Ruang Lingkup Ilmu Geografi.docx jeki

Ruang Lingkup Ilmu Geografi
Ruang lingkup geografi sangat luas, yaitu menyangkut segala fenomena atau gejala pada geosfer. Geosfer
merupakan lingkup kajian geografi yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu atmosfer, litosfer, biosfer, dan
hidrosfer. Tiap komponen tersebut mempunyai batasan kajian, meskipun begitu semuanya tercakup dalam
kajian geosfer. Seperti litosfer, mempunyai tiga aspek kajian, yaitu batuan (litologi), bentuk lahan, dan tanah.
Bagaimana dengan komponen geosfer lainnya? Coba kamu temukan berbagai aspek kajiannya. Dalam geografi,
analisis fenomena atau gejala yang terjadi di geosfer dilakukan dengan melihat persebaran, interaksi, dan interelasi
unsur-unsur di dalamnya.
Ilmu geografi dapat diterapkan dalam kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan manusia. Ilmu geografi banyak
membantu manusia dalam pemanfaatan sumber daya yang tersedia di Bumi. Dalam buku ”The Scope of Geography”,
Rhoads Murphy menulis tentang ruang lingkup kajian geografi. Ruang lingkup kajian geografi terdiri atas tiga hal,
yaitu:
a. Persebaran dan keterkaitan (relasi) manusia di Bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi tempat
hidup manusia.
b. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik alam yang merupakan bagian dari kajian
keanekaragaman wilayah.
c. Kerangka regional dan analisis wilayah yang berciri khusus.
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum adalah sama luasnya dengan objek studi yang menjadi kajian dari ilmu
geografi, yaitu meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia
dengan lingkungannya.
Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:

1. kajian terhadap wilayah (region);
2. interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman
wilayah;
3. persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk
memanfaatkannya.
Kenyataan yang ada sekarang ini, ketiga ruang lingkup ilmu geografi tersebut telah terintegrasi pada suatu analisis
wilayah (region). Hal ini disebabkan karena analisis suatu wilayah pada hakikatnya adalah kajian yang komprehensif
dan terpadu antara unsur-unsur yang ada di wilayah tersebut, seperti unsur lokasi, fisik, sosial juga interaksi dan







interrelasi antarunsur.
Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
Objek Material
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer
(lapisan bumi), yang meliputi:

Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.







Objek Formal
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
Aspek Keruangan,

Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di
dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan
dari waktu ke waktu.
10 Konsep Esensial Geografi
1.
Lokasi
,,,a.
Rumah
yang
bagus
akan
berkurang
nilainya
apabila

berdekatan
dengan
:
,,,,,,pemakaman
(mengerikan)
,,,,,,stasiun
KA,
lapangan
terbang,
pabrik
(bising)
,,,,,,kawasan
industri
(pencemaran).
,,,b.
Di
daerah
dingin,
orang
umumnya

berpakaian
lebih
tebal.
2.
Jarak
,,,a. Harga produksi pertanian akan lebih mahal bila harus diangkut ke pasar yang jauh.
,,,b. Nilai tanah akan semakin tinggi bila semakin dekat dengan kota / jalan raya.
,,,c.
Biaya
angkutan
umum
(barang)
paling
murah
adalah
dengan
:
,,,,,,kapal,
bila
jarak

minimalnya
1000
km
,,,,,,kereta,
bila
jarak
minimalnya
500
km
,,,,,,truk,
bila
jaraknya
kurang
dari
500
km
3.
Keterjangkauan
,,,a. Keterjangkauan Yogyakarta - Jakarta (menggunakan pesawat terbang), Yogyakarta - Magelang (mobil).
,,,b. Daerah A yang surplus padi dan daerah B yang minus padi tidak dapat berinteraksi jika tidak ada jalan / sarana

penghubung
lainnya.
4.
,,,a.
,,,b.

Pola aliran sungai sering
Pola permukiman terkait,

terkait
antara

dengan jenis
lain dengan

Pola
batuan, tanah, dan struktur geologi.
sungai, jalan, dan bentuk lahan.

5.

