Pengaruh Dosis Indaziflam Terhadap Pengendalian Asystasia intrusa (Forssk.) Nees dan Eleusine indica (L.) Gaertn. Pada Tanah Gambut dan Mineral Chapter III V

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai bulan September 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas biji gulma
Asystasia intrusa (Forssk.) Nees dan Eleusine indica (L.) Gaertn. yang diambil
dari areal kampus USU.
Media tumbuh yang digunakan adalah tanah mineral dan tanah gambut
saprik, herbisida yang digunakan adalah Indaziflam (Becano 500 SC), dan air.
Adapun alat yang digunakan meliputi knapsack sprayer “Solo”, meteran,
pacak sampel, label nama, amplop, ember, boks perkecambahan, pot penelitian
berukuran 23 cm x 16 cm, cangkul, gelas ukur, kalkulator, alat tulis, timbangan,
kamera dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan herbisida Indaziflam dengan 7 taraf dosis
dan diaplikasikan ke media tumbuh yang berbeda yaitu berupa tanah mineral dan
tanah gambut jenis saprik. Biji gulma A. intrusa dan E. indica ditabur secara
merata pada permukaan tanah kemudian ditutup dengan tanah dengan ketebalan
sekitar 0,5 cm dari pada masing-masing jenis tanah.

Setiap perlakuan dibuat 4 ulangan untuk membandingkan dosis herbisida
Indaziflam dan media tumbuh yang berbeda untuk mengendalikan gulma A.
intrusa dan E. indica.

Universitas Sumatera Utara

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 perlakuan yaitu:
Faktor I:

Faktor II :

T0

: Indaziflam 0 g ba/ha (Kontrol)

T1

: Indaziflam 25 g ba/ha


T2

: Indaziflam 50 g ba/ha

T3

: Indaziflam 75 g ba/ha

T4

: Indaziflam 100 g ba/ha

T5

: Indaziflam 125 g ba/ha

T6

: Indaziflam 150 g ba/ha


M1

: Tanah Gambut

M2

: Tanah Mineral

Di dapatkan 14 kombinasi perlakuan, yaitu:
T0M1

T1M1

T2M1

T3M1

T4M1

T5M1


T6M1

T0M2

T1M2

T2M2

T3M2

T4M2

T5M2

T6M2

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Biji Gulma
Biji gulma yang digunakan adalah biji Asystasia intrusa (Forssk.) Nees
dan Eleusine indica (L.) Gaertn.. Biji Asystasia intrusa diambil biji dari buah
kapsul yang telah matang dengan kriteria buah kapsul berwarna coklat.
Selanjutnya biji A. intrusa dipisahkan dengan kulit buah kapsul. Untuk
pengambilan biji E. indica dilakukan dengan diambil pada biji yang telah matang

Universitas Sumatera Utara

dengan kriteria bagian buahnya berwarna kecoklatan dan biji mudah rontok.
Pengambilan biji diambil dari areal kampus USU.
Pengambilan Sampel Tanah
Tanah gambut
Tanah gambut diambil di Dusun IV Kecamatan Sei kepayang , Kabupaten
Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Tanah gambut diambil menggunakan
cangkul hingga pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah. Pengambilan
sampel diambil secara zig-zag . Untuk pengangkutan tanah gambut dikemas
menggunakan plastik kedap udara dan dilapisi menggunakan goni sehingga kadar
air dapat terjaga.
Tanah mineral

Tanah mineral yang diambil jenis tanah mineral yang dinilai dari lokasi
penyebaran, bentuk fisik tanah dan setelah dilakukan analisis tanah. Tanah
mineral diambil dari di areal lahan Tanah abang, Kecamatan galang, Kabupaten
Deli

serdang,

Provinsi

Sumatera

Utara.

Pengambilan

tanah

dilakukan

menggunakan cangkul hingga pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah.

