Analisis Yuridis Peran Criminal Justice System Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang

ANALISIS YURIDIS PERAN CRIMINAL JUSTICE SYSTEM
DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG

TESIS

Oleh :

IRWAN ANWAR
047005031 / HK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Irwan Anwar : Ananlisis uridis Peran Criminal Justice System Dalam Penanggulangan Tindak…, 2006
USU Repository © 2007

JURIDICAL ANALYSIS OF THE ROLE OF CRIMINAL JUSTICE
SYSTEM IN COPING WITH MONEY LAUNDERING
Irwan Anwar*

Bismar Nasution**
T.Kaizerina Devi A.**
Syafruddin S. Hasibuan**
ABSTRACT
The effect of economic globalization requires a country to protect the traffic of
economy by making a set of positive law. This factor becomes important because the
criminals can benefit from it through misleading of justice and using financial institution
as a safe place to keep and hide the illegal earnings known as money laundering. To let a financial
institution be used as a safe place for money laundering will bring a negative impact to a
country's economy; therefore, the Task Force (FATT). Before that (in June 2001),
Indonesia and the other 17 (seventeen) countries of the world was threatened to be
given an international integrity of criminal justice sub-systems is needed since money
laundering is categorized as a transnational organized crime and the actors have high
social status. In Indonesia, the making of law on money laundering is initially influenced by
international pushes which, among other things, came from the Financial Action Task
Force (FATT) and before that (June 2001), Indonesia together with 17 other countries was threatened to be given international sanction and put into the category of Non Cooperative
Countries and Territories (NCCTs) to combat money laundering.
This analytical descriptive study focuses on the problem of criminalization of
money laundering in positive law, the role of criminal justice system in coping with
money laundering, and several factors that hinder the process of coping with money

laundering. The data are collected through normative juridical approach by analyzing the
research problems based on the legal principles and referred to the norms found in the
legislation regulation. Secondary data are collected through library research and qualitatively
analyzed.
The result of this reveals that money laundering as a crime was formulated in Law
No.15/2002 which then was amended with Law No.25/2003 to meet the international
standard by including several types of crimes categorized as core crimes that the nature of the law
changed from "closed" to "open", to make the PPATK became more effective and to
develop international cooperation in coping with money laundering. The role of criminal
justice system in the process of money laundering law enforcement cannot be apart from
how to prove the criminal act of money laundering and to categorize the element of its
predicate crime. The role of criminal justice sub-systems is that important, for example,
the investigation done by Indonesian Police cannot be excluded from the information from
PPATK and the report from PJK. What we should have in mind is that the proof based on
the principles of Indonesian Criminal Code is one of the inhibiting indicators of money
laundering elimination. Therefore, it is suggested that the elimination of money
laundering need its own law of procedure.
Key words: Criminal justice system, criminal act of money laundering.

* Student, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of

Sumatera Utara.
** Lecturers, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of
Sumatera Utara
Irwan Anwar : Ananlisis uridis Peran Criminal Justice System Dalam Penanggulangan Tindak…, 2006
USU Repository © 2007

Analisis Yuridis Peran Criminal Justice System Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana
Pencucian Uang
Irwan Anwar*
Bismar Nasution**
T. Keizerina Devi, A**
Syafruddin S. Hasibuan**
ABSTRAK
Pengaruh globalisasi ekonomi mensyaratkan suatu negara harus memberikan
perlindungan terhadap lalu lintas perekonomian, misalnya dengan membuat perangkat
hukum positif. Faktor kriminalisasi ini menjadi penting karena arus globalisasi dapat
dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mencari keuntungan dengan jalan penyesatan dan
menggunakan lembaga keuangan sebagai tempat yang dianggap aman untuk menyembunyikan
dan menyamarkan hasil kejahatan, hal ini lazim diistilahkan sebagai kejahatan pencucian
uang. Membiarkan lembaga keuangan sebagai tempat yang aman bagi pelaku kejahatan

pencucian uang tentunya akan berdampak negatif terhadap perekonomian suatu negara, oleh
karenanya dalam pemberantasan kejahatan ini diperlukan keterpaduan antara sub sistem
peradilan pidana apalagi kejahatan semacam ini dapat dikategorikan sebagai transnasional
organized crime dan pelakunya memiliki status sosial yang tinggi.
Pada dasarnya perangkat undang-undang anti pencucian uang di Indonesia sebagai
salah satu langkah pemberantasan tindak pidana pencucian uang dipengaruhi oleh tuntutan
masyarakat Internasional yang memaksa dan mendesak Indonesia untuk melakukan
kriminalisasi dengan melihat bahayanya kejahatan tersebut bagi dunia Internasional. Desakan
Internasional antara lain datang dari Financial Action Task Force (FATF) dimana sebelumnya
(Juni 2001) Indonesia bersama 17 (tujuh belas) negara lainnya mendapat ancaman sanksi
Internasional serta dimasukkan sebagai negara yang tidak kooperatif dalam memberantas
pencucian uang (Non Cooperative Countries and Terytorries to Combat Money
Laundering/NCCTs).
Penelitian ini memfokuskan permasalah pada kriminalisasi tindak pidana pencucian uang
di dalam hukum positif, peran criminal justice system dalam penanggulangan tindak pidana
pencucian uang serta beberapa faktor yang menghambat penanggulangan tindak pidana
pencucian uang. Untuk mengumpulkan data dalam tesis ini dilakukan dengan penelitian yang
bersifat deskriptif analitis, pengumpulan data dengan cara deskriptif ini dilakukan pendekatan
yuridis normatif yaitu dengan melakukan analitis terhadap permasalahan dan penelitian melalui
pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang


* Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Hukum Universitas Sumatera Utara.
** Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Hukum Universitas Sumatera Utara.

Irwan Anwar : Ananlisis uridis Peran Criminal Justice System Dalam Penanggulangan Tindak…, 2006
USU Repository © 2007

terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan
data skunder yang berasal dari penelitian kepustakaan (library research) dan dianalisis
secara kualitatif.
Awal kriminalisasi pencucian uang di Indonesia dirumuskan di dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2002 yang kemudian diubah dengan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2003,
perubahan undang-undang ini dilakukan untuk memenuhi standar Internasional dengan
penambahan beberapa jenis kejahatan yang dikategorikan sebagai kejahatan asal (core crimes)
dari semula bersifat tetutup menjadi terbuka dan lebih mengefektifkan lembaga PPATK
serta membangun kerjasama dengan masyarakat Internasional dalam memerangi tindak
pidana pencucian uang. Peran criminal justice system dalam proses penegakan hukum TPPU
tidak terlepas dari bagaimana membuktikan TPPU dan mengkategorikan unsur predicate
crimenya. Peran sub-sub sistem peradilan pidana sedemikian penting misalnya penyidikan
yang dilakukan oleh Polri tidak terlepas dari informasi PPATK atas laporan PJK. Yang perlu

menjadi catatan bahwa beban pembuktian yang berdasarkan prinsip KUHAP menjadi salah
satu indikator penghambat pemberantasan TPPU, oleh karenanya diharapkan dalam
pemberantasan TPPU diperlukan hukum acara tersendiri.

-

Kata Kunci:
Criminal Justice System
Tindak Pidana Pencucian Uang

Irwan Anwar : Ananlisis uridis Peran Criminal Justice System Dalam Penanggulangan Tindak…, 2006
USU Repository © 2007