Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Di Bidang Pasar Modal Melalui Pendekatan Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Chapter III V

BAB III
TANGGUNGJAWAB BAPEPAM SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI
PENGAWASAN DI PASAR MODAL TERHADAP ADANYA INFORMASI
YANG MENYESATKAN (MISLEADING INFORMATION)

A. Peranan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada Kegiatan Pasar
Modal dalam hal Terjadinya Informasi Yang Menyesatkan (Misleading
Information)
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberi tugas dan wewenang yang lebih luas dari
sekedar menjalankan fungsi pengawasan. Pembinaan pengaturan, dan pengawasan
pasar modal sehari-hari dilakukan oleh Bapepam. 57 Pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan tersebut bertujuan terciptanya kegiatan pasar modal yang efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 58
1. Kehati-hatian (prudential);
2. Melindungi (protective);
3. Organisasi (organizational);

57
58


Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

4. Struktural (structural); 59
Masalah kehati-hatian dapat dilihat dari persyaratan kelayakan modal bagi
para perantara dengan melengkapi system monitoring dan unit penegakan hukumnya.
Untuk elemen melindungi, antara lain dengan meneruskan kerangka hubungan antar
pemain pasar dan para nasabahnya, antara pemodal kecil dan pemodal besar.
Ditekankan pada masalah keterbukaan, hubungan bentuk dan tanggungjawab saling
percaya. Elemen organisasi berkaitan dengan pendirian bursa, lembaga kliring dan
system informasi informasi. Adapun elemen struktural memperkenankan pemerintah
mengatur keseimbangan pasar modal antara lain pengaturan mengenai batasan usaha
lembaga perantara, jenis instrumen yang boleh diperdagangkan, serta mekanisme
peran pemodal asing.
Keempat

pengaturan

pengawasan


tersebut

didalam

praktek

dalam

pelaksanaannya dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-undangan,
pemantauan pasar, penyidikan dan tuntutan, pemeriksaan dan pengajuan prospektus
dan dokumen perusahaan lain, audit laporan keuangan, pengawasan bursa, lembaga
kliring dan perusahaan jasa lain yang berkaitan, kesemuanya apabila dipraktekkan
secara baik akan memerlukan efisiensi, kewenangan dan stabilitas pasar.
Kewenangan Bapepam diatur secara rinci pada Pasal 5 UUPM. Diperoleh
petunjuk bahwa sebenarnya dari beberapa definisi di atas, Bapepam telah
menjalankan fungsi pengendalian dari sekedar pengawasan. Terbukti dengan pasal 5
59

Jusuf Anwar, Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal di
Indonesia dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional, (Bandung: Disertasi, Program

Pascasarjana, 2001), hal. 390

UUPM, Bapepam memiliki kewenangan untuk memberi izin, menetapkan
persyaratan (dalam istilah manajemen disebut sebagai kegiatan evaluasi), secara
membekukan dan membatalkan pencatatan saham (dalam istilah manajemen disebut
sebagai kegiatan korektif). Kewenangan Bapepam yang diberikan oleh UUPM
dijabarkan secara rinci dalam beberapa peraturan pelaksanaan, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar
modal, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.010/1995 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 90/KMK.010/2001 tentang Pemilikan Saham Perusahaan oleh Pemodal
Asing.
Bapepam dalam hal terjadinya informasi yang menyesatkan (misleading
information) yang dilakukan emiten atau pun pihak lain, yang dapat mempengaruhi
harga dan kegiatan perdagangan efek di pasar modal dapat memerintahkan
dihentikannya suatu kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap UUPM dan atau
peraturan pelaksanaannya, seperti memerintahkan emiten untuk menghentikan
pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi yang menyesatkan.
Sebaliknya Bapepam dapat memerintahkan dilakukannya suatu kegiatan tertentu
apabila dipandang perlu untuk mengurangi kerugian yang timbul dan atau mencegah

kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk
memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa. Dibutuhkan adanya landasan
hukum yang kokoh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang

melakukan kegiatan pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal
dari praktik yang merugikan.
Dalam rangka tujuan inilah Badan Pengawas Pasar Modal diberi kewenangan
untuk melakukan penyidikan, yang pelaksanaannya didasarkan pada Kitab Undangundang Hukum Pidana dan kewenangan publik lainnya, sebagai pengawas pasar
modal, Badan Pengawas Pasar Modal dalam menjalankan tugasnya untuk
menegakkan aturan main di pasar modal mempunyai kewenangan-kewenangan
fungsinya sebagai berikut:

1. Fungsi Pemeriksaan
Bapepam mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan
terhadap setiap pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. 60
Sebagai

konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas


terhadap kegiatan di pasar modal. Bapepam perlu diberi kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau
mencoba melakukan pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan
pelaksanaannya.
Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan di sini adalah serangkaian kegiatan
mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain yang

60

Pasal 5 huruf (e), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran atas
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 61
Dengan kewenangan ini Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau
keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undangundang tersebut. Dalam rangka pemeriksaan, Bapepam dapat melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan,
pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu.
b. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran

terhadap pasal 5 huruf e UUPM. Dan peraturan pelaksanaannya untuk
melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu.
c. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau
dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e. UUPM dan peraturan pelaksanananya,
maupun pihak lain apabila dianggap perlu.
d. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e UUPM dan peraturan

61

Pasal 1 butir (2) Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana, kegiatan pemeriksaan ini diartikan sebagai tindakan
penyelidikan sebagaimana didefenisikan dalam Pasal 1 butir 5 Undang-undang tersebut.

pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam
rangka penyelesaian kerugian yang timbul.
Disamping itu, dalam tahap pemeriksaan ini Bapepam dapat memerintahkan
dihentikannya suatu kegiatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal, seperti memerintahkan emiten atau perusahaan publik untuk
menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi yang
menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat mengurangi kerugian yang timbul dan
atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan emiten atau perusahaan
publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa. 62
Data, informasi, bahan dan atau keterangan lain dikumpulkan dalam rangka
pemeriksaan tersebut sudah dapat digunakan oleh Bapepam untuk menetapkan
sanksi administratif apabila pelanggaran tersebut hanya bersifat administratif saja.
Tapi apabila pelanggaran tersebut telah mengarah kepada tindak pidana, maka
perlu ditindaklanjuti dengan penyidikan.
2. Fungsi Penyidikan
Apabila Bapepam menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke
tahap penyidikan, maka data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain tersebut
dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan. 63 Hal ini tidak
berarti bahwa tindakan penyidikan harus didahului oleh tindakan pemeriksaan.
62

Pasal 5, huruf (f) Pasal 5 huruf (e) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal

63

Penyidikan di Pasar Modal Merupakan Serangkaian Tindakan Penyidik untuk Mencari
serta Mengumpulkan Bukti yang Diperlukan sehingga dapat Membuat Terang tentang Tindak Pidana
yang Terjadi di Pasar Modal, Menemukan Tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang
ditimbulkannya.

Artinya apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu
merupakan pelanggaran dan mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan pasar
modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat, maka
tindakan penyidikan sudah dapat dimulai sebagaimana dimaksud dalam pasal 101
ayat (1) Pasal 5 huruf e UUPM.
Pelanggaran yang terjadi di pasar modal sangat beragam dilihat dari segala jenis,
modus, operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu
Bapepam diberikan kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari
pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskan ke tahap penyidikan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari berbagai sudut pandant, misalnya
pertimbangan aspek yuridis dan ekonomis. Apabila kerugian yang ditimbulkan
membahayakan sistem pasar modal atau kepentingan pemodal ada atau
masyarakat, atau apabila tidak tercapai penyelesaian atas kerugian yang telah

timbul, Bapepam dapat memulai tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan
tindak pidana.
Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. PPNS
dilingkugnan Bapepam diangkat oleh Menteri Kehakiman. 64 Dalam melakukan
penyidikan, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang
kepada Bepapam antara lain : 65

64
65

Penjelasan Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Pasal 101 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana di bidang pasar modal.
b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang pasar modal.
c. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat
dalam tindak pidana dibidang pasar modal.

d. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap
pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di
bidang pasar modal.
e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal.
f. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap
barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang pasar modal.
g. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak
yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar
modal.
h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang pasarmodal.
i. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
Cara represif seperti diuraikan di atas perlu diimbangi dengan cara preventif,
yaitu dengan mengembangkan suatu mekanisme agar perdagangan efek dapat
berjalan dengan wajar, teratur dan efisien. Pelaksanaan transaksi yang demikian
dapat diwujudkan apabila para pelaku pasar memiliki dedikasi yang tinggi dan
selalu mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku. Tindak pidana yang

masuk dalam kategori delik kejahatan di pasar modal, lazim disebut sebagai
tindak penipuan, manipulasi pasar, perdagangan orang dalam, serta kegiatankegiatan dipasar modal yang dilakukan tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran
seperti yang diatur dalam UUPM. 66

66

Lihat Pasal 103 ayat (1), Pasal 104, Pasal 107 dan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal

3. Fungsi Penyelesaian Perselisihan
Dalam fungsinya sebagai pembina pasar modal, Bapepam melalui Biro transaksi
dan lembaga efek dapat bertindak sebagai penyelesaian perselisihan antar anggota
bursa. 67 Dalam prakteknya jarang terjadi perselisihan yang diajukan ke Bapepam.
Hal ini dikarenakan pada tingkat pertama telah ada badan yang menangani
perselisihan-perselisihan tersebut, yaitu Komite Disiplin anggota yang merupakan
bagian dari lembaga Bursa Efek. 68 Mekanisme perselisihan oleh Komite Disiplin
anggota adalah sebagai berikut : 69
a. Setiap perselisihan yang timbul antara anggota bursa dapat diajukan kepada
Komite Disiplin anggota untuk mendapatkan saran penyelesaian.
b. Dalam hal perselisihan sebagaimana dimaksudkan di atas melibatkan
kepentingan salah satu anggota komite, baik sebagai perusahaan efek maupun
sebagai individu, maka anggota komite yang bersangkutan dilarang
menggunakan kewenangannya sebagai anggota komite dalam menyelesaikan
kasus tersebut.
c. Cara komite mengambil keputusan secara singkat dapat diuraikan sebagai
berikut: 70
1). Komite disiplin anggota terlebih dahulu mengusulkan tercapainya
perdamaian antar para pihak yang berselisih.
2). Apabila dipandang perlu komite tersebut dapat menyelenggarakan dengan
pendapat (hearing) dengan para pihak yang terkait sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambil keputusan.
3). Saran penyelesaian yang diputuskan dalam rapat komite itu dan
disampaikan kepada anggota bursa yang berselisih melalui direksi bursa efek.

