Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dewasa ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat sebagai akibat

berbagai faktor, diantaranya

perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya tuntutan pasien dan
perubahan ekonomi secara global. Di lain pihak ketersediaan biaya kesehatan
masih terbatas, karena kemampuan pemerintah masih terbatas dan

peran

masyarakat masih belum maksimal. Sementara itu sesuai dengan kebijakan
pemerintah


diharapkan untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Untuk mengantisipasi tantangan tersebut diperlukan
penelitian untuk diaplikasikan dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana
secara rasional (Rahmadina, 2010).
Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di
dunia terkait dengan banyaknya penyakit infeksi bakteri. Lebih dari seperempat
anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotika. Di negara
maju 13 - 37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan
antibiotika baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara
berkembang 30 - 80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat
antibiotika. Penggunaan antibiotika dapat menimbulkan masalah resistensi dan
efek obat yang tidak dikehendaki. Penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap
mencapai 23 - 28%. Dari persentase tersebut 20 - 65% penggunaannya dianggap

1
Universitas Sumatera Utara

tidak tepat. Penulisan resep dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat
cenderung meluas (Lestari, dkk., 2011).

Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penggunaan antibiotika secara
irrasional adalah dengan

muncul dan berkembangnya kuman-kuman

kebal

antibiotika atau terjadinya resistensi antibiotika. Dengan demikian mengakibatkan
pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas
pasien dan meningkatnya biaya parawatan kesehatan. Dampak tersebut harus
dievaluasi bersama dengan cara yang efektif, antara lain dengan menggunakan
antibiotika secara rasional, dan melakukan monitoring penggunaan antibiotika
terutama di rumah sakit yang merupakan tempat paling banyak ditemukan
penggunaan antibiotika (Lestari, dkk., 2011).
Salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara
berkembang yang penatalaksanaannya membutuhkan terapi antibiotika adalah
pneumonia. Hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei


Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2007 menunjukkan bahwa tahun 2007 kematian
pada balita tertinggi adalah akibat pneumonia yaitu 4,6 per 1000 balita.
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim
paru - paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Bakteri penyebab utama
adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus untuk bakteri yang
tergolong gram positif dan Haemophilus influenza, Klebsiella pneumoniae,
Mycobacterium tuberkulosis untuk bakteri yang tergolong gram

negatif

(Suharjono, dkk., 2009).
Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia
lanjut dengan angka kematian 169,7 per 100.000 penduduk. Usia lanjut

2
Universitas Sumatera Utara

merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini tergantung kepada keadaan
penderita dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang - orang yang tinggal
di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25 - 44 per 1000 orang dan

yang tinggal di tempat perawatan 68 - 114 per 1000 orang (Anonim, 2011).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2006 dalam
“pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat
ke- 6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai
6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar sepuluh dari total kasus kematian pada anak yang
menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumococcus (Anonim,
2011).
Tujuan farmakoekonomi adalah memberikan informasi yang dapat
membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan atas beberapa
alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih
efisien dan ekonomis. Kini informasi farmakoekonomi dianggap sama pentingnya
dengan informasi yang terkait khasiat dan keamanan obat dalam menentukan
pilihan obat yang akan digunakan. Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik
dalam skala mikro misalnya untuk mementukan pilihan terapi seorang pasien
dalam suatu penyakit, maupun skala makro misalnya dalam menentukan obat
yang akan disubsidi atau yang akan dimasukkan kedalam formularium (Eisenberg,
dkk., 1994).
Analisis cost effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program berbeda dengan

tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang

3
Universitas Sumatera Utara

akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif
program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah
yang akan dipilih oleh para pengambil keputusan (Tjiptoherijanto dan Soesetyo,
2008).
Hasil akhir perhitungan cost effectiveness dapat juga berupa cost
effectiveness average ratio (CEA

ratio) yang rasio antara perkiraan biaya

kegiatan tertentu dengan jumlah efek atau hasil (out put). Jadi, keputusan akhir
dalam

memilih antara alternatif kegiatan

adalah


membandingkan cost

effectiveness average ratio (CEA ratio) dari tiap-tiap kegiatan (Phillips, 2009).
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan meningkatkan pengeluaran
biaya baik bagi pasien maupun bagi rumah sakit dan pemerintah. Hal ini memicu
perlunya gambaran cost effectiveness pada

pengobatan pneumonia. Harga

antibiotika termasuk mahal dibandingkan obat lain, jika pemberian dan
penggunaan antibiotika tidak rasional akan memperlama kesembuhan pasien,
sehingga memperbesar biaya rawatan pasien. Untuk itu perlu dilakukan analisis
farmakoekonomi penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik (RSUP HAM).
1.2

Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang analisis ekonomi penggunaan antibiotika


pada pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik
(RSUP HAM).

4
Universitas Sumatera Utara

Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada bagan dibawah ini:
Variabel bebas

Variabel terikat

Nilai WBC
Length Of Stay
(White Blood Cell)
(LOS)
Biaya Langsung Medis

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi varibel terikat. Pada penelitian
ini variabel bebas adalah:
a. Biaya langsung medis berupa biaya perawatan (pasien yang menggunakan

Jaminan Kesehatan Masyarakat), biaya laboratorium (pemeriksaan urin
dan darah rutin), biaya tindak medis, dan biaya obat
b. Nilai WBC (White Blood Cell)
Variabel terikat adalah yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan akan
berubah karena variabel bebas (Saryono, 2008).
Dalam hal ini variabel terikat adalah Length Of Stay (LOS) atau
kesembuhan pasien yang di lihat dari lama rawat inap pasien di rumah sakit.
1.3

Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah:
a. apakah terdapat variasi demografi pada pasien pneumonia yang di rawat
inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik?
b. apakah

ada perbedaan efektivitas biaya diantara pasien pneumonia

pengguna antibiotika yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat
Adam Malik?


5
Universitas Sumatera Utara

c. apakah ada perbedaan penggunaan model terapi antibiotika diantara pasien
pneumonia yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik?
1.4

Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, adapun hipotesa dalam penelitian ini

adalah:
a.

terdapat variasi berdasarkan jenis kelamin, usia, lama rawat inap, dan
penggunaan model terapi pada pasien pneumonia yang di rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat HAji Adam Malik.

b.

ada perbedaan efektivitas biaya diantara pasien pneumonia pengguna

antibiotika yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik.

c. ada perbedaan penggunaan model terapi antibiotika diiantara pasien
pneumonia yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik.
1.5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis, tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. mengetahui demografi pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik.
b. mengakses model pengobatan pada pasien pneumonia rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
c. menganalisis model pengobatan yang paling cost-effective pada pasien
pneumonia rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji adam Malik.

6
Universitas Sumatera Utara

1.6


Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
a. bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dapat
digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pada pasien pneumonia Rumah Sakit Umum
Pusat haji Adam Malik.
b. bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, diharapkan
dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang analisis biaya
penggunaan antibiotika dan biaya pengobatan secara umum untuk
pneumonia di rawat inap, serta untuk mengetahui hubungan jenis
antibiotika dengan lama rawatan pasien dan tingkat kesembuhan.
c. dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap pemberian antibiotika pada
pasien

pneumonia rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik.
d. bagi dunia pendidikan dan peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah ilmu dan wawasan terutama mengenai farmakoekonomi dan
aplikasinya.

7
Universitas Sumatera Utara