ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK MINYAK KA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hutan jati di Jawa terus mengalami kemerosotan, yang puncaknya terjadi
pada akhir abad ke-20 ketika terjadi pergantian pemerintah tahun 1998 yang
diikuti dengan penjarahan hutan (Simon, 2010). Berdasarkan hal itu, saat ini
hutan di Jawa yang kita ketahui dikelola oleh Perhutani memiliki distribusi
struktur tegakan yang tidak normal. Struktur hutan jati di Jawa saat ini didominasi
oleh kelas umur muda. Keadaan ini membuat pemasukan perusahaan menjadi
turun sehingga peluang hasil hutan non kayu mulai dipandang menjanjikan.
Pemanfaatan hasil hutan non kayu dapat berupa bambu, rotan dan gondorukem,
terpentin, madu, minyak atsiri, dll.
Permintaan dunia terhadap minyak atsiri saat ini meningkat 8-10%
(Untung, 2009). Hal ini terjadi karena masyarakat menyadari pentingnya minyak
atsiri untuk industri parfum, kosmetik dan kesehatan. Selain itu pola pikir
masyarakat yang sudah mulai berubah dari mengkonsumsi bahan-bahan senyawa
sintetik ke bahan alami. Salah satu jenis minyak atsiri yang paling banyak
dikonsumsi dalam negeri dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah minyak
kayu putih. Dalam perekonomian nasional peranan industri penyulingan minyak
kayu putih cukup besar dalam meningkatan pendapatan petani, menyerap tenaga

kerja, menghemat devisa, dan memanfaatkan lahan secara optimal (Astana, 2007).
Pengusahaan minyak kayu putih dapat dikatakan menyerap tenaga kerja karena

1

2

industri ini bersifat padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja mulai dari
kegiatan persemaian sampai pemetikan daun kayu putih, penyulingan di pabrik
sampai pengolahan limbah daun.
Minyak kayu putih merupakan salah satu sumber pendapatan hasil hutan
non kayu bagi Perum Perhutani yang luas kawasannya mencapai 0,85% dari
seluruh kawasan (Astana, 2007). Luas kawasan Hutan Kayu Putih Perhutani
sebesar 24.255,56 ha yang terdiri dari Divisi Regional Jawa Tengah seluas 2.819
ha, Divisi Regional Jawa Timur seluas 8.121 ha, dan Divisi Regional Jawa Barat
seluas 13.315,56 ha. Dari luasan tanaman kayu putih tersebut terdapat Pabrik
Minyak Kayu Putih (PMKP) Perhutani yang terletak di Divisi Regional Jawa
Tengah (PMKP Krai-Gundih), Divisi Regional Jawa Timur (PMKP SukunMadiun), Divisi Regional Jawa Barat (PMKP Jatimunggul-Indramayu. Hasil ratarata produksi minyak kayu putih oleh Perum Perhutani dan DI Yogyakarta sekitar
300-350 ton/tahun. Produksi minyak kayu putih dari Jawa Barat dan Timur
sebesar 40-50 ton/tahun. Kontribusi Perhutani sebesar 80% dari total kebutuhan

minyak domestik yang diperkirakan sebesar 1.500 ton/tahun dengan kemampuan
hanya sekitar 400-500 ton/tahun.

Sehingga kebutuhan minyak kayu putih di

impor dari China dengan total nilai ekspor Rp79,88 milyar (asumsi 1 kg MKP =
Rp75.000) (puspijak.org, 2014).
Salah satu pabrik yang mengelola daun kayu putih adalah PMKP Sukun
terletak di Kabupaten Ponorogo yang merupakan pabrik penyulingan minyak
kayu putih di Jawa Timur. Bahan baku penyulingan minyak kayu putih di PMKP
Sukun berasal dari KPH Madiun, KPH Lawu, KPH Pasuruan dan KPH

3

Mojokerto. Harga bahan baku daun kayu putih sebesar Rp170,00 per kg. Harga ini
merupakan harga pengoperan dari KPH yang bersangkutan ke PMKP Sukun.
Harga bahan baku ini tentunya mempengaruhi harga jual minyak kayu putih di
PMKP Sukun yang sekarang ini sebesar Rp190.000,00 per kg. Saat ini, pabrik
tersebut mampu mengolah 9000-10.000 ton daun kayu putih per tahun atau setara
dengan 68.000 kg minyak kayu putih dengan rendemen 0,68%. Melihat hal ini

perlu dilakukan penelitian tentang harga pokok produksi daun kayu putih maupun
minyak kayu putih berdasarkan biaya produksi karena harga pokok merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendapatan berkaitan erat dengan
keuntungan yang akan diterima perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah
Penetapan harga pokok produksi kayu putih dan minyak kayu putih oleh
Perum Perhutani selama ini hanya berdasarkan harga pada periode sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini merumuskan :
1. Berapakah harga pokok produksi daun kayu putih pada KPH Madiun dengan
metode pendekatan biaya produksi?
2. Berapakah harga pokok produksi minyak kayu putih pada PMKP Sukun
dengan metode pendekatan biaya produksi?

4

1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Harga pokok produksi daun kayu putih yang pantas pada KPH Madiun
dengan metode pendekatan biaya produksi.

2. Harga pokok produksi minyak kayu putih pada PMKP Sukun dengan
metode pendekatan biaya produksi.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, seperti :
1. Sebagai pertimbangan perusahaan dalam menentukan harga pokok dan
pengendalian biaya pengusahaan kayu putih.
2. Sebagai pertimbangan perusahaan dalam menetapkan harga jual minyak
kayu putih yang paling menguntungkan.
3. Sebagai referensi penelitian sejenis.