Gambaran Stres Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

GAMBARAN STRES MAHASISWA SARJANA

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2012

Skripsi

oleh

Dedi Yariski Simbolon

111121028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Gambaran Stres Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

Nama : Dedi Yariski Simbolon

Nim : 11121028

Jurusan : S1 Ekstensi Keperawatan Tahun Akademik : 2011/2013

Abstrak

Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Dalam kegiatannya mahasiswa juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana fakultas keperawatan dan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampling yaitu probality sampling dengan jumlah sampel sebanyak 202. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres ringan sebanyak 62 orang (30.7%), stres sedang sebanyak 137 orang (60.8%) dan berat sebanyak 3 orang (1.5%). Adaptasi dengan stres yang dialami dengan cara yang tepat sangat penting bagi mahasiswa keperawatan dalam menjalani perkuliahannya sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik tanpa mengalami distres.


(4)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, hidayah dan anugerah-Nya yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Stres Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012”. Dan juga sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah, semoga kita memperoleh syafaatnya dikemudian kelak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini kepada: Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes sebagai dosen pembimbing dalam menyelesaikan skripsi ini yang senantiasa memberi masukan dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya, Ibu Erniyati, S.Kep, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakutas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Nunung Febriany Sitepu, S. Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji pertama penulis, Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji kedua penulis,


(5)

Segenap dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Kepada Bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan yang telah memberi izin pada penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini. Teristimewa kepada Ayahanda Drs. H. Tawaruddin Simbolon dan ibunda Hj. Elly Zulhana Lubis serta abang dan adik saya dan kepada seluruhkeluarga yang selalu memberikan cinta, doa, bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya kepada rekan-rekan ekstensi pagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2011/2012 yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, teristimewa teman dekat saya Hanna Sefriza Nasution dan teman-teman lainnya yaitu bg Ilham, bg Marasonang, bg Zainal, Nanda, Ikhsan, Ryan, Sahdam, dan lain-lainnya.

Semoga Tuhan mencurahkan berkat-Nya pada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Keperawatan.

Medan, Februari 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR SKEMA ... ……. vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Hubungan Manusia dengan Lingkungannya ... 6

2. Penghargaan / Penilaian ... 6

3. Evalution Form ... 9

4. Reappraisal ... 11

5. Konsep Stres 5.1Defenisi Stres ... 12

5.2Model Stres ... 12

5.3Penyebab Stres ... 16

5.4Tipe-tipe Stres ... 21

5.5Tingkat Stres ... 22

5.6Tahapan Stres ... 23

5.7Gejala Stres ... 24

5.8Stress Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan ... 25

5.9Penyebab Stres Mahasiswa Keperawatan ... 26

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka konseptual ... 28


(7)

2. Defenisi operasional ... 29

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 30

2. Populasi dan sampel ... 30

2.1Populasi ... 30

2.2Sampel ... 31

3. Lokasi dan waktu penelitian... 32

4. Pertimbangan etik ... 32

5. Instrumen penelitian ... 32

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 34

7. Pengumpulan data ... 34

8. Analisa data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian ... 36

1.1Data demografi responden ... 36

1.2Gambaran stres mahasiswa keperawatan ... 37

2. Pembahasan ... 39

BAB 6 PENUTUP 1. Kesimpulan ... 43

2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Lembar PersetujuanMenjadi Responden

2. Petunjuk Pengisian Kuesioner (Informen Consent) 3. Kuesioner Penelitian

4. Surat Izin Penelitian 5. Surat Selesai Penelitian 6. Hasil Reliabilitas

7. Hasil Tabulasi Data Hasil Penelitian 8. Jadwal Penelitian

9. Anggaran Biaya 10.Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Gambaran stres mahasiswa sarjana Keperawatan Fakultas


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional…………... 29 Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa Pendidikan Sarjana Keperawatan USU

... 30

Tabel 4.2 Jumlah Sampel Mahasiswa Pendidikan Sarjana Keperawatan USU ... 31

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012... 37 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi stres mahasiswa sarjana keperawatan


(10)

Judul : Gambaran Stres Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

Nama : Dedi Yariski Simbolon

Nim : 11121028

Jurusan : S1 Ekstensi Keperawatan Tahun Akademik : 2011/2013

Abstrak

Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Dalam kegiatannya mahasiswa juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana fakultas keperawatan dan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampling yaitu probality sampling dengan jumlah sampel sebanyak 202. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres ringan sebanyak 62 orang (30.7%), stres sedang sebanyak 137 orang (60.8%) dan berat sebanyak 3 orang (1.5%). Adaptasi dengan stres yang dialami dengan cara yang tepat sangat penting bagi mahasiswa keperawatan dalam menjalani perkuliahannya sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik tanpa mengalami distres.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres bukan sesuatu hal yang buruk dan menakutkan, tetapi merupakan bagian dari kehidupan dan tidak semua bentuk stres itu mempunyai konotasi negatif tetapi banyak juga bersifat positif. Akumulasi stres merupakan akibat dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi dan mengendalikan stresnya. Pengendalian stres yang optimal akan menghasilkan tantangan dan motivasi untuk maju bagi setiap individu (Dalami, 2010).

Setiap orang juga mengalami stres dari waktu ke waktu dan umumnya seseorang dapat mengadaptasi stres jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasinya maka dapat terjadi penyakit. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditunjukan pada orang yang disayangi, dan status kesehatan (Hidayat, 2009). Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus.


(12)

Perkuliahan sekarang semakin kompleks yang seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang sudah begitu melelahkan. Grafik usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus, dapat menjadi distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya (Purwati, 2010).

