Penggabungan (Merger) Perseroan Terbatas Di Indonesia Dan Dampaknya Terhadap Pekerja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya perekonomian dan semakin nyatanya
globalisasi di segala bidang, maka perseroan terbatas harus dapat bersaing dengan
sesama perseroan terbatas di Indonesia maupun perseroan terbatas dari luar
negeri. Agar dapat bersaing dan tidak dilikuidasi atau dibubarkan, perseroan
terbatas harus dapat berusaha mengumpulkan modal yang besar, dan berusaha
berproduksi di titik yang paling efisien dengan tujuan utama memperbesar profit
yang diterimannya dan berusaha untuk mengurangi inefisiensi manajemennya,
dengan tujuan jangka panjang, sebagai salah satu strategi pertumbuhan.1
Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan tersebut adalah bergabung
dengan perusahaan yang lebih besar. Proses ini dikenal pula dengan nama
penggabungan (merger). Bagi perusahaan yang melakukan penggabungan hampir
dapat dipastikan memberikan keuntungan, baik memperkuat modal, dan menjadi
lebih efisien dengan semakin mendekati titik minimum efficiency scale (MES).
Selain itu juga perusahaan yang melakukan penggabungan memiliki kekuatan
ekonomi yang lebih tinggi daripada sebelum melakukan penggabungan.2
Penggabungan di satu sisi intensitasnya yang terus meningkat sebagai
pilihan strategis di dalam bisnis/ kegiatan usaha perseroan terbatas, disisi lainnya
penggabungan yang tidak terkendali dapat merugikan pihak-pihak tertentu yang

1

Alexander Lay, B.N Marbun, Soy M. Pardede, Murman Budijanto, Efektifitas Regulasi
Merger dan Akuisisi Dalam Kerangka Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Sinar Pustaka
Harapan, 2010), hal. 99.
2
Ibid, hal. 100.

Universitas Sumatera Utara

tergolong lemah/ kecil yang kedudukannya menjadi riskan akibat penggabungan
tersebut. Oleh karena itu adalah menjadi tugas sektor hukum untuk melindungi
pihak yang lemah tersebut. Adapun pihak lemah jika terjadi penggabungan
tersebut salah satunya adalah mereka yang lemah secara struktural, misalnya
kedudukan para pekerja di perseroan terbatas, lebih lemah dibanding kedudukan
dari pihak lain, seperti pemegang saham, direktur dan komisaris.3
Bisnis atau kegiatan usaha merupakan tujuan utama pembentukan suatu
perseroan terbatas. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, suatu perseroan harus mempunyai
maksud dan tujuan yaitu berupa aktivitas bisnis atau kegiatan usaha, dapat dilihat

juga pada Pasal 18 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas, ditegaskan kegiatan usaha atau bisnis tersebut harus dicantumkan dalam
anggaran dasar perseroan terbatas yang berbentuk akta otentik.4
Bisnis atau kegiatan usaha perseroan terbatas adalah kegiatan ekonomis,
dimana yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli,
memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, dan intraksi lainnya, dengan
maksud memperoleh keuntungan. Dalam mencari keuntungan, kegiatan bisnis
tidak bersifat sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi. Bisnis berlangsung sebagai
komunikasi sosial yang menguntungkan untuk kedua belah pihak yang melibatkan
diri. Bisnis bukan karya amal, karena itu bisa timbul salah paham, jika kita
mengatakan bisnis merupakan suatu aktivitas sosial.5

3

Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 127-

4

Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 35-36.
K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2013), hal.14.


133.
5

Universitas Sumatera Utara

Adam Smith dalam bukunya yang sangat terkenal, yaitu The Wealth of
Nation, adalah orang pertama yang menggambarkan bahwa pasar bebas dalam
kegiatan usaha/ bisnis dan bersaing akan berfungsi tanpa adanya campur tangan
dari pemerintah. Adam Smith juga memperkenalkan istilah “invisible hand” yang,
jika dihubungan dengan tindakan bisnis perseroan terbatas dalam melakukan
penggabungan, maka pengaruh pekerjaan tangan tidak nampak tersebut akan
membuat tujuan kegiatan usaha dan bisnis tersebut lebih efisien dan kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai.6
Secara sederhana Adam Smith menggambarkan pandangan “Laissez
faire” atau bebas melakukan apa saja, bahwa dari antara berbagai transaksi bisnis
yang indevenden, maka pada dasarnya terdapat harmoni yang alamiah. Dimana
pelaku usaha melalui perseroan terbatas, berusaha mencari cara produksi yang
paling efisien, termasuk dengan cara penggabungan, untuk mendapat keuntungan
maksimum. Pekerja akan berusaha mencari pekerjaan kepada para pelaku usaha

yang membutuhkan pengtahuan dan kemampuan pekerja tersebut, untuk
menghasilkan produksi ataupun jasa yang dapat menghasilkan keuntungan.
Keseluruhan proses ini seolah-olah dituntun oleh adanya pengaruh tangan tidak
nampak (invisible hand), yang pada akhirnya akan memberi keuntungan untuk
semua pihak berdasarkan kegiatan usaha atau bisnis berdasarkan pasar bebas.
Smith berpendapat persaingan merupakan cara yang alamiah sebagai cheks and
balances untuk mengontrol keinginan individu dalam upaya mengeksploitasi
pasar, yang pada akhirnya akan mampu melindungi kepentingan publik. Smith

6

Ningrum Natasya, Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan, 2010), hal. 22.

