Analisis Peran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perkembangan Wilayah Kota Medan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Medan dan waktu penelitian
dilakukan secara bertahap yang dimulai pada bulan April 2015 sampai dengan
bulan Juni 2015.

3.2. Jenis Penelitian

Dari sudut metodologi penelitian, analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kausal, Umar (2008) menyebutkan desain kausal
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana variabel
independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependen secara langsung. Peneliti menggunakan
desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh
sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap perkembangan wilayah Kota
Medan.

3.3.Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis peran sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap perkembangan wilayah Kota Medan
adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 14 tahun
yaitu dari 2000 - 2013. Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Medan, BPS Provinsi Sumatera Utara, dan sumber-sumber lainnya,
yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian yang terkait dalam penelitian ini. Adapun

Universitas Sumatera Utara

data yang diperlukan antara lain PDRB Harga konstan Tahun 2000 dan data
sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan.

3.4.Model dan Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis perumusan masalah pertama dan hipotesis penelitian
menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yang merupakan metode
statistik deskriptif dan infrensial yang digunakan untuk menganalisa data lebih
dari dua variabel.
Untuk mengidentifikasi sektor unggulan perdagangan, hotel dan restoran
di wilayah kecamatan Kota Medan menggunakan analisis location quotient (LQ
Analysis).

Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai :

Si/S
LQ = --------Ni/N
Keterangan :
LQ : Nilai Location Quotient
Si : Nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan lokasi penelitian
S : Nilai sektor seluruhnya di setiap kecamatan
Ni : Nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan
N : Nilai sektor seluruhnya di Kota Medan
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka
ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-Val dalam
Kuncoro, 2004) dan Tarigan (2009), yaitu:
1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di
kecamatan bersangkutan sama dengan nilai sektor perdagangan, hotel dan

Universitas Sumatera Utara

restoran di Kota Medan.


Memperlihatkan kecamatan yang bersangkutan

memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang sama sehingga
kecamatan tersebut menjadi basis daerah sendiri.
2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di
kecamatan bersangkutan

lebih besar dibandingkan dengan

nilai sektor

perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan
yang bersangkutan memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang lebih
baik sehingga kecamatan tersebut menjadi basis daerah sendiri dan di Kota
Medan.
3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa nilai sektor perdagangan, hotel dan restoran di
kecamatan bersangkutan

lebih rendah dibandingkan dengan


nilai sektor

perdagangan, hotel dan restoran di Kota Medan. Memperlihatkan kecamatan
yang bersangkutan memiliki sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
sama sehingga kecamatan tersebut bukan menjadi basis daerah sendiri maupun
di Kota Medan.

3.4.1. Perumusan Model
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan metode regresi linier
berganda. Analisis ini berguna mengetahui

pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen yang diteliti. Model persamaan regresi yang
digunakan untuk menguji hipotesis perdagangan, hotel dan restoran secara parsial
dan simultan berpengaruh positif terhadap perkembangan wilayah Kota Medan
yang diproxy dengan PDRB, adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 P + b2 H + b3 R

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
Y = Perkembangan Wilayah Kota Medan diproxy dengan Laju pertumbuhan
PDRB Kota Medan (%)
P

= Laju pertumbuhan Sub sektor Perdagangan (%)

H = Laju pertumbuhan Sub sektor Hotel (%)
R = Laju pertumbuhan Sub sektor Restoran (%)
a = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien regresi

3.4.2. Analisis Deskriptif
Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik
dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang sekumpulan data yang diproleh baik mengenai sampel atau populasi.
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :

3.4.3.1.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008).
Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat
melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan
distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti

Universitas Sumatera Utara

garis diagonalnya. Uji statistik dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov
Test, jika nilai Kolmogorov Smirnov signifikannya di atas α = 0,05, maka Ho
diterima yang berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

3.4.3.2.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan
pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas, dengan kata lain tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada
suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Bila titiktitik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji statistik dilakukan dengan uji Glejser, jika variabel
independen tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai
Absolut Ut (AbsUt), maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

3.4.3.3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008). Jika
terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah
multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan
masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap
setiap data variabel bebas yaitu dengan:

Universitas Sumatera Utara


1. Melihat angka collinearity statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance inflation
Factor (VIF). Jika angka VIF < 10, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah
multikolinieritas.
2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak
menunjukkan nilai > 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinieritas.