Penelitian mengenai stres telah dilakukan pada beberapa Universitas. Di Amerika Utara, penelitian yang dilakukan terhadap 100 partisipan menunjukkan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38% (Shannone, 1999). Penelitian sejenis dilakukan oleh (Firth, 2004) pada salah satu Universitas di Inggris yang melibatkan 165 partisipan tersebut menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa adalah 31,2%. Sementara itu, tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil bahwa di Pakistan, dengan 161 partisipan, prevalensi stres mahasiswa adalah 30,84% (Shah, Hasan, Malik, & Sreeramareddy, 2010). Di Malaysia, dengan 396 partisipan, prevalensi stres mahasiswa adalah 41,9% (Sherina, 2004) dan di Saudi Arabia terhadap 494 partisipan, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 57% dimana 21,5% diantaranya merupakan stres ringan, 15,8% stres sedang, dan 19,6% stres berat. Penelitian Abdulghani (2008) menunjukkan dampak stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua, dan


(13)

ketiga. Stres pada mahasiswa dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik, penurunan konsentrasi belajar, dan penurunan daya ingat. (Carolin, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Keperawatan PSIK Undip angkatan 2010 ditemukan bahwa 10% dari 10 responden mengalami stres ringan, 70% mengalami stres sedang, dan 20% mengalami stres berat. Penelitian juga dilakukan Timmins dan Kaliszer (2002) tentang faktor yang menyebabkan stres pada mahasiswa keperawatan, menjelaskan stres yang dialami oleh mahasiswa baik pada program akademik maupun praktek klinik. Sumber-sumber stress meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan akademis, hubungan dengan pengajar dan staf, praktek klinik, dan kondisi financial (Ulumuddin, 2011).

Stressor yang dialami mahasiswa sangat besar dampaknya, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto. Penelitian tersebut mendapatkan data sebanyak 3% mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah jika institusi pendidikan tidak melakukan pencegahan stres terhadap mahasiswa keperawatan. Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif. Dampak negatif pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, sulit memahami pelajaran dan dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Akibat yang sering muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol,


(14)

terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Rasmun, 2004).

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran stres mahasiswa sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana stres mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012?

4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memahami masalah stres dan mengetahui cara mengatasi dan menangani stres.


(15)

2. Bagi Fakultas Keperawatan

Data dan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan masukan bagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam usaha memahami dan menangani gambaran stres mahasiswa Sarjana Keperawatan.

3. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang stres dan mendapatkan gambaran stres mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

Lazzarus mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu:

1.1 Fenomena catalismic, yaitu kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

1.2 Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian.

1.3 Daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi (Prabowo, Hendro. 1998).

2. Penghargaan / Penilaian

Stres merupakan persepsi yang dinilai seseorang dari suatu situasi atau peristiwa yang sama dapat dinilai positif, netral atau negatif oleh orang yang berbeda. Penilaian ini bersifat subjektif pada setiap orang. Oleh karena itu, seseorang dapat merasa lebih stres dari pada yang lainnya walaupun mengalami kejadian yang sama.


(17)

Perbedaan tingkat perkembangan antara anak-anak dengan orang dewasa tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal pembentukan persepsi manusia. Teori appraisal dari Lazarus telah diaplikasikan dalam penelitian terhadap anak. Salah satu penelitian yang dimaksud adalah penelitian oleh Johnson dan Bradlyn (dalam Wolchik & Sandler, 1997) yang ditujukan untuk meneliti appraisal positif dan negatif terhadap suatu peristiwa serta untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh peristiwa tersebut terhadap seorang anak.

Menurut Lazzarus (1991) dalam melakukan penilaian tersebut terdapat dua tahap yang harus dilalui :

2.1 Primary appraisal

Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu peristiwa yang dialami individu. Peristiwa tersebut dapat dipersepsikan positif, netral, atau negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari kemungkinan adanya harm, threat, atau challenge. Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Challenge merupakan tantangan akan kesanggupan untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi (Lazarus dalam Taylor, 1991). Pentingnya primary appraisal digambarkan dalam suatu studi klasik mengenai stres oleh Speisman, Lazzarus, Mordkoff, dan Davidson (dalam Taylor, 1991). Studi ini menunjukkan bahwa stres bergantung pada bagaimana seseorang menilai suatu peristiwa.


(18)

a. Goal relevance; yaitu penilaian yang mengacu pada tujuan yang dimiliki seseorang, yaitu bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya.

b. Goal congruence or incongruenc; yaitu penilaian yang mengacu pada apakah hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan keinginan individu atau tidak, dan apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya, maka disebut sebagai goal incongruence, dan sebaliknya jika hal tersebut memfasilitasinya, maka disebut sebagai goal congruence. c. Type of ego involvement; yaitu penilaian yang mengacu pada berbagai

macam aspek dari identitas ego atau komitmen seseorang.

2.2 Secondary appraisal

Secondary appraisal merupakan penilaian mengenai kemampuan individu melakukan coping, beserta sumber daya yang dimilikinya, dan apakah individu cukup mampu menghadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi.

Secondary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu:

a. Blame and credit: penilaian mengenai siapa yang bertanggung jawab atas situasi menekan yang terjadi atas diri individu.

b. Coping-potential: penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya.


(19)

c. Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik atau buruk.

Pengalaman subjektif akan stres merupakan keseimbangan antara primary dan secondary appraisal. Ketika harm dan threat yang ada cukup besar, sedangkan kemampuan untuk melakukan coping tidak memadai, stres yang besar akan dirasakan oleh individu. Sebaliknya, ketika kemampuan coping besar, stres dapat diminimalkan.

3. Evaluative Form

3.1 Irrelevant, Benign-Positive, dan Stressfull Pada Primary Appraisal

Terdapat tiga jenis primary appraisal, yaitu irrelevant, benign-positive dan stressful. Ketika seseorang berinteraksi dengan perubahan lingkungan tanpa adanya implikasi untuk mencapai kesejahteraan seseorang, maka hal ini termasuk kedalam bentuk irrelevant.

Contoh langsung penerapan irrelevant ini adalah ketika seekor anjing sedang tidur dan tiba-tiba terdengar keributan. Hal ini memicu anjing tersebut secara otomatis dengan menggerakkan telinga untuk mencari sumber keributan tersebut. Bagaimanapun, respon ini akan menghilang ketika anjing tersebut menemukan bahwa keributan tersebut tidak terjadi lagi. Hal ini juga diterapkan pada manusia untuk membedakan antara yang relevan dengan yang irrelevant, dengan syarat bahwa manusia akan memfokuskan tindakannya saja pada sesuatu yang diinginkan atau dibutuhkan.


