Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupannya dapat dihadapkan pada risiko-risiko, baik menyangkut harta benda maupun keselamatan hidupnya. Risiko berupa kecelakaan dapat terjadi karena kelalaian, kesalahan bahkan faktor lain diluar dugaan manusia. Kecelakaan selalu ingin dihindari oleh manusia karena dapat menyebabkan kerugian, baik dalam hal harta benda, kecacatan tubuh bahkan kematian.

Upaya untuk meminimalkan dan mengatasi kerugian yang terjadi akibat kecelakaan dibentuklah lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih risiko pihak lain berupa lembaga asuransi, dalam hal ini

adalah perusahaan-perusahaan asuransi.1 Berdasarkan Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD) dalam Pasal 246 menyebutkan bahwa : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung, mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena sesuatu peristiwa yang tak tentu.”

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian (selanjutnya disebut dengan UUP) menyebutkan bahwa :

1

Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001 , hal. 5.


(2)

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.”

Perkembangan asuransi di masyarakat cukup pesat, dapat dilihat dari jenis jenis asuransi saat ini seperti asuransi kerugian, asuransi jiwa, asuransi sosial, dan

asuransi varia yang diatur dalam berbagai undang-undang. 2

Asuransi yang bergerak di bidang sosial merupakan asuransi yang diwajibkan oleh undang-undang, bukan berdasarkan perjanjian para pihak. Pemerintah merupakan penyelenggara asuransi di bidang sosial yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) yang dikarenakan asuransi di bidang sosial merupakan jenis asuransi wajib

(Compulsory Insurance) dimana dananya dihimpun dari masyarakat dan

diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat.3

Asuransi sosial mengenai kecelakaan lalu lintas di Indonesia terdiri dari Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut ASKEP) dan Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut ASKEL). Kedua asuransi sosial tersebut diatur di dalam undang-undang yang berbeda tetapi diamanatkan oleh PT. Jasa Raharja (Persero).

2

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal. 15.

3

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 214.


(3)

ASKEP diatur di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut UU-DPWKP). Undang-undang ini di laksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksana Dana Pertanggungan

Wajib Kecelakaan Penumpang (selanjutnya disebut PP-KKPDPWKP).

Penumpang yang ditanggung oleh ASKEP adalah penumpang yang sah dari alat angkutan umum penumpang, seperti kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional. Oleh karena skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab perusahaan asuransi Jasa Raharja dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya, maka penumpang yang dimaksud adalah penumpang yang sah dari alat angkutan penumpang umum yang beroperasi di jalan raya.

ASKEL diatur di dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut UU-DKLLJ). Undang-undang ini dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

(selanjutnya disebut PP-KKPDKLLJ)4

Penyelenggaraan ASKEP dan ASKEL dilaksanakan oleh pemerintah yang didelegasikan kepada PT Jasa Raharja (Persero) yang berdiri pada tanggal 28 Februari 1981 yang sebelumnya berbentuk Perusahaan Umum (Perum) Jasa

Raharja.5 Perusahaan asuransi Jasa Raharja bertanggung jawab untuk memberikan

santunan dana kecelakaan lalu lintas jalan kepada korban/ahliwaris kecelakaan

4 Ibid 5

Http:// jasaraharja.co.id/tentang-jasa-raharja/sejarah/ di akses tanggal, 10-03-2015, pukul, 12:09


(4)

lalu lintas jalan, baik dalam hal korban meninggal dunia, korban mendapat cacat tetap, korban mendapat perawatan dan pengobatan dokter, dan korban meninggal dunia yang tidak mempunyai ahli waris, kepada yang menyelenggarakan

penguburan diberikan pengganti biaya-biaya penguburan.6 Besarnya santunan

yang diberikan kepada korban maupun ahli warisnya berbeda-beda sesuai dengan akibat yang diderita si korban karena kecelakaan lalu lintas jalan tersebut.

Jumlah santunan yang diberikan kepada korban atau ahli warisnya berdasarkan UU-DPWKP diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan Dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum Di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara (selanjutnya disebut PMK 37/010/2008). Sedangkan berdasarkan UU-DKLLJ diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan Dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (selanjutnya disebut PMK 36/010/2008).

