjumpaanNya, pendeta mempunya fungsi ganda. ... Di satu pihak mewakili
Tuhan, yaitu di dalam berkat; tetapi pihak lain, di dalam doa misalnya, itu mewakili umat
menghadap Tuhan. Ha itu fungsinya; kalau yang berkebaktian itu itu tidak berfungsi
ganda. La yang pendeta, yang berfungsi ganda.
Yang disebut awal kebaktian atau liturgi, itu mulai dari penyerahan Alkitab kepada
pelayan firman, sampai pada penyerahan kembali dari majelis kepada (??). penyerahan itu
artinya minta/menyuruh mengajarkan ajaran berdasarkan Alkitab itu; yang diserahkan.
Karena itu kewenangan majelis, kalau ada pendeta yang tidak berdasarkan Akitab, itu
berhak untuk menegur. Karena yang berkuasa di dalam Gereja Jawa itu majelis. Jadi mulai
dari penyerahan Alkitab kepada pengkhotbah sampai pada penyerahan kembali Alkitab,
itulah liturgi. Berarti ada warta gereja, ada pengumuman-pengumuman, itu tidak
termasuk di dalam liturgi. Jadi salah kalau ada warta gereja misalnya dimasukkan di dalam
liturgi. Itu tidak benar! Jadi itu di luarnya, boleh sebelum liturgi, boleh sesudah sesudah
liturgi selesai.
Sekarang unsur-unsur yang ada di dalam liturgi. Jaman saya disebut adiutorium.
Mboten auditur, ning adiutorium. Artinya penolong; Adiutor itu penolong, adiutorium itu
pertolongan. Tapi sekarang sering menggunakan kata votum yang artinya ikrar; dan salam.
La di GKJ biasanya untuk salam itu kadang-kadang orang keliru menggunakan ucapan
berkat. Tetapi yang salam yang artinya tanpa menyebut ROH KUDUS. Tapi di dalam berkat
itu biasanya ketiga-tiganya disebut: Kasih karunia Tuhan dan kasih Tuhan Yesus Kristus
dalam persekutuan Roh Kudus, hendaklah pada saudara-saudara. Nah di dalam saudarasaudara, oh berarti dia mewakili Tuhan. Karena itu saya (katakan) berfungsi ganda. Nah di
satu pihak mewakili Tuhan untuk umatNya, di pihak lain mewakili umat untuk menghadap
Tuhan.
Nah punika wau bagian-bagiannya/unsur-unsurnya adiutorium yang artinya
pertolongan, dan itu: Pertolongan kita adalah ... . Pengakuan itu/ikrar/... votum, meskipun
sebetulnya isinya sama. Tetapi liturgi dimulai dengan pengakuan itu. tapi tanpa ada
pengakuan itu kosong anunya (ibadah) itu. Ha lajeng, adiutorium itu atau votum; dan
salam, salam itu sebenarnya hanya seperti selamat pagi, dan sebagainya itu. Lalu kidung
pujian. ... kemudian disusul dengan hukum kasih, ya ini nanti, itu tentang urutannya itu
macem-macem, artinya ada yang mendahulukan ini ada yang mendahulukan itu, tetapi
unsur-unsurnya isinya itu. Hukum kasih lalu biasanya diikuti kidung penyesalan.
Penyesalan dengan kidung penyesalan. Mungkin penyesalan itu diungkapkan dalam doa
oleh salah seorang anggota jemaat, dan diteruskan dengan kidung penyesalan.
Sesudah jemaat mengakui penyesalannya, penyesalan lalu ada berita anugarah, dan
petunjuk hidup baru. Jemaat menanggapi dengan kesediaan atau kesanggupan ... berupa
kidungan. Lalu biasanya, ya itu urutannya ini..., kalau khotbah yang kira-kira untuk GKJ itu
untuk khotbah kurang lebih 20 menit kok! Karena seluruhnya itu hanya sekitar 1 jam.
Mulai dari nyanyian-nyanyian dan lain sebagainya itu..., apa lagi kalau ada paduan suara.