3.4.3.4.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian asumsi ini dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin Watson (Durbin-Watson Test), yaitu untuk
menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d
statistik. Jika nilai Durbin Watson berada diantar -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi. Nilai Durbin Watson yang diperoleh dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan nilai signifikansi 5%. Jika nilai Durbin Watson > batas atas
(du), dan kurang dari jumlah variabel independen – batas atas (du), maka dapat
disimpulkan bahwa terima Ho, yang berarti tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,

2006).
3.4.4. Pengujian Hipotesis
Sementara itu, langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu data sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap
perkembangan wilayah Kota Medan dilakukan dengan uji simultan dan uji parsial.

Universitas Sumatera Utara

3.4.4.1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan
jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan
Ftabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data
variabel independen (X1, X2 dan X3) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
Jika F-hitung < F-tabel, maka Ha ditolak. Artinya, secara statistik data yang ada
dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2 dan X3) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

3.4.4.2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha
ditolak.
Uji t dapat juga dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila t hitung > t tabel (α 0,05) maka Ha
diterima dan Ho ditolak, apabila t hitung < t tabel (α 0,05) maka Ho diterima dan
Ha ditolak.

3.6. Definisi Variabel Operasional Penelitian
1. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto adalah laju pertumbuhan
estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu

Universitas Sumatera Utara

daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya dalam satu tahun (%).
2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdiri dari tiga subsektor yaitu

subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya
kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/
hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai,
pedagang keliling dan sejenisnya (%).
3. Sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik
barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa
merubah sifat barang tersebut. Dalam penghitungannya kegiatan ini
dikelompokan ke dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar
dan perdagangan eceran (%).
4. Subsektor

hotel

mencakup

kegiatan

penyediaan

akomodasi

yang

menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.
Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak
berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap
seperti losmen, motel, dan hotel (%).
5. Subsektor restoran mencakup kegiatan penyediaan dan penjualan makanan
dan minuman jadi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1.Definisi Variabel Operasional Penelitian
Jenis
Variabel

Nama
Variabel

Dependen

Laju
pertumbuhan
PDRB (Y)

Independen

Laju
pertumbuhan
Sub sektor
Perdagangan
(X1)

Independen

Laju Sub
sektor Hotel
(X2)

Independen

Laju Sub
sektor restoran
(X3)

Definisi Operasional Variabel
Laju pertumbuhan estimasi total
produk barang dan jasa yang
diterima oleh masyarakat suatu
daerah sebagai balas jasa dari
penggunaan faktor-faktor
produksi yang dimilikinya dalam
satu tahun
Kegiatan membeli dan menjual
barang, baik barang baru
maupun bekas, untuk tujuan
penyaluran/pendistribusian tanpa
merubah sifat barang tersebut.
Dalam penghitungannya kegiatan
ini dikelompokan ke dalam dua
jenis kegiatan, yaitu kegiatan
perdagangan besar dan
perdagangan eceran.
kegiatan penyediaan akomodasi
yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud
akomodasi disini adalah hotel
berbintang
maupun
tidak
berbintang, serta tempat tinggal
lainnya yang digunakan untuk
menginap seperti losmen, motel,
dan hotel
kegiatan
penyediaan
dan
penjualan makanan dan minuman
jadi

Indiktor
Kinerja

Skala
Pengukuran

PDRB Harga
Konstan Kota
Medan tahun
2001-2010

Rasio

PDRB sub
sektor
perdagangan
Kota Medan
tahun 20012010

Rasio

PDRB sub
sektor hotel
Kota Medan
tahun 20012010

Rasio

PDRB sub
sektor restoran
Kota Medan
tahun 20012010

Rasio

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kota Medan

Secara internal ada 3 (tiga) aspek pokok yang mempengaruhi
penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan, yaitu (1) kondisi geografis,
(2) kondisi demografis, dan (3) kondisi sosial ekonomi daerah. Ketiga aspek
tersebut merupakan potensi yang dimiliki Pemerintah Kota Medan sehingga dapat
menjadi modal dasar pembangunan Kota Medan dan sekaligus dapat menjadi
tantangan bagi keberlangsungan pembangunan Kota Medan di masa mendatang.

