Manajemen Stres Mahasiswa Program Ekstensi 2014 dalam Penyusunan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres
Stres biasanya diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan
dan sumber daya yang dimiliki oleh individu, dimana semakin tinggi kesenjangan
terjadi maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu dengan
demikian individu akan merasa terancam. Berbagai pendekatan mengenai stres
sudah dikemukakan oleh beberapa para ahli tentang stres (Yosep, 2014).
2.2 Pengertian Stres
Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu “stringere”
yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, stresce,
dan kemudian menjadi stres. Abad ke-17 istilah stres diartikan sebagai kesukaran,
kesulitan, atau penderitaan dan pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan lebih
menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada
benda atau manusia, terutama kekuatan mental manusia (Yosep, 2014).
Stres sebagai reksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan
seseorang. Selye (1982 dalam Yosep, 2014) mengatakan bahwa stres adalah
reaksi yang diberikan tubuh terhadap berbagai tantangan yang dijumpai dalam

hidup kita berdasarkan adanya perubaha n biologi dan kimia dalam tubuh. Hawari
(2004) mengatakan bahwa stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya, dimana dalam setiap permasalahan kehidupan yang

7
Universitas Sumatera Utara

8

menimpa seseorang dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi
tubuh dinamakan stres, dan yang dapat dikatakan distres apabila fungsi organ
tubuh terganggu. Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai
tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun disamping itu stres
juga dapat merupakan faktor pencetus penyebab sekaligus akibat dari suatu
gangguan atau penyakit. Stres dalam dalam kehidupan merupakan suatu hal yang
tidak dapat dihindari, masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres
tanpa harus mengalami distres.
Seorang ahli fisiologi dan tokoh dibidang stres yang terkemuka di
Universitas Montreal mengatakan stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap tuntutan atasnya. Dimana tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan,

tubuh akan berusaha menyeimbangkan rangsangan atau dengan kata lain manusia
akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh stres (Selye, 1982 dalam
Yosep, 2014).
2.3 Model-model Stres
Pendekatan model stimulus menganggap stres sebagai ciri-ciri dari
stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau
merusak. Model pendekatan ini menempatkan stres sebagai sesuatu yang
dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yang merupakan diagnosa stres. Hal
ini memandang stres tanpa suatu tuntutan yang beralasan, pasti mendatangkan
stres tanpa memandang bagaimana sumber daya individu (Yosep, 2014).
Pendekatan model respon mengidentifikasikan bahwa stres sebagai respon
individu terhadap stressor yang diterima. Usaha fisiologis untuk mengatasi stres
mencapai kapasitas penuh dan perlawanan melalui mekanisme pertahanan diri dan

Universitas Sumatera Utara

9

strategi mengatasi stres. Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap
stres yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perubahan

metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang
serius mulai pada saat kondisi menurun (Yosep, 2014).
Pendekatan model transaksional mengacu pada interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Studi berdasarkan pendekatan ini menyimpulkan bahwa kita tidak
akan dapat memprediksikan penampilan seseorang hanya mengenal stimulus,
individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu dengan
melakukan koping terhadap berbagai tuntutan (Yosep, 2014).
2.4 Gejala dan Akibat Stres
Gejala atau akibat stres yang dibicarakan adalah gejala/akibat yang negatif
karena sering mengganggu kehidupan manusia. Tingkat stres yang tinggi akan
berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada jalan keluar bisa mengakibatkan
beberapa macam penyakit yaitu: gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan
darah tinggi, asma, radang sendi, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit
menelan, panas ulu hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin,
sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa,
terserang panik, sembelit, diare, insomnia, dan lain-lain (Siswanto, 2007).
Cox (Gibson, dkk, 1990 dalam Siswanto, 2007) mengkategorikan akibat
stres menjadi lima kategori, yaitu:
a. Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi, meliputi kegelisahan,
agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan

kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil.