Universitas Sumatera Utara

juga berpendapat bahwa prinsip dasar utama untuk keunggulan kegiatan bisnis
pasar bebas, adalah kemauan untuk mengejar keuntungan dan kebahagian terbesar
bagi setiap individu.7
Tangan tidak nampak biasanya mampu mengarahkan pasar-pasar untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien. Tangan tidak nampak tersebut

terkadang tidak berfungsi karena berbagai sebab. Salah satu penyebab kegagalan
pasar akibat eksternalitas, yaitu dampak tindakan-tindakan suatu pihak terhadap
kesejahteraan pihak-pihak sekitarnya, misalnya tindakan pelaku usaha yang
melakukan penggabungan perseroan tanpa memperhatikan kepentingan pihak
lain, seperti pekerja yang dapat di berhentikan, bahkan dengan cara pemutusan
hubungan kerja secara sepihak, maupun pemutusan hubungan kerja dengan tidak
memberikan apa yang seharusnya menjadi hak-hak pekerja. Pumutusan hubungan
kerja tersebut tentunya akan menambah pengangguran di Indonesia, yang pasti
akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Nasional.8 Hal itulah yang hendak
diatasi oleh berbagai kebijakan publik, yang dibuat dalam aturan hukum/
peraturan

perundang-undangan,

yakni

demi

mengupayakan


distribusi

kesejahteraan dalam kegiatan bisnis yang lebih baik dan merata. Namun
permerintah adakalnya mampu memperbaiki hasil-hasil mekanisme pasar tidaklah
berarti, bahwa pemerintah selalu dapat melakukannya. Peraturan perundangundangan yang dibuat pemerintah hasil dari sebuah proses yang jauh dari

7

Ibid, hal. 27.
Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, edisi kedua jilid 1. (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2003), hal. 14-16.
8

Universitas Sumatera Utara

sempurna, sehingga ketika aturan tersebut berlaku, kemungkinan tidak ditaati dan
tidak efektif.9
Peristiwa penggabungan ini dapat dilihat dari pandangan Adam Smith
tentang pasar bebas dengan pengaruh tangan tidak nampaknya, merupakan
strategi bisnis yang tentunya lebih mengutamakan keuntungan pada pemodal.

Menurut Adam Smith tindakan bisnis akan berfungsi dengan baik tanpa ada
campur tangan pemerintah, tetapi tetap memiliki konsekuensi yang luas, terutama
bagi pihak yang lemah, oleh sebab itu hukum tetap dapat memegang peran yang
penting untuk melindungi pihak-pihak yang lemah yang terkena dampak negatif,
baik langsung maupun tidak langsung walapun proses pembuatan aturan hukum
tersebut bukan dari proses yang sempurna. Beberapa aturan hukum sebagai upaya
pemerintah untuk mengatur proses penggabungan perseroan terbatas telah
berlaku, terkait dengan proses penggabungan perseroan terbatas dan aturan yang
terkait dengan proses penggabungan dan ketenagakerjaan, baik secara umum dan
sektoral.10
Pada prakteknya aturan hukum yang berlaku tersebut menunjukkan betapa
kompleksnya masalah hukum. Seperti yang dikatakan Satjipto Rahardjo, hukum
tidak selalu sejelas, dan sesederhana seperti dibayangkan orang, kendati
dikatakan, hukumnya sudah jelas. Hukum adalah dokumen yang terbuka untuk
atau mengundang penafsiran. Suatu peraturan perundang-undangan yang dapat
diberlakukan di suatu daerah belum tentu dapat diberlakukan di daerah lain.
Begitu juga di dalam dunia bisnis, tentu akan menerima dan mengartikan aturan9

Ibid, hal. 16.
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dalam Teori dan Praktik

serta Penerapan Hukumnya, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2012), hal. 462.
10

Universitas Sumatera Utara

aturan hukum mengenai penggabungan tersebut secara berbeda. 11 Hal tersebut
dapat dilihat seperti kasus perbedaan penafsiran pada putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 117/PUU-X/2012, tanggal 23 April 2013, yang menolak
permohonan Dunung Wijanarko selaku pekerja PT ABB Sakti Industri, atas
pengujian ketentuan Pasal 163 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, dimana terjadi perbedaan penafsiran yang mana, menurut
Dunung jika dia tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan perseroan
terbatas yang melakukan penggabungan, maka dia mengganggap isi pasal itu,
berarti terjadi pemutusan hubungan kerja, sedangkan menurut PT ABB Sakti
Industri pasal itu menyatakan Dunung mengundurkan diri secara sukarela.
Akhirnya Putusan Mahkamah Konstitusi menolak permhohonan Dunung, dan
menyatakan isi pasal sudah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh PT ABB Sakti
Industri yaitu menganggap Dunung mengundurkan diri secara sukarela, dan
Mahkamah konstitusi berpendapat isi pasal tersebut, sudah sudah sesuai dengan
unsur kepastian hukum.12

Dapat dilihat juga sepanjang peraturan tentang penggabungan berlaku,
banyak pelaku bisnis yang juga mementingkan kepentingan bisnisnya semata,
dengan alasan efisiensi. Sehingga pelaku usaha di suatu perseroan terbatas, lebih
mencari keuntungan pribadi, dan tidak memikirkan dampak bagi pihak yang
lemah. Pihak yang lemah ini tidak dapat berbuat apa-apa misalnya seperti pekerja,
yang sewaktu-waktu dapat di diberhentikan dengan hanya memberi pesangon

11

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2008), hal. 96-97.
12
http://buruh-online.com/2014/11/usai-ditolak-mk-ma-menolak-pk-pekerja-abb-saktiindustri.html, Senin, 14 Maret 2016.