Pemberian santunan kepada korban atau ahli warisnya dilakukan PT. Jasa Raharja (Persero) apabila unsur terjadinya kecelakaan lalu lintas tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam UU-DPWKP dan UU-DKLLJ. Korban atau ahli warisnya terlebih dahulu mengajukan klaim untuk mendapatkan santunan akibat dari kecelakaan lalu lintas dengan mengisi data-data dan formulir yang dibutuhkan.

6

Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan


(5)

Namun dalam kenyataannya, korban kecelakaan lalu lintas jalan khususnya di daerah Sumatera Utara masih sulit untuk menerima dana pertanggungjawaban dari perusahaan asuransi Jasa Raharja yang menyebabkan korban kecelakaan lalu lintas jalan mengajukan klaim asuransi kepada perusahaan asuransi lainnya. Sehingga dibentuklah kesepakan bersama antara Kepolisian daerah Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sumatera Utara Nomor : B/02/I/2015 Nomor : 440.000/302/I/2015 Nomor : P/1/SP/2015 Tentang Penanganan dan Pendataan Korban Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Penyelesaia n Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Secara Terpadu untuk menyelesaikan masalah tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan asuransi menurut hukum positif di Indonesia?

2. Bagaimana perjanjian asuransi kecelakaan lalu lintas antara PT. Jasa

Raharja (Persero) dengan korban kecelakaan lalu lintas?

3. Bagaimana tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Medan dalam


(6)

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan asuransi menurut hukum

Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana perjanjian asuransi kecelakaan lalu lintas

antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan korban kecelakaan lalu lintas.

3. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab PT. Jasa Raharja

(Persero) Cabang Medan dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu pengetahuan hukum.

b. Diharapkan dapat memberikan referensi untuk pengembangan

terhadap Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

c. Dapat memberikan gambaran tentang klaim Asuransi Kecelakaan

Lalu Lintas Jalan.


(7)

a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan saya untuk menetapkan ilmu yang diperoleh.

b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang

manfaat dari Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penelitian, penulis sebelumnya melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Pusat dokumentasi dan informasi

hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 23 Februari 2015 yang menyatakan tidak ada judul yang sama.

Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H., M.Hum dan Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Departeman Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang saya ajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.


(8)

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun berbagai unsur yang termasuk dalam kajian penelitian penulis adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Asuransi

Pasal 246 KUH Dagang menyatakan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian di mana seorang penganggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian, karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang

diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian tidak pasti.7

Namun setelah UUP diberlakukan maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 1 ayat 1 UUP menyebutkan bahwa : “Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk ; memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

2. Perusahaan Perasuransi

7

Elsi Kartika Sari dan A. Simangungsong, Hukum dalam Ekonomi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 102.


(9)

Berdasarkan UUP dinyatakan perusahaan perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi. Perusahaan Asuransi meliputi perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan Asuransi Umum hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, termasuk reasuransi. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas.

Perusahaan Asuransi Syariah meliputi perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah. Perusahaan asuransi umum syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan dan usaha asuransi kecelakaan diri yang berdasarkan prinsip syariah, termasuk usaha reasuransi syariah untuk risiko perusahaan asuransi umum syariah. Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha anuitas, usaha asuransi kesehatan, dan usaha asuransi kecelakaan diri yang berdasarkan prinsip syariah.

Perusahaan reasuransi dapat menyelenggarakan usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapai oleh perusahaan asurasnsi, perusahaan penjamin, atau perusahaan reasuransi lainnya. Perusahaan Pialang Asuransi dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi. Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili perusahaan


(10)

asuransi dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak reasuransi. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha jasa penilaian kerugian atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada objek asuransi kerugian.

3. Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero)

Berdasarkan Akte Notaris Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981, berdirilah Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero) yang sebelumnya berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Hal ini dikarenakan terjadi kesulitan untuk melaksanakan UU-DPWKP yang dikarenakan masyarakat, baik dari pihak pemilik/pengusaha pengangkutan khususnya kendaraan bermotor dan para pengguna jasa angkutan penumpang umum yang menganggap hanya menambah beban mereka saja.

