Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

(1)

SKRIPSI

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

Sri Asnani br Bangun 100503032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ FAKTOR- FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013” adalah benarhasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, September 2014 Yang membuatpernyataan,

NIM : 100503032 Sri Asnani Br Bangun


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor- Faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Merdeka Bangun dan Rosmawani Br Sitepu yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Drs. Sucipto MM,Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far,MM,Ak, Dosen Pembanding/ Penguji Drs. Firman Syarif, MSi,Ak sebagai Dosen Koordinator penguji yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Yang sangat saya cintai saudara dan saudari saya Alm.Rawadin Bangun, Siti Rohayani Br Bangun, Ira Wahyuni Br Bangun, Ari Wahyudi Bangun dan Muhammad Faisal Bangun yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Teman-teman angkatan 2010 teristimewa Yusnita S.E, Dian Prandana S.E, Sri Wulandari, Astika Miranti, Hasnaini Ridha dan Najmi Berampu, Fitra Maulida , Bintang Erika Nst danVeranisah Nst.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014 Penulis,

NIM : 100503032


(5)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Audit Report Lag pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini memiliki jumlah sampel 29 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag, sedangkan Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap audit report lag.

Kata kunci: Audit Report Lag, Komisaris Independen, Komite Audit, Leverage Dan Ukuran Perusahaan


(6)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING LAG AUDIT REPORT ON BANKING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2013

This study aims to determine whether the independent directors, audit committee, leverage and firm size affect the Audit Report Lag on banking companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This study has a sample size of 29 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2010-2013. The sample selection is done by purposive sampling method. The data used in this study is the use of secondary data that the financial statements are published on the website www.idx.co.id. The analysis model used is linear regression.

The results of this study indicate that the independent commissioner, audit committee, leverage and firm size simultaneously significant effect on audit report lag. Partially, this study shows that the independent directors, audit committee and leverage does not significantly influence the audit report lag, while the size of the company and no significant negative effect on audit report lag.

Keywords: Audit Report Lag, Independent Commissioner, Audit Committee, Leverage and Firm Size


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian. ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... . 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Teori Agensi ... 10

2.1.2 Laporan Keuangan …... 11

2.1.3 Auditing ... 13

2.1.4 Standar Auditing ... 15

2.1.5 Laporan Audit ... 17

2.1.6 Audit Report Lag ... 18

2.1.7 Good Corporate governance ... 18

2.1.8 faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag ... 21

2.1.8.1 Komisaris independen ... 21

2.1.8.2 Komite Audit ... 23

2.1.8.3 Leverage ... 26

2.1.8.4 Ukuran perusahaan ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu…. ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu penelitian ... 36

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Definisi operasional …. ... 37

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 40

3 6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.7 Jenis Data... 43


(8)

3.9 Teknik Analisis Data ... 44

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 44

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.9.2.1 Uji Normalitas ... 45

3.9.2.2 Uji Multikolinieritas ... 46

3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 47

3.9.2.4 Uji Autokorelasi ... 48

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 50

3.9.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 50

3.9.3.2 Koefisien Determinasi ... 50

3.9.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)…. 51

3.9.3.4 Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) .. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 52

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Uji Statistik Deskriptif ... 52

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 53

4.2.1.1 Uji normalitas ... 54

4.2.1.2 Uji multikolinearitas ... 57

4.2.1.3 Uji heterokedastisitas ... 59

4.2.1.4 Uji autokorelasi ... 60

4.2.3 Pengujian hipotesis ... 62

4.2.3.1 Analisis Regresi Berganda ... 62

4.2.3.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 63

4.2.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) ... 64

4.2.3.4 Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F) ... 67

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Keterbatasan Penelitian... 72

5.3 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 76


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Waktu Penelitian ... 36

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.3 Sampel Penelitian ... 42

4.1 Analisis Statistik Deskriftif... 53

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 55

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 58

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

4.5 Hasil Analisis Regresi ... 62

4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 64

4.7 Hasil Uji t ... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 31

4.1 Histogram ... 56

4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 56


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Daftar populasi dan Sampel tahun 2010-2013 ... 76

2 Data Variabel Penelitian ... 77

3 Hasil Analisis Statistik deskriptif………... 82

4 Hasil Uji Normalitas ... 83

5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 86

6 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 87

7 Hasil Uji Autokorelasi ... 88


(12)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Audit Report Lag pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini memiliki jumlah sampel 29 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag, sedangkan Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap audit report lag.

Kata kunci: Audit Report Lag, Komisaris Independen, Komite Audit, Leverage Dan Ukuran Perusahaan


(13)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING LAG AUDIT REPORT ON BANKING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2013

This study aims to determine whether the independent directors, audit committee, leverage and firm size affect the Audit Report Lag on banking companies listed in Indonesia Stock Exchange.

This study has a sample size of 29 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2010-2013. The sample selection is done by purposive sampling method. The data used in this study is the use of secondary data that the financial statements are published on the website www.idx.co.id. The analysis model used is linear regression.

The results of this study indicate that the independent commissioner, audit committee, leverage and firm size simultaneously significant effect on audit report lag. Partially, this study shows that the independent directors, audit committee and leverage does not significantly influence the audit report lag, while the size of the company and no significant negative effect on audit report lag.

Keywords: Audit Report Lag, Independent Commissioner, Audit Committee, Leverage and Firm Size


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan bisnis, kita selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Pengambilan keputusan adalah proses memilih satu alternatif dari beberapa alternatif yang ada. Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Harahap (2011:105) Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : “Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Lapoan Keuangan”. Laporan keuangan perusahaan lazim diterbitkan secara periodik bisa tahunan, semesteran, triwulan, bulanan, bahkan bisa harian. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan utama pihak-pihak tersebut dalam proses pengambilan keputusanya.

Laporan keuangan dianggap dapat memenuhi keinginan para pemakai atau pembaca laporan keuangan apabila memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi


(15)

laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.