(20)

Benign-positif appraisal terjadi apabila hasil interaksinya dipersepsikan secara positif. Itulah sebabnya apabila benign-positif appraisal diterapkan maka akan menambah kesejahteraan yang dikarakteristikan sebagai perasaan yang menyenangkan seperti riang, gembira, cinta dan kasih sayang, kebahagiaan, penuh kedamaian ataupun hal-hal menggembirakan lainnya.

Stressful, termasuk didalamnya harm/loss, threat dan challenge. Contoh dari harm/loss ini seperti cedera atau kesakitan, pengakuan dari orang-orang yang mengalami harga diri rendah, dan kehilangan orang yang dicintai. Harm dikarakteristikan sebagai emosi negatif seperti rasa cemas, takut dan marah. Jenis kedua dari stressful berikutnya adalah threat. Threat merupakan proses kehilangan yang tidak dapat ditangani, tetapi dapat diantisipasi. Jenis ketiga stressful berikutnya adalah challenge. Secara umum, challenge ini lebih banyak digunakan oleh individu sebagai usaha untuk melakukan koping. Perbedaan utamanya adalah bahwa challenge appraisal berfokus pada kesanggupan yang berkaitan dengan keuntungan dan perkembangan dalam berinteraksi sehingga challenge dikarakteristikan dengan emosi yang menyenangkan, misalnya keinginan, dan hal yang menggembirakan.

3.2 Irrelevant, Benign-Positive, dan Stressfull Pada Secondary Appraisal

Secondary appraisal lebih dari sebuah latihan pemikiran belaka yang meninggalkan kesan pada semua masalah pemikiran yang kemungkinan dapat diselesaikan. Ini merupakan suatu evaluasi yang kompleks yang mengambil makna dari setiap pilihan koping yang tersedia, yang


(21)

kemungkinan pilihan koping yang diberikan akan menyelesaikan masalah ataupun pilihan koping yang lain dapat diterapkan dalam mengatur strategi yang efektif. Pilihan koping dari secondary dan primary appraisal saling mempengaruhi satu sama lain dalam membentuk tingkat stres dan tingkat kemampuan serta kualitas reaksi emosional pada setiap individu yang berbeda.

Challenge appraisal dapat terjadi ketika seseorang mengendalikan perasaan yang berlebih dalam mengontrol masalah yang berhubungan antara manusia dengan lingkungan. Challenge tidak akan terjadi jika apa yang harus dilakukan tidak disebut sebagai usaha yang tetap. Tantangan akan menjadi menyenangkan apabila rintangan dapat terlewati.

4. Reappraisal

Reappraisal dapat diartikan sebagai perubahan appraisal dari masalah sebelumnya dari lingkungan yang mungkin memberi tekanan pada seseorang dan atau informasi dari reaksi seseorang. Sebagai contoh, ketika kemarahan mempengaruhi orang lain, kemarahan ini juga dinyatakan atau direaksikan sebagai bentuk faktor pembuat masalah. misalnya, reaksi itu mungkin dihasilkan dari rasa bersalah atau rasa malu yang menghasilkan suatu perasaan yang benar atau bahkan ketakutan. Dalam menengahi dua interaksi yang kompleks antara manusia dengan lingkungan membutuhkan proses kognitif appraisal. Sebagai timbal balik reappraisal ini, threat dapat dinilai sebagai sesuatu yang tidak dapat dijamin atau diubah. Suatu benign-positif mungkin dapat diganti ke salah satu dari


(22)

bentuk threat menciptakan sebuah rangkaian dari perubahan emosi dan penilaian. Reappraisal merupakan bentuk penilaian sederhana yang diikuti dengan penilaian dini dalam waktu yang bersamaan. Intinya reappraisal dengan appraisal tidak berbeda.

Maka dapat diidentifikasi terdapat tiga jenis kognitif appraisal yaitu primary appraisal, secondary appraisal, dan reappraisal. Primary appraisal terdiri dari irrelevant, benign-positive, dan stressfull. Stressfull appraisal terbagi atas tiga jenis; harm/loss, threat, dan challenge. Harm/ loss merupakan dampak dari masalah seseorang yang masih dapat ditahan.

5. Konsep Stres 5.1 Defenisi Stres

Stres merupakan sebuah kata yang sering diucapkan, berbagai kondisi yang menunjukkan bahwa orang mengalami ketegangan, kecemasan dan ketakutan seringkali disebut dengan stres (Hidayat, 2009). Stres dapat diartikan suatu kondisi dimana pengalaman atau goncangan yang dihadapi sekarang mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari, perasaan terancam yang disertai dengan usaha-usaha yang bertujuan mengurangi ancaman, stres merupakan suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan hidup (Selye, 2004).

Stres sebagai reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan


(23)

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana, 1994).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang timbul apalabila seseorang berinteraksi dan bertransaksi dengan situasi-situasi yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.

5.2 Model Stres

Model stres digunakan untuk mengidentifikasi stressor bagi individu tertentu dan memprediksi respon individu tersebut terhadap stresor. Setiap model menekankan aspek stres yang berbeda. Perawat menggunakan model stres untuk membantu mengatasi respon yang tidak sehat. Dengan modifikasi model ini dapat membantu dalam merawat dengan cara menunjukkan individualisasi bagi pasien (Potter & Perry, 2005).

a. Model stres berdasarkan respons

Model berdasarkan respon berkaitan dengan mengkhususkan respon atau pola respon yang mungkin menunjukkan stressor. Model stres dari Selye adalah respons yang mengidentifikasi stres sebagai respons non spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya. Stres ditunjukkan oleh reaksi fisiologis spesifik, sehingga respons seseorang terhadap stres