4.1.1.1. Kondisi Geografis Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan,
fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan
sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
maka secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat
dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur
Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan pertimbangan dinamika pembangunan kota, luas wilayah
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perubahan. Pada tahun 1951,
Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951

Universitas Sumatera Utara

yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan
dengan 59 kelurahan.Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September
1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973,
Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Kemudian, berdasarkan luas
administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri
Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 ditetapkan pemekaran kelurahan
menjadi 144 kelurahan.
Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang
pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001
lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1. Peta Pembagian Kecamatan di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang
Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2.
Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi
yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting,
yaitu sungai Babura dan sungai Deli.
Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di
atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara

: Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur

: Kabupaten Deli Serdang

4.1.1.2. Kondisi Demografis Kota Medan
Masyarakat

Kota

Medan

merupakan

masyarakat

yang

memiliki

kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat.
Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan
harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa
kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat
Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan Untuk Tahun 2013
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
Persentase (%)
1.
Medan Tuntungan
82.534
3.87
2.
Medan Johor
126.667
5.93
3.
Medan Amplas
116.992
5.48
4.
Medan Denai
142.850
6.69
5.
Medan Area
97.254
4.56
6.
Medan Kota
73.122
3.43
7.
Medan Maimun
39.903
1.87
8.
Medan Polonia
53.873
2.52
9.
Medan Baru
39.817
1.87
10. Medan Selayang
101.057
4.73
11. Medan Sunggal
113.644
5.32
12. Medan Helvetia
145.391
6.81
13. Medan Petisah
62.227
2.92
14. Medan Barat
71.337
3.34
15. Medan Timur
109.445
5.13
16. Medan Perjuangan
94.088
4.41
17. Medan Tembung
134.643
6.31
18. Medan Deli
171.951
8.06
19. Medan Labuhan
113.314
5.31
20. Medan Marelan
148.197
6.94
21. Medan Belawan
96.280
4.51
2.135.516
Jumlah
100
Sumber : BPS Kota Medan, 2014
Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan selama periode tahun 20092013 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun
2009-2013
Indikator
Jumlah Penduduk
(orang)
Laju Pertumbuhan
Penduduk (%)

2009
2.121.053

2010
2.097.610

Tahun
2011
2.117.224

2012
2.122.804

2013
2.135.516

-

-1.11

0.94

0.26

0.60

Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada penurunan jumlah
penduduk Kota Medan dari 2.121.051 jiwa pada tahun 2009 menjadi 2.097.610
jiwa pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penduduk Kota Medan berjumlah
2.117.224 jiwa meningkat menjadi 2.122.804 jiwa pada tahun 2012 dengan laju

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan penduduk sebesar 0,26%, sedangkan pada tahun 2013 jumlah
penduduk Kota Medan meningkat menjadi 2.135.516 jiwa atau tumbuh sebesar
0,60% dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota
Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktorfaktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke
tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan
dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap).
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009-2013
Indikator
Jumlah Penduduk
(orang)
Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan
Penduduk

2009
2.121.053

2010
2.097.610

Tahun
2011
2.117.224

2012
2.122.804

2013
2.135.516

265.1

265.1

265.1

265.1

265.1

8.001

7913

7987

8007

8055

Sumber : BPS Kota Medan, 2014
Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami penurunan dari 8.001
jiwa/Km2 pada tahun 2009 menjadi 7.913 jiwa/Km2 pada tahun 2010. Pada tahun
2011 kepadatan penduduk Kota Medan meningkat menjadi 7.987 jiwa/Km2. Pada
tahun 2012 kepadatan penduduk kembali meningkat menjadi 8.007 jiwa/Km2 dan
pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi 8.055 jiwa/Km2. Dilihat dari rasio
kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif
termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan
demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin
menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3. Kondisi Perekonomian Kota Medan
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas
perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan
sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000,
pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2011 – 2013 menunjukkan
perlambatan yang berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2011
sebesar 7,69%. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Medan menurun
menjadi sebesar 7,63%, pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 4,30 %.
Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2011 – 2013
No Lapangan Usaha
Pertumbuhan (%)
2011
2012
2013
1.
Pertanian
2.80
1.84
3.34
2.
Pertambangan & Penggalian
-0.60
-0.82
-2.00
3.
Industri Pengolahan
3.51
3.70
3.67
4.
Listrik, Gas dan Air Minum
4.33
2.64
4.19
5.
Bangunan
7.57
7.05
7.36
6.
Perdagangan, Hotel & Restoran
8.67
8.69
9.40
7.
Pengangkutan & Komunikasi
7.74
8.33
-8.47
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9.07
8.67
9.16
9.
Jasa-Jasa
10.14
9.29
6.99
PDRB
7.69
7.63
4.30
Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Perlambatan ekonomi umumnya terjadi pada sektor pertambangan dan
penggalain yang menurun dari -0,6% pada tahun 2011 menjadi -2,0% pada tahun
2013, diikuti sektor listrik, gas dan air minum yang turun dari 4,33% pada tahun
2011 menjadi 4,19% pada tahun 2013, sektor bangunan yang turun dari 7,57%
pada tahun 2011 menjadi 7,36% pada tahun 2013, sektor pengangkutan dan
komunikasi yang turun dari 7,74% pada tahun 2011 menjadi -8,47% pada tahun