Salah satu elemen pokok dalam laporan keuangan adalah ketepatan waktu. Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan keuangan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Berkaitan dengan tuntutan ketepatan waktu publikasi suatu laporan keuangan yang telah terdaftar di BEI, telah dilakukan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM) . Dimana BAPEPAM dan LK adalah sebuah lembaga yang berfungsimemberikan pengawasan terhadap pasar modal dan lembaga keuangan. Regulasi ketepatan waktu pelaporan keuangan tertuang pada Peraturan BAPEPAM dan LK No. X.K.2,Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, BAPEPAM dan LK mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada BAPEPAM dan LK selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jika regulasi dilanggar, maka akan dikenakan sanksi. Sanksi dapat berupa peringatan, sanksi administratif, dan sanksi denda.

Tuntutan untuk menyajikan laporan keuangan secara tepat waktu menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah laporan keuangan harus diaudit oleh akuntan publik. Kendala karena adanya proses audit ini biasa disebut Audit Report Lag (ARL) atau dalam penelitian lain dinyatakan dengan audit delay.Ahmad dan


(16)

Kamarudin (2003) mendefinisikan “audit report lag sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit”.

Fenomena yang berkaitan dengan audit report lag dapat dilihat dari kasus yang dialami oleh PT Bank Mutiara Tbk yang dulu bernama Bank Century Tbk dimana perusahaan ini terlambat memberikan laporan kinerja keuangan untuk tahun 2011. Otoritas bursa sudah memberikan peringatan tertulis pertama kepada PT Bank Mutiara Tbk akibat kelalaian tersebut pada tanggal 9 Mei 2012. Sesuai dengan ketentuan III.2 peraturan bursa nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi dan nomor VIII.G.2 tentang laporan tahunan, batas waktu bank Mutiara menyampaikan laporan kinerja keuangan 2011 adalah 30 April 2012. Akan tetapi sampai tanggal 9 Mei 2012 bank ini belum juga menyampaikan laporan keuangannya. Keterlambatan penyampaian informasi tersebut menyebabkan permasalahan besar bagi Bank Mutiara terkhususnya merosotnya tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan termasuk didalamnya investor.

Semakin lama audit report lag maka semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya. Lag audit adalah penentu paling penting dari ketepatan waktu dalam pengumuman laba, dan pada akhirnya akan menentukan reaksi pasar terhadap pengumuman laba. Menurut Naimi (2010) dalam Wardhani (2013), “panjang-pendeknya audit report lag yang terjadi mempengaruhi pengambilan keputusan inverstor, karena dengan adanya penundaan informasi kepada investor dapat mempengaruhi kepercayaan investor di pasar modal”.

Menurut Kulzig (2004), Blancet (2002), dan Prickett (2002),dalam Rahadianto (2012) audit report lag merupakan komponen dari corporate governance yang


(17)

baik. Penerapan konsep Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan para investor dan institusi terkait di pasar modal. Sebagaimana telah dikemukakan Tjager dkk. (2003) dalam Agoes dan Ardana (2013:103) tujuan dari penerapan GCG adalah “untuk meningkakan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengelolaan kegiatan organisasi”.

Karakteristik corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan komisaris independen dan komite audit. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan dan tidak terafiliasi dengan manajemen, dewan direksi lainnya atau pemegang saham yang dapat mempengaruhi independensinya. Komisaris Independen bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat bilamana diperlukan. Tugas utama komisaris independen adalah memperjuangakan kepentingan pemegang saham minoritas.

Komite audit merupakan suatu organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Komite audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota dipimpin oleh seorang komisaris independen. Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan dan penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting yang berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit diharuskan memilki keahlian yang memadai. Keberadaan komite audit diharapkan


(18)

dapat mengawasi pembuatan laporan keuangan sehingga waktu pengerjaan audit oleh auditor independen dapat berkurang.

Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh yang diuji dalam penelitian ini adalah Leverage dan Ukuran Perusahaan. Leverage adalah pengukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Pengukuran tingkat leverage dalam penelitian ini menggunakan Debt to equity ratio (DER).

Debt to equity ratio mempunyai hubungan yang positif dengan audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin kecil debt to equity ratio maka semakin baik bagi perusahaan karena dengan debt to equity ratio yang kecil maka audit atas laporan keuangan menjadi lebih cepat sehingga tidak mengalami audit delay dan lebih cepat menyediakan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada kreditor (Stephani 2010).

Dalam penelitian Juanita (2012) dan Simbolon (2009) menunjukkan bahwa Leverage yang diproksikan dengan DER tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag tidak sejalan dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) menunjukkan bahwa DER berpengaruh terhadap Audit Report Lag.

Ukuran perusahaan mencerminkan besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak transaksi yang terjadi di dalamnya. Hal ini mengakibatkan semakin banyak jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan (Manalu:2012).


(19)

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardhani (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Audit Report Lag. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan data yang diambil dari data perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data yang diambil dari data perusahaan perusahaan non-keuangan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2011.

Variabel independen yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah ukuran komite audit, indepedensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, ukuran dewan, komisaris independen, KAP, anak perusahaan dan ukuran perusahaan sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen, Komite audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Peneliti menggunakan keempat variabel ini dikarenakan variabel komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan sering diangkat peneliti sebelumnya sebagai variabel penelitiannya namun terdapat ketidakkonsistenan dari hasil-hasil penelitian tersebut.

Peneliti tertarik melakukan studi kasus penelitian pada perusahaan perbankan dikarenakan Industri perbankan seringkali menjadi sorotan publik mengingat perannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 lalu dan perusahaan perbankan memiliki peranan penting dalam mendukung kemajuan perekonomian negara khususnya dalam hal peningkatan kesejahterahan masyarakat.


(20)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada periode 2010-2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian , maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag ?

2. Apakah komite audit berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag?

3. Apakah leverage berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap audit

report lag?

