Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah yang Berasal Dari Harta Bersama

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia selalu berhubungan dengan tanah, yang mana tanah tersebut
dibutuhkan oleh manusia sejak dilahirkan ke dunia ini, artinya manusia lahir ke dunia
ini membutuhkan tanah untuk tempat tinggal, demikian juga manusia meninggal
dunia, membutuhkan tanah untuk tempat dikebumikannya, manusia makin bertambah
jumlahnya, sedangkan tanah tidak bertambah luasnya.
Semua manuasia pasti meninggal dunia maka dengan sendirinya akan timbul
pertanyaan apakah yang akan terjadi dengan hubungan-hubungan hukum tersebut,
dan yang mungkin akan erat sifatnya pada saat seseorang tersebut masih hidup,
seperti bagaimana pengurusan harta miliknya atau dalam hal ini bisa disebut dengan
harta bersama.
Harta bersama adalah harta yang diperoleh selama masa perkawinan suami
isteri, demikian diatur dalam Undang-Undang Hukum Perdata khususnya dalam hal
ini yang beragama kristen. Ketika seseorang meninggal dunia, hal ini akan
menimbulkan sebuah akibat hukum yaitu bagaaimana pengurusan dan kelanjutan
hak-hak dan kewajiban bagi seseorang yang telah meninggal dunia. Penyelesaiannya

dalam

hak-hak dan kewajiban sebagai akibat adanya peristiwa hukum karena

meninggalnya seseorang diatur oleh hukum waris1. Jadi hukum waris itu dikatakan

1

Cahyono, Akhmad Budi dan Surini Ahlan Sjarif, Mengenai Hukum Perdata Cet I (Jakarta :
Mandar Maju, 2007).

1

Universitas Sumatera Utara

2

sebagai himpunan peraturan-peraturan yang mengatur hak-hak dan kewajiban para
ahli waris yang ditinggalkan oleh si pewaris atau yang meninggal dunia terlebih
dahulu.

Demikian juga sebagai filosofi harta benda dalam perkawinan atau harta
bersama didalam Undang undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974 Bab VII Pasal 35
: 1,2:
ayat 1
ayat 2

: dinyatakan Harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama.
: Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta
benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau
warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang
para pihak tidak menentukan lain.

Dengan putusnya perkawinan didalam Undang undang Perkawinan nomor 1
Tahun 1974 pasal 38 dinyatakan karena kematian, perceraian dan atas keputusan
Pengadilan.
Di dalam hal hendak melangsungkan perkawinan dimana antara si calon isteri
dan calon suami telah membuat perjanjian kawin, dimana dalam perjannian kawin
tersebut menerangkan harta terpisah maka selama dilangsungkan perkawinan tersebut
harta tetap menjadi milik masing masing. Baik harta tersebut yang dibawa sebelum

perkawinan maupun yang didapatkan dalam masa berlangsungnya perkawinan.
Adapun hal tersebut diatur didalam pasal 1338 Kitab Undang undang Hukum Perdata
disebut juga Pacta Sun Servanda (aggrements must be kept) adalah asas hukum yang
menyatakan bahwa “setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak
yang melakukan perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

3

Di dalam pasal 833 Kitab Undang undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa
ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang
segala hak dan segala piutang si yang meninggal, maka dengan demikian apabila ada
harta bersama yang akan dijual atau dialihkan kepda orang lain maka haruslah turut
mendapat persetujuan dari pada semua ahli warisnya dari pada si yang meninggal
dunia tersebut. Adapun bahagian dari pada harta warisan tersebut sesuai dengan Kitab
Undanag Undang Hukum Perdata adalah ½ (setengah) bahagian milik si suami dan ½
(setengah) bahagian milik si Isteri, dan apabila salah satu pasangan suami isteri
tersebut meninggal dunia maka ½ (setengah) bahagian kepemilikan yang pasangan
terlebih dahulu meninggal dunia akan beralih kepada ahli warisnya yang dibagi rata