(24)

benar-benar fisiologis dan tidak pernah dimodifikasi untuk memungkinkan pengaruh dari kognitif. Model berdasarkan respons tidak memungkinkan perbedaan individu dalam pola berespons. Kurangnya keleluasaan ini dapat menimbulkan beberapa kesulitan bagi perawat karena perbedaan indiividu harus diidentifikasikan dalam fase pengkajian. Namun demikian, mungkin akan lebih bermanfaat bila menentukan respons fisiologis.

b. Model adaptasi

Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan. Kemampuan untuk menghadapi stres faktor pertama tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistim dukungan, dan persepsi keseluruhan. Faktor kedua berkenaan dengan praktik dan norma kelompok. Jika kelompok sebaya memandang sebagai norma untuk membicarakan stressor tertentu, klien mungkin berespons dengan mengeluhkan tentang stresor atau mendiskusikannya. Respons ini dapat membantu beradaptasi terhadap stres. Faktor ketiga adalah dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seseorang individu untuk beradaptasi terhadap stresor. Faktor terakhir mencakup sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stresor. Model adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap untuk menghadapi situasi yang menegangkan. Dengan menggunakan model ini dan intervensi yang sesuai, perawat dapat membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan kesehatan dalam semua dimensi kemanusiaan.


(25)

c. Model berdasarkan stimulus

Model berdasarkan stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau disruptif didalam lingkungan. Riset klasik yang mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah menghasilkan perkembangan dalam skala penyesuaian sosial yang mengukur efek peristiwa besar dalam kehidupan terhadap penyakit (Holmes dan Rahe, 1976). Model berdasarkan stimulus memfokuskan pada asumsi berikut.

1. Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama.

2. Individu adalah resipien pasif dan stres, dan persepsi mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan.

3. Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut.

d. Model berdasar transakasi

Model berdasarkan transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif (Lazarus dan Folkman, 1984). Model ini yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman, Memandang stresor sebagai respons perseptual individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif. Stres berasal dari hubungan antara individu dan lingkungan. Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping (Monsen, Floyd, Brookman, 1992).


(26)

5.3 Penyebab Stres

Keadaan atau peristiwa stres disebut stressor psikososial, menurut Hawari (2000) membagi sebab-sebab stres itu sebagai berikut :

a. Masalah dengan orang tua

Permasalahan yang sering dihadapi misalnya, hubungan yang kurang baik dengan orang tua. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan stres yang pada gilirannya seseorang dapat jatuh dalam depresi dan kecemasan. b. Hubungan interpersonal atau antar pribadi

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, konflik dengan teman atau konflik di perkuliahan. Konflik hubungan interpersonal ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang dan yang bersangkutan dapat mengalami stres.

c. Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal, hidup dalam lingkungan yang rawan. Rasa terancam dan tidak merasa aman, ini amat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup sehingga tidak jarang orang jatuh ke dalam depresi.

d. Masalah Keuangan.

Masalah keuangan atau kondisi sosial ekonomi yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlilit utang, kurangnya uang saku yang diberikan oleh orang tua. Problema keuangan amat


(27)

berpengaruh pada kesehatan ini merupakan faktor yang membuat seseorang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.

e. Masalah Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres. Misalnya tuntutan hukum, pengadilan, dan penjara akibat kenakalan dilingkungan umum. Stres di bidang hukum ini dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi.

f. Pengembangan

Adalah pengembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja dan masa dewasa. Kondisi setiap perubahan pada fase-fase tersebut dapat menyebabkan depresi terutama pada mereka yang sedang duduk di perkuliahan.

g. Penyakit fisik dan cedera

Sumber stres yang dapat menyebabkan adalah penyakit, kecelakaan, operasi atau pembedahan. Dalam hal penyakit yang banyak menimbulkan depresi adalah penyakit yang kronis.

h. Faktor keluarga

Adalah yang dialami anak dan remaja yang disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak stabil. Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut (Kusmiati dan Desminiarti, 1990 dalam Sunaryo, 2004) dapat digolongkan beberapa berikut :


(28)

1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising atau sinar yang terlalu terang.

2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.

3. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

4. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

5. Stres emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan.

Menurut (Grand, 2000 dalam Sunaryo, 2004), stres dibagi dua macam yaitu: 1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,

seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.

2. Penyebab mikro yaitu, menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti pertengkaran, beban pekerjaan, masalah sehari-hari dan lain-lain.

Sedangkan menurut Rasmun (2004) sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh, sumber stres berupa biologik atau fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spritual, terjadinya stres karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.


(29)

1. Stressor biologik

Stressor biologik dapat berupa mikroba, bakteri virus dan jasad renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan mahluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesahatan, misalnya tumbuhnya jerawat, demam dan digigit binatang yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.

2. Stressor fisik

Stressor fisik dapat berupa perubahan iklim, akam, suhu, cuaca, geografi yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan dll.

3. Stressor kimia

Stressor kimia dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obatt, pengobatan, pemakaian alkohol, nikotin, cafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan-bahan pengawet dan pewarna.

4. Stressor psikologis

Stressor psikologik yaitu labeling (penamaan) dan prasangka, ketidak puasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya dan perkosaan), konflik peran, ekonomi, emosi yang negatif, dan kehamilan.

5. Stressor spritual

Stressor spritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan. Tidak hanya stressor negatif yang menyebabkan stres tetapi stressor positif pun dapat menyebabkan stres misalnya kenaikan pangkat atau promosi


(30)

jabatan, tumbuh kembang, menikah, dan menpunyai anak. Semua perubahan yang terjadi sepanjang dari kehidupan.

Sedangkan menurut (Mumpuni, 2010), membagi tingkatan stres itu juga menjadi tiga yaitu :

1. Tingkatan Pertama

Setelah mengetahui adanya stres, tubuh akan segera beraksi. Kecepatan tubuh dalam beraksi dikenal sebagai alam stage. Apabila ada rasa takut, cemas atau kawatir, maka badan akan terasa mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme yang menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya yang mengancam. Ditandai dengan adanya denyut bertambah cepat dan otot berkontraksi.