5. Apakah komisaris independen, komite audit, leverage serta ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap audit report lag.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh komisaris independen terhadap auditreport lag.


(21)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh komite audit secara terhadap audit report lag.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh leverage terhadap audit report lag.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

5. Untuk mengetahui apakah komisaris independen, komite audit, leverage serta ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini dapat memeberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya :

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi Audit report lag, juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dan deskripsi mengenai bukti empiris mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi Audit Report Lag. 3. Bagi bidang akademik


(22)

Memberikan kontribusi pada perkembangan teori akuntansi terutama yang berkaitan penundaan publikasi laporan keuangan (audit report lag).

4. Bagi Manajemen Perusahaan

Diharapkan setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya audit report lag maka pihak-pihak yang terdapat didalam manajemen perusahaan dapat mengendalikan faktor-faktor tersebut terutama pada faktor yang paling dominan sehingga audit report lag dapat ditekan seminimal mungkin dan mempercepat publikasi laporan keuangan audited ke publik.

5. Bagi Investor

memberikan informasi agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Dalam perekonomian modern, manajemen dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik peruahaan memperoleh keuntungn yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga professional.

Menurut Sutedi (2012 :14) “Untuk memahami corporate governance, jalan yang paling dekat adalah dengan memahami teori agensi,Teori agensi memberikan wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agent dengan principal atau principal dengan principal”. Pengertian dari principal dalam agency theory adalah pihak-pihak yang menyerahkan sebagian atau seluruh wealth-nya untuk dikembangkan oleh pihak lain.

Namun, pada sisi lain pemisahaan dari kepemilkan perusahaan memiliki segi negatif-nya. Adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan kepentingan pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Lebih lanjut pemisahaan ini


(24)

dapat pula menimbulkan kurangngnya transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan yang ada, misalnya antara pemegang saham dengan pengelola manajemen perusahaan dan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.

2.1.2 Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2011:105) ”Laporan keuangan mengambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yag bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

Menurut Statement of Finansial Accounting Concept (SFAC) No. 2, karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri informasi akuntansi yang cenderung untuk menambah kegunaannya. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat lebih besar dari biayanya

Kesulitan untuk mengetahui efektivitas biaya dari pelaporan keuangan adalah bahwa manfaat dan biaya ,terutama manfaat, tidak selalu dapat diukur dengan mudah. Selain biaya yang ditimbulkan oleh pihak-pihak yang diidentifikasikan dan jelas, perusahaan wajib untuk menyiapkan laporan keuangan. Dalam sebagian besar terbarunya, FASB memasukkan bagian yang bertujuan untuk menggambarkan prediksi biaya dan manfaat dari standar tersebut.


(25)

2. Relevansi

FASB mendefinisikan relevansi sebagai “membuat suatu perbedaan”. Aspek dari informasi yang relevan adalah: Nilai umpan balik, Nilai prediksi dan tepat waktu. Informasi yang relevan secara normal harus menyediakan baik nilai umpan balik maupun nilai prediksi pada saat yang sama. Umpan balik dari kejadian masa lalu membantu dalam mengkonfirmasi atau memperbaiki perkiraan sebelumnya. Informasi seperti ini digunakan untuk memberikan hasil dimasa yang akan datang . sebagai contoh, ketika perusahaan menyajikan laporan laba rugi komparatif seorang investor memiliki informasi untuk membandingkan hasil operasi tahun lalu dengan tahun ini. Hal ini memberikan dasar umum untuk mengevaluasi perkiraan sebelumnya dan untuk mengestimasi hasil yang mungkin didapat di tahun depan.Tepat waktu adalah aspek yang penting agar informasi dapat membuat perbedaan karena apabila informasi baru bisa didapat setelah keputusan diambil,tidak akan banyak berguna. 3. Keandalan

Informasi dikatakan dapat diandalkan apabila secara relative bebas dari kesalahan dan menyajikan hal seharusnya. Keandalan tidak berarti ketepatan yang absolut. Informasi seperti ini harus memiliki criteria berikut: Dapat diverifikasi (verifiability), Penyajian jujur (reprensentational faithfulnees) dan Netralitas (neutrality). Dapat diverifikasi melibatkan konsensus. Akuntan mencari dasar pengukuran laporan keuangan yang dapat diverifikasi oleh akuntan lain yang terlatih dengan menggunakan metode pengukuan yang sama. Penyajian jujur berarti bahwa bahwa ada kesesuaian antara pengukuran dengan aktivitas ekonomi atau unsur akuntansi yang diukur, sedangkan netralitas merupakan konsep yang serupa dengan konsep kejujuran. Netralitas juga mencerminkan bahwa pembentuk standar akuntansi tidak boleh berpihak terhadap kepentingan suatu kelompok dari pemakainya dan mengorbankan kelompok lain. 4. Dapat diperbandingkan

Inti dari dapat diperbandingkan adalah bahwa informasi menjadi lebih berguna ketika dapat dikaitkan dengan suatu benchmark atau standar.perbandingan dapat dilakukan dengan data dari perushaan lain atau informasi yang sejenis dengan perusahaan yang sama tetapi pada periode yang berbeda. Perbandingan dalam data akuntansi untuk perusahaan yang sama selama beberapa periode sering disebut konsistensi. Perbandingan membutuhkan bahwa kejadian yang serupa dicatat dengan cara yang sama dalam laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda untuk perusahaan tertentu dalam periode yang berbeda.