sesuai dengan jumlah ahli warisnya tersebut.
Pada dasarnya yang menjadi perdebatan adalah tentang harta peninggalan
yang ditinggalkan, umumnya dalam pembagian harta peninggalan itu dapat
diselesaikan secarah musyawarah dan mufakat antar sesama ahli waris yang
meninggal dunia, namun apabila timbul sengketa antar ahli waris yang satu dengan
ahli waris yang lainnya, maka pembagian harta peninggalan itu baru dapat
diselesaikan di pengadilan.
Persoalan waris merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan yang
masuk lingkup hukum perdata. Pengaturan secara materil mengenai kewarisan dalam
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu untuk
orang yang beragama Islam (“KHI”) dan untuk orang yang beragama selain Islam
diatur dalam Buku II (Pasal 830 s.d Pasal 1130) Burgelijk Wetboek (“BW”) atau

Universitas Sumatera Utara

4

Kitab Undang undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”). Selain itu juga, Kewarisan
diatur di dalam hukum adat yang di dalam praktiknya masih diterapkan sesuai dengan
adat masing masing yang ada di wilayah Negara Republik Indonesia.

Ada kalanya si pewaris yang meninggal dunia tersebut baik suami atau istri
yang yang meningggal dunia terlebih dahulu ada meninggalkan harta warisan yang
merupakan harta bersama berupa tanah sertipikat hak milik yang masih terdaftar atas
nama suaminya atau isterinya yang masih hidup sedangkan pasangan hidupnya yang
masih hidup terlama itu hendak menjual tanah sertipikat hak milik tersebut, tentu
saja ia selama hidupnya membutuhkan biaya untuk kebutuhan hidupnya sehari hari,
sehingga dengan demikian akan memerlukan beberapa tahapan untuk bisa
melangsungkan jual beli tersebut dan tentu saja menurut peraturan dan undang
undang harus adanya surat kematian dari Kepala Kelurahan dimana si yang
meninggal dunia tersebut berdomisisli atau akta kematian yang dikeluarkan oleh
Kantor Catatan Sipil, dan kemudian akan dibuktikan lagi dengan Surat Pernyataaan
Ahli Waris yang di tanda tangani oleh Kepala Kelurahan dan Camat setempat,
sedangkan bagi yang sedang ada perkara Surat Pernyataan Ahli Waris tersebut akan
dikelurakan oleh Pengadilan Negeri setempat bagi yang bukan beragama Islam
sedangkan Pengadilan Negeri Agama bagi yang beragama Islam.
Dalam sistem hukum waris yang ada di Indonesia yang ada hanya mengenal
peristiwa hukum kematian sebagai dasar untuk menentukan ukuran terbukanya

Universitas Sumatera Utara


5

warisan. Peristiwa kematian sebagai acuan terbukanya warisan2, artinya seseorang
dinyatakan meninggal secara hakiki, artinya memang benar-benar secara medis dan
hakikatnya dan benar-benar seseorang itu sudah meninggal dunia dengan pembuktian
untuk menentukan bahwa seseorang benar telah meninggal dunia adalah
diperlihatkannya akta kematian yang diterbitkan oleh pegawai catatn sipil bagi
golongan penduduk yang tunduk kepada Hukum Perdata dan bagi golongan pribumi
lebih berperan surat keterangan kematian yang diterbitkan oleh pejabat kepala
pemerintahan setempat.3
Dari seluruh hukum yang dikenal dan berlaku dewasa ini, salah satu hukum
yang yang paling familiar adalah hukum waris. Hukum waris merupakan bagianbagian dari hukum kekeluargaan, yang memegang peranan yang sangat penting
dalam masyarakat. Hal ini disebabkan hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan
ruang lingkup kehidupan manusia bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu
peristiwa, yang merupakan peristiwa hukum dan lazim disebut dengan kematian.
Penyelesaian hak dan kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang,
diatur oleh hukum waris. Jadi warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur
cara pengurusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari
pewaris kepada ahli warisnya.


2

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cetakan ke V. (Jakarta : Universitas
Indonesia, 1982) .
3
Hasballah Thaib dan Syahril Sofyan, Teknik Pembuatan Akta Penyelesaian Warisan
Menurut Hukum Waris Islam Di Indonesia, (Medan: Citapustaka Media, 2014), hal.2.