209

Tetapi tanpa paduan suara pun ini tidak jadi harus... Paduan suara suara itu hanya acara
apa ya..., mirunggan! (Bisa jadi bagian liturgi, tetapi itu mirunggan).
La lalu e... khotbah ya? Biasanya didahului oleh dengan doa epiklese, lalu khotbahnya
tadi kira-kira begitu, lalu ada pengakuan iman. Itu ada yang menggunakan kidungan yang
isinya itu, ada yang diucapkan bersama-sama biasanya. Nah sampai itu ada persembahan.
Persembahan itu sebetulnya dulu diikuti kidung yang sifatnya fakultatif. Artinya kalau
jemaat sudah nyanyi banyak, tanpa kidung pun sebenarnya tidak apa-apa. Tapi kalau
jemaat itu cukup besar, ha itu waktu luang ada mengisi waktu dengan kidungan-kidungan
itu. nah itu, itu untuk siaran RRI perlu! Kalau tidak ada itu lajeng kosong. Jadi persiapan
dan penutupan, penutupan itu... bukan sebelum ada penyerahan dan sesudah penyerahan
kembali; itu sudah di luar liturgi. Itu yang tadi saya katakan, mungkin pengumumanpengumuman, dan sebagainya.
Itu yang sebetulnya, dulu... pernah diangan-angankan kebaktian itu dua macam: pagi
dan sore. Karena ada anggapan, bahwa kebaktian yang resmi itu pagi, yang sore jam di
Jogja hanya untuk para pelayan, bedinde. Jadi isinya sebetulnya bukan khotbah, tapi
semacam katekisasi. Dulu...! Tetapi dalam perkembangannya kebaktian pagi dan sore
sama; sehingga tidak perlu diadakan liturgi untuk sore hari. ... Jadi tidak usah ada dua
macam kebaktian atau dua macam liturgi. Hanya kebaktian, liturginya tidak usah berbeda.
Liturgi itu dulu ulai erlaku sejak hari peri gata pe takosta tahu
. Mu ul ya
ini, (liturgi GKJ)! itu kan dalam persidangan sinode yang ke-6, di Kebumen. (ini catetan
artikel tempat saja sidang ke- artikel tahu
; ya u gki ! .
Anggota komisi liturgi pada waktu itu Pak Purbowiyogo, Pak Harun Hadiwiyono,
Professor Sudarmo, Pak Prawirohatmojo, Dr. D. Bakker, dan Dr. D. C. Mulder, yang
terakhir namanya Pak Siman (sebetulnya tugasnya penterjemah dalam bahasa Jawa pada
waktu itu, tapi masuk di dalam komisi liturgi itu). Ha dari nama-nama itu yang ada nama
Pak Siman dan mungkin Pak Mulder.
Ha selanjutnya, jadi sejak sinode menjadi dewasa, ... sejak tanggal berapa itu... 17
Fe ruari
, sa pai... saya kura g i gat, ... tetapi sejak pe uda erasa osa de ga
liturgi ya g sela a i i erjala , o a itu dari
sa pai... ha pir
, itu liturgi ya
liturgi itu-itu saja. Lalu sinode membentuk komisi liturgi variasi, muncul liturgi variasi:
minggu pertama, minggu kedua, minggu keempat. Tetapi itu itu sifatnya fakultatif.
Artinya, bagi yang merasa bosan bisa menggunakan variasi itu, bagi yang lain itu ya
mangga terserah... Ini, liturgi ini dalam kebaktian hari Minggu. Jadi kalau ada kebaktian
lain yang bukan pada hari minggu dipersilakan menggunakan liturgi menurut selera
masing-masing. Upamanya ada perayaan pentakosta, trus natal, tahun baru, dan
sebagainya itu bisa dengan menggunakan liturgi bukan liturgi itu; itu seperti dulu itu
menuruti induk. Ha padahal pada saat itu induk berdasarkan dari sinode. Nyanyiannya itu
harus seperti ini, itu dilakukan (sampai sekarang). E... sekarang itu sebetulnya, ya... itu
yang liturgi biasa. Karena di dalam salah satu leter, nyanyian dari GKJ itu nyanyian ini.
Tetapi sekarang sudah banyak yang menggunakan Kidung Jemaat, dan sebagainya. Ya, jadi
itulah ya yang saya ketahui tentang liturgi. Ha sekarang silakan saudara akan menanyakan
bagian apa yang perlu diperjelas.
---------[... Jadi sejarahnya dari permulaan. kalau tadi dari sejarahnya, dari kisah pentakosta
tahun ;65/61 (??), dan masalah-masalah khusus tentang kejenuhan dalam perkembangan
dan sebagainya, ..., dulu latar belakang yang paling mendasar dari upaya untuk menyusun
liturgi GKJ pada waktu itu?, paling tidak terkait dengan sebagai gereja yang telah
didewasakan pada waktu itu, ...?] Mengingat anggota-anggota komisi liturgi itu orangorang Belanda, saya menduga keras bahwa ini (liturgi) digunakan oleh negeri sana.
[Jadi bersumber pada tradisi gereja yang berasal dari sana?] Iya. Kebetulan ada Pak
Bakker, Pak Mulder, itu tokoh-tokoh sentral pada waktu itu. lainnya itu ya ... anggota,