5. Materialitas

Materialitas berkaitan dengan pertanyaaan spesifik : apakah suatu unsure cukup besar untuk mempengaruhi keputusan dari pemakai laporan keuangan? Petunjuk kuantitatif yang berkaitan dengan


(26)

materialitas sangat lah kurang, sehingga akuntan harus menggunakan penilaiannya dalam menentukan apakah suatu unsure material atau tidak.Dengan menyadari pentingnya konsep materialitas ini, SEC mengeluarkan Staff Accounting Bulletin (SAB) No.99 pada bulan agustus 1999 untuk menawarkan petunjuk tambahan untuk konsep ini. SEC menyetujui bahwa materialitas tidak dapat dikurangi menjadi suatu benchmark numeric sederhana. Namun, SEC mengatakan bahwa ketika auditor mempertimbangkan apakah suatu unsure material atau tidak, perhatian lebih harus diberikan untuk unsur yang mengubah kerugian menjadi keuntungan, yang dapat membuat perusahaan dapat mencapai laba sesuai perkiraan analis, atau yang membuat manajemen bisa mencapai batas minimum untuk perolehan bonus.

2.1.3 Auditing

Menurut Boynton dkk (2003:5) auditingadalah “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Menurut Arens dkk (2008:6) audit adalah “pengumpulan dan evaluasi atas bukti tentang informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.

Ada tiga jenis utama audit yaitu sebagai berikut:

1. Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapakn saran-saran untuk memperbaiki operasi. Sebagi contoh, audior mungkin mengevaluasi secara objektif efisiensi dan akurasi pemerosesan transaksi penggajian dengan sistem komputer yang baru dipasang . Contoh lainya ,dimana kebanyakan akuntan merasa kurang menguasai bidang ini,adalah mengevaluasi efisiensi, akurAudit ketaatasi dan kepuasan pelanggan atas pemerosesan


(27)

pendistribusian surat dan paket oleh perusahaan semacam federal Express.

2. Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.contohnya menentukan apakah personel akuntansi mengikuti prosedur yang digaris oleh kontroler perusahaan. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap peraturan dan prosedur dan peraturan yang digariskan.

3. Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunkan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainya yang cocok untuk organisasi itu. Diantara ketiga komponen jenis audit diatas yang paling umum dilakukan adalah audit laporan keuangan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Kompeten diartikan sebagai seseorang yang memiliki keahlian khusus dibidangnya dalam hal ini adalah bidang auditing sedangkan independen diartikan tidak bias atau bebas dari campur tangan ataupun ancaman dari pihak lain. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Auditor juga harus memiliki sikap mental independen, dimana kompetensi nilai orang-orang yang mengaudit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Para auditor berusaha keras mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka dalam hal ini pemangku kepentingan


(28)

perusahaan baik pihak internal maupun eksternal. Auditor yang mengeluarkan laporan mengenai laporan keuangan perusahaan seringkali disebut auditor independen.

Hasil akhir dalam proses auditing adalah menyiapkan laporan audit (audit report), yang menyiapkan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini harus memberi tahu kepada pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan audit sangat berguna bagi pihak internal maupun eskternal khususnya untuk menilai keberadaan perusahaan serta citra perusahaan tersebut didepan publik atau masyarakat.

2.1.4 Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggunga jawab profesionalnya dalam audit laporan keuangan. Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:37) Standar Profesional Akuntan Publik merupakan “standar auditing yang menjadi kriteria atau pedoman kerja minimum yang memiliki kekuatan hukum bagi para auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya”. Standar-standar dalam SPAP meliputi pertimbangan mengenai kualitas professional auditor, seperti keahlian dan indepedensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti.

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor.


(29)

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar pekerjaan lapangan, yaitu :

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

2.1.5 Laporan Audit (Audit Report)

Menurut Katijo (2008:84) Laporan audit adalah “alat yang secara resmi digunakan auditor untuk menyampaikan hasil auditnya kepada pihak-pihak pemakai yang berkepentingan”. Dalam menerbitkan laporannya auditor harus memenuhi empat standar pelaporan.


(30)

Standar pelaporan keempat dalam SPAP (2011:508.2) berbunyi sebagai berikut:

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Ada 3 pernyataan pendapat auditor independen menurut Boynton dkk ( 2003: 78), yaitu:

1. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

yang menyatakan bahwa kecuali dampak dari hal-hal yang berkaitan dengan pengecualian tersebut, laporan keuangannya menyajikan secara wajar… sesuai dengan GAAP.

2. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar… sesuai GAAP.

3. Menolak memberika pendapat (Disclaimer of opinion)

Yang Menyatakan bahwa auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Laporan auditor dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu laporan auditor bentuk baku dan bentuk tak baku. Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor bentuk baku harus “menyebutkan laporan keuangan auditan dalam paragraf pengantar, mengambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat”.


(31)

Unsur pokok laporan auditor bentuk baku dalam SPAP (2011:508.3) adalah sebagai berikut:

a. Suatu judul yang memuat kata independen

b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah diaudit oleh auditor.

c. Suatu pernyataan bahwa lapran keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada peryataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya. d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:

1) Pemeriksanaan (examinitation), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

2) Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang dibuat manajemen.

3) Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat.

h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisis keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik,nomor izin usaha kantor akuntan publik.

j. Tanggal laporan auditor.

Laporan auditor bentuk baku yang meliputi satu periode akuntansi menurut SPAP (2011: 508.4) disajikan sebagai berikut:


(32)

[pihak yang dituju oleh auditor]

Laporan Auditor Independen Auditor

Kami telah mengaudit neraca perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik]

[Tanggal]

2.1.6 Audit Report Lag

Menurut Naimi et al (2010) audit report lag adalahselisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit”. panjang-pendeknya audit report lag yang terjadi mempengaruhi pengambilan keputusan inverstor, karena dengan adanya penundaan informasi kepada investor dapat mempengaruhi kepercayaan investor di pasar modal. Givoly dan Palmon (1982) menegaskan bahwa lag audit merupakan penentu paling


(33)

penting dari ketepatan waktu dalam pengumuman laba, yang pada saatnya akan menentukan reaksi pasar terhadap pengumuman laba.

Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki investor, artinya informasi yang dipublikaskan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

2.1.7 Good Corporate Governance

Istilah ”corporate governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Commmitee,Inggris di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporanya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai berikut:

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan ,serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang berkaitan dengan hak-hak kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Sukrisno agoes (2006:101) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik “sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainya”. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut “sebagai suatu proses yang tansparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaianya dan penilaian kinerjanya”.

National Commitete on Governance (NCG, 2006) mempublikasikan “ Kode Indonesia tentang tata kelola perusahaan yang baik (Indonesia Code Of Good Corporate Governance)” pada tanggal 17 Oktober 2006. Sebagaimana


(34)

dinyatakan dalam kata pengentarnya oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,Dr.Boediono, walaupun Kode Indonesia tentang GCG ini bukan merupakan suatu peraturan, tetapi dapat menjadi pedoman dasar bagi seluruh perusahaan di Indonesia dalam menjalankan usaha agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin dalam jangka panjang dalam koridor etika bisnis yang pantas.

Dalam hubunganya dengan tata kelola Badan Usaha Milik Negara, Menteri negara BUMN juga mengeluarkan keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG. Ada lima prinsip GCG menurut keputusan ini yaitu:

1. Kesetaraan (fairness)

Kesetaraan merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan setara, baik pemangku kepentingan primer (pemasok,pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemengku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang lainya).

2. Transparansi (transparency)

Prinsip transparansi disebut juga prinsip keterbukaan , artinya kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam keputusan dan penyampaian informasi yang disampaikan harus lengkap,benar dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.

3. Akuntabilitas (accountability)

Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

4. Responsibilitas (responbility)

Prinsip responsibilitas sering disebut dengan prinsip tanggung jawab adalah prinsip dimana para pengelolawajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya.

5. Kemandirian

Sebagai tambahan prinsip dalam mengelola BUMN artinya, suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandii, bebas dari konflik kepentingan dan


(35)

bebas dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.

Tujuan penerapan GCG adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah atau memperkecil peluang praktik manipulasi dan kesalahan signifikan dalam pengeloaan kegiatan organisasi. Dengan kata lain konsep GCG merupakan upaya perbaikan terhadap sistem, proses dan seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada esensinya mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya organ RUPS, dewan komisaris dan dewan direksi dalam arti sempit. Namun harus disadari bahwa bagaimana pun baiknya suatu sistem dan perangkat hokum yang ada,pada akhirnya yang menjadi penentu utama adalah kualitas dan tingkat kesadaran moral dan spiritual dari para pelaku bisnis itu sendiri.

Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai alat pengukuran pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) akan tetapi penelitian ini hanya menggunakan dua proksi saja dalam mengukur Good Corporate Governance (GCG) yaitu Komisaris independen dan Komite Audit. 2.1.8 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag

Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit report lag antara komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan.

2.1.8.1 Komisaris Independen

Menurut Surya dan Yustiavandana, (2008 : 135) Komisaris independen adalah “komisaris yang bukan merupakan anggota


(36)

manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan”.

Komisaris Independen bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat bilamana diperlukan. Tugas utama komisaris independen adalah memperjuangakan kepentingan pemegang saham minoritas.

Beberapa kriteria Komisaris Independen menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07 adalah sebagai berikut:

1. Jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris;

2. Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung ataupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;

3. Komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan emiten atau pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan tercatat yang bersangkutan;

4. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan/ atau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan.

5. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat;

6. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

7. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;


(37)

8. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Sesuai dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Dalam kerangka corporate governance komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini ditujukan agar perlindungan terhadap para penanam modal (seperti pemegang saham, bank sebagai kreditor dan lembaga dana pensiun) serta stakeholders lainya (seperti buruh perusahaan, customers, lingkungan hidup serta masyarakat sekitarnya) dikelola oleh perusahaan dengan baik. Adanya komisaris independen dengan persentase yang tinggi dalam perusahaan diindikasikan dapat mengawasi prilaku oportunistik manajemen, meningkatkan kualitas pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan dan mempengaruhi panjang pendeknya audit report lag.

2.1.8.2 Komite Audit

Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapanya. Undang-undang Perseroan Terbatas pasal 121 memungkinkan Dewan Komisaris untuk membentuk komite tertentu yang dianggap perlu untuk membantu tugas pengawasan yang diperlukan. Salah satu komite


(38)

tambahan yang kini banyak muncul untuk membantu fungsi dewan komisaris adalah komite audit. Munculnya komite audit ini disebabkan oleh kecenderungan semakin meningkatnya berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian yang dilakukan oleh para kreditur dan komisaris perusahaan baik yang terjadi di Amerika Serikat maupun yang terjadi di Indonesia yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasan.

Menurut Surya dan Yustiavandana (2008 :145) menyatakan bahwa:

Komite audit merupakan suatu organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan dan penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting yang berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit diharuskan memilki keahlian yang memadai.

Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas keseharian manajemen yang mengelola perusahaan dan memiliki pengalaman serta wawasan yang luas dalam melakukan pengawasan yang efektif. Menurut Surya dan Yustiavandana (2008 :146) Syarat suatu komite audit adalah sebagai berikut:

1. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris; 2. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya 1 (satu) orang

komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari emiten atau perusahaan publik; 3. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan,

pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya serta mampu berkomunikasi dengan baik;


(39)

4. Salah seorang anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan keuangan dan akuntansi;

5. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan;

6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa audit dan/atau non-audit pada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam 1 tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris sebagaimana dimaksud dalam Peraturan VIII.A.2 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal;

7. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik dalam 1 tahun terakhir sebelum diangkat komisaris; 8. Tidak mempunyai sahama baik langsung maupun tidak

langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum, maka dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain;

9. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direktur, atau pemegang saham utama emiten;

10.Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten;

11.Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau perusahaan publik lain;

12.Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite.

Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Namun, jumlah anggota komite audit pada perusahaan publik di Indonesia bermacam-macam, hal ini memunculkan pemikiran bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan mengurangi audit report lag.