2. Tingkat Resistensi

Pada tingkat inidividu beberapa mekanisme bertahan. Biasa disebut coping mekanisme. Coping mekanisme berarti kegiatan untuk mengatasi masalah, misalnya rasa kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan sikap ramah bukan dengan marah yang tidak terkendali, dan sebagainya.

3. Tingkat Ketelitian

Jika stres berlangsung lama akan memasuki tingkat ketiga, tubuh tidak lagi mempunyai senjata untuk melawan stres. Pada keadaan ini, orang biasanya jatuh sakit. Gejalanya psikosomatis, antara lain : gangguan pencernaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, menstruasi tidak lancar dan bentuk gangguan lainnya. Kadang-kadang muncul gejala lain, seperti tidak mau makan. Terlebih


(31)

lagi bila diperberat dengan kejadian-kejadian yang datang bersamaan, seperti ditinggal oleh orang yang disayangi, di PHK, pensiun, musibah dan bencana.

5.4 Tipe Stres

Sebenarnya stres tidaklah selalu bersifat negatif, Hans Seyle dalam (Hidayat, 2009) membagi stres menjadi tiga yaitu :

1. Eustres

Adalah respon stres yang menimbulkan rasa senang, bahagia, menantang dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya dapat nilai yang bagus dan lulus ujian.

2. Distres

Yaitu respon stres yang negatif dan menyakitkan, sehingga tidak mampu lagi diatasi.

3. Neustres

Yaitu stres yang berada antara eustres dan distres karena merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang, sehingga merasa lebih tertantang untuk menghadapi masalah, meningkatkan produktivitas kerja, berprestasi dan berani bersaing (Hidayat, 2009).


(32)

5.5 Tingkat Stres

Menurut (Rasmun, 2004) stres dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : 1. Stres ringan

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres sedang

Stres sedang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

3. Stres berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.


(33)

5.6 Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah sebagai berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak

segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, akan jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan


(34)

ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, lemah, serta pingsan.

5.7 Gejala Stres

Menurut Hardjana, (1994) menurut Hardjana, (1994) gejala stres yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan tubuh, spritual dan material. Gejala stres dapat dibedakan atas gejala fisik, emosional, intelektual, dan gejala interpersonal. Gejala fisik ditandai dengan adanya sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, dan kehilangan energi. Sementara gejala stres yang bersifat emosional ditandai dengan marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental. Gejala stres yang bersifat intelektual umumnya ditandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang bersifat interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang


(35)

lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain

5.8 Stres Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Perkuliahan pada dunia modern sekarang ini, bukan lagi hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Perkuliahan sekarang semakin kompleks yang seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang sudah begitu melelahkan. Grafik usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus, dapat menjadi distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya (Purwati, 2010)

Masalah yang sering terjadi pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Secara emosional antara lain sulit memotivasi dirinya sendiri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang terus menurun, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang sering muncul yaitu menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalah gunaan obat, dan


(36)

terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan berlebihan yang berisiko tinggi dan krisis kepercayaan diri yang bisa menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal (Carolin, 2010).

Jumlah mahasiswa keperawatan yang mengalami stres akademik meningkat setiap semester dan merupakan stress yang paling umum dialami mahasiswa. Stres akdemik sebagai suatu keadaan individu mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa keperawatan mengalami stres sebagai tuntutan akademik yang harus dijalani. Kehidupan akademik bukan hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Tetapi banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan akademik (Purwati, 2010).

5.9 Penyebab Stres Mahasiswa Keperawatan

Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa yang keperawatan antara lain (Purwati, 2010) :

a. Dosen

Sulitnya proses bimbingan tugas, makalah, diskusi, dan skripsi kepada dosen menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam proses penyelesaian tugas atau skripsi. Banyak dosen terlalu kritis terhadap hasil tugas mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang kali karena belum sempurna. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang membingungkan mahasiswa dan


(37)

membuat pikiran terkuras. Ada juga dosen yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh waktunya untuk mengajar di berbagai Universitas lain.

b. Beban kuliah

Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak fakultas/universitas maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi, maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa.

c. Hubungan atau relasi

Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat menjadi stressor, yang sering kali berkaitan dengan perasaan sendiri atau kesepian, apalagi ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan yang membutuhkan teman untuk bercerita dan bertanya.

d. Hambatan keuangan

Kuliah tidak hanya sekedar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah berarti telibat dengan lingkungan sosial ditempat tersebut, sehingga keuangan tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber stressor bila dari segi finansial kurang mencukupi.


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran stress mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skema gambaran stres mahasiswa sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

Tingkatan stres :

- stres ringan

- stres sedang

- stres berat

Stres Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan


(39)

2. Defenisi operasional Tabel 1. Defenisi operasional

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Stres Mahasiswa Kondisi mahasiswa yang menunjukkan suatu ketegangan, kecemasan yang menghambat kegiatan dalam perkuliahan. Kuesioner terdiri dari 17 peryataan. Dengan pilihan yaitu

4 = selalu 3 = sering 2 = jarang 1 = tidak pernah

- stres ringan skor 17 - 34 - stres sedang skor 35 - 51 - stres berat skor 52 - 68


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran stres mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. (Nursalam, 2003).

2. Populasi dan sampel 2.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa sarjana keperawatan Universitas Sumatera Utara. Jumlah seluruh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 jalur reguler adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa Sarjana Keperawatan USU

Angkatan ( Stambuk) Jumlah Mahasiswa

Tahun 2009 69

Tahun 2010 128

Tahun 2011 135

Tahun 2012 148


(41)

2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Stratifiedrandom sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti secara acak pada kondisi populasi yang tidak sama atau memiliki strata/tingkatan (Arikunto, 2005).