Universitas Sumatera Utara

(Pasal 163 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan), bahkan menurut
sistem hukum kita hampir-hampir tidak punya upaya hukum apa-pun untuk
menolak pemutusan hubungan kerja tersebut.13 Seperti rencana penggabungan PT
Chevron Pacific Indonesia yang berkantor di Provinsi Riau, dengan Chevron

Indonesia Company (CICo) di Kalimantan Timur, yang menurut Kementerian
ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), tiap langkah penggabungan selalu
diikuti dengan pengurangan tenaga kerja, karena ada departemen atau divisi yang
digabung sehingga terjadi pengurangan, dan ada departemen atau divisi yang
dibubarkan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said
menyatakan, rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) ini tidak akan
mengganggu target minyak dan gas (migas) Nasional, dan merupakan salah satu
strategi untuk melakukan tindakan efisiensi.14
Kasus PT Securior Indonesia yang melakukan penggabungan di tingkat
Internasional antara Grup 4 (empat) Flock dengan PT Securior di Inggris, yang
memutuskan hubungan kerja sebanyak 259 (dua ratus lima puluh sembilan) orang
pekerja secara sepihak, yang mana berdasarkan putusan Mahkamah Agung harus
mempekerjakan kembali para pekerja tersebut. Tetapi pihak PT Securior belum
memenuhi putusan tersebut, dengan alasan karena tidak mungkin mempekerjakan
para pekerjanya kembali. Sebab PT Securior selama ini bekerja dengan klien, dan

13

Munir Fuady, Op. Cit., hal. 128.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2269511/phk-di-chevron-ternyata-karena-merger,

Senin 14 Maret 2016.
14

Universitas Sumatera Utara

akibat mogok yang dilakukan oleh para pekerjanya, para klien mengalami
kerugian dan tidak mau bekerja sama kembali dengan PT Sucurior.15
Dapat dianalisis dari kasus-kasus tersebut diatas terjadi ketimpangan yang
parah. Ketimpangan inilah yang diasumsikan pasti terdapat dalam sturuktur dasar
masyarakat, prinsip-prinsip keadilan sosial harus diterapkan. Prinsip-prinsip ini
yang akan mengatur pilihan kontitusi politik dan elemen-elemen utama sistem
sosial dan ekonomi. Keadilan dalam skema sosial secara mendasar bergantung
pada bagaimana hak-hak dan kewajiban fundamental diterapkan pada peluang
ekonomi serta kewajiban sosial dalam berbagai sektor masyarakat. 16 untuk itu
perlunya pengaturan yang adil terhadap pekerja akibat tindakan bisnis perseroan
terbatas berupa penggabungan.
Tujuan dari pembentukan suatu peraturan perundang-undangan terkhusus
dalam tindakan penggabungan perseroan terbatas, bukan hanya untuk melindungi
pekerja dan sarana kepastian hukum bagi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan
bisnis, tetapi dalam jangka panjang untuk pertumbuhan ekonomi Nasional yang
menekankan pada kepentingan umum, kesejahteraan rakyat serta efisiensi yang
berkeadilan. Oleh karena itu pemerintah tidak melarang tindakan pelaku usaha
melalui perseroan terbatas untuk melakukan penggabungan, karena merupakan
salah satu strategi bisnis perseroan terbatas dalam melakukan efisiensi untuk dapat
bersaing dan memperoleh keuntungan yang maksimal.17

15

http://news.detik.com/berita/617795/6-lsm-dukung-kariyawan-securior, Senin, 14 Maret

2016
16

Jhon Rawls, A Theory of Justice, Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, penerjemah Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 26.
17
Ningrum Natasya Sirait, Op. Cit., hal. 26.

Universitas Sumatera Utara

Dapat dilihat dari beberapa penjelasan di atas, bahwa sangat sulit untuk
membuat aturan yang adil di bidang ekonomi, terkhusus dalam kegiatan usaha
atau bisnis suatu perseroan terbatas, disebabkan menyatukan antara kepentingan
pelaku usaha yang bertujuan mencari keuntungan dengan kepentingan terhadap
perlindungan terhadap pemangku kepentingan lainya dalam sebuah perseroan
yang mempunyai posisi yang lemah dalam perseroan terbatas terkhusus terhadap
pekerja. Jika aturan peraturan perundang-undang terlalu melindungi pihak lemah,
kegiatan bisnis di Indonesia menjadi tidak menarik dan menyebabkan para pelaku
usaha, baik dalam dan luar negeri tidak tertarik melakukan kegiatan bisnis di
Indonesia dan yang sudah melakukan usaha di Indonesia, dapat beralih ke Negara
lain yang kegiatan bisnisnya lebih menarik.18
Beralihnya