(40)

2.1.8.3 Leverage

Menurut Harahap (2011:306) Rasio Leverage adalah “Rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset”. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Pada umumnya rasio leverage yang digunakan ada dua yaitu debt to total aset dan debt to total equity. Penelitian ini menggunakan debt to total equity untuk melihat pengaruh leverage terhadap audit report lag. Debt To Equity Ratio menurut Tangkilisan (2003:155) adalah “rasio yang menggambarkan kemampuan modal dalam menjamin hutang”. Menurut Suardi (2011) “perusahaan dengan debt to total equity yang tinggi menunjukkan tingginya resiko keuangan dan kesulitan keuangan perusahaan tersebut. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat.” Pihak manajemen cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan dikarenakan berita buruk tersebut. Hal ini kemungkinan akan menyebabkan audit report lag yang lebih panjang.

2.1.8.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan klien dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan


(41)

dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjulan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan klien dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, ukuran perusahaan dikelompokkan atas:

a. Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki asset kurang dari Rp 200.000.000,- diluar tanah dan bangunan. b. Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki asset

lebih dari Rp 200.000.000,- dan kurang dari Rp 5.000.000.000,- diluar tanah dan bangunan.

c. Perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 5.000.000.000,-.

Dyer dan McHugh (1975) dalam Ahmad et al (2003:7) berpendapatbahwa manajemen perusahaan dengan sumber daya (asset) yang besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag dan mempercepat pelaporan keuangan ke publik karena adanya pengawasan dari investor, regulator dan masyarakat”. Tekanan eksternal yang lebih besar ini memaksa mereka untuk melaporkan tepat


(42)

waktu . Perusahaan besar lebih memiliki internal control yang kuat yang dapat mengurangi kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat diandalkan serta dipercaya oleh auditor, sehingga tidak memerlukan pemeriksaan intensif.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian- penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti berkaitan dengan audit report lag menunjukkan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian- penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu N

o

Peneliti Judul Variabel Alat

Analisis

Hasil Penelitian 1. Susanto

(2013)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi audit report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Independen : probabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini perusahaan, ukuran KAP Dependen: audit report lag

Regresi Berganda

Solvabilitas dan ukuran KAP

berpengaruh terhadap terhadap Audit report lag sedangkan

probabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan opini perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

2. Prasongk oputra (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay Independen : Ukuran perusahaan, probabilitas, leverage, ukuran KAP

Dependen : audit delay Regresi Berganda Probabilitas dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

3. Wardhani (2013)

Analisis Pengaruh Good Corporate

Independen : ukuran komite

Regresi Berganda

independensi komite audit,


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor terpenting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Kerangka konseptual akan

Governance terhadap Audit Report Lag

audit, indepedensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, ukuran dewan, komisaris independen, KAP, anak perusahaan dan ukuran perusahaan Dependen: Audit report lag

kompetensi anggota komite audit dan ukuran dewan berpengaruh signifikan

terhadap audit report lag. Sedangkan ukuran komite, Rapat komite audit,

Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. 4. Wijaya

(2012)

Pengaruh Karakteristik komite audit terhadap audit report lag

Independen: independensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, jumlah anggota komite audit Dependen: audit report lag

Regresi berganda Jumlah anggota komite dan kompetensi anggota komite mempunyai pengaruh signifikan dalam mengurangi audit

report lag, sedangkan karakteristik komite audit lainnya tidak mempengaruhi audit report lag

5. Stephani (2010)

Pengaruh faktor eksternal dan internalperusahaa n terhadap Audit Delay Pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar dibursa efek

Independen Afiliasi kap, total assets turnover ratio(TATO), debt to equity ratio (DOR), dan opini audit Dependen Audit delay Regresi Berganda Afiliasi KAP berpengaruh positif terhadap audit delay. TATO, DER, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay dan secara simultan berpengaruh positif .


(44)

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Audit report lag merupakan perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Audit report lag dapat mengindikasikan lamanya prosespenyelesaian laporan audit hingga ditandatanganinya laporan audit yang dilakukan oleh auditor. Selain itu audit report lag juga mengindikasikan timeliness perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.

Keterlambatan dalam penyelesaian laporan audit hingga ditandatanganinya laporan audit oleh auditor atau yang sering disebut juga audit delay dapat

Komisaris Independen (X1)

Komite Audit (X2)

Leverage (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Audit Report Lag (Y)


(45)

dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian kali ini ada empat faktor yang akan diuji sebagai variabel independen utama yaitu komisaris Independen, Komite Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan.

Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik akan menciptakan pengendalian internal yang memadai dan dapat menjadi pendukung perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan secara tepat waktu. Oleh sebab itu, dengan adanya corporate governance yang baik maka kemungkinan terjadinya fraud dan kesalahan pelaporan atas informasi pada laporan keuangan juga semakin kecil. Hal ini dapat mengurangi Control Risk yang di yakini oleh auditor, sehingga auditor tidak perlu terlalu menekankan Substantive Test of Transction pada klien. Hal ini memberikan kemungkinan adanya pengaruh terhadap audit report lag.

Sesuai dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Dalam kerangka corporate governance komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini ditujukan agar perlindungan terhadap para penanam modal (seperti pemegang saham, bank sebagai kreditor dan lembaga dana pensiun) serta stakeholders lainya (seperti buruh perusahaan, customers, lingkungan hidup serta masyarakat sekitarnya) dikelola oleh perusahaan dengan baik. Pentingnya peranan komisaris independen dalam pengawasan pengelolaan perusahaan diharapkan komisaris independen dapat mengawasi ketepatan waktu publikasi suatu laporan keuangan sehingga dapat memperpendek audit report lag.


(46)

Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal anggota komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit. Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Namun, jumlah anggota komite audit pada perusahaan publik di Indonesia bermacam-macam, hal ini memunculkan pemikiran bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan mengurangi audit report lag.