Morfologi
,,,a. Bentuk lahan terkait dengan erosi pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan tanah, dan ketersediaan air.
,,,b. Bentuk pulau mencirikan panjang garis pantai yang berkaitan dengan pengelolaan daerah pantai.
6.
Aglomerasi
,,,Masyarakat / anggota kelompok penduduk cenderung mengelompok dengan masyarakat yang memiliki tingkatan
hampir
sama.
Akibatnya,
timbul
daerah
kumuh,
daerah
elit,
dan
sebagainya.
7.
Nilai
Kegunaan
,,,Daerah wisata memiliki nilai yang berbeda bagi orang yang berbeda. Oleh karena itu, ada orang yang sering

mengunjungi,
jarang,
/
bahkan
tidak
pernah
mengunjungi
daerah
tertentu.
8.
Interaksi
,,,Mobilitas manusia, barang, / gagasan dari suatu tempat ke
,,,gerakan
manusia
dari
daerah
padat
penduduk
ke
,,,gerakan

barang
dari
desa
ke
,,,gerakan
berita
(informasi)
melalui
9.
,,,Fenomena

yang

berbeda

di

Diferensiasi
suatu
tempat


dengan

(interpendensi)
tempat lainnya, misalnya :
daerah
jarang
penduduk
kota
/
sebaliknya
media
massa.
tempat

lain,

misalnya

Area
:

,,,,,,,,,,,,-

1.

1.

1.
2.
2.

3.
1.
2.
3.
4.
5.
4.
1.

2.
3.

4.

jarak
dekat,
perumahan
harga
tanah
pendapatan

sedang,
yang
(rumah)
yang

dan
padat,
yang
tinggi,

jauh
mahal,

dari
sedang,
sedang,
sedang,

jalan
jarang
murah.
rendah.

10.
Keterkaitan
keruangan
,,,,Setelah dikaji melalui peta, ternyata terdapat keterkaitan keruangan antara Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi.
Diposkan oleh Reine Fatah di 01:21
Label: about geography
Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme (gempa)
Posted on 24 Agustus 2010
Secara geologis, tenaga endogen meliputi tektonisme , vulkanisme, dan seisme (gempa).
Hasil dari proses tektonisme
Tektonisme
adalah perubahan letak atau kedudukan lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical. Berdasarkan kecepatan
gerak dan luas daerah, tektonisme dibedakan atas epirogenesa dan orogenesa.
Epirogenese
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi sangat lambat serta meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan epirogenese dibagi
menjadi dua sebagai berikut :
Epirogenese
positif, yaitu gerak turunnya permukaan bumi sehingga laut seolah-olah mengalami kenaikan.
Epirogenese
negative, yaitu gerak naiknya permukaan bumi sehingga laut seolah-olah mengalami penurunan.
Orogenese
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical akibat pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi secara cepat seperti meliputi wilayah yang sempit. Misalnya, pembentukan deretan
sirkum pasifik.
Berdasarkan bentuknya prosesnya tektonisme dibedakan atas patahan dan lipatan.
Lipatan, terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat (plastis) sehingga
permukaan bumi mengalami pengerutan. Bagian yang terlipat ke atas dinamakan punggung lipatan (anticlinal),
sedangkan yang melipat ke bawah dinamakan lembah lipatan (sinklinal). Jenis-jenis lipatan sebagai berikut :
Lipatan tegak (symmetrical folds) terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama atau
tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.
Liputan miring (asymmetrical folds), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi karena tenaga tangensial saja yang bekerja.
Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena arah tenaga horizontal dari satu arah.
Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena ada pergerakan pada panjang kerak bumi.
Patahan, terjadi akibat tenaga endogen yang relative cepat , baik secara vertical maupun secara
horizontal. Jenis-jenis patahan sebagai berikut :
Tanah
naik
(horst), yaitu dataran yang terletak lebih tinggi dari daerah sekelilingnya, akibat dataran di sekelilingnya patah. Horst
terjadi akibat gerakan tektogenesa horizontal memusat, yaitu tekanan dari dua arah atau lebih yang menimbulkan
kerak bumi terdorong naik.
Tanah
turun
(graben/slenk), yaitu kenampakkan dataran yang letaknya lebih rendah dari daerah di sekelilingnya, akibat dataran di
sekelilingnya patah. Graben terjadi karena tarikan dari dua arah yang mengakibatkan kerak bumi turun.
Sesar, yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal yang tidak frontal dan hanya
sebagian
saja
yang
bergeser.
Sesar
ini
dibagi
menjadi
dua,
yaitu dekstral dan sinistral.
Dekstral, yaitu jika kita berdiri di depan potongan sesar di depan kita bergeser kekanan. Sinistral, yaitu jika kita berdiri
di depan potongan sesar di depan kita bergeser ke kiri.
Blok mountain, yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas beberapa patahan, blok
mountain terjadi akibat tenaga endogen yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah, ada yang naik ada yang
turun da nada pula yang berbentuk miring sehingga terbentuk komplek pegunungan patahan yang terdiri atas balokbalok lithosfera.