210

tetapi tentang kematangan liturgi tentunya jelas dari sana. Apalagi seperti saya ini, saya ini
hanya bagian penterjemah saja, o... saya masih anak kecil. [Tetapi artinya, tentunya
panjenengan juga pirsa, sejauh mana, apa saja yang menjadi inti pirembugan pada waktu
itu?] Itu saya hanya notulen, mungkin itu ada di sinode, tetapi tidak lengkap; seperti pada
waktu Pak Pujo menjadi sekum minta catetan itu... semua ke sinode.
[Selain dari latar belakang mengenai sumber-sumber penyusunan tadi, adakah
beberapa pokok-pokok penting yang pada waktu itu menjadi semacam nilai-nilai
pergumulan dalam upaya penyusunan liturgi?] Kita semua tahu bahwa adanya gereja kita
pada jaman Belanda, jadinya semua yang berasal dari Belanda langsung ditelan saja!
Wo g eskipu sudah dewasa tahu
, tapi itu aru e yusu tahu
. Jadi
tahun. Selama itu masih menggunakan liturgi yang menurut sana; seperti sejarahnya
katechismus Heidelbergche, yang sebetulnya sudah tidak sesuai dengan suasana Indonesia
lalu muncullah Pokok-Pokok Ajaran Gereja. Kira-kira sama dengan itu!.
[Nah, kalau demikian, adakah sempat pada waktu itu dalam pembukaan tidak hanya
sekedar melihat pada sumber tradisinya memang dari gereja Belanda (GKN), tetapi
mungkin juga ada asas-asas apa saja yang pada akhirnya sempat bisa terungkap ketika
seperti tadi panjenengan ngendika misalnya: ada fungsi pendeta itu fungsi ganda, satu sisi
juga umat. Nah tentunya ada asas-asas lain mungkin yang juga sepat muncul di situ?]
Saya ingat itu tidak, apa lagi itu tadi apa itu namanya fungsi... saya hanya sebagai
penterjemah, jadi apa yang itu tadi cuma ... (saya tulis) saja. [Jadi intinya, itu semua telah
terekam di dalam notula semua itu tadi?] Jadi pada waktu itu saya masih anak kecil, masih
32 tahun itu.
[Kenapa kok sejak dulu yang sudah digumulkan ternyata ada kejenuhan, kejenuhan
itu kemudian telah diwadahi di dalam liturgi variasi itu, tapi ternyata menurut beberapa
kali pengamatan yang ada kok masih seperti itu belum diperbaharui. ... apakah ada
kemungkinan bahwa di dalam menyusun liturgi terdapat semacam lompatan di dalam
berpikir, karena intinya bahwa liturgi itu kan merupakan pengungkapan iman jemaat
terhadap ... penyelamatan ... yang bisa kita lihat atau kita ukur dengan rumusan yang ada
di dalam pokok-pokok ajaran?] Inggih, apapun perubahannya unsur-unsur ini harus
masuk. Mungkin bentuknya yang lain, atau urutannya yang berbeda. [La itu dulu lahirnya
liturgi dengan lahirnya PPAG dulu mana?] Oo... itu (PPAG) itu baru saja kok. [Berarti
intinya ...?] Liturgi dulu... . Itu PPAG itu sudah 12/13 itu, sidangkan Sinode Kebumen baru
sinode ke-6. Itu kan lahirnya PPAG karena orang sudah merasa sekarang bahwa situasi di
Jawa, di Indonesia... tidak sama dengan situasi abad 16 pada waktu lahirnya Katechismus
Heidelbergche. Jadi pada waktu itu ada usaha pendewasaan dana, pendewasaan teologia,
pendewasaan SDM, lalu Indonesia jangan tergantung sana. Karena suasananya lain.
Karena Katechismus Heidelbergche itu nadanya kan pertentangan dengan Katholik.
Padahal sekarang nyatanya dengan Katholik dekat, meskipun ada bagian yang tidak sama;
tetapi itu kan dalam suatu suasana konfrontasi to. Sedangkan sekarang PPAG dalam
suasana kontekstualisasi.
[Nah itu yang makanya saya tadi mencoba untuk melihat kok ada yang ganjil...
apakah ini ada lompatan, kemungkinan, karena niku: di satu sisi, kok liturgi kita ini, apa
lagi di jaman sekarang dirasakan seakan semakin asing. ... Tapi anehnya lagi bahwa
walaupun GKJ atau umat GKJ sekarang ngomong tentang liturgi tentang GKJ yang asing,
di satu sisi sekarang orang-orang GKJ sendiri kok lebih cenderung juga masuk ke pada
yang lebih asing lagi. Paling tidak ya itu bisa kita istilahkan dengan kebaktian-kebaktian
yang sifatnya kaya sekarang itu...?]. Kebaktian apa itu namanya... e... KKR itu to...? [Ya...
seperti itu.] Karismatika...? [Mereka tampaknya bisa menikmati, tapi tanda kutip. Niki ada
apakah? Di manakah letak sesuatu yang hilang itu?] Kalau saya yang menilai dari mata
orang tua, ya karena ... karena ini tidak pernah bertemu. Orang tua mengatakan: cah saiki
ki kemajon, tapi anak muda: wong tuwa kolot. Itu selalu ada, nada itu selalu ada.