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali menjadi krusial yang
terkadang memicu banyaknya pertikaian dan sampai terjadinya keretakan hubungan
di dalam suatu keluarga, bahwa bukan lagi suatu hal yang biasa sering kita dengar
bahkan kita lihat terjadi pembunuhan antara sesama dalam keluarga. Sudah
merupakan sifat alamiah dari manusia yang pada umumnya ingin mendapatkan lebih
banyak bahkan dari porsi dia yang sebenarnya dari pada ahli waris.
Ahli waris menurut Kitab Undang-Undang Perdata terdiri dari dua jenis, yaitu
ahli waris ab intestato (menurut Undang-Undang) dan ahli waris testamentair

(menurut surat Wasiat).4
Dalam ketentuan hukum di Indonesia dijelaskan bahwa setiap orang dapat
menjadi subyek hukum, tetapi menurut ketentuan undang-undang ada subyek hukum
yang tidak sempurna artinya bahwa subyek hukum itu hanya mempunyai kehendak,
tetapi tidak mampu untuk menuangkan kehendaknya di dalam perbuatan hukum,
dengan kata lain subyek hukum yang tidak sempurna tersebut terkait dengan
kecakapan bertindak atau melakukan perbuatan hukum, mereka mereka itu adalah :
a. Orang yang belum dewasa.
b. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, seperti orang gila, hilang
ingatan.
c. Orang-orang yang undang-undang memperbolehkan atau melarangnya,
misalnya menurut undang-undang Perseroan Terbatas, yang dapat

4

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002).

Universitas Sumatera Utara


7

mewakili perbuatan hukum PT adalah direktur. Seorang manajer dianggap
tidak cakap mewakili perusahaan tempatnya bekerja jika tidak ada
pemberian dari direktur.
Salah satu contoh kasus yang menarik adalah pada tahun 2011 seorang Tuan
NS yang beragama kristen hendak menjual harta bersama Sertipikat Hak Milik yang
berada di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor setempat dikenal
dengan Jalan Letjend Jamin Ginting dengan luas 651.-m2 (enam ratus limapuluh satu
meter persegi) yang mana tanah tersebut dia peroleh semasa perkawinan dengan
isterinya almarhumah

X, dan sertipikat atas nama si Suami yakni Tuan NS,

berhubung Tuan NS sudah tua dan Tuan NS ingin menjual tanah tersebut kepada
Tuan SS, sementara Sertipikat Hak Milik tersebut dalam agunan pada PT Bank
Negara Indonesia , maka sebelum diadakan transaksi jual beli dihadapan
Notaris/PPAT dibuatlah suatu perjanjian jual beli dengan penerimaan panjar antara
Tuan NS dengan Tuan SS, yang mana panjar tersebut digunakan untuk menebus asli
sertipikat Hak Milik tersebut yang berada di Pesreroan Terbatas (PT) Bank Bank

Negara Indonesia (Persero) Cabang Sutomo. Setelah ditebus dari PT Bank Negara
Indonesia Tuan NS dan Tuan SS sama-sama datang ke hadapan Notaris/PPAT untuk
segera menindak lanjuti penandatanganan akta jual belinya tersebut, dan calon
pembeli Tuan SS juga sudah menyiapkan dana dengan itikad baik hendak segera
melunasinya.
Adapun anak kandung dari pada Tuan NS tersebut dari hasil perkawinannya
dengan Istiri sahnya almarhumah Ny X ada 5 yaitu ET, BPT, SFT, FFT dan DT,