pengusaha

ke

negara

lain

sangat

berdampak

pada

perekonomian nasional yang membutuhkan banyak kegiatan bisnis untuk
pertumbuhan ekonomi Nasional terkuhusus mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. Akan tetapi, apabila tidak melakukan perlindungan yang baik terhadap
pihak yang lemah terkhusus pekerja, maka para pelaku usaha (pemegang saham
mayoritas) hanya akan merugikan pihak yang lemah tersebut seperti pada
kelemahan teori Adam Smith tentang pasar bebas dan kasus-kasus yang tersebut
diatas, karena hanya mencari keuntungan pribadi lebih menguntungkan pemodal,
yang tentunya juga akan merugikan perekonomian nasional. 19 Untuk itu perlu
adanya unsur keadilan dalam suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur
tindakan penggabungan (merger) perseroan terbatas
18
19

agar para pemangku

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hal. 35
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

kepentingan dalam suatu perseroan terbatas termasuk pekerja tidak dirugikan
akibat dampak negatif dari tindakan penggabungan tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, merupakan hal menarik untuk
dikaji, sehingga kemudian penelitian ini diberi judul “Penggabungan (Merger)
Perseroan Terbatas di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Pekerja”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini
akan memfokuskan diri untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaturan penggabungan (merger) dalam hukum yang berlaku di
Indonesia?
2. Bagaimana dampak penggabungan (merger) perseroan terbatas terhadap
pekerja?
3. Bagaimana bentuk perlindungan terhadap pekerja yang terkana dampak
penggabungan (merger) perseroan terbatas (merger) dalam hukum yang
berlaku di Indonesia?

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi terkait
dengan penggabungan penggabungan perseroan terbatas yang berdampak pada
pekerja, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memberikan penjelasan bagaimana pengaturan tentang
penggabungan (merger) di Indonesia;
2. Untuk mengetahui, memberi penjelasan bagaimana dampak terhadap pekerja
terhadap perseroan terbatas yang melakukan penggabungan;
3. Untuk mengetahui, memberikan penjelasan, dan menganalisa mengenai
bagaimana bentuk perlindugan hukum terhadap pekerja yang terkena dampak
penggabungan (merger) perseroan terbatas dalam hukum yang berlaku di
Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis di bidang hukum perusahaan.
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
a. Menambah kasanah ilmu hukum perusahaan, khususnya tentang tindakan
perseroan terbatas dalam melakukan penggabungan yang berdampak bagi
pekerja dan hukum kenotariatan;
b. Memberi bahan masukan dan/ atau dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
lanjut untuk melahirkan berbagai konsep keilmuan yang dapat memberikan

Universitas Sumatera Utara

andil bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum bisnis dalam bidang hukum
perusahaan, khususnya tentang penggabungan dan ketenagakerjaan.
2. Secara praktis
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:
a. Manfaat yang sebesar-besarnya bagi para praktisi hukum, pelaku usaha, tenaga
kerja, kreditur, konsumen dan Notaris/ Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
sehubungan

dengan

tindakan

perseroan

terbatas

dalam

melakukan

penggabungan;
b. Mengungkap masalah-masalah yang timbul dan/ atau muncul dalam lapangan
hukum dan bisnis dan memberikan solusinya bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam tindakan penggabungan suatu perseroan terbatas;
c. Untuk menjadi pertimbangan pemerintah dalam pengaturan regulasi tentang
penggabungan ini baik secara umum maupun sektoral.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan
yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan
Magister Kenotarian dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
Medan, belum ada penelitan sebelumnya yang berjudul “Efektivitas Regulasi
Penggabungan (merger) Perseroan Terbatas di Indonesia dan Dampaknya
Terhadap Tenaga Kerja”, akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut
masalah tentang tindakan penggabungan (merger), antara lain penelitian yang
dilakukan oleh:

Universitas Sumatera Utara

1. Nama: Hendra Syahdeni, NIM. 047011028, Judul Tesis: Pengaturan
Penggabungan (Merger) PT Bank Mandiri yang Berbentuk Perseroan Terbatas
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995;
Rumusan Masalah:
a. Bagaimanakah tata cara merger PT. Bank Mandiri?
b. Bagaimanakah akibat hukum merger Bank Mandiri terhadap karyawan?
c. Bagaimanakah transparansi merger Bank Mandiri menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?
2. Nama: Charlie, NIM. 067011022, Judul Tesis: “Perlindungan Hukum
Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan
Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)”;
Rumusan Masalah:
a. Bagaimana pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT.
Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia?
b. Bagaimana konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil
peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia?
c. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan
perseroan terbatas yang melakukan peleburan?
Dengan demikian, maka
dipertanggungjawabkan

secara

penelitian yang dilakukan jelas dapat

ilmiah,

karena

senantiasa

memperhatikan

ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi sebagai
peneliti ataupun akademisi.

Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran
teoritis. Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu. 20 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan
teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang
dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. 21
Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan,
kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:22
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;
b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.
Dalam penelitian ini digunakan teori yang relevan untuk menganalisa
penelitian tentang penggabungan Perseroan Terbatas di Indonesia dan dampaknya
terhadap pekerja. Teori yang digunakan adalah teori keadilan yang dipakai untuk
menganalisa permasalah pertama, kedua dan ketiga.

20

Soerjono Soekantro, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986), hal. 122.
21
M Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80.
22
Soerjono Soekanto, Op, Cit., hal. 121.