Tenaga endogen berperan untuk mendorong terjadinya tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua
Lempeng dasar samudera
menghunjam ke
bawah lempeng benua, sehingga
terbentuk
subduction zone.
Kemudian magma yang terbentuk di bawah
zona subduksi naik ke permukaan
vulkanisme sebenarnya merupakan bentuk lain penyaluran proses tektonik
sehingga vulkanisme tidak bisa dipisahkan dari dari proses tektonisme
Aktivitas vulkanisme didahului dengan proses tektonisme.
Jenis-jenis Peta
1. Berdasarkan Sumber Datanya
a. Peta Induk (Basic Map)
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah
yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
b. Peta Turunan (Derived Map)
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan
survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
a. Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun
unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi
menjadi 3, sebagai berikut.
1). Peta topografi
peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke
dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
Contoh Peta Kontur
2). Peta chorografi,
peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala
sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.
Kumpulan Peta Dalam Atlas sebagian besar termasuk dalam kategori peta Chorografi
3). Peta dunia
peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
b. Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta
penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya
3. Berdasarkan Skalanya
a. Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci sehingga
banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya.
b. Peta Skala Besar
Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk
perencanaan wilayah.
c. Peta Skala Sedang
Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
d. Peta Skala Kecil
Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
e. Peta Geografi/Peta Dunia
Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
4. Berdasarkan Bentuknya
a. Peta Stasioner
Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya:
peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah
b. Peta Dinamis

Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya:
peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan komunikasi.
5. Berdasar Tujuannya
a. Peta Pendidikan (Educational Map)
Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.
b. Peta Ilmu Pengetahuan.
Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.
c. Peta Informasi Umum (General Information Map)
Contohnya: peta pusat perbelanjaan.
d. Peta Turis (Tourism Map)
Contohnya: peta museum, peta rute bus.
e. Peta Navigasi
Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.
f. Peta Aplikasi (Technical Application Map)
Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
g. Peta Perencanaan (Planning Map)
Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan
Menghitung Skala Peta (1)
Pada sebuah peta di wilayah Asia atau peta-peta lain kita akan sering menemui ada 2 macam skala yang sering
ditampilkan oleh pembuat, yaitu skala numerik dan skala garis. Mengapa harus ada 2 macam skala yang
digambarkan?
Hal ini sebenarnya mengacu pada sifat yang berbeda dari kedua skala tersebut jika peta yang ada mengalami
perubahan, misalnya diperbesar/diperkecil melalui media Scanning dan Fotokopi.
Perbedaan kedua skala tersebut adalah :
1.
Skala numerik bersifat statis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka nilai skala yang
tergambar tidak akan berubah. Sebagai contoh : jika sebuah peta skala numeriknya 1 : 20.000 diperbesar 4 kali
dengan menggunakan mesin fotokopi, maka skala yang baru adalah 1 : 5.000 tetapi pada peta tersebut masih
tergambar 1 : 20.000
2.
Skala garis bersifat dinamis, jika sebuah peta diperbesar/diperkecil melalui fotokopi maka skala garis akan
mengikuti perubahan pada peta tersebut. Sebagai contoh : jika sebuah peta diperbesar dengan fotokopi maka gambar
skala garis akan mengikuti perbesaran peta tersebut.
Mengubah skala numerik ke skala garis
Skala numerik dapat kita buat menjadi skala garis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh :
Diketahui sebuah peta memiliki skala 1 : 25.000, jika akan dibuat skala garis yang mencerminkan jarak 4 km
dilapangan maka berapa panjang skala garis yang akan tergambar?
Jawab :
0004 km
= ——————–
00025.000 cm
000400.000 cm
= ——————00025.000 cm
= 16 cm
Jadi skala garis yang tergambar adalah 16 cm.
=====================================================
Mengubah skala garis ke skala numerik
Pada peta yang telah mengalami perubahan ukuran karena telah difotokopi maka nilai pada skala numerik menjadi
salah, maka untuk mengetahui skala numerik yang baru adalah dengan menggunakan rumus.
Sebagai contoh :
sebuah peta setelah difotokopi maka skala garisnya adalah seperti pada gambar berikut :
Sebelum diperbesar panjang skala garisnya adalah 4 cm, setelah diperbesar 2 kali maka panjang skala garisnya
menjadi 8 cm. Berapa skala numerik yang baru?
00020 km
= —————
00008 cm
0002.000.000 cm