Universitas Sumatera Utara

10

b. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilakuperilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat,
peledakan emosi, berperilaku impulsif, tertawa gelisah.
c. Akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak
mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak
mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka
terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental.
d. Akibat fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja
alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah
naik, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar, sebentar-bentar
panas atau dingin.
e. Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja, meliputi
absen, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan
kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.
2.5 Macam-macam Stres

Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam,
diantaranya:
a) Stres fisik disebabkan karena keadaan fisik karena temperatur yang tinggi atau
yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus
listrik.
b) Stres kimiawi disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat
beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh
senyawa kimia.

Universitas Sumatera Utara

11

c) Stres mikrobiologik disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
d) Stres fisiologik disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya
gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
e) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan disebabkan karena proses
pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan, dan proses
lanjut usia.

f) Stres psikis atau emosional disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan
interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Hidayat, 2007).
2.6 Sumber Stresor
Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat
mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial
maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik seperti air minum, makan, atau
tempat-tempat umum, sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara,
sikap kesehatan, orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual
dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah dan lainnya
(Hidayat, 2007).
Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan
fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan atau lainnya.
Sedangkan sumber stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian
seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta pengaruh terhadap dirinya
(Hidayat, 2007).

Universitas Sumatera Utara

12


Selain sumber stresor diatas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari
berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkugan.Sumber stres
dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara
keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan
yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka
dapat menimbulkan suatu stres. Sumber stres di dalam keluarga ditandai dengan
adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan
yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu
keadaan yang dinamakan stres.Sumber stres didalam masyarakat atau lingkungan
ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan
pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik,
dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya
pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Hidayat, 2007).
2.7 Tahapan Stres
Stres dapat terjadi melalui beberapa tahapan. Amberg (1979 dalam Sunaryo,
2013) tahapan stres meliputi: Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang
disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, dan mampu
menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki. Stres
tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau

letih, cepat capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. Stres
tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga

Universitas Sumatera Utara

13

dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi, dan sulit tidur kembali, koordinasi
tubuh terganggu, dan jatuh pingsan. Stres tahap keempat, yaitu tahapan yang
disertai rasa keluhan, tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas
pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin
terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. Stres tahap kelima, yaitu
tahapan stres yang ditandai kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan
menyesuaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,
meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. Stres tahap keenam
(paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar

keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, serta
pingsan.
2.8 Faktor Pengaruh Respons Terhadap Stresor
Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda
berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping
yang dimiliki individu, diantara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
antara lain (Hidayat, 2007) :
a) Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsurangsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari
pemahaman tentang arti stresor.
b) Durasi stresor atau dengan istilah lamanya stresor yang dialami klien akan
mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama,

Universitas Sumatera Utara

14

maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat
mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
c) Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh.

Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan
dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah
stresor yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka
seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya.
d) Pengalaman masa lalu juga dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap
stresor yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang
dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam
mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya semakin baik pula.
e) Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respons terhadap
stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, maka lebih
rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Tipe
kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar,
mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan
yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja
sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak mudah
dipengaruhi, bila berlibur pikirannya ke pekerjaan yang lain-lain.
Sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif ambisinya wajarwajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak murah marah,
cara bicara tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka


Universitas Sumatera Utara

15

kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari
tipe kepribadian A.
f)

Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi
respons tubuh dimana semakin matang dalam perkembangannya, maka
semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangan
kemampuan individu dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya
berbeda-beda dan stresor yang dihadapinya pun berbeda. Mahasiswa yang
mengalami tahap perkembangan dewasa muda dan dewasa tengah
mendapatkan stresor yang berasal dari pernikahan, pekerjaan yang
meninggalkan rumah, lingkungan pekerjaan yang baru, melanjutkan
pendidikan, membesarkan anak, menerima proses penuaan, dan status
sosial.