Penelitian ini menggunakan debt to total equity untuk melihat pengaruh leverage terhadap audit report lag. Debt To Equity Ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi hasilnya, maka cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditur maupun pemegang saham.

Ukuran perusahaan dapat dinilai berdasarkan pada total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur ukuran perusahaan. Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, asset tetap, aset tak berwujud dan lainnya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan laporan keuangan auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa


(47)

faktor, seperti perusahaan yang berskala besar memiliki internal control yang baik dan manajemen cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit report lag. 2.4 Hipotesis

Menurut Erlina (2011: 41)“Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Menurut Jogiyanto (2004: 45) :

Hipotesis perlu dikembangkan. Hipotesis tidak dapat terjadi begitu saja. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan atau dengan logika dan hasil–hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori karena akan memverifikasi teori tersebut di fenomena yang ada. Hipotesis perlu dikembangkan dengan penjelasan logis jika tidak ada teori yang dapat digunakan atau tujuan dari riset adalah untuk menemukan teori yang baru. Hipotesis perlu dikembangkan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya karena hasil-hasil tersebut digunakan untuk menentukan arah dari hipotesisnya. Hipotesis dikembangkan dengan maksud supaya tujuan dari riset untuk menerima hipotesisnya dapat tercapai dengan kemungkinan yang besar.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag H2 : Komite audit berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag

H3 : Leverage berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag pada H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag H5 : Komisaris independen, Komite audit, Leverage, dan Ukuran Perusahaan


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 73) “desain penelitian merupakan suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Rencana yang dimaksud adalah program menyeluruh dari penelitian. Dalam rencana tersebut tercakup hal-hal yang dilakukan dalam penelitian mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai kepada analisis data akhir.

Desaian kausal merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Dalam penelitian yang menggunakan desain kausal ini terdapat Komisaris Independen , Komite Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel independen (variable bebas) terhadap Audit Report Lag sebagai variabel dependen (variable terikat).

3.2Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan sesuai dengan data yang diperlukan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari


(49)

Adapun jadwal penelitian digambarkan pada table berikut ini: Tabel 3.1

Waktu penelitian

3.3 Batasan Operasional

Penulis memberi batasan penelitian agar tujuan penelitian ini dapat tercapai: 1. Elemen-elemen dari mekanisme corporate governance yang akan diteliti

terdiri dari : Komisaris independen dan komite audit.

2. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, dan melaporkan laporan keuangan selama periode tersebut.

3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

No. Tahapan Penelitian Feb. 2014 Mar. 2014 Apr. 2014 Mei 2014 Jun. 2014 Jul. 2014 Ags. 2014 Sep. 2014 Okt. 2014 Nov. 2014 1 Pengajuan judul

skripsi

2 Pengesahan judul skripsi

3 Penyusunan Proposal 4 Pengumpulan

data

5 Bimbingan dan penyelesaian proposal

6 Seminar Proposal 7 Bimbingan dan

penyelesaian Skripsi 8 Sidang


(50)

3.4Definisi Operasional

Menurut Jogiyanto (2004 : 62) “definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek (properti) kedalam elemen-elemen yang dapat dikonservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di dalam riset”.

1. Variabel independen (X)

Menurut Idrus (2009:79) Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut variabel independen adalah variabel stimulus, variabel Prediktor, variabel antedecent, variabel eksogen. Dalam bahasa Indonesia disebut Variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Komisaris Independen (X1)

Independensi dewan diharapkan dapat diperoleh dengan hadirnya komisaris independen. Menurut Matsusaka dan Ozbas (2010) dalam Wardhani (2013), adanya komisaris independen diyakini dapat melindungi kepentingan seluruh pemegang saham. Cara mengukur variabel ini adalah dengan melihat proporsi jumlah dewan komisaris independen dibandingkan dengan jumlah keseluruhan anggota dewan. Data untuk variabel ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. Variabel ini dilambangkan dengan variabel BIND.


(51)

Komite audit Adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Variabel ini diukur dari proporsi jumlah anggota yang berasal dari luar Emiten dengan jumlah anggota Komite Audit. Data untuk variabel ini diperoleh dari laporan tahunan serta surat pengangkatan komisaris independen dan Komite Audit serta Direktori Pasar Modal Indonesia.

Komite audit bertugas membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan efektivitas audit dan eksternal audit. Anggota komite audit sekurang-kurangnya tiga orang yang diangkat dan diberhentikan komisaris, sedangkan anggota komite audit dari komisaris bertindak sebagai ketua.

c. Leverage (X3)

Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansial perusahaan tersebut. Pada umumnya rasio leverage yang digunakan ada dua yaitu debt to total aset dan debt to total equity. Untuk melihat pengaruh leverage terhadap audit report lag pada penelitian ini peneliti menggunakan debt to total equity. Debt To Equity Ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.


(52)

���: ���������� ������������ �100

d. Ukuran Perusahaan (X4)

Ukuran Perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Dalam penelitian ini, besar kecilnya ukuran perusahaan dihitung berdasarkan total asset yang tertera pada laporan keuangan perusahaaan akhir periode yang telah diaudit menggunakan log size. Pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran asset regresi.

2. Variabel terikat (Y)

Menurut Idrus (2009 :79) “penyebutan variabel dependen pun bermacam-macam. Sering disebut variabel output, variabel kriteria, variabel konsekuen, variabel endogen”. Dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah audit report lag yang diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari, ialah jangka waktu antara tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera dalam laporan auditor independen.