Pengambilan tanah mineral dilakukan secara zig-zag.
Persiapan Lahan dan Media
Media tanam yang digunakan adalah tanah gambut saprik dan juga tanah
mineral. Tanah mineral diayak dengan ayakan 30 mesh dimasukkan kedalam pot
berdiameter 23 cm dengan ketinggian tanah 12 cm. Tanah gambut dimasukkan ke
dalam pot berdiameter 23 cm. Kemudian pot diletakkan di atas baskom yang
berisi air setinggi 11 cm untuk menjaga kadar air tanah gambut agar berada pada
kondisi jenuh air. Media tumbuh diisi ke dalam pot sampai 4 cm dari bibir pot

Universitas Sumatera Utara

berguna agar tidak terlalu penuh ketika dilapisi tanah tipis lagi setelah penaburan
biji dilakukan. Pot – pot yang telah diisi oleh media tumbuh kemudian disusun di
lapangan sesuai dengan bagan penelitian.
Penaburan Biji Gulma
Penaburan biji dilakukan dengan langsung disebar pada tanah gambut dan
tanah mineral secara merata sebanyak 100 biji untuk E.indica per pot. Penaburan
biji A. intrusa pada media tumbuh tanah mineral dan tanah gambut sebanyak 100
biji. Setelah itu ditutup dengan tanah tipis pada masing – masing jenis media
tumbuh dengan ketebalan tanah sekitar 0,5 cm.

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk menjaga kelembapan media tumbuh agar
media tumbuh memiliki kadar air tanah yang optimal, baik tanah gambut maupun
tanah mineral. Intensitas penyiraman dilakukan pagi dan sore sesuai dengan
kondisi lapangan agar mencegah keringnya media tumbuh. Penyiraman dilakukan
dengan handsprayer dengan mengarahkan nozzle handsprayer ke media tumbuh
agar mencegah keluarnya biji gulma dari pot.
Aplikasi Herbisida
Aplikasi indaziflam dilakukan pada saat setelah biji ditabur. Herbisida
diaplikaskan pada media tumbuh yang telah ditabur dengan biji A. intrusa dan
E. indica. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot punggung
“solo” menggunakan nozzle biru model kipas. Saat pengaplikasian, nozel
diarahkan pada permukaan media tumbuh dengan tinggi 40 cm dari permukaan
media tumbuh yang telah ditanam dengan biji A. intrusa dan E. indica.

Universitas Sumatera Utara

Penyemprotan dilakukan pada waktu cuaca cerah. Volume semprot alat semprot
adalah 150 L/ha.

Pengamatan Parameter
Gulma Yang Tumbuh
Biji gulma dikatakan hidup apabila biji sudah berkecambah. Pengamatan
dilakukan 6 minggu setelah aplikasi (MSA) dengan menghitung jumlah biji yang
tumbuh setelah diberi perlakuan dosis herbisida pada masing – masing taraf
25,50,75,100,125 dan 150 g ba/ha dibagi dengan jumlah biji yang tidak diberi
perlakuan dosis herbisida atau kontrol. Persentase pertumbuhan gulma dihitung
dengan rumus :
Jumlah biji gulma yang tumbuh setelah diaplikasi herbisida

=

X 100%
Jumlah biji tanpa diberi perlakuan herbisida

Bobot Segar
Bobot segar dari setiap petak pengamatan di lapangan yang diukur adalah
yang masih bertahan hidup setelah aplikasi herbisida Indaziflam. Cara
pengambilannya adalah mencabut Asystasia intrusa dan Eleusine indica sampai
dengan akarnya dengan perlahan menggunakan bantuan air dan disiram perlahan

menjaga agar tidak ada akarnya yang putus dan tertinggal di tanah, kemudian
diukur bobot segar menggunakan timbangan analitik. Bobot segar yang diukur
berumur 6 minggu setelah aplikasi herbisida indaziflam. Persentase kontrol gulma
dihitung dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara

Bobot segar gulma yang tumbuh setelah diaplikasi herbisida

X 100%

=
Bobot segar gulma tanpa diberi perlakuan herbisida

Bobot Kering
Gulma yang hidup sampai minggu keenam setelah aplikasi herbisida indaziflam
ditimbang bobot keringnya. Gulma dari setiap satu pot dimasukkan ke dalam satu
amplop. Kemudian diovenkan pada temperatur

70ºC selama 1x24 jam, setelah


bobot keringnya konstan. Lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik. Lalu diambil datanya. Persentase kontrol gulma dihitung dengan rumus :

=

Bobot kering gulma yang tumbuh setelah diaplikasi herbisida

X 100%

Bobot kering gulma tanpa diberi perlakuan herbisida

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data persentase tumbuh Eleusine indica dan Asystasia intrusa setelah
aplikasi indaziflam pada dosis 0, 25,50,75,100,125,150 g.ba/Ha baik pada tanah
mineral dan tanah gambut ditampilkan pada Tabel 1. Persentase tumbuh
A. Intrusa pada tanah gambut dan E. indica pada tanah mineral tidak berbeda
nyata pada seluruh dosis indaziflam dibanding dengan tanpa diaplikasikan
herbisida. Persentase tumbuh biji A. intrusa berpengaruh nyata terhadap perlakuan
dosis indaziflam pada tanah mineral dan E. indica pada tanah gambut. A. intrusa
di tanah mineral pada dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata dengan perlakuan
dosis indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha. Persentase tumbuh E.indica di
tanah gambut pada dosis indaziflam 0 g. ba/ha berbeda nyata dengan 25 sampai
dengan 150 g.ba/ha dan dosis 25 g. ba/ha berbeda nyata terhadap perlakuan dosis
herbisida 50 sampai 150 g.ba/ha.
Tabel 1. Pengaruh indaziflam terhadap persentase A.intrusa dan E. indica yang
tumbuh di tanah gambut dan mineral pada 2 MSA
Indaziflam
(g b.a/ha)

Asystasia intrusa
Gambut
Mineral

Eleusine indica
Gambut
Mineral

...........................................%...................................................
0.00
100.00 a
100.00 a
100.00
0
0.00

8.33 b

60.00 b

0.00

0.00

0.00 b

15.97 c

0.00

0.00

0.00 b

7.29 c

0.00

0.00

0.00 b

2.78 c

0.00

0.00

0.00 b

0.00 c

0.00

25
50
75
100
125

Universitas Sumatera Utara

0.00

0.00 b

0.00 c

0.00

150
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
100

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

90
80
A. intrusa
pada
tanah
gambut

70
60
50
40

A. Intrusa
pada
tanah
mineral

30
20
10
0
0

25

50
75
100
125
Dosis indaziflam (g.ba/Ha)

150

Gambar 2. Grafik persentase tumbuh A. intrusa pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 2 MSA.
100

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

90
80
E.indica
pada
tanah
gambut

70
60
50
40

E. indica
pada
tanah
mineral

30
20
10
0
0

25

50
75
100
125
Dosis indaziflam (g.ba/Ha)

150

Gambar 3. Grafik persentase tumbuh E. indica pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 2MSA.

Universitas Sumatera Utara

Data

setelah

aplikasi

persentase

tumbuh

Eleusine

indica

dan

Asystasia intrusa indaziflam pada dosis 0, 25,50,75,100,125,150 g.ba/Ha baik
pada tanah mineral maupun gambut ditampilkan pada Tabel 2. Persentase tumbuh
A. Intrusa tidak berbeda nyata pada seluruh dosis indaziflam dibanding dengan
tanpa herbisida diaplikasikan pada gambut. Persentase tumbuh biji A. intrusa dan
E. indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis indaziflam pada tanah
mineral. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata dengan perlakuan dosis
indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha pada A. intrusa dan E. indica di tanah
mineral . Persentase tumbuh biji Eleusine indica berpengaruh nyata terhadap
perlakuan dosis indaziflam