Universitas Sumatera Utara

8

ternyata salah satu anaknya ada yang tidak mau tanda tangan, dan orangnya yang
tidak mau tanda tangan tersebut adalah anak yang tidak patuh pada orang tuanya,
sedangkan panjar sudah diterima Tuan NS dari Tuan SS selaku calon pembeli sebesar
Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah), dan akibatnya dari hal tersebut, pihak
calon pembeli SS melaporkan pihak penjual tersebut ke Pihak Kepolisian Daerah
Sumatera Utara, dan semuanya anak-anaknya tersebut turut dipanggil untuk dimintai
keterangannya dihadapan Kepolisian Daerah Sumatera Utara, termasuk Tuan NS
selaku bapak kandungnya dan juga Tuan SS selaku calon pembeli yang beritikad baik

yang hendak segera melunasi sisa pembayarannya tersebut, berhubung sampai saat
ini tidak ada juga penyelesian dan tidak ada titik perdamaian, atas permintaan calon
pembeli Tuan SS, Polisi pun menyimpan sementara Sertipikat Hak Milik tersebut
dari Kantor Notaris/PPAT dengan memakai Berita Acara penyimpanan seritpikat,
menunggu kedua belah pihak ada perdamaian, adapun hal tersebut dilakukan adalah
demi melindungi kepentingan pihak Calon pembeli yang beretikad baik untuk segera
melunasinya sehubungan dengan perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dari rangkaian permasalahan tersebut diatas bagaimana solusinya atau jalan
keluarnya sehingga terdapat rasa keadilan pada Tuan NS selaku bapak kandung dari
pada anak-anaknya tersebut dan pemilik tanah Sertipikat tersebut yang sampai saat
ini

juga masih terdaftar atas nama Tuan NS yang masih hidup samai saat ini,

bukanlah nama isterinya yang sudah meninggal dunia. Ketika waktu masih hiduppun
isterinya adalah memang dibuat atas nama Tuan NS, bukanlah terdaftar atas nama
almarhumah Isterinya tersebut.

Yang mana tanah tersebut juga dia peroleh

berdasarkan pencahariannya sendiri bukanlah pencaharian anak-anaknya tersebut,
apalagi bukanlah pencaharian dari pada anaknya yang khususnya salah satu orang

Universitas Sumatera Utara

9

anaknya yang tidak mau ikut tanda tangan tersebut. Sedangkan Bapak kandungnya
Tuan NS tersebut sudah usia lanjut dan sangat memerlukan biaya untuk kebutuhan
hidupnya dan juga biaya perobatannya yang juga sudah sedang sakit-sakitan. Dengan
peraturan peraturan tentang harta bersama ini akibatnya harus selalu diikutkan para
ahli warisnya atau anak-anaknya untuk melakukan persetujuannya dan turut menanda
tangani akta jual belinya tersebut dan timbullaah masalah dan sampai saat ini
terganjallah Tuan NS untuk menjual tanah tersebut kepada calon pembelinya, dimana
calon pembelinya sudah beretikad baik untuk segera melunasinya sesuai dengan
perjanjian yang telah mereka sepakati sebelumnya, dan sebelumnya juga sudah
memberikan panjarnya sebesar Rp.400.000.000,-- (empat ratus ratus juta rupiah)
untuk menebus hutang Tuan NS di Kantor Perseroan Terbatas (PT) Bank Negara
Indonesian Cabang Sutomo. Karena berhubung sebelumya Sertipikat Hak Milik yang
berada di Kelurahan Kuala Bekala, Kecamatan Medan Johor tersebut memang
diagunkan di Perseroan Terbatas (PT) Bank Negara Indonesia Cabang Sutomo.
Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan permasalahan singkat yang
diuraikan tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dalam tesis dengan judul “Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah
Yang Berasal Dari Harta Bersama”.
B. Perumusan Masalah.
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta bersama?
2. Bagaimana pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta bersama dimana
salah satu pihak Suami Isteri meninggal dunia?

Universitas Sumatera Utara

10

3. Bagaimana akibat hukum pengalihan hak atas tanah yang berasal dari harta
bersama yang tidak mendapat persetujuan dari salah satu ahli waris?
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pengalihan hak atas tanah yang bersasal dari harta
bersama.
2. Untuk mengetahui pengalihan hak atas tanah yang berasala dari harta bersama
dimana salah satu pihak suami isteri meninggal dunia.
3. Unntuk mengetahui akibat hukum pengalihan hak atas tanah yang berasal dari
harta bersama yang tidak mendapat persetujuan sari salah satu ahli waris.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu :
1.

Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan serta sebagai referensi tambahan pada program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, khususnya mengenai Pengalihan
atas harta bersama yang dilakukan oleh Bapak dan beberapa anaknya, namun ada satu
orang anaknya tidak setuju dan tidak mau menanda tangani akta jual beli tersebut
dihadapan Notaris/PPAT.
2.

Secara praktis

Universitas Sumatera Utara

11

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan Akademis, praktisi,
maupun masyarakat umunya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin
melakukan penelitian dibidang yang sama.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap
penelitian di dalam masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data
khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menunjukkan
bahwa penelitian dengan judul “ Analisis Yuridis Hak Menjual Pemilik Tanah Yang
Bersasal dari Harta Bersama” belum ada membahasnya, sehingga tesis ini dapat
dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis.
Meskipun ada penulis-penulis terdahulu yang pernah melakukan penelitian
mengenai masalah Harta bersama, atau warisan, namun secara substansi pokok
permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun beberapa judul
penelitian yang mendekati yang pernah dilakikan sebelumnya dengan judul penelitian
tesis adalah :
1.

Julyana, mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU
tahun 2008, dengan Judul “Analisis Yuridis Pembagian Harta Bersama
Milik Orang Tua yang dilakikan Anak di kala kedua orang tua masih
hidup (Putusan MA Tanggal 27 Oktober 2004 No.1187/K/PDT/2000.”
Dengan Permasalahan yang dibahas adalah :

Universitas Sumatera Utara

12

a.

Mengapa hanya seorang anak saja yang diberikan hak milik atas
harta bersama berupa tanah dan bangunan Toko “Agung”

b.

Bagaimana akibat hukum pembagian harta bersama milik orang tua
yang dilakukan anak di kala kedua orang tua masih hidup?

c.

Bagaimana keduudkan anak luar kawin terhadap pewarisan dalam
kasus Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Oktober 2004 No 1187
K/PDT/2000 antara Ny Tan Jong Nio dan Hadianto Utomo melawan
Jap Hong Tjiang, Hadi Soetjipto dan Susan Chaya Dewi?

2. Endah Mayana, mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana
USU tahun 2010, dengan Judul “Analisis yuridis terhadap pelaksanaan
pembagian harta warisan yang dikuasai oleh satu ahli waris (Studi Kasus
putusan MA No 2134K/Pdt/1989)”.
Dengan permasalahan adalah :
a.

Faktor-faktor apa yang menyebabkan sebahagian ahli waris
menguasai harta warisan?

b.

Bagaimana tindakan hukum yang dilakukan ahli waris yang dikuasai
haknya oleh ahli waris yang lain?

c.

Bagaimana analisis terhadap putusan Mahkamah Agung dalam
menyelesaikan kasus No.2134./PDT/1989?

3. Mirza Baharsan, Mahasiswa Magister Kenotariatan Program Pasca
Sarjana USU tahun 2004, dengan Judul : “Identifikasi Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Sengketa Atas Akta Jual Beli Tanah Yang dibuat Di

Universitas Sumatera Utara

13

Hadadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah,” (Kajian PutusanPutusan Sengketa Akta Jual Beli Tanah di Pengadolan Negeri Medan)”.
Dengan Permasalahan yang dibahas adalah :
a.

Faktor-faktor apa yang dominan menjadi penyebab terjadinya
sengketa atas akta jual beli tanah yang dinbuat di hadapan
Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)?

b.

Apakah akibat hukum terhadap akta jual beli tanah yang dibuat oleh
Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) setelah perkaranya
diputus oleh Pengadilan Negeri Medan?

c.

Bagaimana cara mencegah terjadinya sengketa atas akta jual beli
tanah yang dibuat di hadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT)?

