Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Sinaga

(2014)

melakukan

studi

mengenai

“Analisis

Shift-Share

Pertumbuhan, Pergeseran serta Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Kota Medan”.
Proses pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi
berlangsungnya pembangunan ekonomi daerah. Kebutuhan ekonomi akan terus

meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk sehingga
dibutuhkan peningkatan pendapatan setiap tahun, hal ini dapat diperoleh dengan
peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau PDRB setiap tahun.
Peningkatan tersebut bersumber dari kontribusi sektor perekonomian yang
mengalami pergeseran meskipun relatif tidak signifikan. Sektor-sektor yang pada
awalnya merupakan sektor unggulan ternyata mengalami pergeseran dan
berdampak pada sektor lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan non basis,
perubahan dan pergeseran antar sektor serta kausalitas antar sektor dalam
perekonomian wilayah kota Medan. Metode analisis data menggunakan analisis
Location Quotient (LQ), analisis Shift-Share serta Granger Causality. Hasil
estimasi dengan menggunakan analisis LQ menunjukkan bahwa sektor
komunikasi, lembaga keuangan dan perbankan, listrik, konstruksi dan
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa merupakan sektor basis dalam
perekonomian Kota Medan. Hasil analisis shift-share secara agregat terjadi
pertambahan tingkat output ekonomi selama tahun 2003 - 2012 dan sebesar 83,15

Universitas Sumatera Utara

persen disebabkan oleh efek pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, secara

keseluruhan sektor-sektor perekonomian Kota Medan masih banyak memiliki
daya saing atau kemandirian daerah seperti sektor perdagangan, komunikasi,
perbankan, industri, bangunan/konstruksi dan sektor jasa. Hasil estimasi dengan
menggunakan granger causality menunjukkan bahwa tidak ada satu sektor
ekonomi kota Medan yang saling mempengaruhi antar sektor (causality).
Affandi dan Soesatyo (2013) melakukan studi mengenai “Pengaruh
Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan Pertanian Terhadap
PDRB Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, dan pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Mojokerto baik secara parsial maupun simultan. Kabupaten
Mojokerto merupakan salah satu derah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cukup baik dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten Mojokerto serta dari
sektor-sektor pembentuk PDRB. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah

regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh positif industri pengolahan terhadap PDRB sebesar 0,4%. Perdagangan,

hotel, dan restoran berpengaruh positif sebesar 1,3%. Sedangkan pertanian
berpengaruh positif sebesar 2,3%.
Sasongko dan Triwijayanti (2013) melakukan studi mengenai “Analisis
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Perhotelan dan Restoran di Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spesifikasi
penyerapan tenaga kerja yang terjadi di sektor perhotelan dan restoran di
Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Pendekatan yang dilakukan dalam

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini adalah melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Sektor Hotel dan Restoran berperan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Mojokerto, hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah usaha perhotelan
dan restoran yang ada di Kabupaten Mojokerto tiap tahunnya. Oleh karena itu
permintaan terhadap tenaga kerja juga otomatis meningkat. Penyerapan tenaga
kerja pada sektor hotel cenderung tenaga kerja kasual atau harian. Sedangkan
penyerapan tenaga kerja sektor restoran terjadi pada saat adanya usaha rumah
makan yang baru berdiri atau pembukaan cabang-cabang baru di sekitar wilayah
Kabupaten Mojokerto.
Dariah dan Sundaya (2012) melakukan studi mengenai “Pengaruh

Perkembangan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Bandung Terhadap
Sektor Pertanian Daerah Lainnya di Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pertumbuhan perdagangan, hotel dan restoran (PHR) Kota
Bandung terhadap sektor pertanian di Jawa Barat, yang akan mencerminkan
hubungan ekonomi kota dan desa. Metode analisis yang digunakan adalah
persamaan simultan yang disetimasikan dengan teknik seemingly unrelated

regression (SUR), karena setiap GDRP pertanian kabupaten/kota digambarkan
dengan variabel penjelas yang sama, seperti perdagangan, hotel dan restoran di
Kota Bandung. Hasil dari persamaan hampir cukup untuk diinterpretasikan dan
mampu menjawab hipotesis, nilai R2 dan hasil uji t dengan nilai dibawah 0,5.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perdagangan, hotel dan restoran di Kota
Bandung lebih mempengaruhi pertanian di daerah yang jauh dari Kota Bandung,
seperti Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Subang, Cianjur, Sukabumi, Indramayu
dan Cirebon. Kedelapan kabupaten ini adalah pusat dari produksi bahan pangan,
kebutuhan hidup, perikanan.