67

Biro Transaksi dan Lembaga Efek dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
503/KMK/01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, bertugas antara
lain melakukan Pembinaan terhadap Lembaga-lembaga yang Terlibat dalam Transaksi Efek di Bursa
68
Komite Disiplin Anggota merupakan Panitia yang Dibentuk oleh Direksi, yang terjadi dari
Wakil-wakil Anggota Bursa serta Bertindak sebagai lembaga yang dapat Membantu Penyelesaian
Perselisihan yang Timbul antara Anggota Bursa.
69
Huruf f butir (1) dan butir (2) Peraturan No. III tentang Keanggotaan Bursa, lampiran Surat
Keputusan Direksi PT. BEJ No. Kep-05/BEJ/XII1993 Tanggal 28 Desember 1993.
70
Huruf f butir (3) Peraturan No. III tentang Keanggotaan Bursa, lampiran Surat Keputusan
Direksi PT. BEJ No. Kep-05/BEJ/XII1993 Tanggal 28 Desember 1993

4. Fungsi Pemeriksaan Keberatan
Bapepam berwenang menerima dan memberi keputusan atas pengajuan keberatan
dari anggota-anggota bursa efek yang tidak puas atas sanksi yang diberikan oleh
bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan
penyelesaian. 71 Namun demikian, saat ini belum terdapat peraturan yang
mengatur mengenai tata cara pengajuan keberatan tersebut, dan dalam praktik
belum pernah ada pihak yang mengajukan keberatan tersebut kepada Bepapm.
Hal ini karena Bursa Efek telah memberikan sanksi yang berlapis bagi pelanggar.
Maksud pemberian sanksi secara berlapis adalah atas suatu pelanggaran,
diberikan sanksi melalui beberapa tahap, misalnya dengan teguran pertama,
kedua, dan ketiga, kecuali untuk pelanggaran-pelanggaran tertentu yang akibatnya
sangat luas atau menimbulkan kerugian yang besar dengan tidak menggunakan
sanksi yang bertahap.
5. Fungsi Pengenaan Sanksi Administratif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan
wewenang kepada Bapepam berdasarkan pasal 102 ayat (1) untuk mengenakan
sanksi administratif atas pelanggaran aturan main di pasar modal oleh pihak-pihak
yang memberikan izin, persetujuan, atas pendaftaran dari Bapepam. Pihak-pihak
tersebut antara lain emiten, perusahaan publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan

71

Kewenangan Menerima Keberatan ini diatur dalam Pasal 5 huruf (l) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menegaskan bahwa Bapepam Berwenang memeriksa
Keberatan yang Diajukan oleh Pihak yang Dikenakan Sanksi oleh Bursa, LKP, dan LPP serta
memberikan Keputusan Membatalkan atau Menguatkan Pengenaan Sanksi Dimaksud.

Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksadana, Perusahaan
Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Perdagangan Efek, Wakil Manejer Investasi, Biro Administrasi Efek, dan pihak
lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
Ketentuan ini juga berlaku bagi Direktur, Komisaris dan setiap pihak yang
memiliki sekurang-kurangnya lima persen saham emiten atau perusahaan
publik. 72
Bentuk-bentuk sanksi administratif di pasar modal sebagaimana diatur dalam
UUPM ada tujuh jenis, yaitu : 73
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Peringatan tertulis.
Dengan dengan membayar sejumlah uang.
Pembatasan kegiatan usaha.
Pembekuan kegiatan usaha.
Pencabutan izin usaha.
Pembatalan persetujuan.
Pembatalan pendaftaran.

Dalam mengenakan suatu sanksi administratif, Bapepam perlu memperhatikan
aspek pembinaan terhadap semua pihak yang bertindak sebagai pelaku pasar,
dikenakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dapat berupa keterlambatan
penyampaian laporan oleh para pihak yang dikenakan kewajiban penyampaian
pelaporan baik yang sifatnya berkala maupun insidentil. Keterlambatan pelaporan
tersebut dikenakan sanksi denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
tertentu ke kas negara sesuai dengan lamanya keterlambatan. Pengenaan sanksi
72

Penjelasan Pasal 102 UUPM jo Pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
73
Pasal 102 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

administratif juga dilakukan atas pelanggaran administratif lainnya yang
akibatnya tidak merugikan pihak lain secara langsung maupun tidak langsung. 74
Lembaga pengawas pasar modal yang berikan kepada Bapepam mempunyai
wewenang yang luas. Wewenang ini diatur dalam Bab II Pasal 3 hingga Pasal 5
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal wewenang yang
diberikan tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan terciptanya pasar modal yang
teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Secara garis besar wewenang tersebut diuraikan sebagai berikut :
Pertama, wewenang memberi izin usaha kepada bursa efek dan lembaga-lembaga
penunjangnya, yaitu lembaga kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, reksa dana, perusahaan efek, penasehat investasi dan biro
administrasi efek. Kedua, wewenang memberi izin perorangan untuk mewakili
perantara pedagang efek, wakil penjamin emisi efek dan wakil manajer investasi.
Ketiga, wewenang menyetujui pendirian bank kustodian. Keempat, wewenang
menyetujui pencalonan atau pemberhentian komisaris, direktur serta menunjuk
manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, sampai dipilihnya komisaris dan direktur baru.
Kelima, wewenang memeriksa dan menyidik setiap pihak terjadi pelanggaran
terhadap UUPM. Keenam, wewenang pembekuan atau pembatalan pencatatan
suatu efek. Ketujuh, wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek

74

Misalnya berupa Sanksi Denda yang Dikenakan bagi Perusahaan Efek yang tidak
Memenuhi Ketentuan Persyaratan Modal Kerja Bersih Disesuaikan.