Universitas Sumatera Utara

2013, dan sektor jasa-jasa yang turun dari 10,14% pada tahun 2011 menjadi
8,19% pada tahun 2013.
Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan yaitu sektor
pertanian yang naik dari 2,80% pada tahun 2011 menjadi 3,34% pada tahun 2013.
Sektor industri pengolahan

meningkat dari 3,51% pada tahun 2011 menjadi

3,67% pada tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dari
8,67% pada tahun 2011 menjadi 9,40% pada tahun 2013. sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan dari 9,07% tahun 2011 menjadi 9,16% pada tahun
2013. Meningkatnya sektor ekonomi tersebut terutama didorong oleh sektor
industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berimbas
kepada keuangan, persewaan dan jasa.
Peranan

atau

kontribusi

sektor

ekonomi

menunjukkan

besarnya

kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan
menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi
barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur
perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam
pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.
Berdasarkan Tabel 4.5. menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota
Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2011 – 2013. Untuk
sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar
peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor
pengangkutan dan telekomunikasi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2011 – 2013
Kontribusi Terhadap PDRB
(%)
No Kelompok Sektor
2011
2012
2013
1. Primer
2,06
1,94
1,93
Pertanian
2,06
1,94
1,93
Pertambangan dan Penggalian
0,00
0,00
0,00
2. Sekunder
25,38
24,78 25,04
Industri Pengolahan
12,86
12,39 12,32
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,35
1,28
1,28
Bangunan
11,17
11,11 11,44
3. Tersier
72,56
73,28 73,03
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
27,00
27,26 28,60
Pengangkutan dan Komunikasi
20,52
20,65 18,12
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
14,52
14,66 15,34
Jasa-Jasa
10,54
10,77 10,98
Jumlah
100,00
100,00 100,00
Sumber : BPS Kota Medan, 2014

Selanjutnya sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa Sedangkan
sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan
penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.
Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan
menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama
periode 2011 – 2013, yakni dari 2,06 % pada tahun 2011 menjadi 1,93% di tahun
2013 atau turun sebesar 0,13%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang
mengalami penurunan sebesar 0,34% dari 25,38 % pada tahun 2011 menjadi
25,04% di tahun 2013. Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan
kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 72,56 % pada
tahun 2011 menjadi 73,03% pada tahun 2013 atau mengalami peningkatan sebesar
0,47%.

Universitas Sumatera Utara

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola
perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor
sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal
ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian
penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami
karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di
daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian
semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan
pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga
dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk
kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

4.1.2. Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap
Perkembangan Wilayah Kota Medan
4.1.2.1. Pengujian Asumsi Klasik
4.1.2.1.1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas pengaruh sektor perdagangan, hotel dan restoran
terhadap perkembangan wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 4.2. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual Laju
Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3. Histogram Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Hasil tampilan grafik normal plot pada Gambar 4.2. dapat disimpulkan
bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonalnya. Hal ini menunjukan data residual berdistribusi normal. Demikian
pula dengan hasil grafik histogram pada Gambar 4.3. yang menunjukkan bahwa
data residual berdistribusi normal yang dilihat dari gambar berbentuk lonceng
yang hampir sempurna (simetris).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
antara lain adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji KS dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho

: Data residual tidak berdistribusi normal

Ha

: Data residual berdistribusi normal

Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :
Ho diterima apabila nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05
Ha diterima apabila nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6. Hasil Kolmogorov – Smirnov Test Variabel Penelitian
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

40
.0000000
.19487914
.142
.142
-.104
.900
.393

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Hasil uji statistik pada Tabel 4.6. menunjukkan bahwa nilai KolmogorovSmirnov Z sebesar 0,900 dan signifikansinya pada 0,393 dan nilainya di atas α =
0,05 (Asymp.Sig = 0,393 > 0,05) sehingga hipotesis Ha diterima yang berarti data
residual berdistribusi normal.