Berdasarkan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan sebesar 5% jika jumlah populasi 480 orang maka jumlah sampel keseluruhan menjadi 202 orang (Sugiono, 2003). Maka dari jumlah keseluruhan sampel yang didapat, pengambilan sampel tiap kelasnya dapat ditentukan sebagai berikut :

Jumlah sampel tiap kelas =

jumlah keseluruhan mahasiswa tiap kelas

×

Jumlah keseluruhan sampel Jumlah populasi

Table 4.2 Jumlah pengambilan sampel tiap kelasnya

Tahun angkatan Jumlah Mahasiswa Jumlah sampel dari masing-masing kelas

2009 69 69 /480 x 202 = 29,03 dibulatkan 29

2010 128 128/480 x 202 = 53,86 dibulatkan 54

2011 135 135/480 x 202 = 56,81 dibulatkan 57

2012 148 148/480 x 202 = 62,28 dibulatkan 62


(42)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan November sampai dengan Desember tahun 2012 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Jika responden bersedia, maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa adanya tekanan. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor, jenis kelamin dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian.

5. Instrumen Penelitian 5.1 Kuesioner

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner. Bagian pertama yaitu data demografi responden yang terdiri dari angkatan, jenis kelamin, usia dan suku. Bagian kedua yaitu kuesioner yang berisi mengenai gambaran stres mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan Fakultas Keperawatan


(43)

Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Kuesioner ini berisi 17 pernyataan dengan menggunakan skala likert dimana disajikan dalam bentuk pernyataan 4 pilihan alternatif, jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP) = 1, Jarang (JR) = 2, Sering (S) = 3 dan Selalu (SL) = 4. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Untuk pengukuran kategori pada minat digunakan rumus (Sudjana, 1992) :

Rentang Panjang Kelas =

Banyak Kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Untuk gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan Universitas Sumatera Utara nilai tertinggi adalah 68 dan nilai terendah 17. Maka rentang untuk gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana adalah 51, dengan banyak kelas tiga kategori, yaitu yang pertama stres ringan, kedua stres sedang dan ketiga stres berat. Maka didapat panjang kelas adalah 17 dengan nilai terendah 17 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana dapat dikategorikan :

17 – 34 stres ringan. 34 – 51 stres sedang. 52 – 68 stres berat.


(44)

5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dalam penelitian ini mengadopsi kuesioner pada jurnal M.M. RHEAD yang berjudul stress among student nurse yang telah diterjemahkan oleh pusat bahasa USU. Peneliti mengadopsi 17 item pernyataan dari 30 pernyataan yang tersedia dan dipilih sesuai dengan konsep stres pada mahasiswa keperawatan.

Uji reliabilitas dilakukan pada mahasiswa Sarjana Ekstensi sore angkatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2012. Instrument diujikan kepada 30 responden dan diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha 0,754 dan dinyatakan bahwa seluruh instrumen atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini realibel.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan. Kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada seluruh mahasiswa yang hadir pada saat dilakukannya penelitian.

Terlebih dahulu peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent). Selanjutnya peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang dapat langsung dilengkapi dan selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa oleh peneliti.


(45)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti memastikan semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data (Azwar & Priharto, 1987 dalam Andriani, 2006).

Analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase mengenai gambaran stres pada mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 202 responden di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selama bulan November sampai bulan Desember Tahun 2012 . Hasil penelitian ini menguraikan bagaimana tentang gambaran stres mahasiswa sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini menguraikan gambaran data demografi responden dan gambaran stres mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012.

1.1 Data demografi responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012 dengan jumlah 202 responden. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan jumlah responden angkatan 2009 sebanyak 29 mahasiswa, angkatan 2010 sebanyak 54 mahasiswa, angkatan 2011 sebanyak 57 mahasiswa dan angkatan 2012 sebanyak 62 mahasiswa, kemudian berdasarkan usia responden yang paling muda yakni 17 tahun dan usia yang paling tua adalah 22 tahun, sedangkan berdasarkan jenis kelamin responden didapat jumlah laki-laki sebanyak 35 orang dan perempuan sebanyak 167 orang,


(47)

sementara berdasarkan suku didapatkan hasil bahwa responden yang bersuku Batak sebanyak 121 orang, suku Jawa 23 orang , suku Melayu 12 orang, suku Aceh 9 orang, suku minang 27 orang dan suku nias 10 orang. Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. responden (n =202) No Data Demografi Responden Frekuensi Persentase

1 Angkatan : - 2009 - 2010 - 2011 - 2012 29 orang 54 orang 57 orang 62 orang 14.4% 27.2% 28.2% 30.2%

Total 202 orang 100%

2 Jenis kelamin : - Laki – laki - Perempuan

35 orang 167 orang

17.3% 82.7%

Total 202 orang 100%

3 Usia :

- 17 tahun - 18 tahun - 19 tahun - 20 tahun - 21 tahun - 22 tahun

12 orang 40 orang 68 orang 50 orang 30 orang 2 orang 5.9% 19.7% 33.7% 24.8% 14.9% 1.0%

Total 202 orang 100%

4 Suku :


(48)

- Jawa - Melayu - Aceh - Minang - Nias

23 orang 12 orang 9 orang 27 orang 2 orang

11.4% 5.8% 4.5% 13.4% 5.0%

Total 202 orang 100%

1.2 Gambaran stres mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres sedang sebanyak 137 orang (60.8%), stres ringan sebanyak 62 orang (30.7%) dan yang mengalami stres berat sebanyak 3 orang (1.5%). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi stres mahasiswa sarjana keperawatan universitas sumatera utara tahun 2012

No Kategori Frekuensi Presentase 1 Stress ringan 62 30.7%

2 Stress sedang 137 67.8%

3 Stress berat 3 1.5%


(49)

2. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 202 responden menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan fakultas keperawatan dalam kegiatannya mengalami stres. Hasil perolehan yang didapatkan menggambarkan bahwa yang mengalami stres ringan sebanyak 62 orang (30,7%), stres sedang berjumlah 137 orang (67,8%) dan yang mengalami stres berat berjumlah 3 orang atau 1,5%). Sesuai dengan pendapat Heiman & Kariv (2005, dalam Carolin, 2010), mahasiswa tidak terlepas dari stres yang dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angkatan tahun 2009 lebih banyak mengalami stres sedang dengan perolehan (72,4%). Angkatan tahun 2010 lebih banyak mengalami stres sedang yaitu (63,6%) sedangkan mahasiswa angkatan 2011 lebih banyak mengalami stres sedang (85,9%) dan angkatan tahun 2012 lebih banyak mengalami stres sedang dengan perolehan (52,4%).