dalam keadaan darurat. Kesembilan, wewenang bertindak sebagai lembaga
banding bagi pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek maupun lembaga
kliring dan penjamin. 75
Selain kewenangan tersebut Bapepam juga masih memiliki kewenangan yang
bersifat teknis lainnya. Kewenangan yang dimiliki Bapepam ini harus juga
dibarengi dengan tindakan untuk senantiasa melakukan pembinaan, guna
mewujudkan mekanisme pasar yang efisien, wajar dan teratur. Bapepam beserta
lembaga-lembaga yang terkait dengan pasar modal harus berperan serta dalam
usaha mewujudkan perekonomian yang tangguh. Dalam rangka melaksanakan
peran strategis tersebut, pasar modal perlu didukung oleh infrastruktur yang
memadai kerangka hukum yang kokoh dan sikap professional dari pelaku pasar
modal. Infrastruktur pasar modal dapat disebut memadai apabila telah dilengkapi
dengan unsur pengawasan, Self Regulatory Organization (SRO), kliring,
penyelesaian dan penyimpanan yang baik. Pasar modal yang memiliki kerangka
hukum yang kokoph adalah apabila telah mempunyai landasan hukum baik
berupa Undang-udnang maupun Peraturan pelaksanaannya yang mengatur segala
aspek kegiatan pasar modal itu sendiri. Disamping itu pelaku pasar modal dapat
disebut professional apabila mereka memiliki kemampuan teknis yang diperlukan
dan menjunjung tinggi etika profesinya masing-masing. Bursa efeknya misalnya,
dikatakan Self Regulatory Organization (SRO), wajib menyediakan sarana
perdagangan yang efisien dan aman serta melaksanakan pengawasan terhadap
75

Jusuf Anwar, Loc.cit

anggotanya. Sebagai Self Regulatory Organization (SRO), bursa efek diberi
kewenangan mengeluarkan peraturan atas persetujuan Bapepam dan menegakkan
peraturan yang berhubungan dengan kegiatannya. Diantaranya peraturan
mengenai pencatatan efek, keanggotaan bursa dan perdagangan efek, saham bursa
efek hanya dapat dimiliki oleh perusahaan efek yang menjadi anggota bursa efek
yang bersangkutan. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efektif. Pada saat ini terdapat 2 (dua)
bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES). Kedua bursa efek tersebut harus mampu menciptakan suatu kondisi yang
dapat mendorong peranan perusahaan efek yang menjadi anggotanya, sehingga
pada akhirnya dapat merangsang minat pemodal domestik melakukan investasi
dengan aman efisien, dan terjangkau (murah) di pasar modal. Dengan
meningkatnya peranan pemodal domestik, diharapkan hal tersebut tidak hanya
menguntungkan bursa efek dan pemodal secara ekonomis, tapi juga
meningkatkan keinginan pemodal untuk lebih giat berpartisipasi dan memiliki
tanggungjawab untuk tetap mempertahankan kelangsungan bursa efek di
Indonesia. 76

76

Ibid

B. Tindakan Bapepam Terhadap Informasi yang Menyesatkan (Misleading
Information) di Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur tentang
adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau
perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik untuk
menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya baik dari segi keuntungan,
manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada
masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Terhadap adanya indikasi
terjadinya pelanggaran dan tindak pidana dibidang pasar modal Bapepam melakukan
pemeriksaan dan atau penyidikan atas setiap dugaan pelanggaran dan tindak pidana
tersebut. Pemeriksaan dan atau penyidikan yang dilakukan berdasarkan data, hasil
analisis, laporan yang disampaikan oleh para pelaku pasar modal ataupun investor,
pemberitaan media massa maupun hasil temuan Bapepam sendiri. Dalam
menjalankan fungsi pengawasan untuk melindungi para investor dalam bertransaksi,
perlindungan yang diberikan Bapepam kepada investor adalah dalam bentuk
menjalankan peraturan perundang-undangan hukum (law enforcement).
Pertanggungjawaban Bapepam adalah sebatas dengan fungsi dan kewenangan
yang dijalankannya. Bapepam dalam melakukan pemeriksaan terhadap adanya
dugaan pelanggaran tersebut demi kepentingan pemodal berwenang untuk
menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu untukjangka waktu tertentu.

Bursa efek pun secara independen berdasarkan Keputusan Direksi PT. Bursa
Efek Jakarta Nomor Kep-565/BEJ/11-2003 tentang Peraturan II-A tentang
perdagangan efek, dalam rangka menjaga terlaksananya perdagangan efek yang
wajar, teratur dan efisien bursa dapat melakukan penghentian sementara pelaksanaan
perdagangan efek dibursa dalam hal terjadinya penurunan atau kenaikan harga-harga
saham yang tajam secara menyeluruh dibursa : Jakarta Automatic Trading System
(JATS) tidak berfungsi sebagaimana mestinya atas permintaan tertulis dari KPEI
sehubungan dengan tidak berfungsinya sistem kliring dan penjaminan KPEI;
terjadinya force majeure. Penghentian sementara perdagangan dibursa jika melebihi
satu sesi perdagangan harus mendapat persetujuan Bapepam.
Kedudukan Bapepam selaku pengawas untuk melakukan kewenangan dengan
cara preventif dalam bentuk membuat aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.
Secara represif dilakukan dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan
sanksi-sanksi. Dalam melakukan pemeriksaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal dapat
melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Meminta keterangan dan atau informasi, serta memeriksa catatan, pembukuan,
dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu.
2. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran
terhadap untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu.

3. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau
dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran UUPM dan peraturan pelaksanaannya, maupun pihak lain apabila
dianggap perlu.
4. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya untuk
melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian
yang timbul.
Selanjutnya apabila terdapat bukti yang cukup telah terjadi suatu tindak
pidana maka pemeriksaan dapat diteruskan pada tahap penyidikan. Tindakan untuk
memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah
memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. Dalam melakukan penyidikan ini,
kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang Bapepam antara lain :
1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana di bidang pasar modal.
2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan
tindak pidana dibidang pasar modal.
3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
tindak pidana dibidang pasar modal.
4. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap
pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang
pasar modal.

5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang pasar modal.
6. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap
barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan
terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang pasar modal.
7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal.
8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang pasar modal.
9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
Untuk itu dalam melakukan pemeriksaan, Bapepam haruslah dipenuhi normanorma yang disebut dengan norma-norma pemeriksaan, yang terdiri dari norma
pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksa, norma pemeriksaan yang
menyangkut dengan pemeriksaan dan norma pemeriksaan yang menyangkut dengan
pihak yang diperiksa.
Tindak pidana di pasar modal sebagaimana diatur dalam pasal 110, terbagi
dalam dua bentuk yaitu pelanggaran dan kejahatan. Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 103 ayat (2), pasal 105, dan pasal 109 UUPM dikategorikan
sebagai pelanggaran, sedangkan tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 103 ayat
(1), pasal 104, pasal 106, dan pasal 107 dikategorikan sebagai kejahatan. Memberikan
informasi yang menyesatkan (misleading information) sehingga mempengaruhi harga

efek di bursa merupakan kejahatan. Berdasarkan pasal 104 UUPM, kejahatan seperti
ini diberikan sanksi hukuman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah).
Berdasarkan pasal 101 ayat 1, tidak semua pelanggaran terhadap UUPM dan
atau peraturan pelaksanaannya harus ditindaklanjuti ketahap penyidikan karena hal
tersebut dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan efek secara
keseluruhan. Sehingga dalam prakteknya Bapepam jarang melanjutkan kasus yang
terjadi di pasar modal ke tahap penyidikan, dan lebih sering mengenakan sanksi
administratif.
Sebagai gambaran contoh penanganan kasus yang diambil Bapepam dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 1
Penyelesaian Kasus Oleh Bapepam Sampai Dengan Tahun 2010
Penyelesaian
Sanksi
Diteruskan ke
Administratif
penyidikan
3
1

Jumlah
Kasus

Selesai

Tidak
Selesai

2006

10

4

6

2007

39

28

11

25

3

2008

44

34

10

32

2

2009

44

33

11

31

2

2010

28

25

3

22

3

Tahun

Sumber : http/www.bapepam.go.id/annual report 2006-2010

Tabel 2
Penetapan sanksi sepanjang tahun 2010
Denda
183 emiten
Rp 6,29 miliar
17 manajer investasi
Rp 12,3 juta
76 perusahaan efek
Rp 6,9 miliar
16 penilai
Rp 45,8 juta
14 akuntan publik
Rp 55,3 juta
4 biro administrasi efek (BAE)
Rp 16,7 juta
5 bank kustodian
Rp 2,9 juta
4 self regulatory organizations (SROs)
Rp 3,3 juta
14 direksi/komisaris
Rp 14,7 miliar
10 perorangan (nasabah)
Rp 1, 3 miliar
Peringatan tertulis
2 Wakil Manajer Investasi
14 Akuntan Publik
2 Penilai
1 Direksi Emiten
Pencabutan izin usaha
2 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Manajer Investasi
1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek
1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek
2 Wakil Penjamin Emisi Efek
1 Wakil Perantara Pedagang Efek
2 Wakil Manajer Investasi
Pembekuan izin usaha
10 Akuntan Publik
1 Wakil Perantara Pedagang Efek

Sumber: catatan akhir tahun 2010 Bapepam-LK

C. Tanggungjawab Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Dalam Praktek
Sebagai Pelaksana Fungsi Pengawasan di Pasar Modal Terhadap Adanya
Informasi Yang Menyesatkan (Misleading Information) Dihubungkan
Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Badan pengawas pasar modal (Bapepam) menurut UUPM, diberi tugas dan
wewenang yang lebih luas dari sekedar menjalankan fungsi pengawasan. Fungsi
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan di pasar modal sehari-hari dilakukan oleh
Bapepam. Fungsi pembinaan, pengaturan, dan pengawasan tersebut bertujuan untuk
terciptanya kegiatan pasar modal yang efisien serta melindungi kepentingan pemodal
dan masyarakat. Untuk itu Bapepam mengawasi keterbukaan informasi yang

