Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam
mendukung keberlangsungan perusahaan, terutama perusahaan yang telah go
public. Seiring dengan pesatnya perkembangan perusahaan-perusahan go
public, semakin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang
menjadi sumber informasi bagi para investor yang berguna sebagai dasar
memprediksi dan pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada perusahaan.
Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan go public ditandai dengan
semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebagai perusahaan yang go public. Melalui data yang diperoleh pada periode
Oktober 2015, perusahaan yang tercatat di BEI berjumlah 517 perusahaan. Hal
ini mengalami peningkatan dari periode yang sebelumnya pada Desember 2012
perusahaan yang terdaftar berjumlah 460 perusahaan. Dengan menjadi
perusahaan publik (go public), banyak sekali manfaat yang diperoleh
perusahaan, diantaranya: (1) memperoleh sumber pendanaan baru; (2)
memberikan

keunggulan


kompetitif

(competitif

advantage)

untuk

pengembangan usaha; (3) melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain
dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru; (4) peningkatan
kemampuan going concern; (5) meningkatkan citra perusahaan (company
image); dan (6) meningkatkan nilai perusahaan (company value). Perusahaan-

1
Universitas Sumatera Utara

perusahaan tersebut diwajibkan melaporkan laporan keuangan menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik yang
terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK). BAPEPAM-LK adalah sebuah lembaga yang memberikan

pengawasan terhadap pasar modal dan lembaga keuangan. Dalam peraturan
BAPEPAM Nomor: X.K.2 disebutkan bahwa laporan keuangan yang harus
disampaikan kepada BAPEPAM terdiri dari: (1) laporan posisi keuangan; (2)
laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4) laporan arus kas; (5)
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan jenis industrinya; (6) catatan atas laporan keuangan.
Regulasi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada tahun 1996,
BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan ketua BAPEPAM Nomor.Kep
80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor
independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan
keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Namun, sejak tanggal 30 September 2003 BAPEPAM semakin memperketat
peraturannya dengan dikeluarkannya lampiran surat keputusan ketua
BAPEPAM Nomor. Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan
keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus
disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga
(90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Contoh kasus perusahaan-


2
Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang terlambat menyampaikan pelaporan keuangan adalah pada
tanggal 7 Oktober 2005 BAPEPAM menjatuhkan denda masing-masing 150
juta rupiah kepada empat perusahaan (emiten) tercatat terlambat menyerahkan
laporan keuangan. Keempat perusahaan yang mendapat sanksi tersebut adalah
sebagai berikut: (1) PT.Great River International Tbk., (2) PT.Polysindo Eka
Perkasa Tbk., (3) PT.Texmaco Jaya Tbk., dan (4) PT.Kasogi International Tbk.
Regulasi ini diharapkan dapat membuat perusahaan untuk dapat menerbitkan
laporan keuangan tepat waktu. Namun kenyataannya, masih banyak
perusahaan

yang

terlambat

menerbitkan

laporan


keuangan.

Hal

ini

membuktikan bahwa regulasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat
mempengaruhi lamanya rentang waktu penerbitan suatu laporan keuangan.
Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi ketepatan waktu suatu perusahaan publik dalam
mengumumkan laporan keuangan kepada publik adalah lamanya jangka waktu
penyelesaian audit atas laporan keuangan akuntan karena laporan keuangan
harus memperoleh opini audit terlebih dahulu sebelum dapat dipublikasikan
(Bangun et al., 2012).
BAPEPAM sejak 12 Desember 2012 sudah beralih namanya menjadi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai fungsi pengawasan pasar modal.
Fenomena yang terjadi adalah bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih saja
menemukan beberapa keterlambatan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan go public. Tercatat pada periode 2 Januari 2013 sampai


3
Universitas Sumatera Utara

13 Agustus 2013 OJK telah menangani 30 kasus yang menimpa perusahaan
publik atau emiten yang terdaftar di bursa efek.
Ketepatan waktu (timeliness) laporan keuangan merupakan salah satu
karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan karena menentukan nilai
relevan suatu informasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
pemakai (users) dan penerima (beneficiaries) laporan keuangan. Informasi
laporan keuangan bagaimanapun, wajib tersedia dalam periode jangka pendek
suatu waktu. Begitu sebaliknya, laporan keuangan akan kehilangan nilai
ekonominya (Al-Ajmi, 2008).
Ketepatan waktu pelaporan keuangan meningkatkan kegunaan informasi
atau sebaliknya menurunkan nilai ekonomi informasi laporan keuangan. Hal ini
serupa dengan pengakuan yang dibuat oleh American Accounting Association
(AAA., 1955 & 1957), the Accounting Principles Board (1970), dan the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (1973). Selain itu,
adanya audit report lagARL juga membuat para shareholder untuk
membatalkan transaksi atas saham-saham (Ng & Tai, 1994) dalam (Apadore &