Universitas Sumatera Utara

Teori Keadilan
Dalam filsafat moral modern, sistem teori yang paling dominan adalah
utilitarianisme. Salah satu alasanya adalah, utilitarianisme telah didukung oleh
barisan panjang penulis-penulis hebat yang menciptakan bangunan pemikiran
yang cakupan dan kecemerlangannya sangat mengesankan. Utilitariannisme yang
oleh Hume, Adam Smith, Bentham dan Mill, adalah teoritis sosial dan doktrin
moral yang disusun untuk memenuhi kebutuhan mereka yang lebih luas serta
untuk dimasukkan ke dalam skema yang komprehensif.23
John Rawls menggeneralisasi dan mengabstraksikan teori kontrak sosial
yang diungkapkan Locke, Rousseau, dan Kant kemudian menggembangkan teori
keadilan yang memberi penilaian sistematis tentang keadilan yang lebih superior
terhadap utilitarianisme. John Rawls juga menyatakan konsepsi keadilan akan
membentuk landasan moral bagi masyarakat demokratis. 24 John Rawls adalah
orang Amerika Serikat yang dilahirkan di Baltimore, Maryland, pada tahun 1921
yang mengemukan teori keadilan dalam bukunya yang termasyhur berjudul A
Theory of Justice (1971), salah satu buku filsafat dari abad ke-20 yang paling
banyak ditanggapi dan dikomentari bukan saja dari kalangan filsafat melainkan
juga seperti para ahli ekonomi dan ahli politik.25
Teori keadilan keadilan merupakan kebijakan utama dalam institusi sosial,
sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan
dan ekonomisnya, harus ditolak atau direvisi jika ia tidak benar, demikian juga
hukum dan institusi, tidak peduli betapapun efisien dan rapinya, harus direformasi
23

Jhon Rawls, Op. Cit., hal. V.
Ibid, hal. vi.
25
K. Bertens, Op.Cit., hal. 98.
24

Universitas Sumatera Utara

atau dihapuskan jika tidak adil. Setiap orang memiliki kehormatan yang berdasar
pada

keadilan,

sehingga

seluruh

masyarakat

sekalipun

tidak

bisa

membatalkannya. Atas dasar inilah keadilan menolak, jika lenyapnya kebebasan
bagi sejumlah orang dapat dibenarkan, oleh hal lebih besar yang didapakatkan
orang lain. Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang dipaksakan pada
segelintir orang diperberat, agar memberikan keuntungan yang lebih besar bagi
sebagian besar yang dinikmati banyak orang. Karena itu, dalam masyarakat yang
adil kebebasan warga negara dianggap mapan, hak-hak yang dijamin oleh
keadilan tidak tunduk pada tawar-menawar politik atau kalkulasi kepentingan
sosial. Satu-satunya hal yang mengijinkan untuk menerima teori yang salah adalah
adalah karena tidak adanya teori yang lebih baik, secara analogis, ketidakadilan
bisa lebih besar. Sebagai kebaikan utama umat manusia, kebenaran dan keadilan
tidak bisa diganggu-gugat.26
Subjek utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, atau lebih
tepatnya, cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban
fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial.
Melalui institusi-institusi utama ini dapat dipahami konstitusi politik dan prinsip
ekonomi serta tatanan sosial. Jadi, perlindungan legal atas kebebasan berpikir,
pasar kompetitif, kepemilikan privat atas alat-alat produksi, dan keluarga
monogami adalah contoh institusi sosial utama. Dilihat dalam satu skema,
institusi-institusi utama menentukan hak dan kewajiban manusia serta

26

Jhon Rawls, Loc. Cit.

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi prospek kehidupan mereka, apa yang bisa harapkan dan seberapa
bisa diharapkan.27
Struktur dasar masyarakat adalah subjek utama keadilan, sebab efekefeknya begitu besar dan tampak sejak awal. Pandangan intuitif menyatakan,
struktur ini mengandung berbagai posisi sosial, dan orang yang lahir dalam posisi
berbeda punya harapan kehidupan yang berbeda yang sebagian ditentukan oleh
sistem politik dan juga kondisi sosial ekonomi. Dengan demikian, institusiinstitusi masyarakat mendukung titik pijak tertentu. Khususnya ketimpangan yang
parah. Hal itu tidak hanya merembes, namun juga mempengaruhi peluang awal
manusia dalam kehidupan, namun hal-hal tersebut tidak dapat dijustifikasi dengan
pandangan baik dan buruk. Ketimpangan inilah yang diasumsikan pasti terdapat
dalam sturuktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip keadilan sosial harus
diterapkan. Prinsip-prinsip ini yang akan mengatur pilihan kontitusi politik dan
elemen-elemen utama sistem sosial dan ekonomi. Keadilan dalam skema sosial
secara mendasar bergantung pada bagaimana hak-hak dan kewajiban fundamental
diterapkan pada peluang ekonomi serta kewajiban sosial dalam berbagai sektor
masyarakat.28
Menurut Rawls, yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah
the social primary goods (nilai-nilai sosial yang primer). Artinya, hal-hal yang
sangat kita butuhkan untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga
masyarakat. Disamping itu tentu ada banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas

27
28

Ibid, hal. 7-8.
Ibid, hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

hidup kita dan banyak juga dicari orang, tapi tidak bisa dianggap primer. Menurut
Rawls, yang termasuk nilai-nilai sosial primer adalah:
1. Kebebasan-kebebasan dasar seperti kebebasan mengemukakan pendapat,
kebebasan hati nurani dan kebebasan berkumpul, integritas pribadi, dan
kebebasan politik;
2. Kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi;
3. Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-posisi
penuh tanggung jawab;
4. Pendapatan dan milik;
5. Dasar-dasar sosial dari harga diri (self-respect).
Urutan daftar ini tidak kebetulan, tapi disusun menurut pentingnya.29
Menurut Rawls nilai-nilai primer tersebut dapat dibagi dengan adil jika
nilai-nilai primer tersebut harus ditemukan menurut prosedur yang oleh semua
orang dapat diterima sebagai adil. Rawls mengatakan, keadilan harus kita
mengerti sebagai fairness. Fairness berarti keadilan yang didasarkan atas prosedur
yang wajar (tidak direkayasa atau dimanipulasi). Prosedur yang wajar menurut
Rawls harus dibagi pada The original position atau posisi asali. Posisi asali ini
maksudnya, posisi seolah-olah keluar dari masyarakat dimana kita hidup atau
berada di posisi dimana masyarakat belum terbentuk. Dalam posisi asali tidak
diketahui bagaimana nasib seseorang dalam masyarakat nanti, atau orang tersebut
berada di balik the veil of ignorance (di balik selubung ketidaktahuan). Orang
tersebut tidak tahu akan dilahirkan di golongan yang mana (kaya atau miskin),

29

K.Bertens, Op.Cit., hal. 98-99.

Universitas Sumatera Utara

orang tersebut tidak tahu bakat, keadaan fisik dan seterusnya. 30 Menurut Rawls
sambil dalam posisi asali kita dapat menyetujui prinsip-prinsip keadilan berikut
ini:
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas,
seluas kebebasan yang sama bagi semua orang;
2. Kepentingan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa sehingga:
a. Dapat diharapkan memberi keuntungan semua orang; dan
b. Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.31
Prinsip pertama dapat disebut “kebebasan yang sedapat mungkin sama”.
Masyarakat tidak diatur dengan adil, kalau hanya satu kelompok boleh
mengemukakan pendapatnya atau semua warga negara dipaksakan memeluk satu
agama. Kebebasan-kebebasan itu harus seluas mungkin, tetapi ada batas juga.
Batas bagi kebebasan satu orang adalah kebebasan dari semua orang lain. Sama
sekali tidak adil, jika satu orang begitu bebas, sehingga orang lain tidak bebas
lagi.32
Prinsip kedua bagian „a‟ disebut prinsip perbedaan (difference principle).
Supaya masyarakat diatur dengan adil, tidak perlu semua orang mendapat hal-hal
yang sama. Boleh saja ada perbedaan dalam apa yang dibagi dalam masyarakat.
Tetapi perbedaan itu harus sedemikian rupa sehingga menguntungkan orangorang yang minimal beruntung. Rawls sendiri mengatakan bahwa disini harus
mengikuti

“strategi

maximin”:

aturan

ini

akan

semaksimal

mungkin

30

Ibid, hal. 99-100.
Ibid, hal. 72-73.
32
Ibid.
31

Universitas Sumatera Utara

menguntungkan mereka yang minimal beruntung. Dengan prinsip perbedaan ini
Rawls sebenarnya meletakan landasan etis untuk Walfare State Modern.33
Prinsip 2 bagian b disebut “prinsip persamaan peluang yang fair”, adanya
jabatan dan posisi penting mengakibatkan juga ketidaksamaan dalam masyarakat.
Sudah dari sediakala jabatan-jabatan tinggi sangat didambakan orang bersama
fasilitas dan privilegi yang melekat padanya. Hal itu tidak boleh dianggap kurang
adil, asalkan jabatan dan posisi itu pada prinsipnya terbuka untuk semua orang.
Keadaan baru menjadi kurang adil, bila dilakukan diskriminasi dengan
mengatakan: suatu golongan tidak boleh naik jabatan tinggi. Prinsip ini
berimplikasi juga bahwa kepada setiap orang berbakat diberi pendidikan yang
memungkinkan dia untuk naik ke posisi penting.34
Hubungan antara prinsip-prinsip ini menurut Rawls, prinsip pertama
“kebebasan yang sedapat mungkin sama”, harus diberi prioritas mutlak. Prinsip
ini tidak pernah boleh dikalahkan oleh prinsip-prinsip lain. Sedangkan prinsip
“persamaan peluang yang fair” (2,b) harus ditempatkan di atas “prinsip
perbedaan” (2,a). Pada skala nilai dalam masyarakat adil yang dicita-citakan
Rawls, paling atas harus ditempatkan hak-hak kebebasan yang klasik, yang pada
kenyataannya sama dengan yang kita sebut Hak Asasi Manusia. Lantas harus
dijamin peluang yang sama bagi semua warga negara untuk memangku jabatan
yang penting. Akhirnya dapat diterima perbedaan sosial-ekonomis tertentu demi
peningkatan kesejahteraan bagi orang-orang yang minimal beruntung.35

33

Ibid.
Ibid, hal. 74.
35
Ibid.
34

Universitas Sumatera Utara

2. Kerangka Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep
adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya
baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk
menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas. 36
Sejak hukum dalam beroprasinya menggunakan konsep-konsep, maka
iapun sebetulnya sudah terlibat ke dalam masalah metodelogis. Konsep-konsep
hukum yang dipakai hendak merumuskan sekian banyak pengertian yang tercakup
di dalamnya, baik variasi maupun perbedaan-perbedaanya, ke dalam satu istilah
saja. Oleh pembuat hukum, konsep-konsep tersebut di gunakan untuk
menyebutkan secara ringkas apa yang ingin dicakup oleh suatu peraturan hukum.
Konsep adalah suatu pengetahuan, pengetahuan ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai sesuatu prinsip, bahwa informasi yang demikian itu harus
mempunyai basis empiris. Oleh karena itu persepsi mengenai kenyataan yang
akan menjadi dasar bagi penyusunan suatu konsep merupakan hal yang
fundamental dalam ilmu.37
Suatu konsep pada seketika itu membentuk suatu pengertian tertentu di
kepala orang yang menangkapnya. Oleh karena itu disebut sebagai “mengandung
arti”, seperti juga dalam artinya sebagai “pengetahuan”, maka untuk bisa
mempunyai arti yang demikian itu, konsep harus bisa dikembalikan kepada
empiris atau pengalaman. Pengembalian kepada pengalaman ini merupakan ujian
terhadap kebenaran dari konsep tersebut. Perumusan konsep juga tidak dapat
36
37