diwajibkan pada emiten dengan cara penyampaian berbagai pelaporan pada publik
baik melalui Bapepam maupun media massa. Pengawasan ini telah dilakukan mulai
dari saat dibuatnya pernyataan tersebut menjadi efektif, sampai dengan efek tersebut
diperjualbelikan di pasar sekunder, sebagaimana yang diatur dalam UUPM,
sedangkan ketentuan yang belum diatur secara terperinci dan belum terakomodir
dalam undang-undang pasar modal oleh Bapepam dibuat dalam bentuk peraturan
pasar modal.
Dalam menjaga keterbukaan informasi dan kepentingan pemodal, Bapepam
mengeluarkan berbagai peraturan yang diharapkan tidak ada lagi pelanggaranpelanggaran di pasar modal sehingga dapat terwujudnya pasar modal yang teratur,
wajar dan efisien. Apabila terjadi berbagai kasus pelanggaran dalam kegiatan pasar
modal, secara represif Bapepam melakukan pemeriksaan, penyidikan serta
menjatuhkan sanksi bagi pelakunya. Tidak terkecuali dengan kasus misleading
information. Dalam kasus misleading information yang dilakukan direksi dan
komisaris PT. Lippo E-net, Tbk misalnya Bapepam mengumpulkan data, informasi,
dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap
Undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya. Babepam meminta
keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau
dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran
terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya ataupun pihak lain apabila dianggap
perlu. Sebagaimana kewenangan yang diberikan dan prosedur yang disyaratkan
dalam pasal 100 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pasar Modal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT. Lippo Enet, Tbk tersebut, 77 Bapepam menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan
perseroan untuk denda, menanggung seluruh biaya registrasi saham dalam rangka
implementasi perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading), mengumumkan
melalui surat kabar mengenai perkembagnan terakhir kegiatan usaha perseroan.
Selain itu Bapepam juga menetapkan sanksi administratif berupa memberikan
peringatan pada direksi dan komisaris perseroan, untuk lebih cermat, teliti, dan
berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan
dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya, serta membayar
sejumlah denda. Pengenaan sanksi administratif dalam bentuk denda dengan
membayar sejumlah uang bertentu seperti yang dijatuhkan Bapepam seperti kasus di
atas merupakan kewenangan Bapepam. Sebagaimana diatur dalam pasal 102 jo pasal
101 ayat (1) UUPM, sanksi ini diberikan apabila kasus tersebut tidak dilanjutkan ke
tahap penyidikan, sebab berdasarkan pasal 101 ayat (1) Bapepam diberikan
kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran terhadap
perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang terjadi di pasar modal.
Apakah akan dilanjutkan ke tahap penyidikan atau tidak semua itu didasarkan juga
pada segi jenis, modus operandi, atau kerugian dari kasus itu sendiri. Sehingga tidak
semua pelanggaran terhadap UUPM dan aturan pelaksanaannya harus dilanjutkan ke
tahap penyidikan.

77

http://www.Bapepam.go.id, diakses tanggal 8 Juni 2011

Demikian dapat disimpulkan bahwa Bapepam terhadap adanya informasi
yang menyesatkan (misleading information) di pasar modal tidak bertanggungjawab
secara materil kepada investor. Bapepam bertanggungjawab sesuai dengan kewajiban
dan

kewenangan

yang

diberikan

kepadanya,

dengan

demikian

Bapepam

bertanggungjawab dengan cara melakukan pengawasan pelaksanaan kewajiban
keterbukaan, melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan terhadap transaksi bagi
emiten dan perusahaan efek yang melakukan pelanggaran demi terciptanya
mekanisme perdagangan dibursa secara teratur, wajar dan efisien. Sebaliknya yang
mestinya yang dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada investor jika terjadi
misleading information adalah pihak emiten, karena sebagai pemilik dan pihak yang
paling lama tahu mengenai segala sesuatu tentang efek, semestinya pihak emiten
tersebut lebih besar kemungkinan mengetahui tentang efek tersebut. Sehingga besar
kemungkinan emiten pulalah yang lebih mengetahui terdapat atau tidak terdapat
pengungkapan fakta material atau fakta non material yang seharusnya diketahui
publik, tidak diungkapkan dalam informasi yang disediakan untuk publik.

BAB IV
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DI BIDANG PASAR
MODAL MELALUI PENDEKATAN SISTEM PERADILAN PIDANA

A. Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Melalui Pernyataan Efektif
Kewajiban Informasi Emiten.
Penanggulangan suatu tindak pidana dengan menerapkan upaya penegakan
hukum tindak pidana di bidang pasar modal harus dilakukan secara terpadu
(integrited) dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindugan
kepada masyarakat 78 akan dampak dari penipuan atas informasi yang menyesatkan
(misleading information) terhadap informasi material yang sangat penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian atau fakta material yang dapat merugikan investor
dalam memutuskan membeli, menjual atau tetap menahan efek akibat pernyataan
tidak benar dan menyesatkan yang muncul sehingga mempengaruhi keputusan untuk
melakukan investasi bagi masyarakat pemodal baik dari anggota bursa, investor

78

Malcolm Devies, Hazel and Jane Tyrer, Criminal Justice, London Logman, 1995, page 4-6.
Seperti terpetik dalam Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang: UMM Pres,
2004), hal. 257-261, bahwa pelaksanaan sistem peradilan pidana sesuai dengan fungsi yang sebenarnya
akan membuat masyarakat terlindungi dari kejahatan. Fungsi yang harus dijalankan dalam
penyelenggaraan sistem peradilan pidana adalah melindungi masyarakat melalui upaya
penanggulangan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya
inkapasitas terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, menegakkan dan
memajukan the rule of law dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due prosess dan
perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan
membebaskan orang yang tidak bersalah yang tuduh melakukan kejahatan. Menjaga hukum dan
ketertiban, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut, membantu
dan memberi nasihat pada korban kejahatan.

maupun orang dalam emiten sendiri. Informasi-informasi yang dipandang material
dalam hal ini antara lain adalah informasi mengenai: 79
1. Penggabungan

usaha,

pengambilalihan,

peleburan

(merger,

acquisition,

consolidation) atau pembentukan usaha patungan.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham.
3. Adanya pendapatan dan deviden yang bersifat luar biasa.
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
5. Adanya produk atau penemuan baru yang berarti.
6. Terjadinya perubahan tahun buku perusahaan.
7. Terjadi perubahan dalam pengendalian atau adanya perubahan penting dalam
manajemen dengan ketentuan bahwa informasi-informasi tersebut dapat
mempengaruhi harga efek dan/atau dapat mempengaruhi keputusan untuk
melakukan investasi bagi masyarakat pemodal.
Oleh sebab itu, penentuan kategori pernyataan efektif kewajiban informasi
emiten cukup signifikan. 80 Penentuan ini didasarkan pada corak maupun sifat dari
tindak pidana penipuan di bidang pasar modal yang menempatkan Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal. Berdasarkan Pasal 173 dan 174 Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1548/KMK.013/1990 yang telah diubah