= ———————–
000 8 cm
= 250.000
Jadi skala numerik yang baru dari peta tersebut adalah 1 : 250.000
Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang
dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu
SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan
(spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon
(2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial)
dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga
dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran
yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis
(yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem
Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan
dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra
satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti,
1995).
sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu:
1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data
statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain.
Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format
yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut Anon (2003) basisdata adalah
pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan,
pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.
2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah penyimpanan data pada komputer dan
pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas).
3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua
tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003) mengatakan
bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis
gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi
4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau
data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal
kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka:
teks di atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (seperti fileelektronik).
Pelapukan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi
yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari





batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan
batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan
sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral
baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda
dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah
satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang
peran yang terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting. Berdasarkan pada proses
yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan
biologis. Pelapukan merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Jenis pelapukan:
Pelapukan biologi: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. contoh: tumbuhnya lumut
Pelapukan fisika: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim .contoh :
perubahan cuaca
Pelapukan kimia: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya batuan dengan zat - zat kimia .
contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia
Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan
maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. peristiwa itu sering disebut dengan
pelapukan fisika. batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur. peristiwa tersebut sering
disebut pelapukan biologi.Dan masih banyak lagi contoh-contoh pelapukan.

Pelapukan Batuan
by admin on 1 April in Artikel, Geologi Umum
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu,
curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan
menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga macam,
yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1.
Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu
tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana
perubahan
itu,
perhatikan
baik-baik
berikut
ini:
a.
Akibat
pemuaian
b.
Akibat
Pembekuan
Air
c.
Akibat
perubahan
Suhu
tiba-tiba
d. Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam
2.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air,
terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung
CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai
batuan
kapur
atau
karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu
ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren,
ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
3.
Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi
kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang
lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini
merupakan
contoh
pelapukan
biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk
hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat
menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media
penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan
dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
Kawasan Karangsambung juga menjadi bukti teori tektonik lempeng dan menjadi referensi dunia.
Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim terdiri atas unsur suhu, hujan, kelembapan, tekanan udara dan angin.

Sungai dan Jenis-jenisnya

PERAIRAN DARAT (SUNGAI, DAERAH ALIRAN SUNGAI dan PEMANFAATAN PERAIRAN DARAT)
Setelah mempelajari urian materi dalam kegiatan ini serta mengerjakan tugas-tugas yang terdapat di dalamn
diharapkan Anda dapat:
1. menjelaskan pengertian sungai dan jenis-jenisnya;
2. menjelaskan bagian-bagian dari sungai dan ciri-cirinya;
3. menjelaskan pengertian daerah aliran sungai (DAS) dan jenisnya;
4. menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi bila DAS rusak; dan
5. menyebutkan pemanfaatan perairan darat.

1.
2.

3.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.

Sungai dan Jenis-jenisnya
Amatilah sungai-sungai yang ada di sekitarmu, kemudian jawablah pertanyaan berikut ini: Apa yang dimaksud dengan
sungai? Setelah Anda jawab, sekarang cocokkan jawabanmu dengan jawaban berikut ini.
Bagaimana apakah jawabanmu mempunyai maksud yang sama dengan jawaban tersebut?, yang jelas dari pengertian
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai
berasal dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser). Ke mana air itu
mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa juga ke sawah-sawah.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai h
sungai gletser dan sungai campuran.
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sunga
sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar
berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (ya
berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan seba
contoh jenis sungai ini.
Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber
air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik
episodik, dan sungai ephemeral.
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adala
sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemara
kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jaw
Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banya
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jen
hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai subsek
sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawan
arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.

Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan bermua
sungai subsekuen.
Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur geolog
(batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintang
Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yan
menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan pinate (T
Geografi, Yudhistira, p. 84).
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat d
daerah gunung yang berbentuk kerucut.
Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah ba
(cekungan).
Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperole
dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Bagaimana apakah dapat Anda pahami? Jika ada kesulitan Anda dapat mendiskusikan hal tersebut dengan teman-tem
atau dengan Guru Pamongmu atau dapat juga Anda tanyakan dengan Guru Binamu. Sekarang mari kita lanjutkan untu
membicarakan tentang bagian-bagian sungai dan ciri-cirinya.

4.
5.
1.
2.

1.
1.
2.
2.
3.
4.
5.
6.

Definisi/Pengertian Danau, Macam/Jenis & Fungsi Danau Di Indonesia - Belajar Geografi
Mon, 28/01/2008 - 12:55am — godam64
Arti danau adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi
seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit
listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar
dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.
Janis-Jenis / Macam-Macam Danau yang ada di Indonesia :
1.
Danau
Buatan
/
Waduk
Danau buatan adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian,
perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
2.
Danau
Karst
Danau karts adalah danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang
besar dinamakan uvala.
3.
Danau
Tektonik
Danau tektonik adalah danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan
tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan akhirnya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba
di Sumatera Utara.
4.
Danau
Vulkanik
/
Danau
Kawah
Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali.

Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh kriteria tertentu dan bagianbagiannya tergantung secara internal. Wilayah dapat di bagi menjadi empat jenis yaitu; (1) wilayah homogen, (2)
wilayah nodal, (3) wilayah perencanaan, (4) wilayah administrative.
a. Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang
relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan stuktur

produksi dan kosumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin dll.), geografi seperti
wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya. Richarson (1975) dan
Hoover (1977) mengemukakan bahwa wilayah homogen di batasi berdasarkan keseragamamnya secara internal
(internal uniformity).
b. Wilayah Nodal
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat
(inti) dan daerah belakangnya (interland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor
produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian
wilayah nodal yang paling ideal untuk di gunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah, mengartikan
wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang yang di kuasai oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.
Batas wilayah nodal di tentukan sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila di gantikan oleh
pengaruh dari pusat kegiatan ekonomi lainnya. Hoover (1977) mengatakan bahwa struktur dari wilayah nodal
dapat di gambarkan sebagai suatu sel hidup dan suatu atom, dimana terdapat inti dan plasma yang saling
melengkapi. Pada struktur yang demikian, integrasi fungsional akan lebih merupakan dasar hubungan
ketergantungan atau dasar kepentingan masyarakat di dalam wilayah itu, dari pada merupakan homogenitas
semata-mata. Dalam hubungan saling ketergantungan ini dengan perantaraan pembelian dan penjualan barangbarang dan jasa-jasa secara lokal, aktifitas-aktifitas regional akan mempengaruhi pembangunan yang satu
dengan yang lain.
Wilayah homogen dan nodal memainkan peranan yang berbeda di dalam organisasi tata ruag masyrakat.
Perbedaan ini jelas terlihat pada arus perdagangan. Dasar yang biasa di gunakan untuk suatu wilayah homogen
adalah suatu out put yang dapat diekspor bersama dimana seluruh wilayah merupakan suatu daerah surplus
untuk suatu out put tertentu, sehinga berbagai tempat di wilayah tersebut kecil atau tidak sama sekali
kemungkinannya untuk mengadakan perdagangan secara luas di antara satu sama lainya. Sebaliknya, dalam
wilayah nodal, pertukaran barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut merupakan suatu hal yang
mutlak harus ada. Biasanya daerah belakang akan menjual barang-barang mentah (raw material) dan jasa
tenaga kerja pada daerah inti, sedangkan daerah inti akan menjual ke daerah belakang dalam bentuk barang
jadi.
c. Wilayah Administratif
Wilayah administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan kepentingan administrasi
pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, dan RT/RW. Sukirno (1976)
menyatakan bahwa di dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah, maka pengertian
wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih populernya pengunaan
pengertian tersebut disebabkan dua factor yakni: (a) dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah
diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintahan. Dengan demikian, lebih praktis apabila
pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada; dan (b) wilayah yang
batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah dianalisis, karena sejak lama
pengumpulan data diberbagai bagian wilayah berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.
Namun dalam kenyataannya, pembangunan tersebut sering kali tidak hanya dalam suatu wilayah administrasi,
sebagai contoh adalah pengelolaan pesisir, pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan lingkungan dan
sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali
lintas batas wilayah administrasi. Sehinga penanganannya memerlukan kerja sama dari suatu wilayah
administrasi yang terkait.
d. Wilayah Perencanaan
Boudeville (dalam Glasson, 1978) mendefinisikan wilayah perencanan (planning region atau programming
region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah
perencanaan dapt dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahanperubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk
memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai satu kesatuan.
Klassen (dalam Glasson, 1978) mempunyai pendapat yang hampir sama dengan Boudeville, yaitu bahwa
wilayah perencanaan harus mempunyai ciri-ciri: (a) cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan
investasi yang berskala ekonomi, (b) mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada, (c)
mempunyai struktur ekonomi yang homogen, (d) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan
(growth point), (e) mengunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan, (f) masyarakat dalam
wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-persoalannya.

Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun ada juga dari aspek ekologis. Misalnya
dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah aliran sugai (DAS). Pengelolaan daerah aliran sungai harus
direncanakan dan dikelola mulai dari hulu sampai hilirny
INTERAKSI
 
WILAYAH
 
DESA­KOTA
Desa adalah suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomis, politis dan
kulturil yang terdapat di situ dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya.
Unsur-unsur
Desa
:
 Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak produktif beserta penggunaannya, termasuk unsur
lokasi,
luas
dan
batas
yang
merupakan
lingkungan
geografi
setempat.
 Penduduk, dalam hal jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa
setempat.
 Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Kota
Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk
yang tinggi dan diwarnai dengan srata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis.
Unsur-unsur
Kota
:
 Ruang, termasuk tanah dan lingkungan yang diatur dan digunakan untuk mendirikan gedung dan bangunan.
 Pengatur
kota,
baik
pengatur
administratif
maupun
pengatur
tata
kota.
 Warga
kota
yang
mengisi
segala
kesibukan
kota.
Pengertian
Interaksi
Interaksi adalah kontak atau hubungan yang terjadi antara dua wilayah atau lebih (perkotaan dengan pedesaan)
beserta
hasil
hubungannya.
Interaksi antara desa dan kota terjadi karena berbagai faktor atau unsur yang ada dalam desa, kota dan diantara desa
dan kota. Kemajuan masyarakat desa, perluasan jaringan jalan desa-kota, integrasi atau pengaruh kota terhaap desa,
kebutuhan
timbal
balik
desa-kota
telah
memacu
interaksi
desa-kota.
Dengan adanya kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas antar-daerah, maka sifat isolasi desa berangsurangsur berkurang. Desa-desa yang dekat dengan kota telah banyak mendapat pengaruh kota sehingga persentase
penduduk desa yang bertani berkurang dan beralih dengan pekerjaan nonagraris. Daerah-daerah pedesaan di
perbatasan kota yang dipengaruhi oleh tata kehidupan kota disebut “rur-ban areas” singkatan dari rural-urban areas.
Dengan perkembangan di bidang prasarana dan sarana transportasi ada kemungkinan gejala urbanisasi. Dalam hal
ini, perpindahan penduduk desa ke kota dapat berkurang dan mereka cukup dapat melakukan tugasnya di kota
dengan
memanfaatkan
angkutan
umum
dan
selanjutnya
menjadi
penglaju.
Perkembangan ini juga mempengaruhi bidang-bidang lain, seperti pendidikan dan perdagangan.
Gedung-gedung sekolah dapat didirikan juga di desa-desa yang letaknya jauh dari kota dan para pengajarnya dapat
datang
bertugas
dari
kota
kecamatan
dan
kota
kabupaten.
Perdagangan antardesa-kota yang berupa barang-barang hasil kerajinan tangan dan terutama hasil pertanian dapat
terlaksana dengan lancar sehingga para konsumen di kota masih bisa membeli sayur-mayur dan buah-buahan yang
masih segar. Pasar-pasar kecil juga bermunculan di tempat-tempat tertentu di tepian kota.
Daerah-daerah rurban ini makin lama berkembang sebagai desa dagang. Hasil-hasil bumi dari desa dan hasil industri
dari kota diperdagangkan di daerah rurban ini. Bertambahnya penduduk dan jaringan lalu lintas di daerah ini akan
mempercepat
terjadinya
suatu
kota
kecil
yang
baru.
Zone
Interaksi
Zone-zone
kota-desa
yang
dapat
menimbulkan
berbagai
wujud
interaksi
desa-kota
:
1.
City
diidentikkan
dengan
kota
2. Suburban adalah suatu area yang lokasinya dekat pada pusat kota dengan luas yang mencakup daerah penglaju
(subdaerah
perkotaan).
3. Suburban fringe adalah suatu area yang melingkari suburban dan merupakan daerah peralihan antara kota dan
desa
(jalur
tepi
subdaerah
perkotaan).
4. Urban fringe adalah semua daerah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota kecuali inti kota (jalur tepi
daerah
perkotaan
aling
luar).
5. Rural-urban fringe adalah jalur daerah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan tanah
campuran
(jalur
batas
desa-kota).
Zone suburban, suburban fringe, urban fringe dan rural urban fringe yaitu daerah-daerah yang memiliki suasana

kehidupan
modern
yang
Skema
Keterangan
1.
City
2.
Suburban
3.
Suburban
fringe
=
4.
Urban
fringe
=
jalur
5.
Rural
urban
fringe
6.
Rural

dapat
Zone
=
jalur
tepi
=

disebut

daerah

perkotaan.
Kota-Desa
:
=
kota
subdaerah
perkotaan
tepi
subdaerah
perkotaan
daerah
perkotaan
paling
luar
jalur
batas
desa
kota
=
pedesaan.