211

[Tentunya panjenengan selaku pendeta tetap terus mengikuti perkembangan tentang
kejemaatan yang ada sampai sekarang. Apalagi terkait dengan jalinan yang lebih luas di
tingkat sinodal,..., nah sekarang dalam keprihatinan tadi, utamanya sinode yang sudah
punya PPAG sekaligus rindu untuk memperbaiki liturgi,... yang menjadi persoalan,
bagaimana miturut wawasan panjenengan dikalangan kita sekarang kurang lebih sudah
hampir lima tahun ini leksionari sedang berjalan...?] Tapi itu kelihatannya belum merata.
Pak Tarno misalnya itu setiap khotbah atau nehemia di sana itu tidak pernah menggunakan, ... saya hanya tahu leksionari itu dulu yang menggunakan hanya Katholik..., [... artinya
kalau kita sekarang pakai itu sejauh mana miturut panjenengan, efeknya terhadap
perubahan keimanan, paling tidak bisa diresapi untuk dihayati di jemaat itu seperti apa?]
Barang kali kalau orang itu betul-betul dan dapat menghubungkan antar bacaan pertama,
sambutan berupa mazmur, bacaan kedua, dan khotbah, itu bisa dikaitkan itu bagus. Tetapi
ada pendeta yang ternyata liturgi leksionari itu terlalu banyak untuk tambahan
memperlama... khotbahnya tidak ada yang nyangkut sana, tidak nyambung. Ha itu yang
bagi saya merepotkan... . [Artinya dengan kata lain apakah itu bisa menjawab pergumulan
dengan selama ini, sejak tahun tadi itu? Sampai sekarang belum menyentuh?]... Ha saya
kan orang tua. Pengetahuan saya dan tentu berdasarkan ketuaan saya, dengan kekuatan
saya, dan sulit untuk mengubah apa yang sudah dimiliki sejah dulu jaman saya. Tetapi
bahwa dunia itu berkembang itu benar... . SELESAI...