pada tanah gambut. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha

berbeda nyata terhadap terhadap perlakuan dosis indaziflam 25 sampai dengan
150 g.ba/h dan dosis indaziflam 25 g.ba/ha berbeda nyata terhadap perlakuan
dosis 50 sampai 150 g.ba/ha pada E. indica di tanah gambut.
Tabel 2. Pengaruh indaziflam terhadap persentase A.intrusa dan E. indica yang
tumbuh di tanah gambut dan mineral pada 4 MSA
Indaziflam
(g b.a/ha)

Asystasia intrusa
Gambut
Mineral

Eleusine indica
Gambut
Mineral

...........................................%...................................................

100.00

100.00 a

100.00 a

100.00 a

0.00

2.27 b

62.98 b

11.11 b

0.00

0.00 b

13.79 c

0.00 b

0.00

0.00 b

7.67 cd

0.00 b

0.00

0.00 b

7.67 cd

0.00 b

0.00

0.00 b

0.00 d

0.00 b

0.00

0.00 b

0.00 d

0.00 b

0
25
50
75
100
125
150

Universitas Sumatera Utara

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

120

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

100
A. intrusa
pada
tanah
gambut

80

60

A. Intrusa
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis indaziflam (g.ba/Ha)

Gambar 4. Grafik persentase tumbuh A. intrusa pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 4 MSA.

Universitas Sumatera Utara

120

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

100
E.indica
pada
tanah
gambut

80

60

E. indica
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis indaziflam (g.ba/Ha)

Gambar 5. Grafik persentase tumbuh E. indica pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 4 MSA.
Data

setelah

aplikasi

persentase

tumbuh

Eleusine

indica

dan

Asystasia intrusa indaziflam pada dosis 0, 25,50,75,100,125,150 g.ba/Ha baik
pada tanah mineral maupun gambut ditampilkan pada Tabel 3. Persentase tumbuh
A. Intrusa tidak berbeda nyata pada seluruh dosis indaziflam dibanding dengan
tanpa herbisida diaplikasikan pada gambut. Persentase tumbuh biji A. intrusa dan
E. indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis indaziflam pada tanah
mineral. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata dengan perlakuan dosis
indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha pada A. intrusa dan E. indica di tanah
mineral . Persentase tumbuh biji E. indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan
dosis indaziflam pada tanah gambut. Dosis indaziflam 0 dan 25 g.ba/ha berbeda
nyata terhadap terhadap perlakuan dosis indaziflam 50 sampai dengan 150 g.ba/ha
pada E. indica di tanah gambut..

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Pengaruh indaziflam terhadap persentase A.intrusa dan E. indica yang
tumbuh di tanah gambut dan mineral pada 6 MSA
Asystasia intrusa
Gambut
Mineral

Indaziflam
(g b.a/ha)

Eleusine indica
Gambut
Mineral

...........................................%...................................................

100.00

100.00 a

100.00 a

100.00 a

0.00

2.27 b

82.67 a

6.67 b

0.00

0.00 b

18.33 b

0.00 b

0.00

0.00 b

13.92 b

0.00 b

0.00

0.00 b

10.80 b

0.00 b

0.00

0.00 b

4.55 b

0.00 b

0.00

0.00 b

4.20 b

0.00 b

0
25
50
75
100
125
150
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
120

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

100
A. intrusa
pada
tanah
gambut

80

60

A. Intrusa
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/ha)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Grafik persentase tumbuh A. intrusa pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.
120

Jumlah Gulma Tumbuh (%)