2.9 Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik
secara fisiologis maupun psikologis (Hidayat, 2007). Stres yang dirasakan tiap
individu memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap sistem tubuh (Sunaryo,
2013). Hawari (2001 dalam Sunaryo, 2013) mengungkapkan bahwa stres dapat
mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti: Perubahan warna rambut, hitam
hingga kecokelat-cokelatan, putih/uban, rontok, gangguan ketajaman penglihatan,
titinus (pendengaran berdenging), daya ingat, konsentrasi, berpikir menurun,
wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, kedutan pada kulit wajah (tic
facialis), bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik, kulit dingin
atau panas, banyak berkeringat, kulit kering dan timbul eksem, biduran (urtikura),
gatal-gatal, tumbuh jerawat, telapak tangan dan kaki kering berkeringat,

Universitas Sumatera Utara

16

kesemutan, napas terasa berat dan sesak, jantung berdebar-debar, muka merah
atau pucat, lambung mual, kembung, perih, mulas; defekasi atau diare, sering
berkemih, otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang, kadar gula darah
meningkat, terjadi gangguan menstruasi pada wanita, libido menurun atau dapat
juga meningkat.
3.0 Stres Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Perkuliahan pada modren sekarag ini, bukan lagi sekadar datang
kekampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus.
Perkuliahan sekarang semakin kompleks yang seringkali menjadi beban tambahan
disamping tekanan dalam kuliah yang begitu melelahkan. Grafik usia mahasiswa
menunjukkan bahwa para mahasiswa pada umumnya berada dalam tahap remaja
hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih lebih labil dalam hal
kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah mahasiswa cenderung
terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal
perkuliahan maupun kehidupan diluar kampus, dapat menjadi hal yang
mengancam karena ketika ada stresor yang datang, maka tubuh akan meresponnya
(Purwati, 2010).
Masalah yang sering terjadi pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit
berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Secara
emosional antara lain sulit memotivasi dirinya sendiri, munculnya perasaan
cemas, sedih, kemarahan, frustasi, dan secara fisiologis antara lain gangguan
kesehatan, daya tahan tubuh yang terus menurun, sering pusing, badan terasa lesu,
lemas, dan insomnia (Rasmun, 2004).

Universitas Sumatera Utara

17

3.1 Penyebab Stres Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa keperawatan
antara lain (Purwati, 2010) :
a. Dosen
Sulitnya proses bimbingan tugas, makalah, diskusi, dan skripsi pada dosen
menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam proses penyelesaian tugas
atau skripsi. Banyak dosen terlalu kritis terhadap hasil tugas mahasiswa,
mereka harus melakukan revisi berulang kali karena belum sempurna.
Beberapa dosen sibuk dengan cara berpikir yang membingungkan mahasiswa
dan membuat pikiran terkuras. Ada juga dosen yang sulit ditemui di kampus
karena banyak kegiatan atau penuh waktunya untuk mengajar.
b. Beban kuliah
Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk
meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak Fakultas/Universitas
maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan
tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal
ini terjadi, maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada
mahasiswa.
c. Hubungan atau relasi
Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki
pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat
menjadi stresor, yang seringkali berkaitan dengan perasaan sendiri atau
kesepian, apalagi ketika mengalami atau kesulitan yang membutuhkan teman
untuk bercerita dan bertanya.

Universitas Sumatera Utara

18

d. Hambatan keuangan
Kuliah tidak hanya sekadar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah
berarti terlibat dengan lingkungan sosial tempat tersebut, sehingga keuangan
tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan
hidup dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah
satu sumber stresor bila dilihat dari segi finansial yang kurang mencukupi.
3.2 Manajemen Stres
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia, apabila
stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak
lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit (Sunaryo,
2013). Maka untuk mencegah dan mengatasi stres agar dapat tidak sampai ke
tahap yang lebih berat, maka dapat dilakukan dengan cara (Hawari, 2004) :
1. Mengatur pola makan
Makan dan minum yang baik tidak berlebihan, berhenti makan sebelum
kenyang. Jadwal makan baiknya teratur pagi, siang dan malam dan usahakan
jangan sampai terlambat. Menu makan juga baiknya bervariasi, berimbang
dan hangat. Sebab, makanan yang dingin dan monoton dapat menurunkan
daya tahan atau kekebalan tubuh. Jumlah kalori makanan dan minuman
baiknya

sedang

dan

wajar

saja,

jangan

berlebihan

karena

dapat

mengakibatkan kegemukan, sebaliknya jangan pula kekurangan karena dapat
mngakibatkan kurus.
2. Mengatur pola tidur
Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan
mental. Tidur adalah kebutuhan yang penting bagi kehidupan makhluk hidup