Berbeda dengan hasil penelitian Purwati ( 2012) tentang tingkat stres akademik pada mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia bahwa tingkat stres berdasarkan angkatan 2010 tidak mengalami stres. Mahasiswa angkatan 2009 yang mengalami stres ringan. Mahasiswa angkatan 2008 mengalami stres sedang


(50)

dan angkatan 2007 mengalami stres berat. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Abdulghani (2008) dan Marjani, dimana hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kuliah, semakin rendah tingkat stres yang timbul.

Rasmun (2004) membagi stres menjadi tiga tingkatan, yaitu stres ringan yang merupakan stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang yang umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan dan hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam serta tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. Stres sedang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama. Stres berat yang merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun.

Stres akademik dalam rentang ringan dapat memotivasi proses pembelajaran. Menurut Potter dan Perry (2005) tingkat stres yang sedang sampai dengan berat dapat menghambat pembelajaran.hal ini dapat menurunkan kapasitas seseorang yang menyebabkan ketidakmampuan memeperhatikam atau mengerjakan sesuatu, seperti tugas perkuliahan. Sejalan dengan Widianti (2007) mengemukakan beban stres yang dirasa sangat berat juga dapat memicu seorang remaja untuk merperilaku negatif.stres dapat mempengaruhi timbulnya gejala penyakit.


(51)

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi mahasiswa mengalami stres diantaranya karena adanya tekanan yang terus menerus datang untuk mengejar batas waktu penilaian tugas sebesar 38%, lingkungan ruang kelas yang tidak kondusif untuk anda belajar sebesar 38%, ketidakpahaman dalam mempelajari sebuah mata kuliah sebesar 44% dan kesulitan ketika sedang menghadapi ujian-ujian sebesar 47% serta banyaknya jumlah akademis yang dilibatkan dalam perkuliahan anda sebesar 40%. Sesuai dengan pendapat Payne & Hahn (2002), stres pada mahasiswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu tuntutan institusi, masalah keuangan, tuntutan sosial, tuntutan yang berasal dari diri sendiri, tuntutan keluarga, manajemen waktu, konflik budaya, masalah agama, dan tuntutan fakultas.

Menurut (Purwati, 2010), hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa yang keperawatan salah satunya terkait dengan dosen, beban kuliah dan hubungan atau relasi. Berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan dimana saat dosen memberikan materi perkuliahan jarang mahasiswa merasa bingung dengan perolehan sebesar 52,5%, kemudian jarang mengalami kesulitan menemukan literatur diperpustakaan menyangkut dengan mata kuliah sebesar 44,6%.

Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menyatakan jarang berselisih paham dengan teman sebesar 48,5%, dukungan yang baik dari teman sebesar 49%, serta dukungan terhadap apa yang diharapkan sangat besar 51%.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil peneletian yang dilakukan mengenai gambaran stres mahasiswa sarjana keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2012 didapat kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut.

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang didapat mayoritas mahasiswa sarjana keperawatan reguler di Universitas Sumatera Utara mengalami stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angkatan tahun 2009, 2010, 1011 dan 2012 mayoritas mengalami stres sedang dalam menjalani kegiatan perkuliahan di Fakultas Keperawatan.

2. Saran

2.1 Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan kepada pendidikan keperawatan dapat meningkatkan metode-metode pembelajaran yang efektif dalam perkuliahan sehingga mahasiswa keperawatan tidak akan mengalami stres yang berkelanjutan dalam menjalani kegiatan akademiknya.


(53)

2.2. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan dalam menjalani kegiatan perkuliahan di keperawatan, mahasiswa dapat beradaptasi dengan stres yang dialami serta mengatasi stres dengan sikap positif agar tidak menjadi distress yang akan menghambat pendidikan selanjutnya.

2.3 Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan stres pada mahasiswa keperawatan di Universitas Sumatera Utara.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. & Lukluk, Z.A (2008). Psikologi Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendika Pres

Brunner & Suddarh. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carolin. 2010. Tingkat Stres Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 10 Mei 2012 http//www.revositoryusu.co.id

Dalami, E. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. CV. Trans Info Media

Hardjana, A. M. (1994). Seni Mengolah Stres. Yogyakarta : Kanisius Hidayat, A.A. (2009). Konsep stres dan adaptasi stres. Jakarta : Salemba Hidayat, A. A. (2004). Konsep Dasar Keperawtan. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, D. R (2009). Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga

Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Lazarus, R & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer.

Mumpuni. (2010). Penangan stres pada penyakit jantung koroner. Jakarta :Trans info media

Nursalam. (2002). Metode penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba

Nasir. A. & Muhith. A. (2011). Dasar – dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta. S alemba Medika

Ulumuddin .B. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa. Diakses pada tanggal 26 Januari 2013. eprints.undip.ac.id Potter, P.A & Perry, A.G (2005). Fundamental Keperawatan Edisi IV. Jakarta :

EGC

Purwati, S. (2010). Tingkat stress akademik pada mahasiswa regular. Diakses pada tanggal 27 Januari 2013. http//www.ui.ac.id


(55)

Rhead, M.M. (1995). Stres among student nurses : Jurnal of clinical Nursing. Diakeses pada tanggal 05/09/2012. http//www.proquest.co.id

Siswanto (2007). Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Jakarta. Erlangga

Stuart, G. & W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Suliswati dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Sugiono. (2007). Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta Wahyuni, A.S. (2008).Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Widyastuti, P. & Yulianti, D. (2004). Menegemen Stres. Jakarta : EGC


(56)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Dedi Yariski Simbolon / NIM 111121028 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres pada mahasiswa pendidikan sarjana keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa dapat memahami masalah tentang stres dan mengetahui cara pencegahan stres. Selain itu, data dan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan masukan bagi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam usaha pencegahan stres pada mahasiswa.