212

LAMPIRAN 9
DATA PILAHAN SIDANG SINODE GKJ TAHUN 1931-2012
TENTANG PROSES PENYUSUNAN LITURGI GKJ
Kawontenanipoen SYNODE ingkang sapisan
Ing Pasamoewan Gereformeerd Djawi-Tengah
Wonten ing Keboemen kala 17, 18 Februari 1931
2.

Noenggilipoen Pasamoewan, kedah ngangge wewaton oetawi tangsoel poenapa.
(Swara Keboemen).
Poenika dados oesoel, nanging woedjoed sesorah. Orehanipoen karingkes mekaten:
Pasamoewan Christen wadjib tetoenggilan oetawi pitepangan, terang saking soeraos
ing Kitab Soetji pinten-pinten lan saking soeraosipoen Sahadat 12 (oemoem), sabab
sami dados gegelitaning sarira satoenggal wonten ing Sasirah Goesti Christus;
ingkang katah paedahipoen lantaran anggenipoen sawab-sinawaban. Noenggilipoen
Pasamoewan sampoen kerep dados rembag wonten ing pakempalan, ing
padjagongan lan serat-serat kabar, kadosta rembag Masmoer kemawon kedah
ngengeti Patoenggilanipoen Pasamoewan Christen oetawi Pasamoewan sanessanesipoen, sampoen namoeng ngengeti Pasamoewanipoen pijambak kemawon,
awit pantji dados wadjib lan betahipoen sedaja Pasamoewan. Menggah wontenipoen
Synode ingkang saweg nembe klampah sapisan poenika oegi mekaten patoenggilanipoen Pasamoewan Christen. Barang katah ingkang bade dipoen toenggilaken
poenika mesti wonten wewaton oetawi tetangsoel ingkang kangge njatoenggilaken
oetawi malih barang ingkang noenggil dasar lan kawontenan. Lah manoenggilipoen
Pasamoewan Christen poenika kedah ngangge wewaton, tetangsoel lan dedasar
poenapa? Boten wonten malih-malih kedjawi namoeng sarana Pangandikanipoen
Goesti Allah kemawon. Terang kados ingkang kasebat ing Lelampahanipoen para
Rasoel 2 a 42. Efesoes 2 a 20; II Tim. 3 a 16, 17; lan sanes-sanesipoen.
Noenggilipoen Pasamoewan Christen oegi sarana ingkang dados pangakening
pitadosipoen (sanesipoen sahadat 12 ingkang oemoem). Sanadjan Pasamoewan2
kita dereng gadah pangakening pitados ingkang kangge nampik penganggep
(piwoelang) nasar (awit dereng wonten perloenipoen), ewadene inggih sampoen
kenging kasebat anggadahi, inggih poenika: Piwoelang Agami Christen, ingkang
dipoen anggep lan dipoen angge dening sedaja Pasamoewan Gereformeerd.
Ingkang poenika anggenipoen Synode ngrembag sedaja prekawis ingkang bade
kangge sedaja Pasamoewan, langkoeng2 bab rembag Pamoedjinipoen Pasamoewan
Christen, ingkang sampoen njata dados rembag rame sarta ngantos dados sekar-lati,
lan bokmenawi mangke oegi dados rembag wigatos pijambak sarta rame. Sedaja
waoe karembaga wewaton kaleresaning Pangandikanipoen Goesti Allah kemawon,
sampoen ngantos ngangge seneng lan pamilihipoen pijambak, poenapa dene sampoen ngantos mregi dening kedajan ing tijang (senadjan perloe oegi ngangge
rembagipoen tijang sanes); kadosta mergi saking adjrih, ewed, rikoeh doepeh kawon
sepoeh, pinter, nama lan sapanoenggilanipoen oetawi sampoen ngantos karembag
tijang-tijangan.
Ingkang sami kekempalan sami roedjoek sedaja, menawi soeraosipun Kitab Soetji
kadamel wewaton lan dedasaring panoenggilipoen Pasamoewan Christen. Semanten
oegi panoenggilaning pakempalan katah ingkang mestani kirang perloe Synode
mratelakken mekaten kemawon. Poenika amargi senadjan tijang Christen sami
nampeni Kitab Soetji, semanten oegi panoenggilanipoen oetawi piwoelangipoen
boten mesti sami, sarana sami tijang toegelan. Mila Synode dipoen-atoeri apratela,