Pelaksanaan UU-DKLLJ tidak mengalami kesulitan khususnya dalam pemungutan sumbangan wajib dari para pemilik kendaraan bermotor karena dikaitkan dengan pengurusan STNK kendaraan bermotor. Pembayaran sumbangan wajib tersebut dibayarkan paling lama setiap akhir bulan Juni.

Setelah berbentuk PT (Persero), maka managemen dan teknis pemungutan iuran wajib dan sumbangan wajib disempurnakan sehingga Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero) dapat menjalankan kedua undang-undang tersebut dan

peraturan pelaksanaannya.8

F. Metode Penelitian

8

Radiks Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Djambatan, Jakarta, 1997, hal. 238


(11)

Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”; namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan

kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:9

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai

berikut:10

1. Logika dari penelitian ilmiah,

2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian,

3. Suatu sistim dari prosedur dan teknik penelitian.

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian hukum yang digunakan meliputi:

1. Yuridis Normatif (penelitian perpustakaan/library research)

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Sebenarnya suatu penelitian mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekuler. Di tempat inilah diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi mereka yang sedang melaksanakan penelitian. Penelitian dapat memilih dan menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat

memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.11

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal. 5 10

Ibid, hal. 5-6 11

Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 21


(12)

2. Yuridis Empiris (penelitian lapangan/field research)

Penelitian ini menunjukkan lapangan atau kancah adalah tempat para peneliti untuk mendapatkan data primer. Peneliti tidak seyogianya tidak hanya mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan. Kelengkapan

data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.12

Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) dilakukan dengan

metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan atau staf di PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan untuk mendapatkan informasi yang akurat, nyata, dan benar.

Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lai menjadi beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus penelitiannya. Lebih lanjut penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut sebagai berikut :13

a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi

kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji rangcangan undang-undang, pokok kajiannya adalahhukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setia orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin

hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum,

taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.

12

Ibid, hal. 21 13

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 52


(13)

b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya adalah hukum yang

dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial

yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup masyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum positif tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian. G. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibuatlah rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus (sub-sub pokok bahasan). Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian sebagai berikut :

Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II (Pengaturan Asuransi Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian), berisi tentang pengaturan asuransi berdasarkan Undang-Undang Perasuransian yang dimulai dari ruang lingkup usaha perasuransian, pendirian usaha, penyelenggaraan usaha, serta pembubaran, likuidasi, dan kepailitan.


(14)

Bab III (Perjanjian Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) yang meliputi tentang asuransi kecelakaan lalu lintas berdasarkan hukum positif di Indonesia, polis asuransi kecelakaan lalu lintas PT. Jasa Raharja (Persero), para pihak yang ditanggung oleh PT. Jasa Raharja (Persero) dalam kecelakaan lalu lintas, dan kedudukan ahli waris dalam polis asuransi.

Bab IV (Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Raya), akan dibahas seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai dengan data-data yang diperoleh dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan. Di dalamnya dibahas mengenai pengajuan klaim kepada PT. Jasa Raharja (Persero), tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya, serta pemberian santunan oleh PT. Jasa Raharja.

Bab V (Penutup), berisikan tentang kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan beberapa saran yang dianggap perlu yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.


(1)

Berdasarkan UUP dinyatakan perusahaan perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi. Perusahaan Asuransi meliputi perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan Asuransi Umum hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, termasuk reasuransi. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas.

Perusahaan Asuransi Syariah meliputi perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah. Perusahaan asuransi umum syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kesehatan dan usaha asuransi kecelakaan diri yang berdasarkan prinsip syariah, termasuk usaha reasuransi syariah untuk risiko perusahaan asuransi umum syariah. Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha anuitas, usaha asuransi kesehatan, dan usaha asuransi kecelakaan diri yang berdasarkan prinsip syariah.