Masri Singarimbun, dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hal. 34.
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, cet. 7, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hal. 311-

312.

Universitas Sumatera Utara

dilepaskan dari unsur empiris yang menjadi dasarnya, atau dengan kata lain,
konsep-konsep hukum itu harus mempunyai dasar empiris. Konsep-konsep
hukum ini nantinya akan menjadi ukuran untuk menilai dan menghakimi dunia
kenyataan, khususnya perbuatan manusia, atas dasar ini saja, sebetulnya konsepkonsep hukum sudah dengan sendirinya harus mempunyai relevansi empirisnya,
atau dapat dijabarkan ke dalam dunia empiris. Demikian hubungan antara konsep
dan kenyataan.38
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, perlu
didefenisikan beberapa konsep dasar sehingga diperoleh hasil penelitian yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep tersebut sebagai
berikut:
a. Penggabungan (dikenal juga dengan istilah merger) adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan perseroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan pasiva
dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada
perseroan yang menerima penggabungan. Dan selanjutnya status badan hukum
perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.39
b. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

38
39

Ibid, hal. 312-313.
Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 9.

Universitas Sumatera Utara

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksananya. 40
c. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UndangUndang ini dan/atau anggaran dasar.41
d. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.42
e. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi.43
f. Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk dijual
dengan maksud mendapatkan laba.44
g. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 45
h. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya.46

40

Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 1.
Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 4.
42
Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 5.
43
Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 6.
44
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hal. 4.
45
Indonesia, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pasal 1 angka 1.
41

Universitas Sumatera Utara

i. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.47
j. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.48
k. Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.49
l. hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah.50
m. Egalitarian merupaka suatu teori keadilan yang menyatakan bahwak suatu
tindakan dikatakan adil, bila semua orang mendapat bagian yang sama.
Membagi dengan adil berarti membagi rata (sama rata dan sama rasa).51

G. Metode Penelitan
Metode adalah suatu cara tertentu yang didalamnya mengandung suatu
teknik yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 52 Oleh
karena itu, metode penelitian dapat diartikan sebagai penelitian/ penyelidikan
yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu dengan tujuan agar tidak acak-

46

Indonesia, UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pasal 1 angka 1.
Indonesia, UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pasal 1 angka 7.
48
Indonesia, UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 2.
49
Indonesia, UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 3.
50
Indonesia, UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 9.
51
K. Bertens, Op. Cit., hal. 94.
52
Arief Furchan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), hal. 11.

47

Universitas Sumatera Utara

acakan.53 Selain itu, dengan menggunakan metode penelitian diharapkan mampu
untuk menemukan, merumuskan, menganalisis, memcahkan masalah-masalah
dalam suatu penelitian dengan didasarkan pada dat-data yang lengkap, relevan,
akurat, dan reliable (terpercaya).
Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam tesis ini
meliputi:
1. Jenis dan Sifat Penelitian Hukum
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis
normatif merupakan penelitan yang mengacu kepada norma yang tercantum
dalam peraturan perundang-undangan, kitab hukum, putusan pengadilan, dan lain
sebagainya.

54

Penelitian yuridis normatif juga disebut penelitian doktrinal

(doctrinal research) yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku
(law as it is written in the book) maupun hukum yang diputuskan oleh hakim
melalui proses pengadilan (law as it is decided by the judge through judicial
process).55
Dalam penulisan tesis ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif
dengan tipologi penelitian terhadap asas-asas hukum yaitu penelitian terhadap
kaidah-kaidah hukum yang hidup didalam masyarakat. 56 Tipologi penelitian
terhadap asas-asas hukum ini akan melihat bagaimana asas-asas hukum yang
53

Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005), hal. 239-240.
54
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), hal. 24.
55
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2006), hal. 18.
56
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

menggatur penggabungan perseroan terbatas terutama pengaturan tentang dampak
yang terjadi akibat penggabungan terhadap pekerja.

b. Sifat Penelitian
Metode pendekatan penelitan ini adalah bersifat deskriptis analisis.
Deskriptis maksudnya tipe penelitian untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang suatu gejala atau fenomena. Penelitian deskriptif sangat berguna
untuk mempertegas sebuah hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat
teori-teori yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru. Analisis
dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diproleh akan dilakukan analisis
secara cermat untuk menjawab permasalahan. 57 Sifat deskriftif anlisis relevan
untuk melihat gejala atau fenomena perseroan terbatas yang melakukan
penggabungan bagaimana regulasi terhadap tindakan penggabungan (merger)
perseroan terbatas tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap tenaga kerja
apakah regulasi tersebut adil sebagaimana teori keadilan John Rawls.

2. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan ciriciri data tersebut sudah dalam keadaan siap dibuat dan dapat dipergunakan dengan
segera serta bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh penelitipeneliti terdahulu sehingga peneliti kemudian tidak mempunyai pengawasan

57

Sunaryati Hartanto, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung:
Alumni, 1994), hal. 101.

Universitas Sumatera Utara

terhadap pengumpulan, pengolahan, analisa, maupun konstruksi data, 58 Data
sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya.59 Dan terbagi atas:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu norma atau kaidah dasar yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
masalah penggabungan, baik secara umum yaitu: Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 Tentang Pasar Modal; Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang
Persaingan

Usaha;

Undang-Undang

No.

13

Tahun

2003

Tentang

Ketenagakerjaan; Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas; Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan; Peraturan Pemerintah Repubulik Indonesia No. 27 Tahun 1998
Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas;;
dan secara Sektoral, yaitu: Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Jo UndangUndang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan; Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 Jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia;
Peraturan Pemerintah Repubulik Indonesia No. 28 Tahun 1999 Tentang
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank;
b. Bahan hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, terkait tesis ini, bahan hukum sekunder meliputi

58

J.R.Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya,
(Jakarta: Grasindo), hal. 49.
59
Menurut Soerjono Soekanto, ciri-ciri umum dari data sekunder antara lain (i) pada
umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat digunakan dengan segera; (ii) baik
bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga
peneliti kemudian, tidak mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan, analisa
maupun kontruksi data; dan (iii) tidak terbatas oleh waktu maupun tempat. Lihat Soerjono
Soekanto, Op.Cit., hal. 12.

Universitas Sumatera Utara

buku-buku, jurnal hukum, karangan ilmiah, data resmi pemerintah tentang
perseroan terbatas yang melakukan penggabungan, dan data mengenai tenaga
kerja yang di PHK melalui website resmi, data mengenai tenaga kerja yang di
PHK melalui media cetak maupun media online, data mengenai terkait
perseroan terbatas yang melakukan penggabungan dan dampak terhadap tenaga
kerja melalui situs resmi organisasi pelaku usaha dan organisasi perserikatan
buruh;
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, meliputi kamus
bahasa indonesia, kamus hukum, Kamus Bahasa Asing, ensiklopedia dan lain
sebagainya.60

3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan mempelajari
peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media masa, dan kamus yang
berkaitan dengan judul tesis yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan
sebagai dasar dalam penelitian dan penganalisaan masalah yang dihadapi. 61
Tujuan dari penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh data sekunder yang
dilakukan dengan pengumpulan atau menghimpun data yang berasal dari
kepustakaan, berupa peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, jurnal

60

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),

61

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hal. 21.

hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

ilmiah, artikel, karya ilmiah, putusan pengadilan yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.

4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka. Studi pustaka dilakukan guna memperoleh data sekunder, dengan
membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa peraturanperaturan, teori dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
Studi pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan bahan yang
berkaitan dengan penggabungan perseroan terbatas dan dampak penggabungan
perseroan terbatas tersebut terhadap pekerja, melalui buku-buku, majalah-majalah,
tulisan-tulisan, dan peraturan perundang-undangan.

5. Analisi Data
Analisis data adalah kegiatan analisis mengatagorikan data untuk
mendapatkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna serta
menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat.62
Analisis data yang digunakan dalam tesis ini adalah analisis kualitatif yaitu
analisis dengan memahami manusia dari sudut pandangan orang yang
bersangkutan sendiri, berguna memahami dan mengerti gejala yang diteliti. 63
Metode kualitatif ini akan menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau
62
63

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hal. 28.
Soerjono Soekanto, Op. Cit., hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

data yang dihasilkan berupa data deskriftif mengenai subjek yang diteliti. Analisis
kualitatif sangat erat kaitannya dengan subjekfitas yang meneliti, bentuknya lebih
fleksibel tergantung pada hal spesifik yang penting dipandang oleh yang
meneliti.64 Kegiatan analisa secara kualitatif dilakukan dengan memeriksa semua
data yang terkumpul. Data mengenai penggabungan perseroan terbatas dan data
mengenai dampak penggabungan perseroan terbatas terhadap pekerja yang telah
terkumpul, dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing (dimasukkan dan
diuraikan dalam setiap bab yang akan dibahas dalam penelitian ini), dan kemudian
dianalisa untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan penelitian yaitu
bagaimana pengaturan penggabungan (merger) dalam hukum yang berlaku di
Indonesia, bagaimana dampak penggabungan (merger) perseroan terbatas
terhadap pekerja dan bagaimana bentuk perlindungan terhadap pekerja yang
terkana dampak

penggabungan (merger) perseroan terbatas (merger) dalam

hukum yang berlaku di Indonesia dengan menggunakan teori keadilan (John
Rawls) sebagai pisau analisis.
Kesimpulan ditarik dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu
cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum yaitu mengenai penggabungan
perseroan terbatas. Selanjutnya dari hal yang umum tersebut, ditarik hal-hal yang
khusus yaitu dampak penggabungan perseroan terbatas terhadap pekerja baik itu
dampak positif maupun dampak negatif.
Penarikan kesimpulan menggunakan ketentuan berdasar pengetahuan
umum seperti teori-teori, dali-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi64

Milles dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode
Baru, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

proposisi, sehingga didapat kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus,
guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitan ini.65

65

Ibid.

Universitas Sumatera Utara