Interaksi
Desa-Kota
Interaksi desa-kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada di kota dan di desa
dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang
didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik.
Wujud
interaksi
desa-kota
:
 Pegerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya seperti pemindahan hasi pertanian, produk industri dan
barang
tambang.
 Pergerakan
gagasan
dan
informasi
terutama
dari
kota
ke
desa
 Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, mobilitas penduduk baik yang sifatnya sirkulasi maupun
komutasi.
Interaksi antara desa - kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa maupun bagi kota. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan.
Contoh
interaksi
Desa-Kota
:
Misalnya interaksi antara kota Surabaya dengan Bumi Aji di Malang. Bumi Aji merupakan daerah pemasok buahbuahan dan sayur-sayuran segar ke Surabaya. Sedangkan Surabaya sebagai tempat pemasarannya. Petani Bumi aji
yang memasok hasil produksinya ke Surabaya akan mendapatkan uang dan pihak Surabaya sendiri kebutuhan
pokoknya dapat terpenuhi. Selain itu, Bumi Aji juga dapat membeli produk hasil industri dari pabrik-pabrik yang ada di
Surabaya.
Sehingga
hal
ini
menimbulkan
interaksi
yang
saling
menguntungkan.
-

tempat

pemasaran
-

daerah
penghasil

pemasok
buah
produk

dan

sayur
industri

Menurut
Edward
Ulman
ada
3
faktor
penyebab
interaksi
antarwilayah,
yaitu
:
1.
Region
Complementary
(wilayah
yang
saling
melengkapi)
Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Perbedaan sumber daya kota dan desa menyebabkan timbulnya interaksi. Jadi ada kebutuhan saling melengkapi
atau komplementaritas. Ini didorong oleh permintaan dan penawaran. Perancis berdagang anggur dengan Belanda
karena Belanda merupakan konsumennya. Relasi komplementaritas hanya terjadi jika tawaran bermanfaat bagi pihak
yang minta. Manfaatnya ditentukan oleh banyak hal seperti : budaya, pengetahuan, teknik, kondisi kehidupan dan
sebagainya.
Semakin
besar
komplementaritas,
semakin
besar
arus
komoditas.
Manfaat
Interaksi
Desa-Kota
bagi
Perkotaan
:
 Terpenuhinya
sumber
daya
alam
sebagai
bahan
mentah/bahan
baku
industri.
 Terpenuhinya
kebutuhan
pokok
yang
dihasilkan
pedesaan.
 Terpenuhinya
kebutuhan
tenaga
kerja
yang
dibutuhkan
bagi
perkotaan.
 Tersedianya
tempat
pemasaran
hasil
industri.
Manfaat
Interaksi
Desa-Kota
bagi
Pedesaan
:
 Terpenuhinya
barang-barang
yang
tidak
ada
di
desa
 Masuknya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari kota ke pedesaan.
 Membuka
lapangan
kerja
baru
di
sektor
pertanian.
2.
Intervening
Opportunity
(kesempatan
untuk
berintervensi)
Adalah adanya kesempatan untuk timbulnya interaksi antarwilayah dan dapat memenuhi kebutuhan sumber daya
wilayah tersebut. Jadi, semakin besar intervening opportunity, semakin kecil arus komoditas.
3.

Spatial

Transfer

Ability

(kemudahan

pemindahan

dalam

ruang)

Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa, manusia maupun informasi. Proses pemindahan dari
kota
ke
desa
atau
sebaliknya
dipengaruhi
antara
lain
:
 Jarak
mutlak
maupun
jarak
relatif
antarwilayah
 Biaya
transportasi
dari
satu
tempat
ke
tempat
yang
lain
 Kelancaran
transportasi
antarwilayah
Jadi,
semakin
mudah
transfer
abilitas,
semakin
besar
arus
komoditas.
Kedudukan
Desa
dalam
Interaksi
:
 Desa berfungsi sebagai hinterland atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan
makanan pokok seperti padi, jagung, ketela disamping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan dan
bahan
makanan
lain
yang
berasal
dari
hewan.
 Dari
sudut
ekonomi,
sebagai
lumbung
bahan
mentah
 Pensupplai
tenaga
kerja
 Dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa
nelayan
dan
sebagainya.
Dampak
Adanya
Interaksi
Desa-Kota
:
Interaksi antara desa dan kota dapat menimbulkan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap desa dan
kota
termasuk
penghuninya.
a.
Dampak
positif
:
 Tingkat pengetahuan penduduk desa bertambah karena lebih banyak sekolah di pedesaan. Demikian pengetahuan
tentang pemilihan bibit unggul, pemeliharaan keawetan atau kelestarian kesuburan tanah menjadi lebih diperhatikan.
Pengetahuan mengenai usaha-usaha lain di bidang yang nonagraris menjadi lebih terbuka.
 Mengurangi
ketertinggalan
dan
ketimpangan.
 Terbukanya wilayah desa karena transportasi yang baik sehingga hubungan sosial-ekonomi warga desa dan kota
semakin
baik.
 Masuknya para ahli di berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan banyak bermanfaat bagi desa dalam melestarikan
lingkungan pedesaan khususnya pencegahan erosi dan pencarian sumber air bersih dan di bidang pengairan.
 Teknologi masuk desa menyebabkan deversifikasi produk, misalnya teknologi tepat guna di bidang pertanian dan
peternakan meningkatkan produksi desa, sehingga penghasilan penduduk desa dapat bertambah.
 Campur tangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang
wiraswasta seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, peternak unggas dan sapi.
 Pengetahuan tentang masalah kependudukan lebih merata di pedesaan. Ini penting karena desa dikenal dengan
keluarga yang besar dan ini harus di cegah. Pengetahuan dan kesadaran mempunyai keluarga kecil telah mulai
diresapi
di
banyak
daerah
pedesaan.
 Berkembangnya koperasi dan organisasi sosial di pedesaan telah menunjukkan bukti juga adanya pengaruh positif
di
daerah
pedesaan.
b.
Dampak
negatif
:
 Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang tidak sesuai dengan kebu-dayaan atau tradisi desa mengganggu tata
pergaulan atau seni budaya desa. Misalnya pengaruh dari “fashion-show”, atau berbagai kontes kecantikan telah
ditiru
oleh
para
wanita
di
beberapa
daerah
pedesaan.
 Pengaruh televisi mempunyai segi negatif, misalnya pengaruh dari film-film barat yang berbau kejahatan dapat
meningkatkan
kriminalitas
di
pedesaan.
 Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang telah banyak menyerap pemuda desa
sehingga desa mengalami pengurangan tenaga potensial di bidang pertanian karena yang tinggal di pedesaan hanya
orang-orang
tua
yang
semakin
kurang
produktif.
 Motivasi urbanisasi tinggi sehinga terjadi perluasan kota dan masuknya orang-orang kota ke daerah pedesaan
yang telah banyak mengubah tata guna lahan di pedesaan, terutama di tepian kota yang berbatasan dengan kota.
Banyak
daerah
hijau
telah
menjadi
daerah
pemukiman
atau
bangunan
lainnya.
 Munculnya slum area dan squatter area.

Dinamika Penduduk dan Unsur-Unsurnya

Unsur-unsur Dinamika Penduduk
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Penduduk
Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah atau berkurang.
Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu :
a.
Kelahiran
(natalitas)
b.
Kematian
(mortalitas)
c.
Migrasi
(perpindahan)
Jumlah kelahiran dan kematian sangat menentukan dalam pertumbuhan penduduk Indonesia, oleh
karena itu kita perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran dan kematian.
Faktor yang menunjang dan menghambat kelahiran (natalitas) di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Penunjang Kelahiran (Pro Natalitas) antara lain :
1.
Kawin
usia
2.
Pandangan
“banyak
anak
3.
Anak
menjadi
harapan
bagi
orang
tua
4.
Anak
merupakan
penentu
5. Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki.
b. Penghambat Kelahiran (Anti Natalitas) antara lain :
1.
Pelaksanan
Program
2.
Penundaan
usia
perkawinan
3. Semakin banyak wanita karir

dengan

Keluarga
alasan

banyak
sebagai
pencari
status

Berencana
menyelesaikan

mud
reze
nafka
sos

(K
pendidika

c. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate /CBR) adalah jumlah kelahiran hidup dari tiap 1000 orang penduduk dala
waktu satu tahun. Rumusnya adalah :

Contoh : Jumlah penduduk suatu negara tahun 2000 adalah 25.000.000 jiwa. Jumlah kelahiran dalam setahu
sebanyak 800.000 jiwa. Hitunglah angka kelahiran negara tersebut ?
Hal ini berarti setiap 1000 orang penduduk, rata-rata kelahirannya 32 orang bayi dalam setahun.
Penggolongan
angka
kelahiran
kasar
(CBR)
1.
angka
kelahiran
rendah
apabila
kurang
dari
30
per
1000
2.
angka
kelahiran
sedang,
apabila
antara
30

40
per
1000
3. angka kelahiran tinggi, apabila lebih dari 40 per 1000 penduduk

pendudu
pendudu

Faktor yang menunjang dan menghambat kematian (mortalitas) di Indonesia, adalah sebagai
berikut :
a. Penunjang
Kematian
(Pro
Mortalitas)
antara
lain
1.
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
kesehata
2.
Fasilitas
kesehatan
yang
belum
memad
3.
Keadaan
gizi
pendud