Mohd-Noor, 2013). Sehingga, ARL menimbulkan efek negatif terhadap
perusahaan. Agar ARLberkurang, informasi akuntansi yang disajikan haruslah
tepat pada waktunya (timely) dan dapat dihandalkan (reliable). Kedua unsur ini
sangat diperlukan sebagai katalisator untuk menciptakan kepercayaan diantara
para investor (Apadore & Mohd Nor, 2013).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2012) jika terdapat penundaan
yang tidak semestinya dalam pelaporan laporan keuangan maka informasi yang

4
Universitas Sumatera Utara

dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Hal ini menjelaskan pentingnya
relevansi yang tidak mungkin didapatkan tanpa adanya ketepatan waktu. Akan
tetapi, ketepatan waktu merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
dipisahkan dengan ARL. Audit report lag ARL merupakan jangka waktu
penyelesaian audit yang dihitung dari akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal
laporan hasil audit (Li et al., 2014). Oleh karena itu, auditor harus dapat
mengestimasi waktu penyelesaian audit untuk dapat mempublikasikan secara
tepat waktu. Ahmad & Kamarudin (2002) menyatakan bahwa :
“Audit report lag is the length of time from a company’s fiscal year-end to the

date of auditor’s report”
ARL di beberapa penelitian juga dikenal dengan istilah audit delay (Raja
Adzrin & Khairul Kamruddin, 2009) dalam Ammirul & Salleh (2014) dan
Afify (2009).
Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah konvergensi IFRS
(International Financial Reporting Standards) terhadap ARL. Konvergensi
IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global, serta
mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada
Desember 2007. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap dan
ditargetkan selesai pada pada tahun 2012 (BAPEPAM-LK., 2010). Pemerintah
Indonesia sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini
sejalan dengan kesepakatan antar negara-negara yang tergabung dalam G-20
yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang
berkualitas dan berlaku secara internasional.
5
Universitas Sumatera Utara

Program konvergensi PSAK ke IFRS juga merupakan salah satu
rekomendasi dalam Report on the Observance of Standards and Codes on

Accounting and Auditing yang disusun oleh assessor World Bank yang telah
dilaksanakan sebagai bagian dari Financial Sector Assessment Program /
FSASP (BAPEPAM-LK., 2010).
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis pengaruh IFRS terhadap
jangka waktu penyelesaian audit. Penelitian Margaretta & Soepriyanto (2012)
yang membuktikan bahwa penerapan IFRS tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Penelitian ini
didukung oleh Haryani & Wiratmaja (2014). Hal ini dikarenakan perusahaan
yang menerapkan IFRS, maka cenderung berpengaruh terhadap semakin
tingginya tingkat keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan serta
auditor pada perusahaan tersebut akan melakukan prosedur-prosedur audit
yang sama atas laporan keuangan baik yang belum maupun yang telah
menerapkan IFRS. Berbeda dengan Walker & Hay (2013), Habib & Bhuiyan
(2011) dalam Amirul & Salleh (2014), Sari (2012), serta Yaacob & CheAhmad (2012) berhasil membuktikan bahwa IFRS berpengaruh signifikan pada
keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Hasil ini disebabkan karena
kurangnya persiapan auditor dalam melakukan audit pada perusahaan yang
menerapkan IFRS. Laporan keuangan yang semakin kompleks setelah adanya
konvergensi IFRS, membuat auditor harus melakukan penyesuaian atau
adaptasi terhadap berbagai standar yang telah berubah sehingga membutuhkan


6
Universitas Sumatera Utara

waktu yang cukup lama dalam melakukan proses audit terhadap laporan
keuangan.
Probabilitas kebangkrutan diduga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan keterlambatan proses penyampaian laporan keuangan dimana
ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, ini mengindikasikan
perusahaan tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Sehingga
auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang
terjadi di perusahaan tersebut dan auditor memerlukan lebih banyak data untuk
dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya
(Setyahadi, 2012).
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lai &
MC.Cheuk (2005) yang meneliti dampak rotasi partner dan rotasi KAP pada
ARL perusahaan-perusahaan di Australia dan juga penelitian yang dilakukan
oleh Walker & Hay (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit
delay di perusahaan-perusahaan New Zealand, dengan menggunakan model
prediksi Zmijewski. Dengan mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya,
membantu auditor dan manajemen dalam membuat keputusan audit maupun

keputusan strategis menyangkut keberlangsungan perusahaan (Setyahadi,
2012).
Permasalahan good corporate governance (GCG) menambah daya tarik
perhatian komunitas dunia setelah krisis besar, seperti krisis Wall Street crash
di Amerika Serikat pada tahun 1929, krisis perbankan di Inggris Raya tahun
1970 serta bangkrutnya beberapa perusahaan publik seperti Enron, Worldcom,

7
Universitas Sumatera Utara

Tyco International, London & Commonwealth, Poly Peck, Xerox, dan
Maxwell diakhir tahun 2001. Kebangkrutan yang dialami perusahaan publik
tersebut karena kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen
puncak yang tidak terdeteksi dan telah berlangsung lama karena sangat
lemahnya pengawasan independen oleh corporate boards. Di Indonesia
sendiri, permasalahan GCG mulai muncul sejak peristiwa krisis pada akhir
tahun 1997. Krisis tersebut bermula di Thailand, Philipina, Indonesia,
Malaysia, dan Korea Selatan (Kingsley, 2004). Menurut Baird (2000) dalam
Aryanti (2012), mengungkapkan bahwa salah satu akar penyebab krisis
ekonomi di Indonesia adalah buruknya tata kelola perusahaan (corporate

governance) pada sebagian besar perusahaan BUMN dan perusahaan swasta.
Buruknya sistem tata kelola perusahaan (corporate governance), maka
membuat para investor kehilangan kepercayaan karena investasi mereka tidak
aman. Hal ini berimbas dengan ditariknya investasi yang telah ditanam, yang
mana para calon investor juga tidak ingin untuk berinvestasi. Pascakrisis
ekonomi yang ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LOI) antara
pemerintah Indonesia dengan lembaga donor (IMF) yang mensyaratkan
perbaikan sistem governance dengan dikeluarkannya perangkat-perangkat
governance publik maupun korporasi. Hal ini semakin dipertegas dengan
ditetapkannya TAP MPR No. VII tahun 2001 tentang visi Indonesia masa
depan dalam Bab IV ayat 9 butir a, yaitu terwujudnya penyelenggaraan negara
yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas, dan bebas KKN.
Berbagai penelitian mengenai mekanisme corporate governance terhadap ARL

8
Universitas Sumatera Utara

telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut berasal dari dalam
maupun luar negeri. Penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap ARL di luar negeri antara lain dilakukan di Tiongkok (Li
et al, 2014; Kikhia, 2014), Malaysia (Apadore & Noor, 2013; Mohamad-Nor,
2010; Shukeri & Islam, 2012; Shukeri & Nelson, 2015), Nigeria (Ilaboya &
Christian, 2014; Appah dan Emeh, 2013; Ibadin et al, 2012), Australia (Lai &
Cheuk, 2005), Amerika Serikat (Lee et al, 2009; Schmidth & Wilkins, 2013).
Di Indonesia, berbagai penelitian mengenai mekanisme corporate
governance juga telah ditemukan. Diantaranya, oleh Margaretta & Soepriyanto
(2012); Swami & Latrini (2013); Wardhani & Raharja (2013); Haryani &
Wiratmaja (2014); Widosari & Rahardja (2012). Beberapa penelitian tersebut,
merupakan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Dalam prinsip good corporate governance (GCG)
menyebutkan bahwa dewan komisaris harus memiliki sejumlah dewan yang
tidak terlibat (independen) di dalam manajemen yang membuat keputusan
secara independen. Keberadaan komisaris independen ini dapat menunjukkan
karakteristik independensi dari dewan komisaris. Dewan komisaris dipilih dan
diawasi langsung oleh para pemegang saham. Mekanisme corporate
governance dalam penelitian ini diproksikan dengan keberadaan dewan
komisaris yang independen. Menurut Juniarti & Agnes (2009) dalam Swami &
Latrini (2013), komisaris independen adalah anggota dewan komisaris dari luar
perusahaan dan tidak terafiliasi dengan dewan manajemen, dewan direksi
lainnya atau pemegang saham yang dapat mempengaruhi independensinya.