Jika dibandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian peneliti
ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian maka
penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara
akademis. .
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori .
Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik

tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara
rasioanl digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan
penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu

Universitas Sumatera Utara

14

penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris
untuk dapat dinyatakan dengan benar. Kerangka Teori adalah menyajikan cara-cara
untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasikan hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan hasil hasil yang terdahulu.5
Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena
tertentu yang menerangkan bentuk sustansi atau eksistensinya,6 dan suatu teori harus
konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh partisipan dan ahli
lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat menghubungkan
teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain, sedangkan kerangka teori adalah
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau
permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.7
Menurut J.J.H Bruggink yang dikutip oleh Titik Triwulan Tutik teori hukum
adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sisitem
konseptual antara aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum dan sistem
tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.8
Bernard Arief Sidharta seperti yang dikutip oleh Hasim Purba, teori hukum
diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum yang dalam prespektif interdisipliner dan
eksternal secara kritis menganalisa berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri
mapupun dalam kaitan keseluruhan, baik dalam konsepsi teoritisnya maupun
5
6

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta,: Rineka Cipta, 2010), hal.19.
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung: Rafika Aditama, 2005),

hal.23.
7
8

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal.80.
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2006), hal.145.

Universitas Sumatera Utara

15

praktisnya dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan
memberikan penjelasan sejernih mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan
kegiatan yuridisnya dalam kenyataan kemasyarakatan.9
Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa
kegunaan.Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :10
a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor
yang hendak diselidiki atau dikaji kebenarannya.
b. Teori berguna untuk mengembangkan sisitem klasifikasi fakta membina
struktur konsep-konsep serta mengembangkan defenisi-defenisi.
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.
d. Teori memberikan kemungkinan pada fakta mendatang, oleh karena telah
diketahui sebab sebab terjadinya fakta tersebut mungkin faktor-faktor tersebut
akan timbul lagi pada masa mendatang.
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Teori hukum yang digunakan adalah teori kepastian hukum. Soerjono
Soekanto menyatakan yang penting dalam kepastian hukum adalah peraturan dan
dilaksanakan peraturan itu sebagaimana yang ditentukan. Apakah peraturan itu harus
adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat adalah diluar pengutamaan kepastian
9

Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, (Medan: Cahaya Ilmu, 2006), hal.98.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1982) , hal.121.
10

Universitas Sumatera Utara

16

hukum. Dengan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, siapapun yang
berkepentingan akan mudah mengetahui kemungkinan apa yang tersedia baginya.
Teori kepastian hukum menekankan pada penafsiran dan sanksi yang jelas
agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antara subyek hukum
yang jelas agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antara
subyek hukum yang membuat perjanjian itu. Memperbaiki kepastian hukum, memang
bukan satu-satunya dan juga tidak dapat berdidi sendirinya, namun dengan
mengetahui hak dan kewajiban masing-masing yang diatur dalam hukum sangat
dimungkinkan tidak terjadi sengketa,11 artinya bila kepastian hukum yang dijadikan
sasaran, maka hukum formal adalah wujud yang dapat diambil sebagai tolak ukurnya,
dengan demikian perlu mengkaji hukum formal sebagai basis dalam menganalisa
suatu kebijakan yang dapat memberikan suatu kepastian hukum.
2.

Kerangka Konsepsi
Dalam kerangka konseptional diungkapkan sebagai konsepsi atau pengertian

yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.12 Selanjutnya konsep atau
pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka
konsep teoritisnya sudah jelas /, maka sudah diketahui pula fakta mengenai gejalagejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah defenisi
secara singkat dari sekelompok fakta dan gejala itu. Maka konsep merupakan defenisi

11

Muhammad Yamin, Beberapa Dimensi Filosofi Hukum Agraria, (Medan: Pustaka Bangsa
Pers, 2003), hal.41-42.
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal.7.