213

3.

bilih panampinipoen dateng ing Piwoelang Agami Christen Heidelbergsche
Catechismus). Pakempalan inggih sami roedjoek, temah apratela bilih ingkang
kadamel wewaton lan dasaring panoenggilipoen Pasamoewan Christen poenika
soeraosipoen Kitab Soetji, inggih mitoeroet katrangan, ingkang kamot ing Piwoelang
Agami Christen waoe.
Njoewoen soepados Kidoeng Pasamoewan Christen dipoen-oemoemaken kanggenipoen, Masmoeripoen njoewoen dipoen boedidaja wewahipoen. (Oesoel Djokja).
Oesoel poenika ladjeng ngawontenaken djedjer kalih, inggih poenika pamoedji
Masmoer 150 lan Kidoeng. Menggah rembagipoen Synode ing bab prekawis kekalih
waoe mekaten:
a. Synode ngroemaosi lan ngakeni bilih Masmoer 150 poenika ingkang patoet lan
sembada pijambak kangge pamoedjinipoen Pasamoewan Christen, awit Masmoer
poenika saking peparingipoen Goesti Allah pijambak, lantaran pamangsitipoen
Roh Soetji dateng oemat kagoenganipoen, wiwit kina makina. Soepados kangge
wewatoning Pamoedji kondjoek doemateng Pandjenenganipoen, poenapa dene
sampoen njekapi kangge nglairaken soeraosing poedjinipoen manahipoen tijang
moersid, kadosta roemoes dosa, njoewoen pangapoentening dosa, salebeting
ngraos papa lan sangsara, kamoeljan lan kaloehoeranipoen, Pangeran,
sampoernaning woelang lan sihipoen Goesti Allah, wijos, pakarjan sangsara, seda,
woengoe lan mechrad oetawi kamoeljanipoen Goesti Jesoes lan sapanoenggilanipoen. Mila Pasamoewan Christen panganggenipoen dateng Masmoer kedah
dipoen tengenaken, katimbang Kidoeng2 ingkang saking anggitanipoen manoesa
tanpa pamangsitipoen Roh Soetji. Barang ingkang kabedakaken (kasedjekaken,
kapisah) poenika panganggep lan panganggenipoen inggih kedah dipoen-bedakaken oegi. Prekawis poenika inggih manut dateng tetoeladanipoen para moersid
abdinipoen Allah ing djaman kina. Ing djaman Pradjandjian Lami lan Pradjandjian
Enggal para nabi, para Rasoel, malah Goesti Jesoes pijambak, ingkang sami
kadadosaken tetalesing pamoedjinipoen Pasamoewan Christen.
b. Synode inggih oegi roemaos bilih Pasamoewan perloe ngangge pamoedji saking
Kidoeng2 sapinten ingkang njondongi kalijan Pangandikanipoen Goesti Allah, awit
pantji katah paedahipoen dateng Pasamoewan Kristen, lan inggih karana
ngengeti dateng Pasamoewan2 ingkang sampoen sami ngangge Kidoeng poenika,
ngiras kangge nandakaken anggenipoen toemoet pakempalan sanes djalaran
ingkang kangge memoedji sami kemawon.
c. Synode nganggep perloe ngatoeraken pangraos lan sedyanipoen bab panganggep
lan pangangenipoen pamoedji waoe dateng pakempalaning para pandita
Zending, sarta soepados teroes katoer dateng Synode ing negari Welandi, moerih
sae kedadosanipoen.
d. Kidoengipoen Pasamoewan sampoen wonten, inggih poenika jasanipoen
Commissie ingkang kersa ngengeti kabetahanipoen Pasamoewan Djawi, ingkang
taksih apes poenika, mila Synode roemaos bingah lan matoer noewoen sanget.
Masmoer 150 anggenipoen katembangaken inggih sampoen rampoeng oetawi
djangkep, inggih poenika nembe kemawon dipoen anggit lan dipoen wedalaken
dening pandjenenganipoen ingkang Ds. K. van Dijk. Sarehning Synode oetawi
Pasamoewan Djawi ingkang bade ngangge Masmoer lan Kidoeng wau, mila
roemaos perlu kedah nitipriksa roemijin bokmenawi wonten ingkang perloe
kaewahan oetawi kabesoet saperloenipoen. Sarehning Kidoeng waoe doemadosipoen boten saking rembagipoen Synode, mila Synode roemaos boten wenang
oepami bade angewahi. Prekawis poenika kedah kapasrahaken dateng Commissie
ingkang jasa, dene saoepami Commissie wonten kersanipoen masrahaken dateng
Synode Djawi soepados katitipriksa lan kabesoet saperloenipoen oetawi namoeng