100
E.indica
pada
tanah
gambut

80

60

E. indica
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/ha)

Gambar 7. Grafik persentase tumbuh E. indica pada penyemprotan indaziflam
pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.
Data setelah aplikasi bobot segar (% kontrol) Eleusine indica dan
Asystasia intrusa pada dosis indaziflam 0, 25,50,75,100,125,150 g.ba/Ha baik
pada media tumbuh mineral maupun gambut ditampilkan pada Tabel 4. Bobot
segar Asystasia intrusa tidak berbeda nyata terhadap seluruh dosis indaziflam
disbanding dengan tanpa herbisida diaplikasikan pada tanah gambut. bobot segar
A. intrusa dan E. indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis indaziflam
pada tanah mineral. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata dengan perlakuan
dosis indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha pada A. intrusa dan E. indica di
tanah mineral. Bobot segar Eleusine indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan
dosis indaziflam pada tanah gambut. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata

Universitas Sumatera Utara

terhadap terhadap perlakuan dosis indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha dan
dosis indaziflam 25 g.ba/ha berbeda nyata pada perlakuan dosis herbisida 50
sampai dengan 150 g.ba/ha pada E. indica di tanah gambut .
Tabel 4. Pengaruh indaziflam

terhadap persentase bobot segar (% kontrol)

A. intrusa dan E. indica di tanah gambut dan mineral pada 6 MSA
Indaziflam
(g b.a/ha)

Asystasia intrusa
Gambut

Mineral

Eleusine indica
Gambut

Mineral

...........................................%........................................
0

100.00

100.00 a

100.00 a

100.00 a

25

0.00

0.33 b

36.53 b

1.66 b

50

0.00

0.00 b

7.60 c

0.00 b

75

0.00

0.00 b

5.21 c

0.00 b

100

0.00

0.00 b

12.25 c

0.00 b

125

0.00

0.00 b

0.28 c

0.00 b

150

0.00

0.00 b

0.29 c

0.00 b

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

Bobot Segar Gulma (% Kontrol)

120

100
A. intrusa
pada
tanah
gambut

80

60

A. Intrusa
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/Ha)

Gambar 8. Grafik bobot segar (% kontrol) A. intrusa pada penyemprotan
indaziflam pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.

Bobot Segar Gulma (% Kontrol)

120

100
E.indica
pada
tanah
gambut

80

60

E. indica
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/Ha)

Gambar 9. Grafik bobot segar (% kontrol) E. indica pada penyemprotan
indaziflam pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.

Universitas Sumatera Utara

Data setelah aplikasi bobot kering (% kontrol) Eleusine indica dan
Asystasia intrusa pada dosis indaziflam 0, 25,50,75,100,125,150 g.ba/Ha baik
pada media tumbuh mineral maupun gambut ditampilkan pada Tabel 5. Bobot
segar Asystasia intrusa tidak berbeda nyata terhadap seluruh dosis indaziflam
dibandingkan dengan tanpa herbisida diaplikasikan pada tanah gambut. Bobot
kering A. intrusa dan E. indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis
indaziflam pada media tumbuh mineral. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata
dengan perlakuan dosis indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha. Bobot kering
Eleusine indica berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis indaziflam pada
tanah gambut. Dosis indaziflam 0 g.ba/ha berbeda nyata terhadap terhadap
perlakuan dosis indaziflam 25 sampai dengan 150 g.ba/ha dan dosis indaziflam 25
g.ba/ha berbeda nyata pada perlakuan dosis 50 sampai dengan 150 g.ba/ha pada
E. indica pada tanah gambut.
Tabel 5. Pengaruh indaziflam

terhadap persentase bobot kering (% kontrol)

A. intrusa dan E. indica di tanah gambut dan mineral pada 6 MSA
Indaziflam (g
b.a/ha)

Asystasia intrusa
Gambut
Mineral

Eleusine indica
Gambut
Mineral

...........................................%........................................

100.00

100.00 a

100.00 a

100.00 a

0.00

0.35 b

37.34 b

0.49 b

0.00

0.00 b

8.98 c

0.00 b

0.00

0.00 b

8.51 c

0.00 b

0.00

0.00 b

12.73 c

0.00 b

0.00

0.00 b

0.31 c

0.00 b

0
25
50
75
100
125

Universitas Sumatera Utara

0.00

0.00 b

0.28 c

0.00 b

150
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama berbeda
nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Bobot Kering Gulma (% Kontrol)

120

100
A. intrusa
pada
tanah
gambut

80

60

A. Intrusa
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/ha)

Gambar 10. Grafik bobot kering (% kontrol) A. intrusa pada penyemprotan
indaziflam pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.
.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Kerung Gulma (% Kontrol)

120

100
E.indica
pada
tanah
gambut

80

60

E. indica
pada
tanah
mineral

40

20

0
0

25

50

75

100

125

150

Dosis Indaziflam (g.ba/ha)

Gambar 6. Grafik bobot kering (% kontrol) E. indica pada penyemprotan
indaziflam pada media tumbuh gambut dan tanah mineral 6 MSA.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada gulma Asystasia intrusa
terjadi penurunan daya tumbuh setelah diberi perlakuan dosis indaziflam. Pada
perlakuan dosis indazfilam 50 sampai 150 g.ba/ha tidak terdapat gulma asystasia
yang tumbuh. Pada gulma Eleusine indica terjadi penurunan kemampuan tumbuh
gulma setelah diberi perlakuan dosis indaziflam. Indaziflam merupakan herbisida
yang

di

aplikasikan

sebelum

gulma

tumbuh.

Kemampuan

indaziflam

mengendalikan pertumbuhan gulma karena pada indaziflam tersebut terdapat zat
penghambat selulosa biosintesis yang berguna untuk proses metabolisme pada
tumbuhan yang merupakan salah satu kelompok zat kimia kelompok kimia
alkylazine. Hal ini sesuai dengan literatur Myers et al (2009) yang menyatakan
bahwa indaziflam menghambat biosintesis selulosa pada tumbuhan-tumbuhan
yg rentan, dan termasuk ke dalam kelompok bahan kimia alkylazine.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa, pada minggu ke-6 persentase biji
gulma Asystasia intrusa yang tumbuh pada dosis indaziflam 25 sampai dengan
150 g.ba/ha tidak berbeda nyata pada tanah gambut dan tanah mineral. Sementara
pada minggu ke-6 gulma Eleusine indica terdapat perbedaan antara dosis yang
sama antara tanah gambut dan tanah mineral. Pada dosis indaziflam 25 g.ba/ha di
tanah gambut masih memilki persentase tumbuh yang tinggi yaitu sebesar 82,67%
dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 0 g.ba/ha (kontrol), sementara
pada tanah mineral dosis 25 g.ba/ha memiliki persentase tumbuh 6,67% dan
berbeda nyata dengan perlakuan 0 g.ba/ha (kontrol). Pada minggu ke-2 dan ke-4
gulma E. indica yang diberi perlakuan dosis indaziflam tidak terdapat gulma yang
tumbuh pada tanah gambut, tetapi pada minggu ke-6 perlakuan dosis indaziflam

Universitas Sumatera Utara

125 dan 150 g.ba/ha di tanah gambut mulai tumbuh gulma E. indica sedangkan
pada perlakuan dosis indaziflam 50 g.ba/ha sudah tidak terdapat gulma yang
tumbuh di tanah mineral. Dalam hal ini didapatkan bahwa indaziflam lebih baik
penyerapan dan persistensinya pada tanah mineral dibandingkan dengan tanah
gambut dikarenakan sifat media tumbuh mineral lebih baik dalam menyerap dan
mengikat herbisida pada media tumbuh. Selain itu, kandungan bahan organik
tanah yang tinggi dapat mempercepat hilangnya herbisida yang inaktif di dalam
tanah yang di sebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan literatur
Helling (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah semakin meningkat dosis yang digunakan. Fenomena ini dapat dijelaskan
bahwa kandungan bahan organik yang tinggi dapat mempercepat hilangnya
herbisida. Proses hilangnya herbisida atau inaktifnya dalam tanah disebabkan oleh
beberapa faktor.
Pada bobot segar A. intrusa, persen kontrol tertinggi pada perlakuan dosis
indaziflam 0 g.ba/ha di media tumbuh gambut yaitu 100% dan media tumbuh
mineral yaitu 100%. Sedangkan bobot segar A. intrusa, persen kontrol terendah
yaitu pada perlakuan dosis indaziflam 25 sampai 150 g.ba/ha pada media tumbuh
gambut yaitu 0% dan perlakuan dosis indaziflam 50 sampai 150 g.ba/ha pada
media tumbuh mineral yaitu 0%. Pada bobot segar