Partisipasi teman-teman dan adik kelas dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi teman-teman dan adik kelas sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi teman-teman dan adik-adik kelas.

Medan, 2012

Responden Peneliti

(...) (Dedi Yariski Simbolon)


(57)

Kuesioner Penelitian

Gambaran Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun 2012

Petunjuk Umum Pengisian kuesioner :

• Mahasiswa diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar

kuesioner ini.

• Gunakan tanda checklist (√ ) pada kolom untuk jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapat anda.

• Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

Keterangan :

TP : Tidak Pernah JR : Jarang

SR : Sering SL : Selalu

Data Demografi

Angkatan : Jenis Kelamin :

Usia :


(58)

No. PERNYATAAN TP JR SR SL 1 Merasa tidak ada yang bisa dilakukan ketika dosen anda

sedang mengajarkan mata kuliahnya kepada anda.

2 Kesulitan menemukan literatur diperpustakaan menyangkut dengan mata kuliah.

3 Terpaksa belajar lagi setelah seharian beraktivitas.

4 Berselisih paham dengan teman sehingga mempengaruhi ke efektifan belajar anda dikelas.

5 Tekanan yang terus menerus datang untuk mengejar batas waktu penilaian tugas.

6 Umpan balik yang diberikan dari dosen dalam menekankan aspek-aspek perkuliahan anda.

7 Merasa tidak yakin terhadap struktur mata kuliah yang anda jalani.

8 Lingkungan ruang kelas yang tidak kondusif untuk anda belajar.

9 Kesulitan ketika sedang menghadapi ujian-ujian.

10 Tidak tahu seberapa dalam mempelajari sebuah mata kuliah.

11 Kesulitan menghubungkan teori dengan praktek perawatan para pasien.

12 Banyaknya jumlah akademis yang dilibatkan dalam perkuliahan anda.

13 Lingkungan rumah yang menyebabkan belajar anda menjadi sulit.

14 Lulus dulu dalam ujian-ujian sebelum memulai tahap mata kuliah berikutnya.

15 Dukungan yang kurang dari teman anda.

16 Tidak ada dukungan terhadap apa yang diharapkan dari anda.

17 Merasa bahwa ada sebuah label yang melekat pada mata kuliah yang anda jalani.


(59)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(60)

Frequencies

[DataSet1] D:\hasil SPSS\Penelitian.sav

Statistics

angkatan JK usia suku

N Valid 202 202 202 202

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

angkatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2009 29 14.4 14.4 14.4

2010 55 27.2 27.2 41.6

2011 57 28.2 28.2 69.8

2012 61 30.2 30.2 100.0

Total 202 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 35 17.3 17.3 17.3

perempuan 167 82.7 82.7 100.0

Total 202 100.0 100.0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 12 5.9 5.9 5.9

18 40 19.8 19.8 25.7

19 68 33.7 33.7 59.4

20 50 24.8 24.8 84.2

21 30 14.9 14.9 99.0

22 2 1.0 1.0 100.0


(61)

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 121 59.9 59.9 59.9

jawa 23 11.4 11.4 71.3

melayu 12 5.9 5.9 77.2

aceh 9 4.5 4.5 81.7

minang 27 13.4 13.4 95.0

nias 10 5.0 5.0 100.0

Total 202 100.0 100.0

[DataSet1] D:\hasil SPSS\Penelitian.sav

Statistics 3

N Valid 202

Missing 0

3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 62 30.7 30.7 30.7

2 137 67.8 67.8 98.5

3 3 1.5 1.5 100.0


(62)

(63)

(64)

CURRICULUM VITAE

Nama : Dedi Yariski Simbolon

Tempat / tanggal lahir : Padangsidimpuan, 18 September 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. P. Kemerdekaan. Gg. Bs. Srg. No.17 Padangsidimpuan

Pendidikan :

1. SD Negeri 1 Padangsidimpuan : Tahun 1996 - 2002 2. SMP Negeri 2 Padangsidimpuan : Tahun 2002 - 2005 3. SMA Negeri 3 Padangsidimpuan : Tahun 2005 - 2008 4. D-III Keperawatan USU : Tahun 2008 - 2011 5. S1 Keperawatan USU : Tahun 2011 - 2013


(1)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .753 17


(2)

Frequencies

[DataSet1] D:\hasil SPSS\Penelitian.sav

Statistics

angkatan JK usia suku

N Valid 202 202 202 202

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

angkatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2009 29 14.4 14.4 14.4

2010 55 27.2 27.2 41.6

2011 57 28.2 28.2 69.8

2012 61 30.2 30.2 100.0

Total 202 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 35 17.3 17.3 17.3

perempuan 167 82.7 82.7 100.0

Total 202 100.0 100.0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 121 59.9 59.9 59.9

jawa 23 11.4 11.4 71.3

melayu 12 5.9 5.9 77.2

aceh 9 4.5 4.5 81.7

minang 27 13.4 13.4 95.0

nias 10 5.0 5.0 100.0

Total 202 100.0 100.0

[DataSet1] D:\hasil SPSS\Penelitian.sav

Statistics

3

N Valid 202

Missing 0

3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 62 30.7 30.7 30.7

2 137 67.8 67.8 98.5

3 3 1.5 1.5 100.0


(4)

(5)

(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Dedi Yariski Simbolon

Tempat / tanggal lahir : Padangsidimpuan, 18 September 1989

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. P. Kemerdekaan. Gg. Bs. Srg. No.17

Padangsidimpuan

Pendidikan

:

1.

SD Negeri 1 Padangsidimpuan

: Tahun 1996 - 2002

2.

SMP Negeri 2 Padangsidimpuan

: Tahun 2002 - 2005

3.

SMA Negeri 3 Padangsidimpuan

: Tahun 2005 - 2008

4.

D-III Keperawatan USU

: Tahun 2008 - 2011