4.1.2.1.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem Multikolinieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada
tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks
korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance
Inflation Faktor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan
tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya
gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian
Collinearity Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

LP sub sektor perdagangan

.846

1.182

LP sub sektor hotel

.835

1.197

LP sub sektor restoran

.807

1.239

a. Dependent Variable: LP PDRB

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai VIF dan tolerance sebagai
berikut : variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan mempunyai nilai VIF
sebesar 1,182 dan tolerance sebesar 0,846. Variabel laju pertumbuhan sub sektor
hotel mempunyai nilai VIF sebesar 1,197 dan tolerance sebesar 0,835. Variabel
laju pertumbuhan sub sektor restoran mempunyai nilai VIF sebesar 1,239 dan
tolerance sebesar 0,807.
Hasil analisis di atas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel
independen (laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) lebih
dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independennya tidak terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut telah
memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi, hal ini disebabkan dari
ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka tidak
terjadi gejala multikolinearitas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan
adalah sesuai dengan ketetapan nilai VIF dan tolerance.

4.1.5.1.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

Universitas Sumatera Utara

lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat grafik scatterplots.

Gambar 4.4. Grafik scatterplots Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan

Hasil grafik scatterplots pada Gambar 4.4. menunjukkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Jadi dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa model regresi memenuhi syarat uji asumsi
klasik.
Uji Glesjer
Uji Glesjer mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap
variable independen. Adapun hasil uji glesjer terdapat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8. Uji Glesjer Variabel Penelitian
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

.281

.111

LP sub sektor perdagangan

-.023

.022

LP sub sektor hotel

-.022

LP sub sektor restoran

-.032

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.

2.530

.016

-.185

-1.047

.302

.017

-.220

-1.240

.223

.048

-.119

-.659

.514

a. Dependent Variable: abs_res1

Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Hasil yang terlihat menunjukkan koefisien parameter untuk variabel
independen tidak ada yang signifikan yaitu laju pertumbuhan sub sektor
perdagangan = 0,302 > α = 0,05; laju pertumbuhan sub sektor hotel = 0,223 > α =
0,05; dan laju pertumbuhan sub sektor restoran = 0,514 > α = 0,05. Maka dapat
disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

4.1.2.2. Pengujian Hipotesis
4.1.2.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi yang dapat lihat dari nilai Adjusted R Square. Untuk mengetahui
hubungan laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
laju pertumbuhan PDRB Kota Medan dapat dilihat melalui besarnya koefisien
determinasi.
Tabel 4.9. Koefisien Determinasi Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Medan
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1

.694a

.481

.438

.20284

a. Predictors: (Constant), LP sub sektor restoran, LP sub sektor perdagangan, LP sub sektor hotel
b. Dependent Variable: LP PDRB

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Universitas Sumatera Utara

Hasil perhitungan nilai R Square adalah 0,481, hal ini berarti 48.1 persen
laju pertumbuhan PDRB Kota Medan dapat dijelaskan oleh variabel independen
(laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) di atas, sedangkan
sisanya yaitu 51,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
4.1.2.2.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel. 4.10. Hasil Uji Simultan Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Medan
Sum of
Model
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1

Regression

1.373

3

.458

Residual

1.481

36

.041

Total

2.854

39

11.124

.000a

a. Predictors: (Constant), LP sub sektor restoran, LP sub sektor perdagangan, LP sub sektor hotel

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Uji statistik secara simultan dapat dilihat dari tingkat probabilitas 0,000.
yang < α = 0,05, yang berarti Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen
(laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan restoran) secara simultan
signifikan dalam menjelaskan laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.

4.1.2.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t kritis (critical value) pada df
= (n-k), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen

Universitas Sumatera Utara

termasuk konstanta. Untuk menguji koefisian regresi parsial secara individu dari
masing-masing variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil Uji Parsial Pengaruh Laju PertumbuhanSub Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Laju Pertumbuhan PDRB
Kota Medan
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

.663

.224

LP sub sektor perdagangan

.255

.045

LP sub sektor hotel

.063

LP sub sektor restoran

.304

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.

2.953

.006

.735

5.633

.000

.035

.238

1.811

.079

.097

.418

3.129

.003

a. Dependent Variable: LP PDRB

Sumber : Data Primer Diolah, 2015

Pada Tabel 4.11 hasil uji parsial diperoleh, sebagai berikut :
1. Variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan berpengaruh positif signifikan
terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.
2. Variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel berpengaruh positif terhadap laju
pertumbuhan PDRB Kota Medan.
3. Variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran berpengaruh positif signifikan
terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan.

Berdasarkan Tabel 4.11. dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai
berikut :
Y = 0,663 + 0,225 X1 + 0,063 X2 + 0,304 X3
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :
1. Nilai konstanta sebesar 0,663 yang berarti jika tidak ada nilai variabel
independen, dalam hal ini laju pertumbuhan sub sektor perdagangan, hotel dan
restoran sama dengan 0 (nol) maka nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan
akan sebesar 0,663 persen.