Universitas Sumatera Utara

17

dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin
menentukan adanya gejala empiris.
Konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang
lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka), yang sering kali bersifat
abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsional kadang kadang dirasakan
masih abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan menjadi
pegangan konkrit di dalam penelitian.
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu
didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara
operasional dapat dibatasi ruang lingkup variabel dan dapat diperoleh hasil penelitian
yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep itu adalah :
a. Hak menjual adalah : Keleluasaan sesorang atau beberapa orang ahli waris
yang yang berkuasa untuk melakukan, pemindahan perbuatan pengalihan atau
pemindahan.
b. Pemilik tanah adalah : orang orang yang secara bersama-sama mempunyai
hak atas tanah.
c. Harta Warisan adalah : dalam bahasa Indonesia disebut pusaka, yaitu harta
benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia untuk
dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
d. Harta bersama adalah : disebut juga harta gono gini atau hasil kekayaan yang
diperoleh selama berlangsungnya perkawinan, meskipun harta tersebut

Universitas Sumatera Utara

18

diperoleh dari hasil kerja suami saja, isteri tetap memiliki hak atas harta
bersama.
G. Metode Penelitian
1.

Sifat Penelitian
Spesifikasi penelitian dalam penulisan bersifat deskriptif analisis, yaitu dari

penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sisitimatis tentang
permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta
yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan
dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.13
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum
yang mendasarkan perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia, atau pola-pola yang dianalisa gejala-gejala sosial budaya dengan
menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh
gambaran mengenai pola pola yang berlaku.14
2.

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode atau jenis penelitian yuridis normatif,

yaitu pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan
mengenai kepastian hukum terhadap pemilik tanah yang berasal dari harta bersama
.Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah
hukum atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam

13

Mukhlis Lubis dan Mahmun Zulkifli, Ilmu Pembagian Waris, (Jakarta: Citapustaka Media,
1999), hal.3.
14
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.20-21.

Universitas Sumatera Utara

19

arti sempit (velue), peraturan hukum konkrit. Penelitian yang berobyekkan hukum
normatif berupa asas-asas hukum, sisitem hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan
horizontal.15
3.

Metode Pengumpulan Data
Sebahgai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitik beratkan pada

studi kepustakaan. Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data skunder melalui studi dokumen-dokumen, untuk memperoleh data yang diambil
dari bahan kepustakaan, diantaranya adalah :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikuti perundangundangan seperti Kompilasi Hukum Islam.16
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahwa hukum
primer, antara lain berupa tulisan atau pendapat pakar hukum dibidang
waris.17
c. Badan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang sifatnya penunjang untuk dapat
memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti jurnal hukum,jurnal ilmiah, surat kabar, internet, serta
makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.18
4.

Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini
diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :
15

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, hal.70.
Ronny Hanitijo Soemitro dan Jurimetri, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990), hal.53.
17
Ibid, hal.55.
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit.hal.14.
16

Universitas Sumatera Utara

20

a. Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca, mempelajari, meneliti, mengindetifikasi dan menganalisis data
sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.19
b. Wawancara

merupakan

teknik

pengumpulan

data

dimana

penulis

melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang
berkepentingan

guna

memperoleh

keterangan

atau

data-data

yang

diperlakukan. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
keterangan lisan guna mencapai tujuan tertentu.20
5.

Analisa Data
Penelitian ini bersifat deskriptip. Data hasil penelitian yang berupa data hasil

studi dokumen (data sekunder), data hasil pengamatan dan wawancara , dianalisa
dengan metode kualitatif,21 dengan maksud untuk menggunakan apa yang dianalisis
tadi secara sistematis dan menyeluruh untuk menjawab permasalahan yang diteliti
sehingga dihasilkan kesimpulan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
deduktif.
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan
evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan baik secara studi dokumen maupun
wawancara. Setelah itu secara keseluruhan data tersebut akan dianalisis dan
disistematisasikan secara kualitatif yang artinya menjelaskan dengan kalimat sendiri

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986), hal.21.
20
Burhan Ashshofa, Op.Cit.hal.95.
21
Ibid, hal.58.

Universitas Sumatera Utara

21

semua kenyataan yang terungkap dari data sehingga menghasilakan klasifikasi yang
selaras dengan permasalahn yang dibahas dalam penelitian ini.
Pada tahap akhir akan ditemukan hukum secara konkret, sehingga penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika.

Universitas Sumatera Utara