79

Lihat, Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 138
80
Ibid, hal. 120 bahwa penyediaan dan penyiapan informasi berkala yang akurat merupakan
suatu hal yang penting bagi perusahaan yang sudah merupakan perusahaan publik. Hal tersebut
diperlukan untuk mendapatkan publisitas dan meningkatkan perhatian terhadap perusahaan,
melakukan tindakan yang dapat membangun hubungan baik dengan masyarakat investor dan para
aktivis di bidang keuangan

dengan

Keputusan

Menteri

Keuangan

Republik

Indonesia

Nomor:

1199/KMK.010/1991 tentang Pasar Modal mewajibkan emiten dan perusahaan
publik untuk semua informasi secara berkala kepada Bapepam menyangkut:
1. Kewajiban Pelaporan secara berkala
a. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-199/PM/1992 tanggal 22 Januari 1992
tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi. Ketentuan ini
mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan hasil
emisi kepada Bapepam secara berkala setiap 3 (tiga) bulan (Maret, Juni,
September dan Desember), dan disampaikan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 bulan berikutnya.
b. Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-24/PM/1987 tanggal 24 Desember
1987 Lampiran V, tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Laporan
Keuangan dan Lampiran VII tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Keuangan Tahunan dan Tengah Tahunan dan Surat Edaran Ketua Bapepam
Nomor SE-05/PM/1992 perihal Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan.
Beberapa ketentuan dalam surat edaran tersebut telah diubah dengan Surat
Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-01/PM/1995 tanggal 20 Maret 1995.
Ketentuan tersebut antara lain menyangkut:
1). Penyampaian Laporan Keuangan Tengah Tahunan kepada Bapepam
dengan batasan waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah
tanggal tengah tahun buku, jika tidak disertai dengan laporan akuntan.
Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal tengah tahun

buku, jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan
terbatas. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal
tengah buku, jika disertai dengan laporan akuntan (audited).
2). Kewajiban menyampaikan laporan Keuangan Tahunan (audited) dengan
batas waktu selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah
tanggal penutupan tahun buku.
3). Kewajiban mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada
sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu
di antaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit di tempat
kedudukan emiten selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari
setelah tahun buku berakhir.
c. Peraturan Nomor IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-17/PM/1995 tanggal 9 Juni 1995. Ketentuan ini
mewajibkan emiten untuk menyampaikan Laporan Tahunan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Rapat Umum Tahunan Para
Pemegang Saham dilaksanakan.
2. Kewajiban Pelaporan yang bersifat insidentil
a. Peraturan Nomor: IX.C.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera
Diumumkan Kepada Publik, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-22/PM/1991 tanggal 19 April 1991. Ketentuan ini mengharuskan emiten
atau perusahaan publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari

kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan
penting dan relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan
atau keputusan investasi pemodal. Adapun keterangan yang diperkirakan
dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal antara lain sebagai
berikut:
1). Penggabungan usaha (merger), pembelian saham (acquisition), peleburan
usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan.
2). Pemecahan saham atau pembagian deviden saham (stock deviden).
3). Pendapatan dan deviden yang laur biasa sifatnya.
4). Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
5). Produk atau penemuan baru yang berarti.
6). Perubahan dan pengendalian (control) atau perubahan penting dalam
manajemen.
7). Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat
hutang.
8). Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
berarti jumlahnya.
9). Penjualan, pembelian atau kerugian aktiva yang berarti.
10). Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.
11).

Tuntutan

hukum

yang

penting

terhadap

perusahaan

pengurus/pengawas perusahaan.
12). Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.

dan/atau

13). Penggantian akuntan publik perusahaan.
14). Penggantian Wali Amanat.
15). Perubahan tahun fiskal perusahaan.
b. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang dalam dan
Pemegang Saham Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
Kep-09/PM/1991 tanggal 3 Oktober 1991. Ketentuan ini mengatur bagi setiap
Orang Dalam (insider) yang melakukan transaksi efek baik untuk pihak yang
terorganisasi juga bagi pemegang saham yang memiliki atau kepemilikannya
mencapai 5% atau lebih saham disetor wajib melaporkan kepada Bapepam
selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak terjadinya
transaksi.
c. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991 perihal
Pembelian Saham atau Pernyataan Pada Perusahaan lain. Ketentuan ini
mengatur tentang prosedur yang harus dilakukan oleh emiten, apabila nilai
transaksi (pembelian saham, penggabungan usaha, atau pembentukan
perusahaan baru) tersebut cukup material yaitu memenuhi kriteria berikut
yaitu: 5% dari pendapatan perusahaan atau 10% dari modal sendiri.
d. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-04/PM/1994 tanggal 7
Januari 1994. Ketentuan ini mengatur tentang transaksi yang mengandung
benturan kepentingan (conflict of interest).

Selanjutnya menyangkut penyataan efektif menyangkut emiten juga telah
digariskan dengan berbagai kewajiban pelaporan dan larangan-larangan dalam
melakukan kegiatan transaksi di pasar modal seperti yang diatur dalam pasal 85, pasal
86 (1), pasal 87 ayat (1,2) pasal 89 ayat (1), pasal 90 angka c, pasal 93 UUPM berikut
dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Nomor X.K.1
Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang
harus segera diumumkan kepada publik. Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua
Bapepam Nomor 80/PM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala, Peraturan Nomor X.M.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996
tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Peraturan Nomor X.K.5
Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi
Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.