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel laju pertumbuhan sub sektor perdagangan (X1) memiliki nilai
koefisien beta sebesar 0,225 yang bertanda positif, ini berarti setiap
penambahan atau kenaikan satu persen variabel laju pertumbuhan sub sektor
perdagangan akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan
sebesar 0,225 persen.
3. Variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel (X2) memiliki nilai koefisien beta
sebesar 0,063 yang bertanda positif, ini berarti setiap penambahan atau
kenaikan

satu persen

variabel laju pertumbuhan sub sektor hotel akan

menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 0,063 persen.
4. Variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran (X3) memiliki nilai koefisien
beta sebesar 0,304 yang bertanda positif, ini berarti setiap penambahan atau
kenaikan satu persen variabel laju pertumbuhan sub sektor restoran akan
menambah nilai laju pertumbuhan PDRB Kota Medan sebesar 0,304 persen.

4.1.3. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran di Wilayah Kota Medan
Hasil perhitungan konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan
restoran kecamatan-kecamatan di Kota Medan periode tahun 2001, 2006 dan 2010
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran Periode Tahun 2001, 2006 dan 2010
No
Kecamatan
2001
2006
2010
1 Medan Tuntungan
1.8045
1.4982
1.8748
2 Medan Johor
1.9473
1.5957
1.8471
3 Medan Amplas
0.7390
0.6054
0.7158
4 Medan Denai
1.1745
0.9103
1.0380
5 Medan Area
1.8650
1.4593
1.3685
6 Medan Kota
2.2753
1.8221
2.1656
7 Medan Maimun
2.2409
1.8712
2.1986
8 Medan Polonia
0.6318
0.2945
0.3267
9 Medan Baru
0.4002
0.3377
0.3825

Universitas Sumatera Utara

10 Medan Selayang
11 Medan Sunggal
12 Medan Helvetia
13 Medan Petisah
14 Medan Barat
15 Medan Timur
16 Medan Perjuangan
17 Medan Tembung
18 Medan Deli
19 Medan Labuhan
20 Medan Marelan
21 Medan Belawan
Sumber : Data Primer Diolah, 2015

0.9785
0.6539
0.9087
1.8427
0.3743
0.7278
2.0372
1.8137
1.0364
1.1252
0.8630
0.2383

0.7735
0.5688
0.7163
1.5127
0.3290
0.5583
1.6125
1.3660
0.8286
0.9648
0.8132
0.2313

0.8813
0.6386
0.8518
1.7363
0.3687
0.6300
1.8940
1.5928
0.9513
1.1625
0.9657
0.2748

Hasil perhitungan LQ konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan
restoran di Kota Medan dengan konsentrasi wilayah Kecamatan Medan
Tuntungan, Medan Johor, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan
Maimun, Medan Petisah, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, dan
Medan Labuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

2,5
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai

2

Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru

1,5

Medan Selayang
Medan Sunggal

Nilai LQ

Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat

1

Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan

0,5

Medan Marelan
Medan Belawan

0
2001

2006

2010

Tahun

Gambar 4.5. Nilai LQ Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kecamatan di
Kota Medan
Nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran kecamatan-kecamatan di
Kota Medan menunjukkan adanya kecenderung menurun pada tahun 2006 dan
meningkat pada tahun 2010. Kecamatan Medan Denai, Medan Deli dan Medan
Labuhan pada tahun 2001 memiliki nilai LQ > 1, namun pada tahun 2006
mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1 dan pada tahun 2010
kembali mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ > 1, kecuali Kecamatan
Medan Deli yang tetap tidak mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

2,5
Medan Tuntungan

2

Medan Johor
Medan Denai
Medan Area

1,5

Medan Kota

Nilai LQ

Medan Maimun

1
Medan Petisah
Medan Perjuangan

0,5

Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan

0
2000

2002

2004

Tahun
2006

2008

2010

2012

Gambar 4.6. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran Kecamatan di Kota Medan
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Tuntungan,
Medan Johor, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Petisah, Medan
Perjuangan, dan Medan Tembung walaupun mengalami penurunan nilai LQ
namun masih tetap memiliki nilai > 1, sedangkan Kecamatan Medan Denai,
Medan Deli dan Medan Labuhan pada tahun 2001 memiliki nilai LQ > 1, namun
pada tahun 2006 mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ < 1 dan pada
tahun 2010 kembali mengalami perubahan dengan memiliki nilai LQ > 1, kecuali
Kecamatan Medan Deli yang tetap tidak mengalami perubahan dengan memiliki
nilai LQ < 1.
Penurunan yang terjadi pada tahun 2006 ini akibat adanya perlambatan
investasi ekonomi global yang berdampak pada ekonomi negara-negara
berkembangnya, seperti Indonesia dan Medan khususnya. Hal ini ditengarai
karena adanya fenomena penurunan harga barang dan jasa akibat pengaruh global