Universitas Sumatera Utara

19

terutama manusia, oleh karena itu jadwal tidur harus teratur. Lamanya tidur
yang baik adalah 7-8 jam, yaitu tidur jam 21.00 dan bangun tidur jam 05.00.
Atau paling tidak 4 malam dalam seminggu seseorang itu tidur dalam jangka
tersebut, agar kekebalan tubuh tidak menurun. Sebab bila rata-rata tidur
hanya 3-4 jam bahkan kurang dalam semalam, maka kekebalannya akan cepat
menurun dan mudah mengalami stres. Tidur dengan nyenyak tanpa gangguan
mimpi-mimpi yang menegangkan dan menyeramkan adalah tidur yang sehat,
keesokan harinya tubuh akan segar-bugar.
3. Melakukan olahraga
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental,
olahraga adalah salah satu caranya. Olahraga tidak perlu yang mahalmahal, bahkan tanpa biaya sekalipun orang dapat melakukannya.
Misalnya, jalan pagi, lari pagi, ataupun senam, yang dilakukan setiap hari
atau paling tidak 2 kali seminggu. Olahraga tidak perlu terlalu berlamalama, bila badan sudah berkeringat sudah cukup, dan kemudian mandi
dengan air hangat.
4. Tidak Merokok
Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh. Perlu diketahui bahwa berdasarkan
penelitian (Sujudi A., 1999 dalam Hawari, 2004) rokok atau tembakau
adalah :

Universitas Sumatera Utara

20

a. Pintu pertama ke NAZA.
b. Pembunuh nomor 3 sesudah penyakit jantung koroner dan kanker.
c. Satu batang rokok memperpendek umur 12 menit.
d. Rokok atau tembakau termasuk zat adiktif.
e. Rokok adalah racun yang menular (perokok pasif).
f. Setiap hari 10.000 orang didunia mati karena rokok.
g. Setiap tahun 57.000 orang Indonesia mati karena merokok.
5. Tidak Meminum Minuman Keras
Tidak meminum minuman keras (minuman yang mengandung alkohol)
adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta
kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan
gangguan mental dan perilaku dan juga penyakit lever yang berlanjut pada
kematian. Hasil penelitian yang dilakukan (Chalan,dkk, 1987 dalam Hawari,
2004) menyatakan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol
mengakibatkan :
a. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat, 1987 disebabkan oleh
pengemudi dibawah pengaruh alkohol.
b. Tercatat kematian di Amerika Serikat, 1987 sekitar 15.000 jiwa setiap
tahunnya dengan kasus bunuh diri dibawah pengaruh alkohol.
c. 40 juta anak/suami/istri di Amerika Serikat, 1987 menanggung derita mental
karena salah satu atau lebih anggota keluarganya menderita ketergantungan
alkohol.

Universitas Sumatera Utara

21

6. Mengatur berat badan
Orang yang berat badannya berlebihan atau sebaliknya akan menurunkan
daya tahan dan kekebalan tubuh tehadap stres. Oleh karena itu berat badan
hendaknya seimbang dengan tinggi badan yaitu tipe tubuh atletis.
7. Bergaul dengan orang lain
Manusia adalah makhluk sosial, seseorang tidak dapat hidup sendiri atau
menyendiri. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh
terhadap stres, maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi dan
teman serta perluas pergaulan sosial, atau dengan kata lain perbanyaklah
tali silaturahmi antar sesama yang serasi, selaras dan seimbang. Dari
sekian banyak sahabat dan kenalan, tentu ada yang lebih akrab, kepada
siapa kita dapat bertukar fikiran mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi.
Dalam hidup ini seseorang memerlukan orang lain yang dapat dipercaya
untuk dapat bertukar fikiran segala macam persoalan hidup yang
menimbulkan ketegangan, kecemasan, dan atau depresi. Apabila seseorang
tidak dapat menemukan orang lain yang dapat diajak bertukar fikiran,
maka diharapkan jangan ragu-ragu atau bimbang untuk berkonsultasi
dengan psikiater.
8. Mengatur waktu
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental,
maka pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah,
disekolah/kampus, di tempat kerja dan dalam pergaulan sosial menjadi
amat penting. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa
produktivitas,