Universitas Sumatera Utara

Rambe (2009) melakukan studi mengenai “Analisis Kontribusi dan

Prospek Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Kota Bengkulu”. Arah
pembanguan di Propinsi Bengkulu pada saat ini mengarah pada pembangunan
pariwisata. Kota Bengkulu sebagai ibu Kota Propinsi Bengkulu secara tidak
langsung terkena dampak dari pembangunan pariwisata. Salah satu sektor
ekonomi pendukung dari pariwisata adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam struktur perekonomian
Kota Bengkulu memililki penerimaan yang sangat besar terhadap PDRB Kota
Bengkulu bila dibandingkan dengan sektor ekonomi yang lainnya. Sejalan dengan
adanya sektor tersebut diperlukan perencanaan ekonomi daerah sehingga
pembangunan daerah dapat tercapai. Tujuan penelitian ini berupa melihat
bagaimana kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran terhadap PDRB Kota
Bengkulu, apakah sektor tersebut merupakan sektor unggulan di Kota Bengkulu,
dan mempunyai keunggulan daya saing terhadap sektor yang sama di tingkat
Propinsi Bengkulu, serta prospek sektor tersebut dimasa yang akan datang
(20082012). Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB Kota
Bengkulu dan Propinsi Bengkulu atas dasar harga konstan tahun 1998-2007, data
penerimaan sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Bengkulu tahun 19982007. Penelitian ini menggunakan alat analisis Share, LQ (SLQ dan DLQ), Shift
Shere, Trend Least Square. Dari hasil penelitian ini di ketahui bahwa perhitungan
Share sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Kota Bengkulu
selama tahun 1998-2007 mengalami peningkatan dari 20,9%-36,5% dengan ratarata pertahun sebesar 32,92%. Sedangkan LQ (SLQ>1 dan DLQ>1) berarti sektor

ini merupakan sektor unggulan dan berpotensi pada masa yang akan datang.
Perhitungan Shift Share hasil Cij yang positif menunjukkan bahwa sektor ini

Universitas Sumatera Utara

memiliki keunggulan daya saing terhadap sektor yang sama di tingkat Provinsi.
Trend Least Square penerimaan sektor perdagangan, hotel dan restoran 5 tahun
yang akan datang (2008-2012) mengalami peningkatan, dengan hasil perhitungan
diperoleh persamaan Y = 535.795,3 + 26.001,01X. Hasil perhitungan kontribusi,
sektor unggulan, daya saing serta prospek yang bagus terhadap sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebaiknya pemerintah daerah Kota Bengkulu
mendukung pembangunan di sektor pariwisata dimana sektor perdagangan, hotel
dan restoran menjadi salah satu faktor penunjang pariwisata tersebut, memberikan
sarana serta prasarana pendukung yang menunjang, serta program peningkatan
efisiensi sektor tersebut agar dapat meningkatkan penerimaan PDRB Kota
Bengkulu, dan penciptaan iklim investasi yang baik agar investor mau
menanamkan modalnya di Kota Bengkulu.

2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi


merupakan proses

multidimensional

yang

melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah
terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan
ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut
(Todaro, 2000).
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan (2010) pembangunan ekonomi
merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan
pembagian

pendapatan,

meningkatkan


hubungan

ekonomi

regional

dan

mengusahakan pergesaran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor
sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah

Universitas Sumatera Utara

mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat
pemerataannya semakin membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD
1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.
Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan
perubahan dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahanperubahan ini akan menyebabkan perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi
masyarakat. Tujuan utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi
dan memuaskan segala aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan

produktif ini memiliki bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan
pendapatan, merubah bahan mentah menjadi barang dan jasa yang siap untuk
dikonsumsi.
Krisnamurthi (1995) menyatakan pembangunan ekonomi yang berhasil
harus memiliki empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan, perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan
pembangunan itu sendiri. Menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak
dapat dicapai semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi
kemajuan ekonomi. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses
pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam
negeri.
Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses
yang saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktorfaktor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000). Sasaran utama
dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas
nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara

Universitas Sumatera Utara

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut
sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor
yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian
pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu :
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan
dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan
wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk
melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya
tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan
dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan
datang. Pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat
sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila
pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah
memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya
dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana
tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir, 2002). Perbedaan kondisi daerah
membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah

Universitas Sumatera Utara

akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang
pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat
yang sama bagi daerah yang lain.
Pembangunan daerah pada dasarnya dilakukan dengan usaha-usaha sendiri
dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha
pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan
berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting dipecahkan
adalah daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk
beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan,
seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan
dan sebagainya.
2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai estimasi
total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai
balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini
maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di
luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Sasana, 2006). PDRB
dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam
yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masingmasing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor

Universitas Sumatera Utara

produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor
tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam
perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang
lain, satu dengan yang lain saling memerlukan baik dalam tenaga, bahan mentah
maupun hasil akhirnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memerlukan
bahan mentah dari sektor pertanian dan industri pengolahan.
PDRB merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan
pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui
tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi,
besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu
tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Saleh dalam Bancin,
2011).
Kuncoro (2001) mengemukakan bahwa pendekatan pembangunan
tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada
peningkatan PDRB suatu provinsi, Kabupaten atau kota. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB. Saat ini umumnya PDRB
baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha
dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga
berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai
tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor,
sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang
disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila
outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada

Universitas Sumatera Utara

alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari
sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan.
Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya
serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Sitoru dalam
Bancin, 2011).
Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara
lain :
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan
usaha/sektor atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka
pendapatan nasional.
2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan
memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara
mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan
tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.
Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan
metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kota Medan
(BPS Kota Medan, 2010). Metode dimaksud dilaksanakan dengan beberapa
pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah
dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan
cara mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

Universitas Sumatera Utara

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah
setiap sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa
faktor-faktor produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak
tidak langsung netto.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai
tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir
dari barang dan jasa yang diproduksi.
Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari
segi pendekatan produksi. Penjumlahan hasil produksi barang dan jasa, haruslah
dicegah perhitungan ganda (Double Counting/Multiple Counting), hal ini penting
karena sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain,
sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang
menghasilkannya.
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .Penyajian atas dasar harga
berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai
dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap
produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan
harga berlaku pada masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang
berlaku secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan
sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh
meningkatnya harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih
dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga (inflasi/deflasi). Penyajian atas

Universitas Sumatera Utara

dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar.
Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang
digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan hargaharga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan
produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah
dikeluarkan.
Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat
produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan
memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh
peningkatan produksi berbagai sektor. Dari uraian-uraian tersebut akan
diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita,
perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut sektor-sektor primer,
sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang
bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, pemerintahan dan
sektor-sektor lainnya.

2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.4.1. Perdagangan
Perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain, bukan antar suatu negara dengan negara lain.
Penduduk yang dimaksud bisa warga biasa (individu), bisa sebuah perusahaan
ekspor-impor, bisa perusahaan industri dan perusahaan negara. Perdagangan luar
negeri hanyalah istilah kependekan dari kegitan pertukaran antar penduduk suatu
negara dengan penduduk di negara lain (Boediono, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai
proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak. Masing-masing pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan untung –
rugi dari kegiatan pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing
sebelum memutuskan apakah mau melakukan pertukaran atau tidak. Kehendak
sukarela merupakan aspek penting dalam proses perdagangan karena aspek ini
mempunyai implikasi yang fundamental, yaitu bahwa perdagangan hanya terjadi
apabila paling tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat
dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Dengan kata lain, kegiatan perdagangan
atau pertukaran adalah sesuatu yang selalu baik dan bermanfaat. Manfaat atau
keuntungan itulah yang menjadi alasan (motif) mengapa orang mau melakukan
pertukaran atau perdagangan. Manfat tersebut dalam ilmu ekonomi disebut
manfaat dari perdagangan atau”gains from trade”.
Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan
ekonomi.

Perdagangan

memperbesar

kapasitas

konsumsi

suatu

negara,

meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumberdaya yang
langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk yang
hasilnya merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara-negara miskin
tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian
nasionalnya. Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan
usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pegutamaan sektorsektor ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000).
Peran perdagangan dalam suatu daerah sangat penting. Perdagangan
domestik maupun perdagangn antar negara (perdagangan internasional) yang
peranannya terlihat dalam pembangunan ekonomi sangat menonjol. Para ahli