Universitas Sumatera Utara

yang menyebabkan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor perdagangan, hotel

Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (%)

dan restoran mengalami penurunan, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
30,00

25,00

20,00
Kontribusi
Pertumbuhan

15,00

10,00

5,00

0,00
2001
Kontribusi

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

27,51 27,23 26,66 26,26 27,11 26,70 26,24 25,93 26,40 26,76

Pertumbuhan 1,89

3,93

3,54

5,65

10,45

6,15

5,94

5,60

8,47

8,62

Tahun

Gambar 4.7. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran Kota Medan
Pada Gambar 4.7. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel dan restoran Kota Medan pada tahun 2005 sebesar 10,4 persen
menurun menjadi 6,15 persen pada tahun 2006 atau mengalami penurunan sebesar
4,25 persen darai tahun 2005. Hal yang sama terjadi juga pada kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan PDRB Kota Medan, yaitu
sebesar 27,1 persen pada tahun 2005 menurun menjadi 26,7 persen pada tahun
2006 atau mengalami penurunan sebesar 0,4 persen darai tahun 2005.
Peningkatan yang terjadi pada tahun 2010 disebabkan membaiknya
ekonomi global akibat adanya percepatan investasi ekonomi global yang
berdampak pada ekonomi negara-negara berkembangnya, seperti Indonesia dan
Medan khususnya. Hal ini ditengarai karena adanya fenomena kenaikan harga

Universitas Sumatera Utara

barang dan jasa akibat pengaruh global yang menyebabkan laju pertumbuhan dan
kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan.
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan
menjadi 8,62 persen dan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
26,76 persen.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap
Perkembangan Wilayah Kota Medan
Laju pertumbuhan sub sektor perdagangan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,225 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap
penambahan atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor perdagangan
akan menambah nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,225 persen. Hal ini
diperkirakan dengan semakin meningkatnya

laju pertumbuhan sub sektor

perdagangan maka semakin meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota
Medan.
Sub sektor perdagangan merupakan salah satu sektor perekonomian yang
ada di Kota Medan. Pendapatan yang dihasilkan oleh sub sektor perdagangan
memberikan pengaruh terhadap tingkat PDRB Kota Medan. Adanya peningkatan
pendapatan yang dihasilkan sub sektor perdagangan maka nilai tambah PDRB
Kota Medan akan meningkat pula. Begitu pula sebaliknya, penurunan pendapatan
sub sektor perdagangan akan menurunkan nilai tambah dari PDRB Kota Medan.
Asumsi Ceteris paribus. Hal ini menandakan bahwa adanya hubungan positif atau
searah antara tingkat PDRB dengan sub sektor perdagangan.

Universitas Sumatera Utara

Laju pertumbuhan sub sektor hotel

berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,063 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap
penambahan atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor hotel akan
menambah nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,063 persen. Hal

ini

diperkirakan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor hotel
maka semakin meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota Medan. Tidak
signifikannya laju pertumbuhan sub sektor hotel terhadap laju pertumbuhan
PDRB Kota Medan disebabkan

rata-rata laju pertumbuhan sub sektor hotel

sebesar 4,78 persen masih lebih rendah dibanding rata-rata laju pertumbuhan sub
sektor restoran yaitu 6,93 persen rata-rata laju pertumbuhan sub sektor
perdagangan yaitu 5,94 persen selama periode tahun 2001-2010 dalam
mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan yang memiliki nilai rata-rata
sebesar 6,58 persen. Hasil ini menunjukkan laju pertumbuhan sub sektor hotel
belum mampu mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan disebabkan
kontribusinya yang masih rendah dalam mempengaruhi pembentukan PDRB Kota
Medan.
Sub sektor hotel merupakan salah satu sektor perekonomian yang ada di
Kota Medan. Pendapatan yang dihasilkan oleh sub sektor hotel memberikan
pengaruh terhadap tingkat PDRB Kota Medan. Adanya peningkatan pendapatan
yang dihasilkan sub sektor hotel maka nilai tambah PDRB Kota Medan akan
meningkat pula. Begitu pula sebaliknya, penurunan pendapatan sub sektor hotel
akan menurunkan nilai tambah dari PDRB Kota Medan. Asumsi Ceteris paribus.
Hal ini menandakan bahwa adanya hubungan positif atau searah antara tingkat
PDRB dengan sub sektor hotel.