Perusahaan reasuransi dapat menyelenggarakan usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapai oleh perusahaan asurasnsi, perusahaan penjamin, atau perusahaan reasuransi lainnya. Perusahaan Pialang Asuransi dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi. Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili perusahaan


(2)

asuransi dalam rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak reasuransi. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha jasa penilaian kerugian atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada objek asuransi kerugian.

3. Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero)

Berdasarkan Akte Notaris Nomor 49 tanggal 28 Februari 1981, berdirilah Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero) yang sebelumnya berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Hal ini dikarenakan terjadi kesulitan untuk melaksanakan UU-DPWKP yang dikarenakan masyarakat, baik dari pihak pemilik/pengusaha pengangkutan khususnya kendaraan bermotor dan para pengguna jasa angkutan penumpang umum yang menganggap hanya menambah beban mereka saja.

Pelaksanaan UU-DKLLJ tidak mengalami kesulitan khususnya dalam pemungutan sumbangan wajib dari para pemilik kendaraan bermotor karena dikaitkan dengan pengurusan STNK kendaraan bermotor. Pembayaran sumbangan wajib tersebut dibayarkan paling lama setiap akhir bulan Juni.

Setelah berbentuk PT (Persero), maka managemen dan teknis pemungutan iuran wajib dan sumbangan wajib disempurnakan sehingga Perusahaan Asuransi Jasa Raharja (Persero) dapat menjalankan kedua undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya.8

F. Metode Penelitian

8

Radiks Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Djambatan, Jakarta, 1997, hal. 238


(3)

Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”;

namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:9

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut:10

1. Logika dari penelitian ilmiah,

2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, 3. Suatu sistim dari prosedur dan teknik penelitian.

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian hukum yang digunakan meliputi:

1. Yuridis Normatif (penelitian perpustakaan/library research)

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Sebenarnya suatu penelitian mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekuler. Di tempat inilah diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi mereka yang sedang melaksanakan penelitian. Penelitian dapat memilih dan menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.11

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal. 5 10

Ibid, hal. 5-6 11

Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 21


(4)

2. Yuridis Empiris (penelitian lapangan/field research)

Penelitian ini menunjukkan lapangan atau kancah adalah tempat para peneliti untuk mendapatkan data primer. Peneliti tidak seyogianya tidak hanya mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan. Kelengkapan data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.12

Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) dilakukan dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan atau staf di PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan untuk mendapatkan informasi yang akurat, nyata, dan benar.

Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lai menjadi beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus penelitiannya. Lebih lanjut penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut sebagai berikut :13

a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji rangcangan undang-undang, pokok kajiannya adalahhukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setia orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.

12

Ibid, hal. 21 13

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 52


(5)

b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup masyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum positif tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian. G. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibuatlah rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus (sub-sub pokok bahasan). Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian sebagai berikut :

Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II (Pengaturan Asuransi Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian), berisi tentang pengaturan asuransi berdasarkan Undang-Undang Perasuransian yang dimulai dari ruang lingkup usaha perasuransian, pendirian usaha, penyelenggaraan usaha, serta pembubaran, likuidasi, dan kepailitan.


(6)

Bab III (Perjanjian Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) yang meliputi tentang asuransi kecelakaan lalu lintas berdasarkan hukum positif di Indonesia, polis asuransi kecelakaan lalu lintas PT. Jasa Raharja (Persero), para pihak yang ditanggung oleh PT. Jasa Raharja (Persero) dalam kecelakaan lalu lintas, dan kedudukan ahli waris dalam polis asuransi.

Bab IV (Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan Raya), akan dibahas seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai dengan data-data yang diperoleh dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan. Di dalamnya dibahas mengenai pengajuan klaim kepada PT. Jasa Raharja (Persero), tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Medan dalam menyetujui klaim terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya, serta pemberian santunan oleh PT. Jasa Raharja.

Bab V (Penutup), berisikan tentang kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan beberapa saran yang dianggap perlu yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.


Dokumen yang terkait

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

2 53 98

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

8 76 98

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

2 106 122

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

0 0 5

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

0 0 1

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

0 0 32

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

0 0 3

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 1 11

Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 0 8

Peran Dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) Dalam Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( Studi Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat)

0 0 11