Audit report lag = tanggal laporan audit – tanggal laporan keuangan Ukuran Perusahaan = ln (total asset)


(53)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Perumusan variabel, definisi operasional, dan pengukuran variabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan pengukuran Variabel Jenis

variable

Nama

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Variabel Dependen Audit Report Lag Rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan sejak tutup buku sampai tanggal yang tertera di laporan auditan.

tanggal laporan audit – tanggal

laporan keuangan Rasio

Variabl Independen

Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan dan tidak terafiliasi dengan manajemen, dewan direksi lainnya atau pemegang saham yang dapat mempengaruhi independensinya

Jumlah komisaris independen Total anggota dewan komisarisx10

Rasio

Komite Audit

Anggota komite audit sekurang-kurangnya tiga orang yang diangkat dan diberhentikan

komisaris, sedangkan anggota komite audit dari komisaris bertindak sebagai ketua.

Jumlah Komite Audit Interval

Leverage kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansial perusahaan .

DER = ����� �����


(54)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011: 80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi didalam penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013.

Sampel adalah “bagian populasi yang digunakan memperkirakan karakteristik populasi”. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulanya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi yang sesungguhnya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling. Menurut Jogiyanto (2004 : 79) “purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti didalam penelitian ini adalah :

1. Perusahan-perusahaanPerbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak dikeluarkan (dilested) sepanjang tahun 2010-2013

Ukuran perusahaan

Besar kecilnya perusahaan. Total aset yang dimiliki

perusahaan pada tahun pelaporan


(55)

2. Memiliki periode laporan keuangan tahunan per 31 Desember yang diaudit serta dipublikasikan lengkap dengan laporan audit sepanjang tahun 2010-2013.

3. Menyajikan data-data proporsi komite audit, komisaris independen dan total aset dari tahun 2010-2013 dalam laporan keuangan atau laporan tahunannya.

Berdasarkan kriteria yang telah dipaparkan diatas, maka perusahaan Perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 29 perusahaan dari total 34 perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Sampel Penelitian No Kode Perusahaan

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk.

2 INPC BankArthaGraha InternationalTbk. 3 BBKP Bank Bukopin Tbk

4 BNBA Bank Bumi Artha Tbk 5 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 6 BBCA Bank Central Asia Tbk 7 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

8 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 9 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 10 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk

11 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 12 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk

13 BNII Bank International Indonesia Tbk 14 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk 15 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk

16 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 17 MEGA Bank Mega Tbk


(56)

18 BCIC Bank Mutiara Tbk

19 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 20 BBNP Bank Nusantara Pharayangan Tbk 21 BTPN BankTabunganPensiunan Nasional Tbk 22 NISP Bank OCBC NISP Tbk

23 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 24 BNLI Bank Permata Tbk

25 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 26 BSIM Bank Sinarmas Tbk

27 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk

28 MCOR BankWindu Kentjana International Tbk 29 BBTN Bank Tabungan Negara Tbk

3.7 Jenis Data

Menurut Idrus (2009 : 61) “data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian”. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi laporan keuangan pada periode 2010-2013. Data yang dibutuhkan adalah data proporsi komisaris independen, komite audit, leverage dan total aktiva. Sumber data adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang diperoleh dari situs www.idx.co.id.

3.8Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan data dari jurnal, abstrak, dan buku yang berkaitan dengan penelitian. Tahap kedua adalah studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian melalui media internet (situs


(57)

www.idx.co.id) dengan cara men-download laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan.

3.9 Teknik Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik menurut Gozali (2006:19) ialah “memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range kurtosisdan swekness (kemencengan distribusi)”. Dalam penelitian ini Analisis deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. 3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Model penelitian sebaiknya diuji terlebih dahulu asumsi klasiknya untuk memastikan tidak adanya bias atau rancu yang dapat membuat hasil penelitian menjadi tidak akurat. Pengujian asumsi klasik yang digunakan


(58)

dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi.

3.9.2.1 Uji Normalitas

Menurut Erlina (2011 :100) "Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal.

Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Model regresi yang baik hendaknya harus memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdisribusi normal atau tidak, yaitu analisis statistik dan analisis grafik.

Analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov atau yang biasa disingkat dengan K-S. Uji K-S dibuat dengan membuat Hipotesis :

Ho : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikan > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi

data normal ( Ho diterima), sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05


(59)

Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik dapat dilihat dengan grafik histogram dan normal profitability plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.9.2.2Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas menuurut Erlina (2011:102) adalah “situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya”. Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Sementara Menurut Gozhali (2006:91) menyatakan bahwa:

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari :

1) nilai tolerance dan lawannya, dan 2) Variance Inflation Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance


(1)

(2)

Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Tolerance VIF

(Constant) 78.192 18.337

Komisaris Independen 14.021 17.039 .915 1.093

Komite Audit .160 2.049 .616 1.624

Leverage 1.300 .772 .942 1.062


(3)

Hasil Uji Heteroskesdatisitas


(4)

Hasil Uji Autokorelasi

Model summary

Model R R

square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-watson

1 .331a .096 .064 20.651 2.009

a. Predictors: (Constant),Komisaris Independen, Komite Audit, Leverage, Ukuran Perusahaan


(5)

Hasil Anlisis Regresi

Coefficients

a

Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

b

Model R R square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .331a .096 .064 20.651

a.Predictors: (constant), Komisaris independen, komite audit, leverage, ukuran perusahaan

b.Dependen variable: Audit Report Lag

Uji t

Coefficients

a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 78.192 18.337 4.264 .000

Komisaris Independen

14.021 17.039 .078 .823 .412

Komite Audit .160 2.049 .009 .078 .938

Leverage 1.300 .772 .157 1.684 .095

Ukuran Perusahaan

-2.998 1.517 -.227 -1.976 .051

a.Dependen Variabel : Audit Report Lag

Model Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 78.192 18.337

Komisaris Independen

14.021 17.039

Komite Audit .160 2.049

Leverage 1.300 .772

Ukuran Perusahaan -2.998 1.517


(6)

Hasil Uji F

ANOVA

b

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1Regression 5050.712 4 1262.678 2.961 .023a

Residual 47336.348 111 426.454

Total 52387.060 115

a. Predictors: (Constant), Komisaris Independen, Komite Audit, Leverage, Ukuran Perusahaan