E. indica, persen kontrol

tertinggi pada perlakuan dosis herbisida indaziflam 0 g.ba/ha di media tumbuh
gambut yaitu 100% dan media tumbuh mineral yaitu 100% gr. Sedangkan bobot
segar E. indica, persen kontrol terendah yaitu pada perlakuan dosis indaziflam
150 g.ba/ha pada media tumbuh gambut yaitu 0.33% dan perlakuan dosis
indaziflam 50 sampai 150 g.ba/ha pada media tumbuh mineral yaitu 0%. Pada

Universitas Sumatera Utara

bobot kering A. intrusa, persen kontrol tertinggi pada perlakuan dosis indaziflam
0 g.ba/ha di media tumbuh gambut yaitu 100% dan media tumbuh mineral yaitu
100%. Sedangkan bobot segar A.intrusa, persen kontrol terendah yaitu pada
perlakuan dosis indaziflam 25 sampai 150 g.ba/ha pada media tumbuh gambut
yaitu 0% dan perlakuan dosis indaziflam 50 sampai 150 g.ba/ha pada media
tumbuh mineral yaitu 0%. Pada bobot kering E. indica, persen kontrol tertinggi
pada perlakuan dosis indaziflam 0 g.ba/ha di media tumbuh gambut yaitu 100%
dan media tumbuh mineral yaitu 100%. Sedangkan bobot segar E.indica , persen
kontrol yang terendah yaitu pada perlakuan dosis indaziflam 150 g.ba/ha pada
media tumbuh gambut yaitu 0.35% dan perlakuan dosis indaziflam 50 sampai 150
g.ba/ha pada media tumbuh mineral yaitu 0%. Pada dosis 0 g.ba/ha gulma dapat
tumbuh dengan baik berbeda dengan yang diaplikasikan herbisida indaziflam
sehingga bobot segar dan bobot kering lebih tinggi dikarenakan indaziflam
mencegah terjadinya dinding sel – sel yang baru dibentuk, sehingga penghentian
pertumbuhan tumbuhan pada pra tumbuh. Hal ini sesuai dengan literature Griffin
(2005) yang menyatakan bahwa mekanisme yang tepat dari tindakan herbisida ini
belum sepenuhnya dipahami, namun, diketahui bahwa indaziflam mencegah
dinding sel - sel yang baru dibentuk, terjadi sehingga penghentian pertumbuhan
tanaman.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada pengaruh gambut dan tanah mineral terhadap efikasi indaziflam pada
Asystasia intrusa dan Eleusine indica.

2. Efikasi Indaziflam lebih efektif dalam mengendalikan gulma pada tanah
mineral dibandingkan dengan gambut. Pada tanah mineral, Indaziflam
dengan dosis 50 g ba/ha mengendalikan A. intrusa dan E. indica dengan
memuaskan (mati 100 %) sedangkan pada tanah gambut hanya mematikan
E. indica 82 %.
Saran
Pengendalian gulma menggunakan herbisida indaziflam hendaknya
memperhatikan dosis pada tanah yang berbeda, pada tanah mineral dosis yang
efektif adalah 50 g ba/ha. Jika pada lahan gambut sebaiknya menaikkan dosis
indaziflam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Universitas Sumatera Utara