Universitas Sumatera Utara

Laju pertumbuhan sub sektor restoran berpengaruh positif dan signifikan
terhadap laju pertumbuhan PDRB Kota Medan, dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0,304 memiliki pengaruh yang searah yang artinya setiap penambahan
atau kenaikan satu persen laju pertumbuhan sub sektor restoran akan menambah
nilai laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,304 persen. Hal ini diperkirakan dengan
semakin meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor restoran maka semakin
meningkat juga laju perrtumbuhan PDRB Kota Medan.
Sub sektor restoran merupakan salah satu sektor perekonomian yang ada
di Kota Medan. Pendapatan yang dihasilkan oleh sub sektor restoran memberikan
pengaruh terhadap tingkat PDRB Kota Medan. Adanya peningkatan pendapatan
yang dihasilkan sub sektor restoran maka nilai tambah PDRB Kota Medan akan
meningkat pula. Begitu pula sebaliknya, penurunan pendapatan sub sektor
restoran akan menurunkan nilai tambah dari PDRB Kota Medan. Asumsi Ceteris
paribus. Hal ini menandakan bahwa adanya hubungan positif atau searah antara
tingkat PDRB dengan sub sektor restoran. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Affandi dan Soesatyo (2013) yang menemukan bahwa ada pengaruh
positif sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB.
Kontribusi lapangan usaha utama yang dominan dalam perekonomian
Kota Medan yaitu lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha
transportasi/telekomunikasi, lapangan usaha industri pengolahan serta lapangan
usaha keuangan dan jasa perusahaan. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa struktur atau pola perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor
pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri
spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah
perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada sektor-sektor

Universitas Sumatera Utara

non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan
antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya
serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi
penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan
merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi
ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri,
pertokoan ataupun permukiman.
Laju pertumbuhan sub sektor restoran

memiliki nilai koefisien beta

sebesar 0,304 yang menunjukkan lebih besar dibanding laju pertumbuhan sub
sektor perdagangan yang memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,225 dan laju
pertumbuhan sub sektor hotel yang memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,063
dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan. Hasil ini disebabkan
rata-rata laju pertumbuhan sub sektor restoran selama periode tahun 2001-2010
lebih besar yaitu 6,93 persen dibanding laju pertumbuhan sub sektor perdagangan
sebesar 5,94 persen dan laju pertumbuhan sub sektor hotel sebesar 4,78 persen
dalam mempengaruhi laju pertumbuhan PDRB Kota Medan. Ini menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan sub sektor restoran lebih besar dalam mempengaruhi laju
pertumbuhan PDRB Kota Medan dibanding laju pertumbuhan sub sektor
perdagangan dan laju pertumbuhan sub sektor hotel.

4.2.2. Kecamatan Konsentrasi Unggulan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran di Wilayah Kota Medan
Hasil perhitungan LQ konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan
restoran di Kota Medan dengan konsentrasi wilayah Kecamatan Medan
Tuntungan, Medan Johor, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan

Universitas Sumatera Utara

Maimun, Medan Petisah, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, dan
Medan Labuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2014)
membuktikan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor
basis dalam perekonomian Kota Medan.
Konsentrasi unggulan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota
Medan yaitu wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Johor dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Denai dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Area dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Kota dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Maimun dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Petisah dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan, hotel dan restoran; Medan Perjuangan dengan konsentrasi sub
sektor perdagangan dan restoran; Medan Tembung dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan dan restoran dan Medan Labuhan dengan konsentrasi sub sektor
perdagangan dan restoran.
Meskipun sektor unggulan merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kota
Medan, akan tetapi peran sektor non unggulan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Karena dengan adanya sektor unggulan akan dapat membantu pengembangan
sektor non unggulan menjadi sektor unggulan baru.
Menurut El Eroy (2009), ada dua agenda besar yang mesti dilakukan oleh
para pengambil kebijakan, baik ditingkat lokal, maupun regional dalam program
pengentasan kemiskinan yaitu, pertama; peningkatan kualitas Sumberdaya
Manusia (SDM) melalui pendidikan dan keterampilan; dan kedua pembangunan

Universitas Sumatera Utara

ketenagakerjaan melalui perluasan lapangan kerja dan serangkaian program
pembangunan padat karya. Prog