sebaliknya

jangan

pula

kekurangan

waktu

untuk

Universitas Sumatera Utara

22

mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
hendaknya segera dilakukan jangan ditunda-tunda sampai menumpuk dan
terdesak waktu atau dikejar-kejar waktu. Seseorang hendaknya pandai dan
bijak dalam mengatur waktu untuk bekerja, keluarga, rekreasi, tidur,
olahraga, makan-minum, dan yang lebih penting serta tidak boleh
dilupakan adalah waktu untuk menjalankan ibadah.
9. Beribadah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, dan karena itu manusia
memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spriritual. Seseorang yang
beragama hendaknya jangan sekedar formalitas saja, tetapi lebih utama
mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agamanya, sehingga
manusia dapat memeproleh kekuatan dan ketenangan. Berbagai penelitian
membuktikan bahwa tingkat keimanan sesorang erat hubungannya dengan
imunitas atau kekebalan baik fisik maupun mental.
10. Melakukan rekreasi
Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang
monoton, maka luangkanlah waktu untuk berekreasi atau mencari hiburan,
karena sangat berguna untuk memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik
maupun mental. Jika seseorang dapat mengatur waktu untuk rekreasi
bersama keluarga seminggu sekali. Rekreasi bersama keluarga merupakan
komunikasi yang efesien dan efektif untuk menjalin dan mempererat tali
silahturahmi antar anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara

23

11. Mengatur keuangan
Seseorang baiknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran. Penggunaan uang sebaiknya

bersifat produktif dan

pengeluaraan yang konsumtif baiknya perlu dikendalikan dan dibatasi.
12. Memberikan kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang, pangan dan papan
adalah kebutuhan psikologik yaitu mencintai dan dicintai dengan penuh
rasa kasih sayang. Antara orangtua dan anak hendaknya dapat saling
memberi dan menerima kasih sayang sehingga terciptalah suasana
keluarga yang tentram dan tenang, dimana masing-masing mempunyai
rasa aman dan terlindung. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa 80%
para eksekutif menderita stres karena faktor kehidupan keluarga yang tidak
harmonis.
13. Lain-lain
Dikalangan

masyarakat

barat

yang

tidak

melakukan

pendekatan

psikoreligius, dalam upaya seseorang untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan terhadap stres dilakukan aktivitas relaksasi, meditasi, yoga dan
lain sebagainya
14. Terapi Psikofarmaka
Terapi Psikofarmaka yang dimaksud disini adalah pengobatan untuk stres
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter disusun disaraf pusat otak yang berfungsi
mengatur alam fikiran, alam perasaan, dan perilaku atau dengan kata lain
mengatur fungsi psikis seseorang.

Universitas Sumatera Utara

24

15. Terapi Somatik
Dalam pengalaman sehari-hari sering dijumpai gejala atau keluhan fisik
(somatik) sebagai gejala ikutan atau akibat dari stres, kecemasan dan
depresi yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan.
16. Psikoterapi
Pada pasien yang mengalami stres selain diberikan terapi psikofarmaka
dan terapi somatik, juga diberikan terapi kejiwaan yang dinamakan
psikoterapi. Psikoterapi ada banyak macam tergantung dari kebutuhan
individual maupun keluarga.
17. Terapi Psikoreligius
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata keimanan seseorang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi
berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.
18. Terapi Psikososial
Terapi Psikososial adalah untuk memulihkan kembali kemampuan
adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar
dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah, disekolah/kampus, ditempat
kerja, maupun dilingkungan pergaulan sosialnya.
19. Konseling
Semua proses terapi yang telah dijelaskan sebelumnya diatas khususnya
psikoterapi dilakukan melalui konseling. Konseling tidak dapat dilakukan
oleh orang yang bukan ahli dalam bidang tersebut melainkan orang yang
telah profesional dan telah mendapatkan pelatihan yang khusus.

Universitas Sumatera Utara