214

moendoet Pambantoe saking Pasamoewan Djawi ingkang bade anderek ngangge,
poenika Synode inggih bingah.
Namoeng Masmoer 150 poenika ingkang kasoewoen lan katetepaken lan kedah
katitipriksa lan dipoen besoet saperloenipoen. Synode ladjeng damel Commissie
kangge nindakaken bab rembag pamoedjinipoen Pasamoewan waoe, ingkang
sakinten mangertos dateng raos, lagoe lan dateng kasoesastran. Dene ingkang
kapilih dados Commissie sederek 5 inggih poenika pandjenenganipoen R. S. S.
Martahatmadja (Djokja), M. Joram (Djokja), M. S. Atmawidjana (Solo), Ds. S.
Wirjotenojo (Poerworedjo) lan Ds. Z. H. Soesena (Keboemen). Patraping
panjamboetdamelipoen Commissie ingkang roemijin kagarap ing pangagengipoen
pijambak-pijambak, ladjeng kala-kala ing wantji ingkang katemtokaken Commissie
sami ngempal ngrembag angsal-angsalanipoen pandamelanipoen perloe dipoen
tjotjogaken mawi dipoen djoemenengi dening sawenehing sardjana ingkang
dipoen anggep sembada kangge djoeroe pirembagipoen. Mekaten sateroesipoen
ngantos rampoeng. Sasampoenipoen rampoeng ladjeng kaatoeraken dateng
Parepatanipoen para pandita Zending moerih kaseksen lan dados ing saenipoen.
Wasana kapasrahaken dateng Synode ingkang bade kawontenaken ing ngadjeng.

NOTULENIPUN
PAREPATAN SYNODE NGAYOGJAKARTA
NALIKA TANGGAL 1 LAN 2 WOELAN JUNI TAOEN 1932
Commissie Masmoer ngandaraken pandamelanipoen ngantos rowa. Satoenggiltoenggiling tijang ingkang sami wonten ing ngrikoe sami ketingal kepengin toemoet
ngrembag bab poenika, soekoer dene namoeng para oetoesan ingkang kenging njoewara.
Sanadjan taksih endjing ingkang sami makempal sampoen katingal sami kemringet
ing lair lan batos.
Woesananing rembag, Synode damel poetoesan ingkang soeraosipoen kawaos
wonten ing parepatan lan dipoen amini.
Soeraosipoen poetoesan makaten:
Parepatan Synode tanah Djawi Tengah sisih Kidoel kala 1 Juni 1932 wonten ing gredja
Sawokembar Ngajodjakarta moetoesi: bilih ing wekdal poenika, menawi para
Pasamoewanipoen ngempal ing dinten Minggoe kenging memoedji mawi Masmoer 150
anggitanipoen Ds. K. van Dyk lan Kidoeng Pasamoewan anggitanipoen Commissie Pandita.
(Ing ngriki temboeng kenging ateges: poeroen).
Lan ing wekdal poenika ngawontenaken Commissie, ingkang bade njamboetdamel
sasarengan kalijan: a.toewan Ds. K. van Dyk, b. kalijan Commissienipoen para Pandita,
ngrembag bab Masmoer poenika. Poenapa malih kalijan Pasamoewan-Pasamoewan Djawi
ing Djawi Wetan lan Ler bab Kidoeng oemoem.
Menawi pangrembag sampoen rampoeng, saha sampoen perloe ngetjap ingkang
enggal, inggih Masmoer enggal sak-Kekidoenganipoen anggitanipoen Commissie enggal
poenika ingkang kaetjapaken lan kaangge.
Dene menawi wonten pasoelajaning Commissie-Commissie waoe ngantos boten
saged poetoes, Synode ingkang bade nemtokaken poendi ingkang kaanggep.
Kala semanten ingkang sami marepat katingal lega. Para toewan pandita ingkang
soewaoenipoen sami nilar parepatan margi saking pangadjakipoen toewan Ds. Bakker,
sapoenika sami kaatoeran mlebet malih.