9
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan tentunya menginginkan auditor memberikan opini wajar
tanpa pengecualian terhadap laporan keuangannya. Begitu juga dengan
manajemen klien tidak menginginkan jenis opini selain opini tersebut karena
kurang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Hal ini karena dapat
mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan manajer tidak akan
menerima kompensasi (Chow & Rice, 1982) dalam (Bangun et al., 2012).
Sama seperti perusahaan, auditor juga menginginkan memberi pendapat
unqualified opinion atas laporan keuangan (Willingham & Charmichael, 1997
dalam Bangun et al., 2012). Seiring bertambah banyak dan berkembangnya
jumlah KAP, membuat persaingan sesama KAP semakin tinggi pula karena
setiap KAP tersebut ingin tetap eksis dan memiliki reputasi baik dalam
melaksanakan tugas pengauditan.
Peristiwa pergantian auditor berawal dari Adanya skandal Arthur
Andersen LLP di tahun 2002, setidaknya membuat 6.543 perusahaan telah
mengganti auditornya. Sehingga menjadi cikal bakal dilahirkannya The
Sarbanes Oxley Act (SOX) tahun 2002. Salah satu hal unik dari pergantian
auditor ini adalah meningkatnya jumlah perusahaan publik yang melakukan
penggantian ke perusahaan audit yang lebih kecil (Grothe & Weirich, 2007).
Di Indonesia, menerapkan peraturan bahwasanya perusahaan wajib
melakukan rotasi KAP maupun rotasi auditor. Peraturan ini diatur dalam
Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

43/KMK/.01/1997.

Peraturan

ini

disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 dan masih saja mengalami perubahan keputusan

10
Universitas Sumatera Utara

Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003. Salah satu isi perundangan itu
adalah KAP memberikan jasa audit paling lama 5 (lima) tahun buku berturutturut dan akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Penyempuraan untuk terakhir kalinya dikeluarkan oleh Peraturan Menteri
Keuangan No.17/PMK.01/2008 dimana KAP memberikan jasa audit terhadap
perusahaan paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan akuntan publik
paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1).
Faktor terakhir yang diteliti penulis dalam penelitian ini adalah tenure
audit. Tenure audit dapat mempengaruhi independensi auditor. Jumlah tahun
pemberian jasa audit ataupun waktu penugasan audit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) atau seorang akuntan publik pada perusahaan disebut tenure
KAP. Terdapat banyak penelitian yang terkait mengenai tenure KAP, terutama
yang berkaitan dengan ARL. Carcello & Naggy (2004) dalam Lee & Jahng
(2008) menemukan insiden kecurangan tertinggi atas pelaporan keuangan
dalam masa tahun awal hubungan auditor dan klien (auditor-client
relationship). Kesimpulan ini didukung dengan dugaan bahwa auditor
memperoleh pemahaman yang lebih lengkap dan penuh terhadap operasi klien
sebagai peningkatan pemberian jasa audit (audit tenure) atas klien (Lee &
Jahng, 2008). Auditor yang masih baru akan memerlukan waktu cukup lama
dalam mempelajari operasi klien mereka, risiko, kontrol internal, dan working
paper periode terdahulu serta sistem akuntansi pada tahun-tahun awal masa
perikatan antara auditor dan klien (Ashton et al., 1987). Meningkatnya masa

11
Universitas Sumatera Utara

perikatan auditor, oleh karena itu efisiensi audit diperkirakan meningkat pula
sehingga menghasilkan ARL yang lebih pendek.
Berdasarkan uraian latar belakang dan tidak adanya konsistensi
(incosistent) yang telah dijabarkan diatas, membuat penulis tertarik untuk
meneliti kembali mengenai audit report lag

ARL. Perbedaan penelitian ini

dengan berbagai penelitian terdahulu adalah adanya penambahan komite audit
sebagai variabel pemoderasi antara variabel independen dan variabel terikat.
Masih sangat jarang sekali penelitian yang menambahkan komite audit sebagai
variabel pemoderasi dalam penelitian terhadap ARL. Adapun Tujuan penelitian
ini adalah untuk melihat apakah keberadaan komite audit mempengaruhi
(moderating) hubungan antara kedua jenis variabel tersebut. Sampai saat ini,
penulis belum menemukan adanya penelitian serupa yang diterbitkan atau
dipublikasikan secara umum sebelumnya, sehingga membuat penulis tertarik
sekaligus termotivasi untuk menguji penelitian ini.
Penulis meneliti data dari annual report perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011. Perusahaan
sektor pertambangan dipilih karena berbagai kasus manipulasi data akuntansi
yag dilakukan beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia. Perusahaan
pertambangan termasuk perusahaan yang memiliki ciri khusus dan berbeda
dari perusahaan sektor lainnya, sehingga menuntut Kantor Akuntan Publik
(KAP) memiliki kompetensi yang tinggi. Di era globalisasi ini, sektor
pertambangan juga memiliki daya tarik dan menjadi primadona di kalangan

12
Universitas Sumatera Utara

investor. Fenomena ini tidak mengherankan karena perusahaan sektor
pertambangan memiliki keunggulan yang kompetitif di pasar global.
Pergerakan saham-saham perusahaan sektor pertambangan memberikan
kontribusi cukup besar bagi perubahan posisi Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Pemilihan periode 2009-2011 disebabkan pada tahun tersebut
Indonesia masih dalam tahap konvergensi IFRS yang dimulai pada tahun 2008
dan selesai pada tahun 2012.
Peneliti membuat penulisan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan.
Adapun topik yang menjadi penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi audit report lag

ARL yang mana mekanisme corporate

governance diproksikan dengan keberadaan dewan komisaris independen.
Penelitian tersebut berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi
pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 20092011”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka penulis menyajikan garis besar permasalahan agar
penyusunan skripsi lebih fokus dan terarah, yang akan dibahas dalam rumusan
masalah sebagai berikut:
1.

Apakah Konvergensi IFRS, Probabilitas Kebangkrutan, Komisaris
Independen, Auditor Switching, dan Tenure Audit berpengaruh terhadap
Audit Report Lag baik secara parsial dan simultan?

13
Universitas Sumatera Utara

2.

Apakah Komite audit memoderasi hubungan antara Konvergensi IFRS,
Probabilitas Kebangkutan, Komisaris Independen, Auditor Switching, dan
Tenure Audit terhadap Audit Report Lag?

1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini membatasi jangka waktu penelitian 3 (tiga) tahun yaitu dari
tahun 2009 hingga 2011. Data yang digunakan bersumber dari laporan
keuangan tahunan (annual report) dan laporan auditor. Perusahaan yang
menjadi objek dari penelitian adalah perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah konvergensi IFRS,
probabilitas kebangkrutan, komisaris independen, pergantian auditor, dan
tenure audit dan sebagai variabel independen utama berpengaruh terhadap
ARL serta menguji pengaruh komite audit terhadap hubungan antara
konvergensi

IFRS,

probabilitas

kebangkrutan,

komisaris

independen,

pergantian auditor, tenure audit dengan ARL.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain:
1.

Akuntan publik dan KAP, menjadi referensi yang dapat digunakan dan

menjalankan praktik jasa auditnya, khususnya dalam usaha meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses audit melalui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ARL, sehingga penyelesaian audit lebih tepat waktu.

14
Universitas Sumatera Utara

2.

Pengguna laporan keuangan, memberikan informasi terkait faktor-faktor

yang mempengaruhi timeliness dalam proses pengeluaran laporan keuangan
yang sudah diaudit, yang diproksikan dengan ARL.
3.

.

Regulator, menjadi bahan pertimbangan atas pembuatan dan penyusunan

regulasi dalam hal jangka waktu penyampaian laporan keuangan bagi
perusahaan pertambangan publik maupun non-publik.
4.

Akademisi, menambah wawasan dan pengetahuan di bidang auditing,

khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi durasi ARL.
5.

Peneliti, menjadi referensi dalam penelitian berikutnya terkait dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi ARL.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang pembahasan dalam penulisan ini. Dalam sistematika ini,
diuraikan secara garis besar isi setiap bab. Berikut adalah pemaparan
sistematika penulisan penyusunan dan penjelasan dengan urutan sebagai
berikut.
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi ini

15
Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan penelaahan teoritis yang digunakan menjadi landasan
serta referensi dalam dalam penulisan penelitian ini berdasarkan penelitianpenelitian terdahulu. Bab ini juga menguraikan hipotesis berdasarkan teori
yang terkait dengan penelitian terdahulu.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian secara lengkap, kerangka
konseptual, pengukuran operasional variabel, data, sampel, serta metode
pengujian hipotesis.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguji, menganalisis, serta menginterpretasikan variabel-variabel
penelitian dalam membuktikan kembali hipotesis dari penelitian terdahulu.
BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari semua hasil pengolahan data dan interpretasinya
dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Selain
itu, bab ini mencantumkan keterbatasan pada tulisan ini dan saran untuk
penelitian selanjutnya.

16
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2012)

4 90 102

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

2 82 104

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 10 144

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Tergabung Di Jakarta I

0 3 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Property & Real State dan Financial yang Terdaftar di BEI (Periode 2011-2012).

1 5 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 39

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

1 1 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag dengan Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011

0 0 14