B. Penerapan Prinsip Keterbukaan (disclosure) Dalam Penanggulangan Tindak
Pidana Penipuan di Bidang Pasar Modal
Emiten dan perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan informasi
kepada Bapepam menyangkut kewajiban pelaporan secara berkala dan kewajiban
pelaporan yang bersifat isedentil, disamping itu diperlukan juga menerapkan prinsip
keterbukaan atas fakta material dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan
atas informasi yang menyesatkan (misleading information). 81 Keterbukaan yang

81

Hamud M. Balfas, Op.cit, hal. 161 bahwa keterbukaan atau yang di dalam masyarakat pasar
modal lebih dikenal dengan disclosure, pada saat ini sebenarnya bukanlah monopoli pasar modal.

diprasyaratkan oleh UUPM pada dasarnya mencakup 2 (dua) hal yaitu keterbukaan
yang sifatnya berkala (periodic disclosure) dan keterbukaan yang sifatnya
berdasarkan adanya informasi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh emiten
(episodic disclosure). 82
Periodic disclosure mewajibkan emiten menyampaikan laporannya menurut
jangka waktu tertentu yang diwajibkan, misalnya emiten menjalankan kewajiban
menyampaikan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh emiten tiap kwartalan
(tiga bulan) atau tengah tahunan, sedangkan episodic disclosure merupakan laporan
yang harus disampaikan menurut adanya informasi atau kejadian peristiwanya yaitu
peristiwa yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi
misalnya peristiwa atau informasi seperti ini adalah sebagaimana yang diatur dalam
peraturan Bapepam terhadap beberapa peristiwa penting antara lain penggabungan
usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan. Selain
adanya kewajiban untuk menyampaikan keterbukaan informasi secara berkala dan
berdasarkan

kejadian

tersebut,

emiten

juga

diwajibkan

untuk

melakukan

pemutakhiran (updating) atas informasi yang disampaikan secara berkala dan

Keterbukaan juga bukanlah masalah baru. Hal ini karena keharusan melakukan keterbukaan telah
diwajibkan kepada perusahaan, khususnya Perseroan Terbatas, dalam batas-batas tertentu untuk waktu
yang cukup lama, karena memang merupakan salah satu cara Negara dalam menjalankan
administrasinya. Ini misalnya dapat dilihat pada adanya kewajiban untuk mempublikasi anggaran dasar
Perseroan Terbatas yang baru didirikan serta perubahannya di dalam lembaran negara serta
mendaftarkan perusahaan pada daftar perusahaan yang saat ini diselenggarakan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Di negara lain seperti Inggris misalnya kewajiban melakukan
keterbukaan dan publikasi ini paling sedikit telah ada sejak tahun 1844.
82
Dale Arthur Oesterle, The Inexorable March Toward A Continuous Disclosure
Requirement for Publicly Traded Corporations, Volume 20:135, tahun 1998, hal. 139-140 dalam
Hamud M. Balfas, Ibid, hal. 172

berdasarkan perkembangan atau perubahan material atas informasi yang telah
disampaikan sebelumnya sehingga informasi yang ada tidak menjadi menyesatkan
(misleading). 83 Erman Radjagukguk mengemukakan bahwa keterbukaan informasi
perusahaan diperlukan, sehingga investor mengetahui dengan pasti apa yang
dikerjakan oleh direksi perusahaan dan ke arah mana perusahaan tersebut bergerak,
sejauhmana keterbukaan ini dimungkinkan, hal-hal apakah yang bisa diinformasikan
oleh perusahaan kepada masyarakat dan sebaliknya hal-hal mana saja yang
diperlukan oleh masyarakat. 84
Kewajiban pemutakhiran ini timbul sebagai bagian dari kewajiban
keterbukaan terus menerus (continuous disclosure) yang harus dilakukan emiten.
Continuous disclosure tidak hanya mewajibkan emiten untuk menyampaikan setiap
perkembangan atau peristiwa baru kepada emiten, tetapi juga mengharuskan emiten
untuk selalu melakukan pemuktahiran (update) atas informasi yang telah disampaikan
sebelumnya atas peristiwa yang sama. Dengan demikian kewajiban pemuktahiran ini
juga timbul apabila ada kejadian yang meskipun tidak material, tetapi menjadi
penting untuk melihat masalah yang dihadapi oleh emiten secara keseluruhan.
Kewajiban ini juga timbul apabila informasi ini dibutuhkan untuk tidak membuat
informasi yang telah disampaikan menjadi menyesatkan (misleading) atau

83

Ibid, hal. 173
Erman Radjagukguk, Beberapa Ketentuan yang Perlu Dimuat Dalam Peraturan Pasar
Modal, Loka Karya Penegakan Hukum dalam Bidang Pasar Modal, Jakarta 28-29 Maret 1994, hlm. 3
84

membantah atau menguatkan desas-desus yang timbul mengenai keadaan emiten di
pasar. 85
UUPM mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan
penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan
publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik dari segi
keuangan, manajemen, produksi, maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan
usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting
bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Oleh karena
itu Undang-undang pasar modal mengatur mengenai adanya ketentuan yang
mewajibkan pihak yang melakukan penawaran umum dan memperdagangkan
efeknya dipasar sekunder untuk memenuhi prinsip keterbukaan. Setelah perusahaan
go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten sebagai perusahaan publik,
wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian
penting kepada Bapepam dan bursa efek. Seluruh laporan yang disampaikan oleh
emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya
dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman dilantai
bursa maupu