215

PENGETAN
PAREPATAN SYNODE SOERAKARTA
23 – 25 JULI 1934
(Surat masuk ke sinode):
3. Serat saking Dr.F.L.Bakker, docent ing Theologische School ing Ngajogjakarta,
mratelakaken bilih para Missionaire Predikanten sampoen sami rerembagan bab
prakawis Masmoer lan kidoeng ingkang kangge wonten ing satengahing
Pasamoewan Djawi. Ing pakempalanipoen para pandita Walandi waoe sampoen
milih tijang kalih ingkang dipoen patah kangge wontenipoen boekoe poenika,
ingkang kapilih Dr.F.L.Bakker kalijan Dr.J.H.Bavink. Synode miliha oegi Commissie
saderek Djawi ingkang saged njamboetdamel sesarengan kalijan Commissienipoen
Missionaire Predikanten. Synode kersaa arerembagan kalijan pasamoewanpasamoewan ing Djawi Wetan lan Ler kangge bab wontenipoen Serat Masmoer lan
kidoeng waoe.
4. Serat saking Commissie Masmoer mitoeroet poetoesan Synode Ngajogjakarta 1932.
Mratelakaken anggenipoen Commissie sampoen njamboetdamel Pambesoetipoen
Masmoer sampoen doemoegi Masmoer 30 (1-30). Pandamelan sigeg, awit ingkang
kagoengan karangan boten angsal manawi dipoen ewahi karanganipoen.
-------------------Oesoel saking ing Poerwokerto.
Ongelipoen oesoel:
Njoewoen soepados prakawis-prakawis ingkang sampoen
karembag saha kapoetoes wonten ing Synode Keboemen lan
ing Djokja, katindakaken saha karampoengaken. Oepaminipoen
bab wewangoenan pratelan Boedjana, Baptis, bab Masmoer
150 (K. V. Dyk) lan sapanoenggilanipoen.
Oetoesan Poerbalingga panjoewoenipoen soepados wontena Formulier satoenggal
kemawon, boten kados ing sapoenika, wonten ingkang sami dipoen angge ing Soerakarta
lan wonten ingkang dipoen angge pijambak oepami ing Keboemen.

A C T A
SYNODE MAGELANG
TANGGAL 23 – 25 JULI 1935
(Surat laporan dari Komisi Mazmur):
10. Commissie Masmoer.
Commissie Masmoer Ds. Soepanahardja nglapoeraken pandamelanipoen.
Seratipoen Generale Synode ing tanah Welandi ingkang dateng Conferentienipoen
para Missionaire Predikanten kawaos, mratelakaken anggenipoen Ds. V. Dijk
sampoen sarembag kalijan Deputaatipoen Generale Synode ing tanah Welandi bab
Masmoer damelanipoen, lan Generale Synode bade rembagan kalijan Synode Djawi.
Synode netepaken Commisie enggal: (1) Ds. Wirjotena

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggapan Jemaat Gereja Kristen Jawa Ungaran terhadap Kehadiran Gereja Saksi-Saksi Yehuwa

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Gamelan dalam Ibadah di GKJ Purworejo Jawa Tengah

0 1 1

GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) SEMAR

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ T2 752011044 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ T2 752011044 BAB II

0 1 80

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ T2 752011044 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ T2 752011044 BAB V

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Liturgi Gereja Kristen Jawa:Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pasola: Studi Sosio-Teologi terhadap Ritus Pasola Menurut Gereja Kristen Sumba, Sumba Barat

0 0 1

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gondang Uninguningan dalam Ibadah Kontekstual: Tinjauan Studi dalam Tata Ibadah Lutheran HKBP

0 0 1