Universitas Sumatera Utara

ekonomi Klasik dan Neo-klasik mengungkapkan bahwa betapa pentingnya
perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara. Sampai-sampai
dianggap sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth). Namun sebaliknya ada
yang beranggapan bahwa perdagangan antar wilayah atau perdagangan antar
negara dapat mengakibatkan terjadinya kesenjangan daerah yang kaya menjadi
semakin kaya dengan merugikan masyarakat daerah miskin, karena itu dapat
dikatakan bahwa kendati daerah itu daerah terbelakang terpaksa mengorbankan
manfaat yang timbul dari spesialisasi antar daerah, namun dengan menerapkan
kebijaksanaan subtitusi impor dan industrialisasi terencana, serta memperluas
output untuk konsumsi dalam daerah, akan dapat dicapai tingkat pembangunan
yang lebih tinggi (Bugiskha, 2012).
Menurut Sukirno (2000) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan perdagangan (gains from trade) yaitu sebagai berikut :
1. Memperoleh barang yang tidak diproduksi di daerahyang bersangkutan.
Pengalaman empirik membuktikan bahwa tidak ada daerah yang mampu
menghasilkan sendiri semua barang yang dibutuhkan oleh penduduknya,
sehingga konsumen lokal harus berupaya memperoleh atau mebeli barang
kebututhan tersebut dari daerah lain. Dengan demikian, kegiatan perdagangan
memberi manfat berupa peluang atau kesempatan bagi konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya terhadap barang yang tidak diproduksi di daerah
setempat.
2. Memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan oleh suatu derah. Ada
beberapa daerah yang dapat menghasilkan suatu barang tertentu dalam jumlah
yang banyak, lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan oleh penduduknya.
Apabila kelebihan produksi tersebut dijual atau dipasarkan ke daerah lain

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan harganya bisa menjadi lebih tinggi dibanding harga lokal,
sehingga produsen bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar. Disamping,
perluasan pasar ini juga dapat meningkatkan volume produksi dan menambah
atau memperluas kesempatan kerja.
3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu daerah dapat
menghasilkan jenis barang yang sama dengan yang dihasilkan oleh daerah
lain, tetapi mungkin daerah yang bersangkutan lebih memilih untuk membeli
barang tersebut dari daerah lain. Hal ini dilakukan untuk lebih mendorong
produksi barang lain yang dapat memberikan keuntungan atau manfaat lainnya
yang lebih besar.

2.4.2. Hotel
Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa
Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami
proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dengan
Mansion House (rumah besar) yang berkembang pada saat itu, maka rumahrumah besar isebut dengan HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini
disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara
waktu, yang selama menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan
semua tamu-tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang
dibuat atau ditentukan oleh host (HOST HOTEL). Sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan orang-orang yangingin mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan
aturan atau peraturan yang terlalu banyak sebagaimana dalam hostel, dan kata
hostel lambat laun mengalami perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut
menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata hostel berubah

Universitas Sumatera Utara

menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang ( https://battlemyworm.
wordpress.com/hotel/)
Darmadjati (2001) mendefinikan hotel adalah jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagain atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum dan dikelola secara
umum. Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I. No. PM 10/PW –
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 Hotel adalah suatu bentuk akomodasi
yang dikelola secara komersial.Disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan

penginapan,

berikut

makan

dan

minum.

Darmadjati (2001)

mendefinikan hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagain atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta
jasa lainnya bagi umum dan dikelola secara umum.

2.4.3. Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara
komersial, yang menyelenggarakan. Pelayanan dengan baik kepada semua
tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berlokasi dalam
suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar
bangunan itu. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari untung dan membuat
puas para tamu pun merupakan tujuan operasi restoran yang utama.
Suarthana (2006) mendefinisikan restoran sebagai tempat usaha yang
komersial yang ruang lingkup kegiatanya menyediakan pelayanan makanan dan
minuman untuk umum di tempat usahanya. Selanjutnya Sihite (2010)
mendefinisikan restoran sebagai suatu tempat dimana seseorang yang dating
menjadi tamu yang akan mendapatkan pelayanan untuk menikimati makanan,

Universitas Sumatera Utara

baik pagi, siang, ataupun malam sesuai dengan jam bukanya dan oleh tamu yang
menikmati hidangan itu harus membayar sesuai dengan harga yang ditentukan
sesuai daftar yang disediakan di restoran itu. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa restoran merupakan tempat usaha dalam menyediakan
makanan dan minuman bagi masyarakat umum yang bersifat komersial.

2.5. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori
ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu
wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan
yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian
wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung
kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat
endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi
perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan, 2009).
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan
basis. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah
arus pendapatan ke

dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya

menambah permintaan terhadap barang atau

jasa di dalam wilayah tersebut,

sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis.
Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya
pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan
turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.

Universitas Sumatera Utara

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah
tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan
apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama
dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis
basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah
kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient

digunakan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan
(leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan
sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja)
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.
2.6. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kerangka konseptual dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan Sub
Sektor Perdagangan (X1)

Sektor
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran

Laju pertumbuhan Sub
Sektor Hotel (X2)

Laju pertumbuhan
PDRB Kota
Medan
(Y)

Laju pertumbuhan Sub
Sektor Restoran (X3)

Sektor PHR Unggulan di
Kecamatan

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara

2.7.

Hipotesis Penelitian

Laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran secara
simultan dan parsial berpengaruh positif signifikan terhadap laju pertumbuhan
PDRB Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara